Вы находитесь на странице: 1из 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Seledri ( Apium graveolens L.)


1. Sistematika Tanaman Seledri ( Apium graveolens L.)
Dalam sistematika (taksonomi) tanaman seledri diklasifikasikan sebagai
berikut’
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi :Spermatophyta
Subdivisi :Angiospermae
Kelas :Dicotyledonae
Ordo :Apiales
Famili :Apiaceae
Genus :Apium
Spesies : Apium graveolens L.
2. Monografi Tanaman Seledri ( Apium graveolens L.)
a. Batang : Tidak berkayu, beralus, beruas, bercabang, tegak, hijau pucat.
b. Daun : Tipis majemuk, daun muda melebar atau meluas dari dasar, hijau
mengkilat, segmen dengan hijau pucat, tangkai di semua atau kebayakan daun
merupakan sarung.
c. Daun bunga: Putih kehijauan atau putih kekuningan ½ -3/4 mm panjangnya.
d. Bunga : Tunggal, dengan tangkai yang jelas, sisi kelopak yang tersembunyi, daun
bunga putih kehijauan atau merah jambu pucat dengan ujung yang bengkok.
Bunga betina majemuk yang jelas,tidak bertangkai atau bertangkai pendek,
sering mempunyai daun berhadapan atau berbatasan dengan tirai bunga.
e. Tirai bunga: Tidak bertangkai atau dengan tangkai bunga tidak lebih dari 2 cm
panjangnya.
f. Buah : Panjangnya sekitar 3 mm, batang angular, berlekuk, sangat aromatik.
g. Akar : Tebal

3. Kandungan Tanaman Seledri ( Apium graveolens L.)


Tanaman seledri mengandung flavonoid, saponin, tannin 1%, minyak asiri,
apiin, apigenin, graveobioside A, graveobioside B, kolin, asparagines, zat pait, dan
vitamin A. Flavonoid dan epigenin merupakan senyawa yang dapat menghambat
pembentukan asam urat dan senyawa apiin memiliki sifat diuretik yang menambah
volume urin sehingga purin dapat di keluarkan bersama dengan urin. (Wati SA.
2012).
Senyawa flavonoid yang terkandung dalam seledri termasuk turunan golongan
flavon dan flavonol.,. Struktur flavonoid telah dilaporkan memiliki aktivitas sebagai
inhibitor xantin oksidase disebabkan karena adanya gugus hidroksil (gugus-OH) pada
C-5 dan C-7 dan ikatan rangkap antara C-2 dan C-3. Ikatan rangkap flavonoid
memungkinkan untuk terjadinya reaksi adisi (oksidasi oleh xantin oksidase).
Sedangkan ikatan rangkap pada atom C-2 dengan C-3 akan mengakibatkan posisi
ring B co-planar terhadap ring A sehingga lebih memudahkan dalam berinteraksi
dengan enzim xantin oksidase. Flavonoid mampu menghambat enzim xantin oksidase
karena adanya kemiripan struktur antara flavonoid dengan xantin (substrat)
( Deviandra R, Safitri F, Handaja D. 2013).
Selain itu, penelitian lain menyebutkan bahwa seledri juga mengandung 3-n
butylphthalide (3nB) yang dapat menghambat kerja enzim xantin oksidase sebagai
katalisis purin menjadi asam urat, sehingga penghambatan enzim tersebut dapat
menurunkan kadar asam urat dengan mengurangi produksinya yang berlebihan.
( Deviandra R, Safitri F, Handaja D. 2013).Epigenin yang terkandung didalam seledri
juga memiliki fungsi biologis didalam tubuh terutama pada gout arthritis yaitu
sebagai anti inflamatori yang telah dilaporkan menjadi penghambat angiogenesis
yang poten melalui efek penghambatan sitokin inflamasi IL-6/ jalur STAT3.
Selain itu juga berfungsi sebagai antimutagenic, anti karsinogenik, antiviral,
freeradical scavenging properties (. Sukohar A, Ria A. 2016). Epigenin dan apiin
juga berfungsi sebagai penurun kadar asam urat. (Prasetya I.2015). Peneliti lain
menyebutkan bahwa didalam seledri terdapat juga alkaloid, tannin dan saponin.
Alkaloid mampu menghambat sintesis dan pelepasan leukotrien sehingga menekan
dan mengurangi frekuensi serangan akut dan menghilangkan rasa nyeri. Senyawa
tannin diketahui mampu mengikat radikal bebas selama perubahan purin menjadi
asam urat. Sedangkan senyawa saponin bekerja dengan cara mengurangi aktivitas
enzim xantin oksidase dalam serum. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa
pemberian seduhan seledri yang mengandung flavonoid , 3-n butilphthalide (3nB),
epigenin, apiin, alkaloid, tannin, dan saponin memberikan pengaruh secara signifikan
terhadap penurunan kadar asam urat pada penderita gout arthtritis(Prasetya I.2015).
Selain itu seledri juga berfungsi untuk mengurangi kejang otot, menenangkan saraf
dan mengurangi peradangan.( El-rahman HSMA., Elhak NAMA. 2015)

Daftar Pustaka
3. Prasetya I.2015. Pengaruh pemberian air rebusan seledri (Apium graveolens L)
terhadap kadar asam urat pada penderita gout di wilayah kerja puskesmas Rasau Jaya
[disertasi]. Pontianak: Universitas Tanjungpura;.
5. Wati SA. 2012. Pengaruh pemberian air rebusan seledri terhadap kadar asam urat
pada penderita arhtritis gout di kelurahan Prawirodirjan Yogyakarta [disertasi].
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah;
6. Deviandra R, Safitri F, Handaja D. 2013 Kadar asam urat pada tikus putih jantan
strain wistar (Rattus norvegicus) hiperurisemia. E-Journal UMM.;9(2):75-81.
13. Sukohar A, Ria A. 2016 Seledri (Apium graveolens L ) sebagai agen
kemopreventif bagi kanker celery (apium graveolens L). Majority.;5(2):95-100.
14.Rakanita Y, Hastuti L, Mulyani S. 2017 Efektivitas antihiperurisemia ekstrak
etanol daun seledri (EEDS) pada tikus induksi kalium oksanat. Journal of Tropical
Pharmacy and chemistry.;4(1):1-6
15. El-rahman HSMA., Elhak NAMA. 2015 Xanthine Oxidase Inhibitory Activity
and Antigout of Celery Leek Parsley and Molokhia. Advances in
Biochemistry.;3(4):4050.

B. Tanaman Bangle (Zingiber purpureum Roxb.)


1. Sistematika Tanaman Bangle (Zingiber purpureum Roxb.)
Dalam sistematika (taksonomi) tanaman bangle diklasifikasikan sebagai
berikut;
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Zingiber
Jenis : Zingiber purpureum Roxb
Sinonim : Zingiber Cassumunar Roxb
2. Monografi Tanaman Bangle (Zingiber purpureum Roxb.)
Herba semusim, tumbuh tegak, tinggi 1 - 1,5 m, membentuk rumpun yang
agak padat, berbatang semu, terdiri dari pelepah daun yang di pinggir ujungnya
berambut sikat. Daun tunggal, letak berseling. Helaian daun lonjong, tipis, ujung
runcing, pangkal tumpul, tepi rata, berambut halus, jarang, pertulangan menyirip,
panjang 23 - 35cm, lebar 20 - 40 mm, warna hijau. Bunganya bunga majemuk,
bentuk tandan, keluar diujung batang, panjang gagang sampai 20 cm. bagian yang
mengandung bunga bentuknya bulat telur atau seperti gelondong, panjang 6 - 10 cm,
lebar 4 - 5 cm (Depkes RI, 1977). Bibir bunga bentuknya bundar memanjang,
warnanya putih atau pucat. Bangle mempunyai rimpang yang menjalar dan
berdaging, bentuknya hampir bundar sampai jorong atau tidak beraturan, tebal 2-5
mm. permukaan luar tidak rata, berkerut, kadang-
kadang dengan parut daun, berwarna cokelat muda kekuningan, bila dibelah berwarna

3. Kandungan Kimia dan Manfaat Tanaman Bangle (Zingiber purpureum Roxb.)


Bangle (Zingiber purpureum Roxb.) termasuk dalam famili zingiberaceae
telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional. Rimpang bangle (Zingiber
purpureum Roxb.) berkhasiat sebagai obat demam, perut nyeri, sembelit, masuk
angin, cacingan, dan encok (Depkes RI, 2001). Rimpang bangle (Zingiber purpureum
Roxb.) mengandung saponin, flavonoid, minyak atsiri, tanin, steroid, triterpenoid,
antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, karoten, dan senyawa fenolik (Depkes RI,
2001; Chanwitheesuk et al., 2005; Iswantini dkk., 2011).
Berdasarkan hasil penelitian ekstrak rimpang bangle (Zingiber purpureum
Roxb.) memiliki aktivitas farmakologi sebagai antibakteri, laksatif, inhibitor lipase
pankreas, dan melindungi sel dari kerusakan akibat stress oksidatif oleh H2O2
(Nuratmi dkk., 2005; Iswantini dkk., 2011; Marliani, 2012)

Daftar Pustaka :

Depkes RI. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jilid 2. Jakarta:
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia. Hal. 348-350.

Chanwitheesuk, A., A. Teerawutgulrag, and N. Rakariyatham. 2005. Screening of


Antioxidant Activity and Antioxidant Compounds of Some Edibles Plants of
Thailand. Food Chem., 92: 491-497.

Iswantini, D., R. F. Silitonga, E. Martatilofa, and L. K. Darusman. 2011. Zingiber


cassumunar, Guazuma ulmifolia, and Murray paniculataExtracts as Antiobesity: In
Vitro Inhibitory Effect on Pancreatic Lipase Activity. Hayati J. Biosci., 18 (1): 6-10.

Marliani, L. 2012. Aktivitas Antibakteri dan Telaah Senyawa Komponen Minyak


Atsiri Rimpang Bangle
(Zingiber cassumunar Roxb.). Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM:
Sains, Teknologi, dan Kesehatan. Bandung. Hal. 1-6

Nuratmi, B., D. Sundari, dan L. Widowati. 2005. Uji Aktivitas Seduhan Rimpang
Bangle ( Zingiber purpureum Roxb.) sebagai Laksansia pada Tikus Putih. Media
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
, XV (3): 8-11
C. Hiperurisemia
Hiperurisemia didefinisikan sebagai kadar AU serum lebih dari 7 mg/dL pada
laki-laki dan lebih dari 6 mg/dL pada wanita. Hiperurisemia yang lama dapat merusak
sendi, jaringan lunak dan ginjal. Hiperurisemia bisa juga tidak menampakkan gejala
klinis/ asimptomatis. Dua pertiga dari hiperurisemia tidak menampakkan gejala
klinis. Hiperurisemia terjadi akibat peningkatan produksi asam urat atau penurunan
ekskresi atau sering merupakan kombinasi keduanya. Hiperurisemia akibat
peningkatan produksi hanya sebagian kecil dari pasien dengan hiperurisemia itupun
biasanya disebabkan oleh diet tinggi purin (eksogen) ataupun proses endogen
(pemecahan asam nukleat yang berlebihan).
Kejadian hiperurisemia disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik, usia,
jenis kelamin, berat badan berlebih dandiet. Gen PPARγ berperan dalam
meningkatkan kadar asam urat. Gen PPARγ berhubungan denganaktivitas xantin
oksidase maupun xantin reduktase, glukosa, tekanan darah, obesitas dan metabolisme
lipid. Hiperurisemia juga berhubungan dengan usia, prevalensi hiperurisemia
meningkat di atas usia 30 tahun pada pria dan di atas usia 50 tahun pada wanita. Hal
ini disebabkan oleh karena terjadi proses degeneratif yang menyebabkan penurunan
fungsi ginjal. Penurunan fungsi ginjal akan menghambat eksresi dari asam urat dan
akhirnya menyebabkan hiperurisemia .
Jenis kelamin juga mempengaruhi kadar asam urat. Prevalensi pria lebih
atinggi daripada wanita untuk mengalami hiperurisemia. Hal ini dikarenakan wanita
memiliki hormon estrogen yang membantu dalam eksresi asam urat. Hal ini
menjelaskan mengapa wanita pada post-menopausememiliki resiko hiperurisemia.
Obesitas memiliki peran dalam terjadinya hiperurisemian. Pada orang yang
mengalami obesitas, akan terjadi penumpukan adipose yang akhirnya akan
menyebabkan peningkatan produksi asam urat dan penurunan eksresi asam urat.
Berdasarkan patofisiologisnya, hiperurisemia atau peningkatan asam urat
terjadi akibat beberapa hal, yaitu peningkatan produksi asam urat, penurunan eksresi
asam urat, dan gabungan keduanya. Peningkatan produksi asam urat terjadi akibat
peningkatan kecepatan biosintesa purin dari asam amino untuk membentuk inti sel
DNA dan RNA. Peningkatan produksi asam urat juga bisa disebabkan asupan
makanan kaya protein dan purin atau asam nukleat berlebihan. Asam urat akan
meningkatkan dalam darah jika eksresi atau pembuangannya terganggu. Sekitar 90 %
penderita hiperurisemia mengalami gangguan ginjal dalam pembuangan asam urat
ini. Dalam kondisi normal, tubuh mampu mengeluarkan 2/3 asam urat melalui urin
(sekitar 300 sampai denga 600 mg per hari). Sedangkan sisanya dieksresikan melalui
saluran gastrointestinal (Soeroso dan Algristian, 2011).
Purin terdapat dalam semua makanan yang mengandung protein. Contoh
makanan yang mengandung tinggi purin adalah jeroan (misalnya, pankreas dan
timus), ikan asin, ikan sarden, daging kambing, sapi, hati, ikan salmon, ginjal, ayam
kalkun dan lain-lain. Kadar asam urat serum merupakan refleksi dari perilaku makan.
Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin dan konsumsi makanan
tinggi purin akan mengakibatkan meningkatnya kadar
asam urat total .
Asam urat juga berhubungan dengan berbagai penyakit seperti hipertensi,
penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus dan berbagai penyakit metabolik lainnya.
Mekanisme terjadinya hiperurisemia pada penyakit metabolik adalah karena
peningkatan kerja ginjal sehingga lama-kelamaan menyebabkan kelelahan ginjal dan
menurunkan kerja ginjal sehingga eksresi asam urat berkurang (Gustafsson dan
Unwin, 2013). Peningkatan asam urat juga dapat menyebabkan peningkatan C-
Reactive Protein (CRP). CRP merupakan biomarker terjadinya inflamasi sistemik,
yang kemudian mempermudah terjadinya penyakit metabolik seperti hipertensi dan
penyakit kardiovaskular (Krishnan, 2014).
Purin adalah protein yang termasuk dalam golongan nukleo-protein. Selain
didapat dari makanan, purin juga berasal dari penghancuran sel-sel tubuh yang sudah
tua. Pembuatan atau sintesis purin juga bisa dilakukan oleh tubuh sendiri dari bahan-
bahan seperti CO2, glutamin, glisin, asam urat, dan asam folfat. Diduga metabolit
purin diangkut ke hati, lalu mengalami oksidasi.
Daftar Pustaka

Soeroso.J,Algristian.H.,2011.”Asam Urat”,Penebar Plus,Jakarta.


Krishnan E. 2014. Interaction of Inflammation, Hyperuricemia, and the Prevalence of
Hypertension Among Adults Free of Metabolic Syndrome: NHANES 2009–2010. J
Am Heart Assoc. 3(2):1-10.

Gustafsson D danUnwinR. 2013. The Pathophysiology of Hyperuricaemia and Its


Possible Relationship to Cardiovascular Disease,Morbidity and Mortality. BMC
Nephrology.14:164
D. Perkolasi
1. Pengertian Perkolasi
Istilah perkolasi berasal dari bahasa latin per yang artinya melalui dan colare
yang artinya merembes. Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Perkolasi
dilakukan dalam wadah silindris atau kerucut (perkolator), yang memiliki jalan
masuk dan keluar yang sesuai. Bahan ekstraksi yang dimasukkan secara kontinu dari
atasmengalir lambat melintasi jamu yang umumnya berupa serbuk kasar. Hasil
ekstraksi berupa bahan aktif yang tinggi, ekstraksi yang kaya ekstrak. Dengan
demikian keuntungan perkolasi adalah pemanfaatan jamu secara optimal serta
memerlukan waktuyang singkat (Ansel, 1989;Voight, 1994).
Sebagai cairan pengekstraksi, air atau etanol lebih di sukai penggunaannya.
Ekstraksi air dari suatu bagian tumbuhan dapat melarutkan gula, bahan lendir,
amina,tannin, vitamin, asam organik, garam organik serta bahan pengotor lain. Pada
sediaan ekstraksi ini (infusa), zat-zat yang tersaring ialah zat-zat yang bersifat polar
saja. Penyaringan dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah
tercemar kuman dan kapang. Eleh karena itu, sari yang diperoleh tidak boleh
disimpan lebih dari 34 jam. Etanol dapat menyari zat yang tidak tersari oleh air yaitu
lemak, terpenoid,antrakinon, kumarin, flavonoid polimetil, resin, klorofil, isoflavon,
alkaloid bebas,kurkumin dan fenol lain. Etanol tidak menyebabkan pembengkakan
membran sel,sehingga memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut. Dalam bentuk
sediaan ekstrak etanol, selain dapat disimpan lebih lama, ekstrak juga dapat dipakai
berulang. (Voight, 1994).
Dalam ekstraksi ini digunakan larutan penyari etanol 70% karena merupakan
pelarut semipolar sehingga dapat menarik saponin dan tannin (Harbone, 1987).
Dengan etanol kadar 70% volume dapat dihasilkan bahan aktif yang optimal, karena
bahan pengotor hanya larut dalam skala kecil (Voight, 1994).
Di dalam melakukan proses perkolasi proses difusi yang berlangsung merupakan
fungsi dari kecepatan perkolasi, kuantitas pelarut, dan konsanta difusi obat pelarut.
Karena mudah dilakukan, perkolasi merupakan prosedur pilihan untuk kebanyakan
ekstraksi tanaman, seperti halnya maserasi. Perkolasi dapat dilakukan baik skala
laboratorium maupun skala industri.
2. Prinsip Kerja
 Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori
 Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut, cairan
penyari akanmelarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan
jenuh
 Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan
diatasnya,dikurangi oleh daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan
yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut,
tegangan permukaan,difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi)
3. Cara Kerja
Menurut Farmakope indonesia, penyarian dengan metode perkolasi dilakukan
sebagai berikut :
 Membasahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus
yang cocok dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari
 Dimasukkan kedalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
 Kemudian massa dipindahkan sedikit-demi sedikit kedalam perkolator sambil
tiap kali ditekan-tekan hati-hati
 Setelah itu, dituangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan penyari
mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari.
 Perkolator ditutup dan biarkan selama 24 jam
 Selanjutnya, cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1ml/menit
 Tambahkan cairan penyari berulang-ulang secukupnya, hingga selalu terdapat
selapiscairan penyari diatas simplisia, hingga jika 500 mg perkolat yang keluar
terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa.
 Perkolat kemudian disuling atau diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu
tidak lebih dari 50˚C hingga konsistensi yang dikehendaki
4. Keuntungan
 Tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah
dari ekstrak.
 Cara perkolasi yang digunakan lebih mudah dan sederhana dilakukan
 Perkolasi merupakan prosedur pilihan untuk kebanyakan ekstraksi tanaman,
sepertihalnya maserasi.
 Perkolasi dapat dilakukan baik skala laboratorium maupun skala industry
5. Kerugian
 Kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan
metode refluks
 Pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan
komponen secara efisien.
 Simplisia harus dibasahi terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam
perkolator
 Massa simplisia dalam perkolator tergantung pada tinggi perkolator.
 Simplisia lebih memadat (kompak) sesudah beberapa kali terjadi proses ekstraksi
awaldan hal ini dapat menghalangi kelancaran aliran pelarut.
 Perolehan kembali pelarut yang tertahan di dalam ampas sering memerlukan
proses tambahan dan hal yang sama berlaku untuk mengeluarkan ampas dan
menarik bahan aktif dari ampas

Secara umum proses perkolasi ini dilakukan pada temperatur ruang. Sedangkan
parameter berhentinya penambahan pelarut adalah perkolat sudah tidak mengandung
senyawa aktif lagi.Pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat pada
tetesan perkolat yang sudahtidak berwarna.
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena
a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
denganlarutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat
perbedaankonsentrasi.
b. Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir
cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut
cukup untuk mengurangi lapisan batas,sehingga dapat meningkatkan perbedaan
konsentrasi
Daftar Pustaka
Ansel.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi 4. Jakarta : UI-press
Voight, R. 1994. Buku pelajaran teknologi farmasi edisi V. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada Pres

Вам также может понравиться