2. Metode sekensing dapat berupa metode maxam – gilbert, metode sanger, dan automated sequencing. Metode maxam gilbert atau metode degradasi kimia (chemical degradation method) dikembangkan oleh Maxam dan Gilbert pada tahun 1977. Sekuen molekul DNA untai ganda ditentukan dengan perlakuan menggunakan bahan kimia yang memotong molekul DNA pada posisi nukleotida tertentu. Fragmen DNA yang akan disekuens dilabeli menggunakan zat radioaktif pada ujung 5’. Molekul DNA terlebih dahulu dipotong-potong secara parsial menggunakan piperidin. Ikatan antara fosfat dan gula dipotong dengan piperidin (modifikasi waktu pemotongan dan konsentrasi piperidin akan menghasilkan potongan dengan berbagai ukuran). Basa dimodifikasi secara spesifik. Pengaturan masa inkubasi atau konsentrasi piperidin akan menghasilkan fragmen-fragmen DNA yang bermacam-macam ukurannya. Selanjutnya, basa dimodifikasi menggunakan bahan-bahan kimia tertentu. Dimetilsulfat (DMS) akan memetilasi basa G, asam format menyerang A dan G, hidrazin akan menghidrolisis C dan T, tetapi garam yang tinggi akan menghalangi reaksi T sehingga hanya bekerja pada C. Dengan demikian, akan dihasilkan empat macam fragmen, masing-masing dengan ujung G, ujung A atau G, ujung C atau T, dan ujung C (Pierce 2002 : 260). 3. Editing genom adalah cara terbaru untuk melakukan rekayasa genetika.CRISPR/CAS9 adalah salah satu teknik yang paling banyak digunakan saat ini. a. Tujuan dari metode ini adalah untu mengedit susunan sekuens DNA pada genom sehingga merubah asam amino yang dikode dan pada akhirnya merubah sifat organisme (Prihartini, 2015). Tujuan dari metode ini tak lain adalah mengedit susunan basa DNA pada genom sehingga ketika diterjemahkan dalam bahasa asam amino bisa merubah sifat dari organisme tersebut. Teknologi genome editing tergolong baru karena baru resmi untuk beberapa genome editing yang telah digunakan diantaranya Zinc Finger Nucleses (ZFNs) dan Transcription Activator-Like Efefctor Nudeases. b. ketika ditemukan sebuah teknologi CRISPR-Cas9 yang mampu membuat teknik editing gen yang lebih simpel dan memungkinkan untuk diaplikasikan pada manusia. Bisa untuk mengatasi berbagai penyakit genetik, bahkan memodifikasi sifat-sifat yang sebelumnya hanya ada di cerita fiksi ilmiah, seperti manusia super hero dengan tulang yang kuat, warna kulit berbeda, memperlambat penuaan dini, dan lainnya c. Jawabannya tidak. Karena sekitar aTahun 2013 muncul sebuah publikasi ilmiah dari para ilmuwan dunia mengenai Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats (CRISPR)[1]. CRISPR merupakan sebuah metode gene editing yang digunakan untuk memodifikasi gen, tidak hanya pada Sel Somatik (sel tubuh selain sel telur dan sperma), namun juga pada Sel Germinal (sel telur dan sperma) sehingga mampu bersifat diturunkan dari generasi ke generasi. CRISPR diciptakan oleh Jennifer Doudna bersama rekannya Emmanuelle Charpentier untuk mengedit genom (set lengkap DNA organisme) yang diberi nama CRISPR-Cas9. CRISPR juga disebut sebagai suatu sistem vaksinasi yang dirancang oleh tubuh bakteri saat menerima infeksi dari Bacteriophage (jenis virus yang menginfeksi bakteri)[6]. Ketika tubuh bakteri terjangkit virus, maka CRISPR akan menyimpan bagian dari virus tersebut untuk dikenali jika suatu saat virus yang sama menyerang kembali dan juga untuk pertahanan diri. Dalam pertahanan diri, kinerja CRISPR dibantu oleh Cas (CRISPR-associated proteins) yang berupa enzim untuk memotong DNA virus[4]. Jenis enzim yang paling dikenal adalah Cas9. Penemuan ini digadang-gadang menjadi cara paling efektif, efisien, dan tidak memakan biaya yang besar dalam mengobati penyakit genetik, bahkan untuk menambahkan gen tertentu dalam memodifikasi fisik maupun intelijensi manusia. Lantas, bagaimana sebenarnya cara kerja CRISPR ini? Ketika virus Bacteriophage menginfeksi bakteri, virus ini akan menyuntikkan DNA. Sistem CRISPR akan memetik DNA virus dan dimasukkan ke dalam kromosom DNA bakteri. Ketika bakteria mendeteksi adanya kehadiran dari DNA virus, bakteri memproduksi dua RNA pendek yang merupakan ulangan atau replika dari DNA virus. RNA ini kemudian mengikat protein atau enzim Cas9 dan membentuk suatu kompleks (ikatan) yang berfungsi sebagai pelindung dalam sel. Kompleks (ikatan) yang terbentuk ini kemudian memungkinkan Cas9 untuk memotong DNA virus dengan sangat tepat. Para pencipta CRISPR-Cas9 ini meyakinkan bahwa kompleks (ikatan) ini diprogram untuk mengenali urutan DNA tertentu, sehingga tidak terjadi salah pemotongan[5] 4. Metabarcoding a. identifikasi berdasarkan DNA dianggap lebih obyektif daripada berdasarkan morfologi dan anatomi, karena DNA atau Deoxyribo Nucleic Acid merupakan asam nukleat yang menyimpan semua informasi tentang genetik, dan informasi tersebut tidak akan berubah walaupun berubah habitat, di banding dengan Penggunaan karakter morfologi yang sering menghasilkan taksonomi yang kurang akurat sehingg dibutuhkan karakter yang tidak mudah berubah walaupun terjadi perubahan habitat. b. Karena Prinsip kerja dari teknik metabarcoding ini memanfaatkan jejak DNA yang ditinggalkan hewan di dalam air. Jejak DNA memungkinkan kita untuk menganalisis berbagai jenis hewan yang meninggal jejak DNA di air dalam satu kali proses sampel sehingga waktu relatif lebih singkat dan perolehan data yang jauh lebih banyak dan beragam. Jadi dapat dipastiakn spesies yang terdapat di dalam kantong semar tersebut berjumlah 7 spesies. c. Gen cytochrome oxidase subunit I (CO 1) telah dipilih menjadi salah satu gen yang sekuennya digunakan dalam barcoding (penanda),karena gen ini mempunyai sifat-sifat yang memenuhi persyaratan untuk digunakan dalam menentukan identitas spesies pada hampir semua binatang tingkat tinggi. Gen CO 1 memiliki banyak kelebihan untuk mempelajari karakteristik genetik karena sedikit sekali mengalami delesi dan insersi pada sekuennya, serta banyak bagian yang bersifat conserve (lestari) sehingga dapat digunakan sebagai DNA barcoding pada sebagian besar spesies (Hebert et al. 2003). Gen CO 1 juga dapat digunakan untuk merekonstruksi filogenetik pada cabang evolusi tingkat spesies (Palumbi 1996). Selain itu susunan asam amino dari protein yang disandi gen CO 1 jarang mengalami substitusi sehingga gen CO 1 bersifat stabil dan dapat digunakan sebagai penanda analisis filogeni, namun basa-basa pada triple kodonnya masih berubah dan bersifat silent yaitu perubahan basa yang tidak merubah jenis asam amino. 5. Terapi gen: a. Terapi gen bertujuan untuk terapi yang digunakan dalam memperbaiki gen-gen mutan(abnormal/cacat) yang bertanggung jawab terhadap terjadinya suatupenyakit. Terapi gen diciptakan untuk mengobati penyakit keturunan (genetik) yang terjadi karenamutasi pada satu gen, seperti penyakit fibrosis sistik. b. Prinsip aplikasi terapi gen Prinsip-prinsip terapi gen adalah gen yang akan dipindahkan itu harus diletakkan ke dalam sel yang akan berfungsi normal dan efektif. Untuk hemofilia gen harus diletakkan ke dalam sel yang akan menghantarkan protein faktor VIII atau faktor IX ke dalam peredaran darah. Saat ditransfer, gen tersebut harus berfungsi dalam sel dalam jangka waktu yang lama, demikian pula sel baru yang disebut transduced cell, harus pula bertahan lama. Program terapi gen terbagi dalam dua jenis. Pertama, pemindahan gen dilakukan di dalam tubuh pasien (in vivo transfer). Kedua, pemindahan gen dilakukan di luar tubuh pasien (ex vivo transfer). Terapi gen in vivo transfer bersandarkan pada kemampuan sel-sel untuk menyerap DNA. Peneliti berharap dapat memetakan gen yang berfungsi normal sehingga memungkinkan sel-sel menerimanya sesegera mungkin, misalnya melalui penyuntikan. Sedangkan ex vivo transfer, gen yang berfungsi normal disisipkan ke dalam sel di dalam laboratorium. Kemudian sel yang telah ditransferkan ke gen baru tadi di letakkan ke dalam tubuh pasien. c. Contoh Vektor yang digunakan dalam terapi gen : Retrovirus Kelebihan - Retrovirus dapat menginfeksi sel yang sedang membelah karena virus inimemiliki kemampuan untuk menembus porinukleus saat siklus mitosis - Provirusmemiliki kemampuan untuk ditranskripsi danditranslasi seperti gen lainnya. Hasil ekspresiprovirus telah mengandung gen target yangakan digunakan untuk terapi serta gen dariretrovirus itu sendiri. Kekurangan - Materi genetik retrovirus cenderung kurang stabil karenaberupa RNA. Untuk dapat disisipi gen targetyang akan ditransfer ke sel target, RNAretrovirus harus ditranskripsi balik terlebihdahulu membentu cDNA (complementaryDNA) sebelum disisipi gen target. - Adanyakemungkinan penyisipan gen virus di fragmengenom manapun pada sel inang dimana haltersebut dapat mengakibatkan terjadinyamutasi apabila penyisipan gen virus terjadi pada bagian tengah dari genom sel inang. - penyisipan yang tidak terkontrolletaknya dapat mengakibatkan tidak terkontrolnya pembelahan sel yang terjadisehingga dapat mengakibatkan kanker.