Вы находитесь на странице: 1из 8

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Endometritis

a. Definisi

Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari


rahim). infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau
infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim.(1)

b. Penyebab

Infeksi umumnya disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat patogen.

1. Streptoeoceus baemolyticus golongan A – D sangat berbahaya 50 %.


2. Dari semua kematian karena nifas.
3. Septikomia kuman-kuman dan sarangnya di uterus langsung masuk ke
dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum dan dibawa
oleh aliran darah ke tempat-tempat lain antara lain : paru-pari, ginjal,
jantung, dll, dan menyebabkab terjadi abses.

c. Patofisiologi

Kuman-kuman memasuki endometritis, biasanya pada luka insersio


plasenta dan dalam waktu singkat mengikuti seluruh endometrium, infeksi
dengan kuman yang tidak beberapa potogen radang terbatas pada
endometrium. Jaringan desi dua bersama-sama dengan bekuan dari menjadi
nekrolis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keeping-keping
nekrolis serta cairan. Infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat
dilampaui dan terjadilah penjalaran, penyebaran melalui pembuluh darah,
septikemia dan piemia.(2)
d. Tanda dan Gejala

Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis


sebagai berikut (1)

1. Nyeri abdomen bagian bawah


2. Mengeluarkan keputihan

3. Kadang-kadang terdapat perdarahan

4. Dapat terjadi penyebaran :

a. Meometritis (infeksi otot rahim)

b. Parametritis (infeksi sekitar rahim)

c. Salpingitis (infeksi saluran tuba)

d. Ooforitis (infeksi indung telur)

e. Dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar)

f. Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau


indung telur

5. terjadinya infeksi endometrium pada saat :

a. persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama


pada persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan

b. pada saat terjadi keguguran

c. saat pemasangan alat rahim yang kurang legeartis

d. Bidan dapat mengambil tindakan agar infeksi endometritis tidak makin


menjadi sepsis atau pelveoperitonitis dengan jalan melakukan
konsultasi dan merujuk penderita untuk mendapatkan pelayanan medis
yang lebih bermutu.(1)
e. Pembagian Endometritis

1. Endometritis Akuta(4)

Endometrium mengalami edema dan heperemi. Penyebabnya antara lain :

a. Infeksi pada gonorhea

Infeksi gonorrhea dimulai sebagai servisitis akuta, dan radang menjalar


keatas dan memyebabkan endometritis akuta.

b. Infeksi pada abortus dan partus

Alat-alat yang digunakan pada abortus dan partus tidak suci hamaysng
dapat membawa membeawa kuman kedalam uterus

c. Tindakan yang dilakukan dalam uterus diluar partus atau abortus

Seperti : kerokan, memasukkan radium kedalam uterus, memasukkan


IUD kedalam uterus.

Gejala – gejala :

a. Penderita panas tinggi


b. Kelihatan sakit keras
c. Keluar leukoria yang bernanah
d. Uterus serta daerah disekitarnya nyeri pada perabaan

2. Endometritis Kronika(4)

Gejala klinis dari endometritis kronika ialah leukorea & menorragia.


Endometritis kronika biasanya ditemukan pada :

a. Pada tuberkulosis
b. Jka tertinggal dari sisa-sisa abortus / partus
c. Jika terdapat korpus alienum di kavum uteri
d. Pada polip uterus dengan infeksi
e. Tumor ganas uterus
f. Salpingo – ooforitis & Selulitis pelvik

2.2 Salpingitis-ooforitis

a. Definisi

Penyakit Radang Panggul (Salpingitis, PID, Pelvic Inflammatory


Disease) adalah suatu peradangan pada tuba falopii (saluran menghubungkan
indung telur dengan rahim). (5)

Peradangan tuba falopii terutama terjadi pada wanita yang secara


seksual aktif. Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD.
Bisanya peradangan menyerang kedua tuba. Infeksi bisa menyebar ke rongga
perut dan menyebabkan peritonitis.(5)

b. Etiologi

Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri


masuk melalui vagina dan bergerak ke rahim lalu ke tuba falopii.90-95%
kasus PID disebabkan oleh bakteri yang juga menyebabkan terjadinya
penyakit menular seksual (misalnya klamidia, gonore, mikoplasma,
stafilokokus, streptokokus). Infeksi ini jarang terjadi sebelum siklus
menstruasi pertama, setelah menopause maupun selama kehamilan. (5)

Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri


juga bisa masuk ke dalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan
(misalnya pemasangan IUD, persalinan, keguguran,
aborsi dan biopsy endometrium). (6)

Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah:


 Aktinomikosis (infeksi bakteri)
 Skistosomiasis (infeksi parasit)
 Tuberkulosis.
 Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.

c. Pembagian Salpingitis – Oofiritis


1. Salpingo – Oofiritis / Adneksitis (4)

Radang tuba falofii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan

a. Akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus


b. Sebab-sebab yang paling banyak terdapat : infeksi gonorhea, infeksi
purperal dan post abortum

2. Salpingo Ooforitis Akuta

Disebabkan oleh gonorhea sampai ke tuba dari uterus melalui mukosa.

a. Gambaran klinis :

1. Demam
2. Leukositosis
3. Rasa nyeri kiri atau kanan uterus

b. Diagnosis :

1. Appendisitis akuta
2. pielitis akuta
3. torsi adneksa
4. kehamilan ektopik terganggu.(6)

c. Therapi :

1. Istirahat baring
2. Perawatan umum
3. Analgetika & antibiotika

Pada Salpingo – Oofiritis akuta jarang memerlukan terapi


pembedahan, pembedahan baru dilakukan jika:

1. Terjadi rupture piosalping atau abses ovarium


2. Terdapat gejala-gejala ileus karena perlekatan
3. Terdapat kesukaran untuk membedakan antara appendisitis akuta
dan Salpingo – Oofiritis akuta.(6)

3. Salpingo – Ooforitis Kronika


a. Dapat diadakan pembagian antara :

1. Hidrosalping atau Penutupan ostium tuba abdominalis

Sering kali ditemukan bilateral, benbentuk seperti pipatemkau dan


dan dapat menjadi sebesar jeruk keprok.

Hidrosalphing dapat berupa :

- Hidrosalphing simplek : Terdapat satu ruangan dinding tipis


- Hidrosephaling follikuler : terbagi dalam ruangan – runagan
kecil.

2. Piosalping atau Pada stadium menahun atau kantong dengan


dinding tebal berisi nanah
3. Salpingitis interstisialis kronika

Dinding tuba menebal dan tampak fibrosis, ditemukan


pengumpulan nanah sedikit ditengah-tengah jaringan otot dan
terdapat perlengketan dengan jaringan-jaringan disekitarnya.(6)

4. Kista tubo-ovarial, abses tubo – ovarial

Pada kista tubo-ovarial, hidrosalphing bersatu dengan kista folikel


ovarium dan pada abses tubo-ovarial piosalping bersatu dengan
abses ovarium.(6)

5. Abses ovarial
6. Salpingitis tuberkulosa atau bagian penting dari tuberkulosis
genitalia

b. Gambaran klinik :

1. Tidak terlalu jelas


2. Bisa didahului penyakit akut dengan panas rasa nyeri kuat di perut
bagian bawah.

c. Therapi

1. Therapi antibiotika dengan spektrum luas


2. Therapi diatermi
3. Therapi operatif(4)
4. Pemeriksaan

a. pemeriksaan fisik
b. pemeriksaan panggul dan perabaan perut.
c. Pemeriksaan lain yang biasa dilakukan:
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksan cairan dari serviks
3. Kuldosentesis
4. Laparoskopi
5. USG panggul.(6)
1. http://bk17s.wordpress.com/
2. http://www.siaksoft.net/index.php?
option=com_content&task=view&id=2475&Itemid=102
3. file:///tanda%20dan%20gejala%20endometritis.htm
4. http://assameha.blogspot.com/2008/03/radang-beberapa-penyakit-lain.html
5. http://arbaa-fivone.blogspot.com/2007_06_01_archive.html
6. Sarwono. 2007. Ilmu kandungan. Penerbit : YBP-SP. Jakarta

Вам также может понравиться