Вы находитесь на странице: 1из 35

PROPOSAL PENILITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI


MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DENGAN
MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA KELAS XII MIA 1
MAN 2 KOTA PALU SEMESTER GANJIL

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

OLEH:
ATIPA NUR
NIP. 19660619 199303 2 003

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KOTA PALU


KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA
PROVINSI SULAWESI TENGAH
TAHUN 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting dalam

mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui kegiatan

pembelajaran. Proses pendidikan di sekolah adalah proses yang bertujuan sehingga

segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan siswa diarahkan pada pencapaian

tujuan. Pendidikan tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar, akan

tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri anak.

Dalam pendidkan antara proses dan hasil belajar harus berjalan secara seimbang.

Pendidikan yang hanya mementingkan salah satu di antaranya tidak akan dapat

membentuk manusia yang berkembang secara utuh (Sanjaya, 2013). Hal ini

menunjukkan bahwa kualitas pendidikan tidak dapat terlepas dari kualitas proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Proses pembelajaran berhasil apabila selama kegiatan belajar mengajar siswa

menunjukkan aktivitas belajar yang tinggi dan terlihat secara aktif baik fisik maupun

mental. Suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat

mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan itu harus berorientasi

kepada siswa (student active learning). Pendidikan adalah upaya pengembangan

potensi anak didik. Dengan demikian, anak harus dipandang sebagai organisme yang

sedang berkembang dan memiliki potensi. Sedangkan dari aspek hasil apabila terjadi

perubahan perilaku yang positif pada siswa, serta menghasilkan output dengan

prestasi belajar yang tinggi.


Permendiknas RI No. 41 (2007) menyebutkan bahwa proses pembelajaran

pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Apabila dicermati apa yang dikemukakan dalam Permen tersebut menunjukkan

bahwa peran aktif siswa dalam pembelajaran merupakan suatu keharusan. Hal ini

menunjukkan bahwa mengajar yang didesain guru harus berorientasi pada aktivitas

siswa. Pernyataan tersebut didukung oleh Dahar (2011) yang menyarankan agar

siswa-siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan

prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan

melakukan eksprimen-eksprimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan

prinsip-prinsip itu sendiri. Namun kenyataannya, dalam implementasi masih banyak

kegiatan pembelajaran yang mengabaikan aktivitas siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan, pembelajaran biologi pada umumnya masih

kurang memperhatikan keaktifan siswa, guru kurang tepat dalam mempergunakan

pendekatan dalam pembelajaran, sehingga sebagian besar proses pembelajaran yang

terjadi masih terpusat pada guru. Hal ini disebabkan karena pada umumnya guru

belum menguasai model-model pembelajaran, masih menggunakan model

pembelajaran yang bersifat konvensional, dalam hal ini adalah pembelajaran

langsung yang didominasi dengan metode ceramah, indikasinya adalah guru lebih

banyak memberikan pengajaran yang bersifat instruksi (perintah), sementara siswa

hanya berperan sebagai objek belajar yang pasif, di mana siswa hanya sekedar diberi

informasi tentang konsep-konsep, dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih
untuk melakukan kegiatan-kegiatan penyelidikan sehingga mereka kurang mampu

menemukan sendiri konsep-konsep tersebut. Siswa cenderung menghafal konsep-

konsep biologi dengan mengulang-ulang definisi yang diberikan oleh guru tanpa

adanya proses berfikir sehingga tidak memahami maksud dan isi dari konsep yang

dipelajari. Khususnya di Kelas XII MIA 2 pada materi Pertumbuhan dan

Perkembangan guru belum mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi

siswa , sehingga sebagian besar proses pembelajaran yang terjadi masih didominasi

oleh guru. Guru kurang memberi keleluasaan siswa untuk berkreasi sehingga siswa

menjadi bosan dalam mengikuti pelajaran di kelas... Hal ini berdampak pada nilai

hasil belajar yang kurang memuaskan, yaitu di bawah kriteria ketuntasan, dengan

nilai hasil belajar siswa berkisar 30 – 70. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) = 75.

Perolehan hasil belajar yang masih banyak dibawah KBM ini dipengaruhi

pula oleh faktor lain yaitu faktor motivasi untuk belajar. Ada indikasi motivasi

belajar siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat ketika guru menjelaskan materi

siswa berbincang-bincang dengan teman sebangku dan tidak membicarakan materi

yang sedang dipelajari. Apabila guru mempersilahkan siswa untuk bertanya, siswa

cenderung diam dan saat guru memberikan pertanyaan kepada siswa secara

individu, tidak ada motivasi untuk berusaha menjawab. Disisi lain guru menuntut

siswa untuk menyelesaikan masalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan guru, tetapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya

menyelesaikan masalah. Hal ini berdampak pada kebiasaan siswa yang hanya

memindahkan jawaban dari buku teks tanpa proses berpikir sehingga pembelajaran

tidak bermakna.
Berdasarkan kesenjangan harapan dan kenyataan yang telah diuraikan dalam

paragraf-paragraf sebelumnya, maka tentulah harus dicarikan solusi dan upaya untuk

memperbaikinya. Yaitu dari pembelajaran biologi yang berpusat kepada guru

menjadi pembelajaran berpusat kepada siswa, dari pembelajaran yang membosankan

menjadi pembelajaran yang memotivasi, dari belajar menghafal konsep dan teori-

teori sains semata menjadi belajar mengkonstruksi konsep serta menggunakan

konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan berdasarkan pengalaman

belajar. Dengan memahami konsep maka pembelajaran lebih bermakna. Olehnya itu

penting untuk memahami konsep, sebagaimana yang dikemukakan oleh Trianto

(2007) bahwa pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat

mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah. Untuk

mencapai hal tersebut maka dibutuhkan model pembelajaran yang kreatif dan

inovatif.

Arends dalam Trianto (2009), mengemukakan bahwa salah satu model

pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah model Problem Based

Learning (PBL). Pembelajaran dengan model PBL didasarkan pada prinsip bahwa

masalah dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan pengetahuan.

Masalah yang disajikan dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan

motivasi siswa dalam memahami konsep dan teori pembalajaran.

Pernyataan ini didukung oleh pendapat Sanjaya (2012) yang mengemukakan

bahwa model PBL dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.

Lebih lanjut dijelaskan dalam salah satu karakteristik dari model PBLbahwa dalam

implementasi pembelajaran berbasis masalah ada sejumlah kegiatan yang harus


dilakukan oleh siswa. Kegiatan atau aktivitas pembelajaran tersebut diarahkan

untuk menyelesaikan masalah.

Pernyataan tersebut di atas tergambar bahwa model PBL siswa benar-benar

ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Dengan demikian siswa senantiasa

berperan aktif dalam proses pembelajaran untuk menyelesaikan masalah dengan

mencari dan menemukan konsep. Dengan terlibatnya siswa secara aktif dalam

pembelajaran maka dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa Pernyataan ini

didukung oleh pendapat Sardiman (2011) bahwa, motivasi dapat dikatakan sebagai

daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktivitas tertentu untuk

mencapai tujuan, atau motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah

menjadi aktif. Sedangkan Uno (2008) menyatakan bahwa motivasi dapat diartikan

sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan

dengan adanya hasrat dan minat, dorongan dan kebutuhan, harapan dan cita-cita,

penghargaan dan penghormatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka akan dicoba melakukan penelitian

menggunakan model Problem Based Instruction (PBL) yang mungkin dapat

memecahkan masalah yang selama ini kurang menarik perhatian siswa. Materi

dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan.

Didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Sanjaya (2011) bahwa

pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan jika guru ingin agar siswa

memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam

kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan).


Judul penelitian adalah “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi

Materi Pertumbuhan dan Perkembangan dengan Model Problem Based Learning

pada Siswa Kelas XII MIA 1 MAN 2 Kota Palu Semester Ganjil Tahun Pelajaran

2018/2019”

B. Identifiksi Maslah

1. Motivasi belajar siswa yang rendah kelas XII MAN 2 Kota Palu pada
materi pertumbuhan dan perkembangan
2. Hasil Belajar Siswa yang rendah kelas XII MAN 2 Kota Palu pada materi
pertumbuhan dan perkembangan

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana motivasi belajar siswa kelas XII MAN 2 Kota Palu pada

materi pertumbuhan dan perkembangan melalui model Problem Based

Learning?

2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas XII MAN 2 Kota Palu pada materi

pertumbuhan dan perkembangan melalui model Problem Based Learning?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan motivasi belajar siswa kelas XII

MAN 2 Kota Palu pada materi pertumbuhan dan perkembangan melalui

model Problem Based Learning.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas XII

MAN 2 Kota Palu pada materi pertumbuhan dan perkembangan melalui

model Problem Based Learning.


E. Manfaat Penelitian

1. Dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XII MAN 2

Kota Palu pada materi pertumbuhan dan perkembangan melalui model

Problem Based Learning.

2. Sebagai masukan bagi guru dalam melakukan proses pembelajaran yang

menyenangkan sehingga dapat membangun motivasi belajar siswa baik

pada mata pelajaran Biologi maupun mata pelajaran lainnya.

3. Sebagai masukan positif dalam pengembangan proses pembelajaran di

madrasah yang mendorong kerjasama dan keterlibatan siswa secara aktif

(sebagai subyek belajar) dalam aktivitas belajar mengajar di madrasah.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA.

A. Kerangka Teori

1. Motivasi belajar.

Motivasi belajar berperanan penting terhadap keberhasilan belajar. Karena

seseorang yang memiliki motivasi belajar, maka ada keinginan dari dalam

dirinya. Keinginan itulah yang mendorong untuk mau belajar, dan

berusaha untuk meniadakan hal-hal yang menghalanginya untuk belajar

sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil belajar. Sebaliknya seseorang

yang motivasi belajarnya tidak ada atau lemah maka tidak ada gairah untuk

belajar, ini mempengaruhi hasil belajar.

Berikut beberapa pendapat ahli tentang motivasi:

a. Dimyati dan Mujiono (2002) menyatakan bahwa, Motivasi belajar

merupkan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.

Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya

motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan

belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh

karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus
menerus.Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada

tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.

b. Sardiman (2011) menjelaskan bahwa, kata “motif”, diartikan sebagai

daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam

subjek untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai

suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat

diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif

menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk

mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. Lebih lanjut dijelaskan

bahwa motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat

non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan

gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang

memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energy untuk

melakukan kegiatan belajar.

c. Hamalik (2011) menyatakan bahwa, motivasi adalah perubahan

energy dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya

perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan

d. Sudjana (2013) menyatakan bahwa” motivasi adalah kekuatan yang

menjadikan pendorong kegiatan individu tersebut”. Kekuatan tersebut

menunjukkan kondisi dalam diri individu yang mendorong atau

individu tersebut melakukan kegiatan persipapan sesuatu tujuan.

e. Mc. Donald dalam Sardiman (2011) menyatakan bahwa, motivasi

adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan


munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya

tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc.Donald ini

mengandung tiga elemen penting, yaitu:

1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energy pada

diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan

membawa beberapa perubahan energy di dalam system

“neurophysiological” yang ada pada organisma manusia. Karena

menyangkut perubahan energy manusia (walaupun motivasi itu

muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan

menyangkut kegiatan fisik manusia.

2) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa “feeling”, afeksi

seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-

persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan

tingkah laku manusia.

3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi

dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni

tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi

kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur

lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal

kebutuhan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka motivasi belajar dapat

diartikan sebagai kekuatan dari dalam diri siswa yang mendorong dan

mengarahkan siswa untuk mau berbuat atau beraktivitas, kekuatan itu

berupa keinginan yang kuat dari dalam diri siswa untuk mau belajar.
Motivasi siswa muncul karena ada tujuan yang ingin dicapai. Siswa yang

memiliki motivasi belajar akan antusias dalam mengikuti pelajaran,

Misalnya aktif bertanya dan merespon dengan baik pertanyaan yang

diajukan oleh guru. Sementara siswa yang tidak memiliki motivasi

2. Hasil Belajar

Permendiknas RI No. 65 (2013) merumuskan bahwa sasaran

pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan

keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga

ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis)

yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan,

menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh

melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,

mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melaluiaktivitas

“mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Dari

rumusan tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar yang hendak dicapai

setelah pembelajaran mencakup tiga aspek, yaitu sikap, pengetahuan dan

keterampilan.

Mulyasa (2009) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan prestasi

belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator

kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.

Sedangkan Hamalik (2007) menyatakan bahwa hasil belajar menunjuk

pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar merupakan indikator ada

terdapatnya perubahan tingkah laku siswa. Sudjana (2010) menjelaskan


pula bahwa hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan

menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara

terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah prestasi belajar yang didapat siswa setelah mengalami proses belajar

yang merujuk pada perubahan tingkah laku dengan menggunakan alat

pengukuran berupa tes yang disusun secara terencana, perubahan tingkah

laku yang meliputi perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Krathwohl & Wittrock, M. (2010) mengemukakan bahwa kategori-

kategori pada dimensi proses kognitif merupakan pengklasifikasian proses-

proses kognitif siswa secara komprehensif yang terdapat dalam tujuan-

tujuan pendidikan. Kategori pada dimensi proses kognitif, yaitu:

Mengingat berarti mengambil pengetahuan tertentu dari memori jangka

panjang (mengenali, mengingat kembali). Memahami adalah

mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran (menafsirkan,

mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,

membandingkan, menjelaskan). Mengaplikasikan berarti menerapkan atau

menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu (mengeksekusi,

mengimplementasikan). Menganalisis berarti memecah-mecah materi jadi

bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar

bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan

struktur atau tujuan (membedakan, mengorganisasi, mengatribusikan).

Mengevaluasi adalah mengambil keputusan berdasarkan kriteria atau

standar (memeriksa, mengkritik). Mencipta adalah memadukan bagian-


bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk

membuat suatu produk yang orisinal (merumuskan, merencanakan,

memproduksi).

Bedasarkan penjelasan tentang hasil belajar tersebut, maka dalam

penelitian ini menggunakan hasil belajar terbatas pada ranah kognitif.

Berdasarkan uraian tersebut motivasi belajar merupakan suatu keadaan


perubahan energi pada diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya
perasaan misal dorongan untuk memperhatikan pelajaran dan reaksi misalnya
siswa menjadi antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.Dari
berbagai pendapat para ahli diatas tentang pengertian motivasi belajar dapat
disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yangv timbul oleh
adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang
berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu
lebih baik dari keadaan sebelumnya.

Seseorang itu akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya


sendiri ada keinginan untuk belajar, dan hal ini merupakan prinsip dalam
kegiatan pendidikan dan pengajaran. Suatu keinginan atau dorongan inilah
yang disebut dengan motivasi. Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi
merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang akan
menimbulkan suatu kegiatan belajar.Menurut Sardiman (2011),

motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam subjek untuk
melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan, atau motivasi dapat

diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. S

subjek untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan, atau

motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.

Sedangkan Uno

Hal ini diungkapkan oleh Sardiman (2001: 72)


Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa, yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, yang memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subjek belajar itu dapat tercapai.

Dimyati dan Mudjiono (2002 : 239) juga menyampaikan


Motivasi belajar merupkan kekuatan mental yang mendorong
terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat
menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar
akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar
akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri
siswa perlu diperkuat terus menerus.Agar siswa memiliki motivasi
belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang
menggembirakan.
Peran motivasi yang utama adalah penumbuhan gairah, merasa senang, dan
semangat untuk belajar. Berdasarkan pendapat Dimyati dan Sardiman di atas,
motivasi memegang peranan penting dalam menjalin kelangsungan

proses

dalam kehidupan sehari-hari sebagai pribadi dan sebagai warga

negara. Belajar biologi sama dengan mempelajari diri sendiri karena

biologi di madrasah aliyah banyak membahas tentang struktur dan fungsi


jaringan penyusun organ, peran makhluk hidup dalam lingkungan, dan

hubungannya dengan kelestarian makhluk hidup di bumi. Sehingga belajar

biologi merupakan kegiatan yang menarik dan menyenangkan dan

membentuk pribadi yang mencintai lingkungan alam dan sosial. Namun

demikian, seperti apa pengembangan kurikulum Biologi SMA yang sesuai

dengan konteks kehidupan dan tuntutan kehidupan abad 21. Bagaimana

mata pelajaran biologi SMA/MA akan memberikan kontribusi -849-

terhadap pembentukan modal mausia Indonesia yang kompetetif dan

adaptif yang akan melanjutkan pembangunan ke arah masa depan bangsa

yang maju, mandiri, adil, dan makmur seperti yang dicita-citakan dalam

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2015? Dengan

memahami arah pengembangan mata pelajaran Biologi SMA diharapkan

akan diimplementasikan secara align/selaras antara ide kurikulum,

kurikulum sebagai dokumen, dan kurikulum sebagai proses, sehingga

menghasilkan keluaran yang bermutu.Produk IPA yang dalam Kurikulum

13 dikelompokkan sebagai aspek pengetahuan, pada tingkat SMA kelas X

ranah pengetahuan berupa pengetahuan: faktual, konseptual, dan

prosedural.

Tingkat kompetensi aspek pengetahuan yaitu:memahami,

menerapkan, dan menganalisis pengetahuan berdasarkan rasa ingin

tahunya. Biologi sebagai proses/metode penyelidikan (inquiry methods)

meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan saintis untuk

memperoleh produk-produk Biologi atau ilmu pengetahuan ilmiah. Biologi

sebagai proses terdiri aspek: Kerja Ilmiah dan Keselamatan Kerja di


Laboratorium. Aspek Kerja ilmiah terdri dari dua jenis kegiatan yaitu

pengamatan atau eksplorasi dan eksperimental, penyelidikan, atau

investigasi. Pengamatan hanya memotret/melihat apa adanya di alam

terhadap fenomena atau gejala alam, sedangkan dalam penyelidikan

peserta didik di kelas X harus sudah bisa menetapkan hipotesis, variable

percobaan, dan menentukan pengolahan data yang dihasilkan. Tiga

langkah dalam penyelidikan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengolahan

data, dan komunikasi ilmiah secara lisan dan tulisan. Dalam kegiatan

penyelidikan, peserta didik juga melakukan pengamatan dari gejala alam

yang diamatinya. Pengamatan menggunakan panca indera tanpa alat bantu

dan juga alat bantu pengamatan, seperti lup, mikroskop, dan lain-lain, atau

melalui prosedur tertentu sehingga objek yang diamati menjadi visibel

untuk diamati. Aspek kerja ilmiah dalam Kurikulum 2013 dapat

dimasukkan dalam aspek keterampilan. Kelas X SMA, harapannya yaitu

peserta didik mampu: mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah

konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda

sesuai kaidah keilmuan. Selain sebagai produk dan proses, Biologi

mengandung nilai-nilai sikap (values). Nilai-nilai atau sikap terdiri dua

unsur yaitu sikap berTuhan dan sikap sosial. Dengan mempelajari Biologi

maka, akan tumbuh dari diri peserta didik penghayatan dan pengamalan

dari ajaran agama yang dianutnya. Biologi banyak mengandung muatan-

muatan keimanan dan penghayatan ajaran agama dengan mengaitkan apa

yang dipelajarinya dengan entitas manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan


dengan segala keterbatasan dan juga rahmat yang diberikan kepada

manusia dengan kemampuannya mendeteksi gejala alam melalui panca

inderanya, untuk mengeksplorasi alam ini, memahami proses yang

berlangsung, sehingga menghasilkan kemampuan metakognitif yang tinggi

dan peserta didik akan berperilaku sebagai insan yang beriman. Sikap

sosial yang ditumbuhkan dalam Biologi memuat nilai-nilai karakter yang

bersifat sangat “halus”, sebagai hasil dampak pengiring dari sebuah proses

pembelajaran saintifik. Sikap sosial yang dapat ditumbuhkan melalui

Biologi antara lain yaitu menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,

disiplin, -850- tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,

damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai

bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri

sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian belajar

b. Teori-teori belajar

c. Metodologi pembelajaran

d. Evaluasi hasil belajar

3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

a. Pengertian Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang

menarik karena siswa dihadapkan dengan suatu permasalahan yang

merangsang siswa untuk berfikir dan berusaha untuk memecahkan

masalah sehingga menghasilkan pengetahuan yang bermakna. Sesuai

dengan pendapat Bruner dalam Dahar (2011) bahwa:

Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta


pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan
pengetahuanyang benar-benar bermakna. Suatu konsekuensi
logis, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan
masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman
konkret, dengan pengalaman tersebut dapat digunakan pula
memecahkan masalah-masalah serupa, karena pengalaman ini
memberikan makna tersendiri bagi peserta didik.

Sanjaya (2008) juga menyampaikan bahwa:

Pembelajaran berbasis masalah adalah rangkaian aktivitas


pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi secara ilmiah

Hal tersebut didukung oleh pendapat Arrends dalam Trianto (2011) yang

menyatakan bahwa:

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu


pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan
permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan
keterampilan berfikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan
kemandirian dan percaya diri.

Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model

pembelajaran yang efektif karena melibatkan siswa untuk aktif dalam


proses penyelesaian masalah autentik sehingga menghasilkan

pengetahuan yang bermakna, ketika mencari solusi dari permasalahan

yang dihadapi. siswa mendapatkan pengalaman belajar.

b. Karakteristik Problem Based Learning (PBL)

Arends (2001) dalam Trianto (2011) menyatakan bahwa berbagai

pengembang pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model

pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah.


Bukannya mengorganisasikan di sekitar prinsip-prinsip atau
keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah
mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah
yang dua-duanya secara social penting dan secara pribadi bermakna
untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik,
menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya
berbagai macam solusi untuk situasi itu.
2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah berpusat pada mata
pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu social), namun
masalah yang akan diselidiki benar-benar nyata agar dalam
pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata
pelajran.
3) Penyelidikan autentik.
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melkukan
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap
masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan
masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan,
mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen
(jika diperlukan, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
4) Menghasilkan produk dan memamerkannya.
Pembelajran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan
produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan
yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang
mereka temukan. Bentuk tersebut dapat berupa laporan, model
fisik, video, maupun program computer. Karya nyata ini kemudian
didemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa
yang telah mereka pelajari dan menyediakan suatu alternative segar
berupa laporan tradisional atau makalah
5) Kolaborasi
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang
bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara
berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan
motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas
kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan
dialog. dan untuk mengembangkan keterampilan social dan
keterampilan berfikir.

Sanjaya (2011) mengemukakan bahwa terdapat 3 (tiga) ciri utama dari

Problem Based Learning, yaitu:

Pertama merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya


dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah ada
sejumlah kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa. Model
PBL tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan,
mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran,akan tetapi
melalui model PBL siswa aktif berfikir, berkomunikasi,
mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan.
Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan
masalah.. Model PBL menempatkan masalah sebagai kata kata
kunci dari proses pembelajaran. Atinya tanpa masalah maka
tidak mungkin ada proses pembelajaran
Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berfikir secara ilmiah.

Pembelajaran dengan model Problem Based Learning menyiapkan

siswa untuk berfikir secara kritis dan analitis untuk memecahkan

permasalahan yang disajikan guru.

Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa


sebelum mulai mempelajari suatu subyek. Pembelajaran berdasarkan
masalah (Problem Based Learning) menyiapkan siswa untuk berpikir secara
kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara
tepat sumber-sumber pembelajaran. Ciri yang paling utama dari model
pembelajaran PBL yaitu munculnya masalah pada awal pembelajarannya.
Menurut Arends (Trianto, 2007:26), berbagai pengembangan pengajaran
berdasarkan masalah memiliki karakteristik mengutamakan belajar mandiri
(self directed learning), memanfaatkan sumber pengetahuan yang

bervariasi

Model pembelajaran berbasis masalah dapat mengembangkan keterampilan berpikir


siswa yang terdiri dari kegiatan penalaran, komunikasi, dan koneksi untuk memecahkan
permasalahan yang disajikan oleh guru. Dalam upaya pemecahan masalah tersebut,
terdapat berbagai karakteristik pembelajaran yang terdiri dari:
1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar;
2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia yata yang tidak
terstruktur;
3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective);
4) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang
baru dalam belajar;
5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;
6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi
sumber informasi merupakan proses yang essensial dalam pembelajaran berbasis
masalah;
7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;
8) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya
dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan;
9) Keterbukaan proses dalam pembelajaran berbasis masalah meliputi sintesis dan
integrasi dari sebuah proses belajar; dan
29
10) Pembelajaran berbasis masalah melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa
dan proses belajar.

(Rusman, 2011: 232)

c. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran inkuiri

d. Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran inkuiri

4. Keaktivan belajar

a. Pengertian Keaktifan Belajar

b. Jenis-Jenis Keaktifan Belajar

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keatifan Belajar

B. Hasil penelitian terdahulu

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..................................................................................................................

C. Kerangka berpikir

Pemahaman terhadap konsep-konsep esensial pada pembelajaran kimia

terutama pada materi termokimia sangat penting. Pemahaman terhadap

konsep-konsep tersebut hanya dapat dicapai oleh siswa apabila mereka

secara aktif mengkonstruksi pengetahuan melalui kegiatan pembelajaran.

Model siklus pembelajaran SPI merupakan salah satu model pembelajaran

yang termasuk ke dalam kategori model pembelajaran konstruktivisme dengan

langkah- langkah engagement, exploration, elaboration, explanation, dan

evaluation, yang dapat memfasilitasi siswa untuk membangun pemahaman

yang lebih mendalam dan luas terhadap konsep-konsep atau tujuan


pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru. Dengan demikian, melalui

siklus pembelajaran SPI ini diharapkan mampu meningkatkan keaktifan dan

hasil belajar siswa pada pokok bahasan Protista.

D. Hipotesis (bila ada)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XII MIA 1 MAN 2 Kota

sebanyak 30 orang siswa yang terdiri atas putra 10 orang dan putri 20

orang.

2. Tempat Penelitian

PTK ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri Kota Palu terletak di

Jln. MH. Thamrin No 41 Palu

3. Waktu Penelitian
PTK ini dilakukan selama 3 bulan , yaitu dimulai dari Juli sampai dengan

September tahun 2018 semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019.

4. Jadwal Penelitian

PTK ini dilaksanakan melalui dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari

2 kali pertemuan. Jadwal penelitian sebagai berikut:

Tahap Waktu Kegiatan Keterangan

Penyusunan RPP, instrumen


Pekan I-IV Juli
Persiapan pengamatan, soal evaluasi.
2018
Observasi angket motivasi
Pekan V Juli
Siklus I, Pertemuan 1
2018
Pekan II observasi,
Siklus I, Pertemuan 2
Pelaksanaan & Agustus 2018 evaluasi,
Pengamatan Pekan III analisis
Siklus II, Pertemuan 1
Agustus 2018 refleksi.
Pekan IV
Siklus II, Pertemuan 2
Agustusb 2018
Pekan V Agustus
Pembahasan
sd Pekan 1 Sep Membahas hasil penelitian
Hasil Penelitian
2018
Penyusunan
Pekan II-III Menyusun laporan hasil
Laporan Hasil
September 2019 penelitian
Penelitian
Penyelesaian
Pekan IV Menyelesaikan/merampung
Laporan Hasil
September 2018 kan hasil penelitian
Penelitian
B. Prosedur Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas

(PTK) atau classroom action research, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan

oleh guru di kelasnya sendiri. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan

melalui empat tahap, yaitu; perencanaan tindakan (action plan), tindakan

(action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Keempat

rangkaian kegiatan dilakukan dalam siklus berulang yang merupakan ciri

penelitian tindakan. Berikut ini gambar siklus PTK yang diambil dari Buku

Supardi- Suhardjono. Suharsimi Arikunto.

?
Gambar Siklus Penelitian Tindakan (Suharsimi Arikunto,)

Adapun siklus dalam penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Hal ini telah

memenuhi persyaratan sesuai dengan pendapat ahli penelitian tindakan kelas

tersebut yang menyatakan bahwa dalam penelitian tindakan kelas perlu ada

siklus kegiatan sekurang-kurangnya dua siklus.

Tahapan-tahapan pelaksanaan PTK adalah:

1. Pra Tindakan

Melakukan pra tindakan melalui observasi nilai penilaian harian dan

wawancara dengan guru biologi Kelas XI dan Kelas XII mengenai

permasalahan dalam pembelajaran khususnya materi pertumbuhan dan

perkembangan. Hasil observasi tersebut yang akan dijadikan acuan untuk

menentukan rencana tindakan.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Siklus I

a. Perencanaan

Peneliti melakukan tahapan perencanaan dengan urutan kegiatan

sebagai berikut :

1) Menentukan materi pembelajaran

2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

3) Menyusun lembar kerja siswa (LKPD)

4) Menyusun lembar angket motivasi siswa

5) Menysun lembar observasi motivasi siswa


6) Menyusun lembar observasi keaktifan siswa

7) Menyusun Lembar observasi keaktifan guru

8) Menyusun kisi-kisi dan instrumen tes tertulis di akhir siklus

9) Melakukan observasi motivasi belajar siswa dengan membagikan

lembar angket motivasi.

10) Memperkenalkan model pembelajaran “Problem Based Learning”

(PBL) kepada siswa kelas XII MIA 1

11) Membentuk kelompok belajar/diskusi siswa

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Pada awal pembelajaran peneliti memberikan appersepsi tentang

materi pokok siklus I yaitu konsep pertumbuhan dan perkembangan

tumbuhan dengan pertanyaan yang memotivasi

2) Peneliti mulai mengajar menggunakan model “Problem Based

Learning”, yang meliputi (1) tahap orientasi peserta didik pada

masalah (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar (3) membantu

penyelidikan secara mandiri atau kelompok (4) mengembangkan

dan menyajikan hasil karya (5) menganalisa dan mengevaluasi hasil

pemecahan masalah).

3) Siswa diberikan soal evaluasi tiap akhir pembelajaran untuk

mengukur keberhasilan siswa serta melakukan pengamatan sikap

dan unjuk kerja siswa selama presentasi dan diskusi.

4) Pada akhir pertemuan peneliti melakukan refleksi bersama

observer tentang pelaksanaan pembelajaran


5) Siswa diberikan angket motivasi dan soal evaluasi pada akhir

siklus I

c. Pengamatan (Observasi )

Kegiatan observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung

untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dilakukan siswa selama

pembelajaran. Observer berperan mengumpulkan data dengan

menggunakan lembar observasi motivasi dan aktivitas siswa. Selain itu

juga dilakukan pengamatan aktivitas guru selama proses pembelajaran

berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Hasil dari

observasi ini akan diidentifikasi dan pengambilan interpretasi dalam

tahap refleksi pada siklus berikutnya.

d. Refleksi

Refleksi ini dilakukan bersama dengan observer dengan cara sebagai

berikut:

1) Melakukan evaluasi tindakan dengan menganalisis data hasil

observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung

dan observasi aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran,

meliputi; evaluasi pembelajaran, seperti efektivitas penerapan

model Problem Based Learning terhadap motivasi dan hasil

belajar siswa dan efisiensi waktu dari setiap macam tindakan.

2) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, yang

dituangkan pada rencana tindakan pada siklus berikutnya.


3) Evaluasi tindakan I, meliputi; interpretasi hasil analisis data,

ketercapaian indicator keberhasilan, pengambilan keputusan

terhadap jawaban permasalahan, dan lain-lain.

Siklus II (Kedua)

a. Perencanaan Tindakan Lanjutan

Hasil analisis data dan refleksi digunakan untuk memutuskan

apakah tindakan yang dilakukan pada siklus I dapat mengatasi masalah

dengan baik atau belum. Dalam hal ini apakah penerapan model

pembelajaran model Problem Based Learning telah mencapai hasil

yang optimal atau belum sehingga mampu meningkatkan motivasi dan

hasil belajar siswa. Bila hasilnya belum tercapai, maka dilakukan

perencanaan tindakan yang berbeda dengan memperbaiki tindakan

pada siklus I. Penelitian tindakan dilanjutkan pada siklus II dengan

tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi

dan evaluasi, serta refleksi. Tahap perencanaan ini meliputi:

1) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahanan

masalah.

2) Pengembangan program tindakan siklus II, diantaranya: Persiapan

RPP, LKPD, dan instrumen tes akhir siklus II .

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada Siklus II, skenario pembelajarannya hampir

sama dengan tindakan pada siklus I. mengacu pada RPP yang telah

disiapkan, Pembahasan materi pokok siklus II adalah menyusun desain


penelitian tentang faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan

tumbuhan dan melaksanakan eksperimen. Kegiatannya sebagai berikut

1) Menjelaskan singkat tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan

dan memotivasi siswa melalui model pembeljaran Problem Based

Learning yang akan diterapkan.

2) Melaksanakan skenario pembelajaran sebagaimana dalam RPP.

3) Pada akhir pertemuan peneliti melakukan refleksi bersama

observer tentang pelaksanaan pembelajaran

4) Siswa diberikan lembar angket motivasi belajar dan soal evaluasi

pada tahap akhir pembelajaran siklus II,

c. Pengamatan (Observasi)

Kegiatan pengamatan ini hampir sama dengan pengamatan pada siklus

I. Observer mencatat semua aktifitas siswa baik pada saat diskusi

maupun presentasi. Hasil dari observasi ini akan diidentifikasi dan

pengambilan interpretasi dalam tahap refleksi pada siklus II tersebut.

d. Refleksi

Merenungkan kembali hasil pengamatan terhadap siswa, serta analisis

data dari pelaksanaan tindakan berupa lembar pengamatan, data angket

siswa serta tes akhir siklus untuk pengambilan keputusan sebagai akhir

dari siklus II.

C. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data


Data tentang motivasi belajar siswa diamati oleh observer dengan

menggunakan lembar observasi. Sedangkan data tentang hasil belajar

siswa diperoleh melalui wawancara guru Biologi Kelas XI dan Kelas XII,

khususnya nilai siswa pada materi pertumbuhan dan perkembangan

tumbuhan. Data hasil pengamatan motivasi dan hasil belajar siswa melalui

wawancara dikumpulkan dan dianalisis setiap akhir siklus.

2. Alat Pengumpulan Data

A. Pedoman Wawancara

B. Lembar soal

C. Instrumen observasi (terhadap guru dan siswa)

D. Analisis Data

Analisis data hasil pengamatan terhadap motivasi dan hasil belajar siswa

dilakukan dengan cara melihat dan membandingkan hasil dari siklus I dan

siklus II mengenai seberapa besar hasil mengunakan tindaan model

pembelajaran Problem Based Learning terhadap perubahan suasana belajar

dan peningkatan motivasi serta hasil belajar siswa pada materi Pertumbuhan

dan Perkembangan Tumbuhan.

E. Indikator Keberhasilan

1. Penelitian akan dinyatakan berhasil apabila motivasi belajar siswa dalam

kelompok mencapai 80%

2. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa sekurang-kurangnya 75% dari

jumlah siswa, memperoleh nilai ≥ 75 (nilai KBM) atau dengan kata lain

persentase ketuntasan klasikal sekurang-kurangnya 80%. Angket respon


siswa terhadap penggunaan model Problem Based Learning sekurag-

kurangnya 75% siswa menjawab setuju.

Demikian proposal PTK ini sayasampaikan sebagai lampiran surat permohonan izin

penelitian.

Pernyataan ini didukung oleh pendapat Sanjaya (2012) yang mengemukakan

bahwa model PBL dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa , dengan 3 (tiga) ciri utama. Pertama merupakan

rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi pembelajaran berbasis

masalah ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa. Kedua, aktivitas

pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Ketiga, pemecahan masalah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai

kata kunci dari proses pembelajaran. Atinya tanpa masalah maka tidak mungkin ada

proses pembelajaran.
e. Pelaksanaan Tindakan

6) Pada awal pembelajaran peneliti memberikan appersepsi tentang

materi pokok siklus I dengan pertanyaan yang memotivasi

7) Peneliti memulai mengajar menggunakan model “Problem Based

Learning” dengan menayangkan video pertumbuhan tumbuhan dan

memunculkan kasus tentang faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan untuk memotivasi siswa dalam merumuskan masalah

(Orientasi peserta didik pada masalah)

8) Mengorganisasikan kelompok yang masing- masing terdiri dari 5-6

siswa dan membagikan Lembar Kerja kepada tiap kelompok. serta


menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan yang akan dilewati.

(Mengorganisasikan siswa untuk belajar).

9) Memanttau kerja tiap kelompok dalam mengerjakan LKPD, dan

membimbing/ membantu kelompok yang mengalami kesulitan dalam

melakukan penyelidikan atau mengumpulkan informasi. (Membantu

penyelidikan secara mandiri atau kelompok)

10) Membantu tiap kelompok dalam menyiapkan hasil

temuannya/hasil diskusi dan meminta masing-masing perwakilan

kelompok untuk mempresentasikan hasil temuannya (hasil diskusi)

secara bergilir dan kelompok lain menanggapi. (Mengembangkan

dan menyajikan hasil karya)

11) Membimbing siswa menganalisis pemecahan masalah yang telah

ditemukan dengan memperbaiki hasil kerja kelompok (LKPD) serta

mengevaluasi proses berfikir siswa dengan memberikan pertanyaan

(Menganalisa dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah).

12) Peneliti melakukan evaluasi terhadap perilaku belajar siswa

dengan lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Siswa juga diberikan 3 soal postes untuk mengukur keberhasilan

siswa.

13) Pada akhir pertemuan peneliti melakukan refleksi bersama

observer tentang pelaksanaan pembelajaran.

Pelaksanaan tindakan siklus II

kklllmkhjkkk hjiiii

Вам также может понравиться