Вы находитесь на странице: 1из 10

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Anatomi Dan Fisiologi Mulut
a. Mulut (Oris)
Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisis
organ aksesori yang bersifat dalam proses awal pencernaan.
Secara umum terdiri dari 2 bagian yaitu :
1) Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi.
2) Bagian rongga mulut (bagian) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya
oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang
bersambung dengan faring.
b. Rongga Mulut
1) Gigi
Bagian gigi terdapat gigi (anterior) tugasnya memotong yang sangat kuat
dan gigi osterior tugasnya menggiling. Pada umumnya otot-otot pengunyah
di persarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial ke 5. Dan proses
mengunyah di control oleh nucleus dalam batang otak.
Perangsangan formasio retikularis dekat pusat batang otak untuk
pengecapan dapat menimbulakan pergerakan mengunyah secara ritmis dan
kontinu.
Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan,
terutama untuk sebagian besar buah dan syur-sayuran mentah karena zat ini
mempunyai membrane selulosa yang tidak dapat dicerna diantara bagian-
bagian zat nutrisi yang harus di uraikan.
2) Lidah
Indera pengecap terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel bebrapa
diantaranya disebut sel sustentakular dan yang lainnya di sebut sel
pengecap. Lidah berfungsi untuk menggerakan makan saat dikunyah atau
ditelan. Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi selaput lendir.
Dibagian pangkal lidah terdapat epiglottis berfungsi untuk menutup jalan
nafas pada waktu menelan supaya makanan tidak masuk kejalan nafas.
Kerja otot dapat di gerakkan 3 bagian, yaitu radiks lingua (pangkal lidah),
dorsum lingua (punggung lidah), apek lingua (ujung lidah).

c. Kelenjar Ludah
Kelenjar ludah yaitu kelenjar yang memiliki duktus yaitu duktus duktus
wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ii mensekresikan saliva jedalan rongga oral
di hasilkan di dalam rongga mulut dipersarafi oleh saraf tak sadar.
1) Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid
kiri dan kanan mandibularis pada duktus stensoni.
2) Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian belakang, dukts
wartoni.
3) Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar raongga
mulut.
Fungsi saliva :
a) Memudahkan makan utnuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjado
bolus
b) Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap lembab, sehingga
memudahkan lidah bergerak utnuk bericara
c) Mengandung ptyalin dan amylase, suatu enzyme yang dapat mengubah
zat tepung menjadi maltose polisakarida
d) Seperti zat buangan seperti asam urat dan urea serta obat, virus, dan
logam, disekresi kedalam saliva
e) Sebagai zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk memberikan
rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah
kerusakan gigi.

2. Definisi Kanker Rongga Mulut


Kanker rongga mulut ialah keganasan yang terjadi di dalam rongga yang
dibatasi oleh vermilion bibir dibagian depan dan arkus faringeus anterior di
bagianbelakan. Kanker rongga mulut meliputi kanker bibir, lidah, gusi, mukosa
dan palatum.
Bagian-bagian yang dapat terkena kanker rongga mulut:
a. Kanker pada lidah
Hampir 80% kanker lidah terletak pada 2/3 anterior lidah (umumnya pada
tepi lateral dan bawah lidah) dan dalam jumlah sedikit pada posterior lidah. Gejala
pada penderita tergantung pada lokasi kanker tersebut. Bila terletak pada bagian
2/3 anterior lidah, keluhan utamanya adalah timbulnya suatu massa yang
seringkali terasa tidak sakit. Bila timbul pada 1/3 posterior, kanker tersebut selalu
tidak diketahui oleh penderita dan rasa sakit yang dialami biasanya dihubungkan
dengan rasa sakit tenggorokan.
Kanker yang terletak 2/3 anterior lidah lebih dapat dideteksi dini daripada
yang terletak pada 1/3 posterior lidah. Kadang-kadang metastase limphanode
regional mungkin merupakan indikasi pertama dari kanker kecil pada lidah.
Pada stadium awal, secara klinis kanker lidah dapat bermanifestasi dalam
berbagai bentuk, dapat berupa bercak leukoplakia, penebalan, perkembangan
eksofitik atau endofitik bentuk ulkus. Tetapi sebagian besar dalam bentuk ulkus.
Lama-kelamaan ulkus ini akan mengalami infiltrasi lebih dalam jangan tepi yang
mengalami indurasi.
Umumnya tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada infeksi sekunder.
b. Kanker pada bibir
Kanker bibir selalu dihubungkan dengan orang-orang yang memiliki
aktivitas diluar seperti nelayan dan petani. Sinar matahari mungkin terlibat dalam
Datogenese kanker bibir. Umumnya lebih banyak terjadi pada bibir bawah
jaripada bibir atas.
Pada awal pertumbuhan, lesi dapat berupa nodul kecil atau ulkus yang
tidak sembuh-sembuh. Deteksi tumor pada keadaan ini memberikan kesempatan
untuk menemukan karsinoma dini. Lesi yang lebih lanjut dapat berbentuk
papillari, ulseratif atau infiltratif. Tipe papilomatous dapat diawali dari epitel yang
menebal dan sebagian dari epitel ini tetap berada pada superficial. Lesi-lesi yang
ulseratif dan infiltratif diawali dari epitel yang menebal tetapi selanjutnya
mengalami infiltrasi lebih dalam. Tanda yang paling penting adalah terdapat
indurasi yang didapat pada pinggiran ulkus.

c. Kanker dasar mulut.


Kanker pada dasar mulut biasanya dihubungkan dengan penggunaan
alkohol dan tembakau. Pada stage awal mungkin tidak menimbulkan gejala. Bila
lesi berkembang pasien akan mengeluhkan adanya gumpalan dalam mulut atau
perasaan tidak nyaman.
Secara klinis yang paling sering dijumpai adalah lesi berupa ulserasi
dengan tepi yang timbul dan mengeras yang terletak dekat frenulum lingual.
Bentuk yang lain adalah penebalan mukosa yang kemerah-merahan, nodul yang
tidak sakit atau dapat berasal dari leukoplakia. Pada kanker tahap lanjut dapat
terjadi pertumbuhan eksofitik atau infiltratif.
d. Kanker pada mukosa pipi.
Di negara yang sedang berkembang, kanker pada mukosa pipi
dihubungkan dengan kebiasaan mengunyah campuran pinang, daun sirih, kapur
dan tembakau. Susur tersebut berkontak dengan mukosa pipi kiri dan kanan
selama beberapa jam.
Pada awalnya lesi tidak menimbulkan simptom, terlihat sebagai suatu
daerah eritematus, ulserasi yang kecil, daerah merah dengan indurasi dan kadang-
kadang dihubungkan dengan leukoplakia tipe nodular. Dengan meningkatnya
ukuran tumor, akan menjadi target trauma pada waktu mengunyah, sehingga
cenderung menjadi ulserasi dan infiltratif.
e. Kanker pada gingiva.
Kanker pada gingiva umumnya berasal dari daerah dimana susur tembakau
ditempatkan pada orang-orang yang memiliki kebiasaan ini. Daerah yang terlibat
biasanya lebih sering pada gingiva mandibula daripada gingiva maksila.
Lesi awal terlihat sebagai ulger indolen, granuloma yang kecil atau sebagai
nodul. Sekilas lesi terlihat sama dengan lesi yang dihasilkan oleh trauma kronis
atau hiperplasia inflamatori. Lesi yang lebih lanjut berupa pertumbuhan eksofitik
atau pertumbuhan infiltratif yang lebih dalam. Pertumbuhan eksofitik seperti
bunga kol, mudah berdarah. Pertumbuhan infiltratif biasanya tumbuh invasif pada
tulang mandibula dan menimbulkan desdruktif.
f. Kanker pada palatum.
Pada daerah yang masyarakatnya mempunyai kebiasaan menghisap rokok
secara terbalik, kanker pada palatum merupakan kanker rongga mulut yang umum
terjadi dari semua kanker mulut. Perubahan yang terjadi pada mukosa mulut yang
dihubungkan dengan menghisap rokok secara terbalik adalah adanya ulserasi,
erosi, daerah nodul dan bercak. menggambarkan suatu microinvasive carcinoma
untuk melukiskan suatu lesi awal dalam bentuk yang kecil, oval atau bulat
berwarna kemerah-merahan, erosi yang licin dengan daerah hiperkeratosis
disekelilingnya lesi ini biasanya terjadi pada zona glandular palatum keras dan
asimptomatik. Jika mendapatkan tekanan dapat berdarah.
Kebanyakan kanker palatum merupakan pertumbuhan eksofitik dan dasar
yang luas dengan permukaan bernodul. Jika lesi terus berkembang mungkin akan
mengisi seluruh palatum. Kanker pada palatum dapat menyebabkan perforasi
palatum dan meluas sampai ke rongga hidung.

3. Etiologi
Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu
proses yang terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan
perkembangan tumor : Secara garis besar, etiologi kanker rongga mulut dapat
dikelompokkan atas :
a. Faktor lokal, meliputi kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis
dari restorasi, gigi-gigi karies atau akar gigi, gigi palsu.
b. Faktor luar, antara lain karsinogen kimia berupa rokok dan cara
penggunaannya, tembakau, agen fisik, radiasu ionisasi, virus, sinar
matahari, trauma yang kronik.
c. Faktor host, meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi imunologi dan
genetic.
Kanker mulut biasa juga terjadi karena kekurangan vitamin C, kurangnya
penjaggan pada mulut sehingga mulut menjadi kotor.

4. Patofisiologi
Sel kanker muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang
disebabkan oleh zat-zat karsinogenm tadi. zat karsinogen dari asap rokok tersebut
memicu terjadinya Karsinogenesis (transformasi sel normal menjadi sel kanker).
Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap:
a. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yatu kontak pertama sel normal
dengan zat Karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi
ganas.
b. Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon
melalui pembelahan(poliferasi).
c. tahap terakhir yaitu Progresi, sel yang telah mengalami poliferasi
mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.
Karsinoma sel mukosa yang makroskopik bersifat tukak → lesi yang terus
menetap → menginflamasi jaringan tulang terutama mandibula sampai endotel →
bermetastasis ke bagian tubuh yang lain.

5. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala kanker rongga mulut antara lain adalah munculnya :
a. Bintik putih atau merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakia)
di dalam mulut ataupun pada bibir.
b. Luka pada bibir ataupun rongga mulut yang sulit sembuh.
c. Perdarahan pada rongga mulut.
d. Kehilangan gigi.
e. Sulit atau timbulnya rasa sakit pada waktu mengunyah.
f. Kesulitan untuk menggunakan geligi tiruan.
g. Pengerasan pada leher, serta rasa sakit pada telinga.
Kanker rongga mulut dapat didiagnosis dengan melakukan biopsi.
Selanjutnya, dilakukan staging untuk mengetahui jenis terapi apa yang tepat
diberikan pada pasien, apakah dengan intervensi bedah, radioterapi, atau
kemoterapi. Dengan penulisan artikel ini diharapkan kita dapat mempelajari
kembali gejala klinis kanker rongga mulut sehingga dapat dilakukan deteksi dini
untuk mencegah penyebaran kanker yang berakhir dengan kematian.

6. Klasifikasi
a. Klasifikasi Histopatologi
1) Tipe Histologi
NO TIPE HISTOLOGI ICD.M
1 Squamous cell carc. 5070/3
2 Adenocarcinoma 8140/3
3 Adenoid cyst.carc 8200/3
4 Ameloblastic carc 9270/2
5 Adenolymphoma 8561/3
6 Mal. mixed tumor 8940/3
7 Pleomorphic carc 8941/3
8 Melanoma maligna 8720/3
9 Lymphoma maligna 9590/3-9711/3

Sebagian besar (90%) kanker rongga mulut berasal dari mukosa yang
berupa karsinoma epidermoid atau karsinoma sel skwamosa dengan
diferensiasi baik, tetapi dapat pula berdiferensiasinya sedang, jelek atau
anaplastik. Bila gambaran patologis menunjukkan suatu rabdomiosarkoma,
fibrosarkoma, malignant fibrohistiocytoma atau tumor ganas jaringan
lunak lainnya, perlu diperiksa dengan teliti apakah tumor itu benar suatu
tumor ganas rongga mulut (C00-C06) ataukah suatu tumor ganas jaringan
lunak pipi, kulit atau tulang yang mengadakan invasi ke rongga mulut.

2) Derajat Diferensiasi
DERAJAT DIFERENSIASI
GRADE KETERANGAN
G1 Differensiasi baik
G2 Differensiasi sedang
G3 Differensiasi jelek
G4 Tanpa differensiasi = Anaplastik

3) Laporan Patologi Standard


Yang perlu dilaporkan pada hasil pemeriksaan patologis dari spesimen
operasi meliputi :
a. Tipe histologis tumor
b. Derajat diferensiasi (grade)
c. Pemeriksaan tnm untuk menentukan stadium
d. patologis (ptnm)
T = Tumor primer
- Ukuran tumor
- Adanya invasi kedalam pembuluh darah atau limfe
- Radikalitas operasi
N = Nodus regional
- Ukuran KGB
- Jumlah KGB yang ditemukan
- Level KGB yang positif
- Jumlah KGB yang positif
- Invasi tumor keluar kapsel KGB
- Adanya metastase ekstra nodal
M = Metastase jauh
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sitologi Mulut
Sitologi mulut merupakan suatu teknik yang sederhana dan efektif untuk
mendeteksi dini lesi-lesi mulut yang mencurigakan. Secara defenisi, pemeriksaan
sitologi mulut merupakan suatu pemeriksaan mikroskopik sel-sel yang
dikerok/dikikis dari permukaan suatu lesi didalam mulut. Untuk aplikasi
klinisnya, seorang dokter gigi harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
kapan pemeriksaan ini dilakukan dan kapan tidak dilakukan, peralatan yang
digunakan, prosedur kerja, data klinis yang disertakan sampai pengirimannya ke
bagian Patologi anatomi.

b. Biopsi
Jika hasil pemeriksaan sitologi meragukan, segera lakukan biopsi. Biopsi
merupakan pengambilan spesimen baik total maupun sebagian untuk pemeriksaan
mikroskopis dan diagnosis. Cara ini merupakan cara yang penting dan dapat
dipercaya untuk menegakkan diagnosa defenitif dari lesi-lesi mulut yang
dicurigai.
Teknik biopsi memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dan tepi
jaringan yang normal. Biopsi dapat dilakukan dengan cara insisional atau
eksisional. Biopsi insisional dipilih apabila lesi permukaan besar (lebih dari 1 cm)
dan biopsi eksisional yaitu insisi secara intoto dilakukan apabila lesi kecil.

8. Penatalaksanaan
a. Tindakan Bedah
Terapi umum untuk kanker rongga mulut adalah bedah untuk mengangkat sel-
sel kanker hingga jaringan mulut dan leher.
b. Terapi Radiasi
Terapi radiasi atau radioterapi jenis terapi kecil untuk pasien yang tidak di
bedah. Terapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dan menyusutkan
tumor. Terapi juga dilakukan post operasi untuk membunuh sisa-sisa sel
kanker yang mungkin tertinggal didaerah tersebut.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker untuk
membunuh sel kanker.

9. Pencegahan
a. Hindari kontak berlebihan dengan matahari, pada bibir.
b. Kurangi merokok atau mengunyah tembakau.
c. Pertahankan oral hygiene dan perawatan gigi yang baik.
d. Segera konsultasikan ke dokter bila ada lesi pada mulut yang tidak sembuh dalam
waktu 2- 3 minggu.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
Dengan mendapatkan riwayat kesehatan memungkinkan perawat
menentukan kebutuhan penyuluhan dan pembelajaran pasien mengenai higiene
oral prefentif, serta untuk mengidentifikasi gejala yang memelukanevaluasi medis.
Riwayat mencakup pertanyaan tentang:
1) Frkwensi kunjungan dokter gigi
2) Kesadaran akan adanya lesi atau area iritasi pada mulu, lidah atau tengorok.
3) Kebutuhan menggunakan gigi palsu dan lempeng parsiel
4) Riwayat baru sakit tenggorok atau sputum berdarah
5) Katidak nyamanan yang disebabkan oleh makanan tertentu
6) Masukan makanan setiap hari
7) Penggunaan alkohol, tembakau, termasuk mengunyah tembakau

Вам также может понравиться