Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Hidrogeologi
Secara umum keberadaan air tanah di bagi dalam 2 tipe yaitu pada vadoze zone dan
phreatic zone. Pada vadoze zone dibagi menjadi 3: soil water, intermediate vadoze zone dan
air kapiler. Pada phreatic zone atau saturated zone (zona jenuh air) terdapat air tanah
(ground water).
Daerah soil water sebagian besar digunakan untuk pertanian (merupakan sumber air
bagi tanaman). Air akan hilang karena adanya transpirasi, evaporasi dan perkolasi ketika air
terlalu jenuh. Zona di bawah soil water adalah zona tengah (intermediate vadoze zone).
Meskipun sebagian besar bergerak ke bawah, tetapi sebagian ada yang tertahan tetapi
tidak dapat diambil. Pipa kapiler berada pada bagian bawah zona tengah, dimana mata air
naik ke atas karena gaya kapiler. Ketika kapasitas air tanah karena daya kapileritas sudah
jenuh, maka air mulai mengalami perkolasi karena adanya gravitasi (Driscolll,1997 dalam
Kodoatie, 2012)
Muka air tanah (water table) merupakan pemisah antara zona air tanah atau phreatic
water dengan pipa kapiler. Muka air tanah (water table) secara teoritis merupakan
perkiraan elevasi air permukaan pada sumur yang merembes pada jarak yang pendek ke
zona jenuh. Jika air tanah mengalir horizontal, elevasi muka air sumur sangat berhubungan
dengan muka air tanah.
2
2.1.1 Cekungan Air Tanah
Selain dikaitkan dengan keberadaan air, daerah CAT dan non-CAT mempunyai
karakter yang berbeda dari sisi geologi, keberadaan dan gerakan air baik di bawah
muka bumi maupun di atas muka bumi sehingga mempengaruhi morfologi fluvial di
bagian atasnya baik di daerah aliran sungai (DAS) maupun di sistem jaringan sungai.
3
Akuifer dengan aliran air tanah melalui ruang antar butir/partikel tanah
umumnya merupakan akuifer yang terletak di daerah aluvial. Di daerah ini materialnya
berupa tanah (soil) atau endapan (sediments) yang lepas (loose), belum
termampatkan (uncosolidated), tak melekat (not cemented) bersama menjadi batuan
padat, tererosi, tersimpan dan terbentuk (reshaped) oleh air dalam suatu
bentuk/kondisi (form) bukan bentukan laut (non-marine setting).
Dominan CAT terletak di daerah aluvial. Sungai yang melalui daerah aluvial
disebut sungai aluvial dan merupakan sungai dengan sifat aliran dalam regim (regime
flow). Pengertian sungai dengan regime flow adalah sungai yang berusaha atau
berubah dalam upaya mencapai keseimbangan antara degradasi dan gradasi sedimen.
CAT dan sistem fluvial di daerah ini akan saling mempengaruhi dalam proses
pencapaian keseimbangan alam. Namun ada juga CAT yang tidak terletak di daerah
aluvial.
Batuan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sumber daya air, baik
dari sisi sumber air, daya air maupun keberadaan air. Terhadap air permukaan batuan
memberikan pengaruh antara lain terhadap sistem fluvial yaitu sistem Daerah Aliran
Sungai (DAS) dan jaringan sungainya. Pengaruhnya diantaranya adalah adanya
perubahan morfologi sungai yaitu terjadinya meander atau braided, perubahan
kemiringan, perubahan bentuk DAS baik dalam skala waktu (time) maupun skala ruang
(space). Gerakan-gerakan tektonik dan deformasi batuan juga mengkontribusi
perubahan sungai. Pada bagian dasar groundwater ada kontak antara air dan batuan
yang memberikan pengaruh kimiawi terhadap air. Sehingga kandungan kimia air yang
mengalir akan mengalami evolusi sesuai dengan lokasi aliran air.
Kondisi sirkulasi dan pembilasan air tanah di daerah hilir adalah rendah berbeda
dengan di daerah hulu atau tengah DAS. Umumnya mempunyai sifat-sifat: aliran air
yang lebih lembam (sluggish) dimana larutan mineral cukup banyak karena
pembilasan air rendah. Daerah ini terjadi di pantai dan umumnya disebut daerah
lepasan (discharge area). Proses-proses yang terjadi pada daerah ini meliputi
pengendapan kimia, pengurangan sulfat, filtrasi selaput, dimana unsur-unsur
dominannya adalah TDS tinggi, Na, SO4 dan Cl.
4
Batuan beku terbentuk dari hasil pembekuan magma yang berbentuk cair dan
panas. Magma tersebut mendingin dan mengeras di dalam atau di atas permukaan
bumi (Bishop et al., 2007 dalam Kodoatie, 2012). Proses pembentukan batuan beku
dapat dibedakan menjadi dua cara, ialah secara intrusif dan ekstrusif. Batuan beku
yang terbentuk dari hasil pembekuan cairan magma yang terjadi jauh di bawah
permukaan tanah (di dalam tanah) disebut batuan beku intrusif (batuan plutonik)
contoh granit, diorit, dan gabro, sedangkan batuan beku yang terbentuk dari hasil
pembekuan cairan magma yang terjadi di permukaan tanah disebut batuan beku
ekstrusif contoh lava basalt, andesit, dan riolit (Goodman, 1993 dalam Kodoatie,
2012). Batuan beku yang terbentuk di luar kulit bumi melalui kegiatan vulkanik disebut
batuan vulkanik, sedangkan yang terbentuk di dalam kulit bumi disebut batuan
plutonik.
Dalam bentuk pejal, formasi batuan ini relatif kedap atau tidak lulus air dan oleh
sebab itu tidak dapat menyimpan dan melalukan air, sehingga disebut sebagai akuifug
atau perkebal (aquifuge). Namun apabila formasi batuan ini mempunyai banyak
rongga, celahan, dan rekahan akibat proses pembentukan dan akibat gaya geologi,
maka formasi batuan ini dapat bertindak sebagai formasi batuan pembawa air atau
akuifer. Komponen cekungan meliputi akuifer, akuiklud dan akuitar (Gambar 2.3).
a. Akuifer (Aquifer)
• Akuifer Bebas
5
• Akuifer Tertekan
Merupakan akuifer jenuh air yang dibatasi oleh akuiklud pada lapisan atas
dan bawahnya dan tekanan air lebih besar daripada tekanan atmosfir. Akuifer
tertekan terisi penuh oleh air tanah dan tidak mempunyai muka air tanah yang
bersifat bebas, sehingga pengeboran yang menembus air ini akan menyebabkan
naiknya muka air tanah di dalam sumur bor yang melebihi kedudukan semula,
dilihat pada alat piezometer maka disebut sebagai muka pisometrik (piezometric
level). Istilah pisometrik dipakai sebelumnya, saat ini dikenal dengan istilah
potensiomentrik. Kedudukan permukaan potensiometrik ini dapat berada di atas
permukaan tanah setempat (artesis positif) yang menghasilkan air tanah yang
mengalir sendiri (flowing water/artesian), sedangkan jika kenaikan muka airnya
berada di bawah permukaan tanah setempat maka disebut artesis negatif.
Merupakan akuifer jenuh yang dibatasi oleh lapisan atas akuitar dan
lapisan bawahnya akuiklud. Akuifer ini merupakan confined atau unconfined
yang dapat meloloskan dan memperoleh air melewati salah satu atau kedua
batas formasinya baik atas maupun bawah.
6
Gambar 2.3 Cekungan akuifer air tanah
b. Akuiklud (aquiclude)
Suatu lapisan, formasi atau kelompok formasi satuan geologi yang impermeabel
dengan nilai hidraulik yang sangat kecil sehingga tidak memungkinkan air
melewatinya. Dapat dikatakan juga lapisan pembatas atas dan bawah suatu akuifer
tertekan.
c. Akuitar (aquitard)
Suatu lapisan, formasi atau kelompok formasi satuan geologi yang permeabel
dengan nilai konduktivitas hidrolik kecil namun masih memungkinkan air melewati
lapisan ini walaupun dengan gerakan lambat. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan
pembatas atas dan bawah dari semi confined/uncofined aquifer.
2.2 Geolistrik
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang bertujuan mengetahui sifat-
sifat kelistrikan lapisan batuan dibawah permukaan tanah dengan cara menginjeksikan arus
listrik ke dalam tanah. Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika aktif, karena arus
listrik berasal dari luar sistem. Tujuan utama dari metode ini sebenarnya adalah mencari
resistivitas atau tahanan jenis dari batuan. Resistivitas atau tahanan jenis adalah besaran
atau parameter yang menunjukkan tingkat hambatannya terhadap arus listrik . Batuan yang
memiliki resistivitas makin besar, menunjukkan bahwa batuan tersebut sulit untuk dialiri
oleh arus listrik. Selain resistivitas batuan, metode geolistrik juga dapat dipakai untuk
menentukan sifat-sifat kelistrikan lain seperti potensial diri dan medan induksi.
Resistivitas batuan dapat diukur dengan memasukkan arus listrik ke dalam tanah
melalui 2 titik elektroda di permukaan tanah dan 2 titik lain untuk mengukur beda potensial
di permukaan yang sama. Hasil pengukuran geolistrik dapat berupa peta sebaran tahanan
jenis baik dengan jenis mapping atau horisontal maupun sounding atau kedalaman. Hasil
pengukuran geolistrik mapping maupun sounding disesuaikan dengan kebutuhan
diadakannya akuisisi data serta jenis konfigurasi yang digunakan.
7
Ada 3 metode pengambilan data geolistrik, yaitu :
Metode geolistrik resistivitas atau tahanan jenis adalah salah satu dari kelompok
geolistrik yangdigunakan untuk mempelajari keadaan permukaan dengan mempelajari
sifat aliran listrik di dalam batuan di bawah permukaan bumi. Metode resistivitas
umumnya digunakan untuk eksplorasi dangkal. Prinsip dalam metode ini yaitu arus
listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua elektroda arus, sedangkan beda
potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda potensial. Dari hasil pengukuran
arus dan beda potensial listrik dapat diperoleh variasi harga resistivitas listrik pada
lapisan di bawah titik ukur.
8
Self potential adalah potensial spontan yang ada di permukaan bumi yang
diakibatkan oleh adanya proses mekanis ataupun oleh proses elektrokimia yang
dikontrol oleh air tanah. Proses mekanis akan menghasilkan potensial elektrokinetik
sedangkan proses kimia akan menimbulkan potensial elektrokimia (potensial liquid-
junction, potensial nernst) dan potensial mineralisasi.
Komponen rekaman data potensial diri yang diperoleh dari lapangan merupakan
gabungan dari 3 (tiga) komponen dengan panjang gelombang yang berbeda, yaitu efek
topografi (TE), SP noise (SPN), dan SP sisa (SPR). Metod potensial diri (SP) merupakan
salah satu metode geofisika yang prinsip kerjanya adalah mengukur tegangan statis
alam (static natural voltage) yang berda di kelompok titik – titik di permukaan tanah.
Potensial diri umumnya berhubungan dengan perlapisan tubuh mineral sulfide
(weathering of sulphide mineral body), perubahan dalam sifat – sifat batuan
(kandungan mineral) pada daerah kontak – kontak geologi, aktiditas bioelektrik dari
material organik, korosi, perbedaan suhu dan tekanan dalam fluida di bawah
permukaan dan fenomena – fenomena alam lainnya. Metode ini biasa digunakan
untuk mencari kebocoran pipa dan kerentakan struktur bangunan.
2.2.2 Konfigurasi
9
Konfigurasi adalah susunan elektroda yang digunakan dalam metode geolistrik.
Secara garis besar terdapat beberapa jenis konfigurasi elektroda yaitu Wenner,
Schlumberger, Pole-dipole, dan Dipole-dipole.
a. Wenner
Tahanan jenis semu yang terukur dalam metode ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
(
9)
Faktor geometri
Dengan a adalah jarak antar elektroda terdekat dan R adalah nilai hambatan
yang terukur. Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan
tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena
elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB. Sedangkan kelemahannya
adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa
berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi
Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan factor non homogenitas batuan, sehingga
hasil perhitungan menjadi kurang akurat.
b. Schlumberger
10
Gambar 2.5 Susunan elektroda konfigurasi Schlumberger
Tahanan jenis semu yang terukur dalam metode ini dapat dirumuskan sebagai berikut
(10)
Faktor geometri
Dengan a adalah jarak antara pusat pengukuran dan elektrode arus, b adalah
jarak antarelektrode potensial, dan R adalah nilai hambatan yang terukur. Pada
konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingga jarak
MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur,
maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah.
Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB.
Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka ketika jarak
AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar. Pertimbangan
perubahan jarak elektroda MN terhadap jarak elektroda AB yaitu ketika pembacaan
tegangan listrik pada voltmeter sudah demikian kecil, misalnya 1.0 milliVolt.
11
Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah tercapai perbandingan
antara jarak MN berbanding jarak AB = 1:20. Perbandingan yang lebih kecil misalnya 1
: 50 bisa dilakukan bila mempunyai alat utama pengirim arus yang mempunyai
keluaran tegangan listrik DC sangat besar, katakanlah 1000 Volt atau lebih, sehingga
beda tegangan yang terukur pada elektroda MN tidak lebih kecil dari 1.0 milliVolt.
c. Pole-dipole
Tahanan jenis semu yang terukur dalam metode ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
(
11)
Faktor geometri
d. Dipole-dipole
(
12)
Faktor geometri
Wenner array
Schlumberger array
Pole-pole array
Dipole-dipole array
13
Gambar 2.8 Pola sensitivitas untuk Konfigurasi: (a) Wenner, (b) Wenner-
Schlumberger, dan (c) dipole-dipole.
14
BAB III PERALATAN
3.1 Peralatan Geolistrik
3.1.1 GF Instrument ARES (Automatic Resistivity)
ARES Box
Kabel T Elektroda
ARES Adaptor
Konektor PC - ARES
15
3.1.2 Aksesoris GF Instrument ARES (Automatic Resistivity)
16
3.2 Alat Pendukung Lapangan
Peta Geologi
Kompas Geologi
GPS
Meteran
Palu
17
T-Terminal
Handy Talky
Genset
Kabel Genset
Jas Hujan
Tramontina / Golok
Karpet Karet
Payung
18
BAB IV METODE PEKERJAAN
19
batuan sedimen berlapis kita melakukan pengukuran jurus dan kemiringan / strike dan
dip pada batuan sedimen yang berada di singkapan sekitar lokasi penyelidikan.
Keberadaan singkapan tersebut dapat kita temukan pada sungai atau tebing yang
berada di sekitar lokasi penyelidikan (Gambar 4.2). Pengukuran jurus dan kemiringan
itu sendiri kita lakukan menggunakan kompas geologi. Setelah kita mendapatkan jurus
/ strike dari lapisan yang berada di lokasi penyelidikan baru kita dapat menyimpulkan
arah bentangan kabel elektroda tersebut.
Goa karst itu sendiri memiliki lokasi secara acak sesuai lokasi pengikisan atau
sesuai keberadaan air bawah tanah. Oleh karena itu penentuan bentangan kabel
20
elektroda pada batugamping dilakukan dengan cara lebih dari 1 kali pengukuran. Hal
ini ditunjukkan untuk mengetahui keberadaan goa karst tersebut.
a. Pembentangan Kabel
Pembentangan kabel dilakukan setelah diketahui arah bentangan dari kabel tersebut,
setelah kabel dibentangkan, tanam pasak pada tanah (hindarkan pasak dari akar, aspal,
kerikil, atau batuan). Lalu kaitkan pasak menggunakan o-ring pada penghantar elektroda
yang berada di kabel elektroda.
21
b. Menghubungkan kabel elektroda – GF Instrument ARES
Setelah semua kabel dibentangkan dan pasak terpasang, kemudian hubungkan kedua
bentangan kabel elektroda ke kabel T elektroda. Setelah itu baru pasang kabel T elektroda
ke GF Instrument ARES.
Cara penggunaan alat perlu diketahui oleh semua operator geolistrik. Berikut langkah
22
– langkah penggunaan alat GF Instrument ARES :
23
15. Start measurement – putar kunci untuk memulai pengukuran
16. Warning, Avg-res : (rata – rata resistan pasak yang tertanam), Disconnected : (jumlah
elektroda yang tidak terhubung). Apabila ada pemberitahuan jarak elektroda dan
besar resistan, maka harus dilihat terlebih dahulu besar resistivitas dari elektroda
tersebut. Contoh :
a. Avg-res : 56 ꭥ, sedangkan ada peringatan Resistance : 138 ꭥ. Maka dapat
disimpulkan ada perbedaan jenis tanah pada titik eletroda yang ditunjukkan
tetapi tidak terlalu signifikan, jadi tidak perlu dilakukan dummy pada titik
tersebut.
b. Avg-res : 56 ꭥ, sedangkan ada peringatan Resistance : 594 ꭥ. Maka harus
dilakukan perpindahan titik pasak tetapi masih disekitar titik pasak awal,
kemudian diberi air pada saat pemasangan pasak. Apabila setelah dilakukan
prosedur tersebut tetapi masih besar perbedaan angka Resistance dan Avg-res
maka sebaiknya dilakukan dummy pada titik tersebut.
17. Dummy dapat dilakukan apabila titik pasak terletak pada jalan aspal, bebatuan, semen
atau pondasi bangunan (maksimal 12 lokasi).
18. Setelah semua dilakukan dapat dilakukan pengambilan data geolistrik lokasi tersebut.
Ada 2 Software yang digunakan untuk pengolahan data dari GF Instrument ARES yaitu ARES
dan Res2Dinv. ARES digunakan untuk mengambil data hasil pengukuran dari alat GF
Instrument ARES, kemudian diolah di Res2Dinv.
c
c
v
v
v
24
(a) (b)
3. Pilih file yang sudah di-download - Export data ke Res2Dinv (klik Export to Res2Dinv) –
Simpan file ke lokasi yang ditentukan – klik Export.
c
c
v
v
(a) (b) v
Pada tahap ini file yang di-export akan menjadi file .DAT.
b. Penggunaan Software Res2Dinv
1. Setelah data meng-export data dari software ARES kemudian buka software
Res2Dinv.
2. Pertama klik File – klik Read data file – pilih file yang sudah di-export – akan keluar
rincian data dari file yang dibaca.
(a) (b)
25
(c)
3. Setelah itu klik Inversion – Inversion methods and settings – klik Choose logarithm of
apparent resistivity – pilih Use apparent resistivity – klik Ok.
(a) (b)
4. Kemudian klik Inversion – klik Carry out inversion – Simpan file Inversion (.INV).
(a) (b)
5. Data dari GF Instrument ARES siap untuk diinterpretasikan.
26
27
BAB V ANALYSIS DATA
Proses analysis data geolistrik yang telah dilakukan selanjutnya digunakan untuk
mengidentifikasi litologi yang berada bawah permukaan bumi, sehingga kita dapat
mengetahui letak dan kedalaman kemungkinan akuifer yang berada di bawah permukaan
bumi.
Nilai resistivitas semu disini merupakan representasi dari resistivitas suatu medium
fiktif homogen yang ekuivalen dedengan medium berlapis yang diteliti. Nilai R (resistansi)
yang terukur bukan merupakan resistansi untuk satu lapisan, terutama untuk range
elektroda yang lebar, sehingga nilai yang terukur nilainya bervariasi. Bervariasinya nilai
resistansi pada tiap titik pengukur yang diperoleh dikarenakan potensial yang terukur
dipengaruhi oleh lapisan – lapisan di bumi. Lapisan – lapisan di bumi terususn atas berbagai
macam jenis batuan yang memiliki konduktivitas yang berbeda – beda, dimana nilai
konduktivitas berbanding terbalik dengan nilai resistivas. Sehingga semakin besar nilai
konduktivitasnya maka semakin rendah nilai resistivitasnya begitupun sebaliknya. Hal ini
berarti ketika semakin besar nilai dari resistivitas suatu batuan maka semakin sulit batuan
dalam menghantarkan arus listrik.
28
Tabel 5.1 Nilai resistivity batuan beku dan metamorf Telford, dkk 1976
29
Adapun yang disebut dengan akuitar, akuitar merupakan lapisan yang dapat
meloloskan tetapi hanya dalam jumlah yang kecil, contoh dari lapisan ini yaitu lempung
pasiran atau pasir lempungan. Lapisan ini memiliki resistivitas relatif kecil yaitu sekitar 5 –
30 ꭥm.
Selain itu, lapisan yang tidak dapat meloloskan air (impermeable) yaitu akuiklud dan
akuifug. Akuiklud merupakan lapisan yang dapat menyimpan air tetapi tidak dapat
meloloskan air, contohnya lempung. Sedangkan akuifug adalah lapisan yang kedap air
contohnya batuan beku, dan breksi.
Akuifer
30
DAFTAR PUSTAKA
Reynolds, M., John, 1997. An Introduction to Applied and Environmental Geophysics, John
Wiley & Sons Ltd
Telford, W. M., Gedaart, L. P., Sheriff, R. E., 1990. Applied Geophysics. Cambrige, New York.