Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1.1. Anak akibat perkawinan yang sah (anak sah) dan Anak Luar Kawin
(anak tidak sah)
Anak yang diharapkan oleh agama islam hanyalah anak dari hasil
pernikahan yang sah. Untuk itu, anak yang dilahirkan setiap muslim harus
anak yang menjadi akibat perkawinan yang sah. Anak sah dalam islam
adalah anak yang lahir minimal enam bulan setelah pernikahan ayah
Tegasnya, anak sah adalah anak yang terlahir sebagai akibat perkawinan
sah.1
Definisi anak sah itu ditentukan pada saat terjadinya konsep si janin dalam
anak sah harus didasarkan pada permulaan seorang ibu itu mengandung.
1
Musthofa Rahman, “Anak luar kawin status dan Implikasinya”, Atmaja, Jakarta, 2003
Hal.53
30
Konsep awal terjadinya kehamilan dalam islam sangat jelas. Al Quran
Ali Alfandi memberi pengertian anak sah adalah seorang anak yang lahir
(wetting kind) ialah anak yang dianggap lahir dari perkawinan yang sah
antara ayah dan ibunya. Sedangkan Istilah anak luar kawin oleh ma‟luf
tidak sah dan secara yuridis tidak dihubungkan nasabnya kepada suami.2
Batasan anak luar kawin itu berkaitan erat dengan pernikahan ayah dan
ibunya. Selain itu, keabsahan seorang anak itu didasarkan pada saat
menyangkut dua hal pokok: pertama, pernikahan ayah ibunya, dan kedua,
2
Ibid, hal.44
31
1.2. Status dan Kedudukan Anak Luar kawin
Istilah status itu hampir sama dengan terma kedudukan. Secara literal, kata
status anak sah dimaksudkan sebagai pandangan hukum terhadap anak sah.
kekeluargaan.3
3
Ibid, hal.62
32
Secara alamiah anak-anak memang selalu berhajat kepada hal-hal yang
mengandung kasih sayang, lemah lembut dan belas kasihan. Bahkan bisa
dikatakan dalam rumah tangga tanpa adanya anak akan terasa kurang
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada
kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami),
dan Jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
(QS. al-Furqan: 74)
warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan bangsa lain
Dalam pasal ini jelas menyebutkan bahwa semua anak yang dilahirkan
memiliki hak yang sama sebagai warga indonesia, yaitu memiliki hak
hidup, tumbuh dan berkembang, dan juga berhak untuk dilindungi semua
33
KH Abdullah Gymnastiar dalam tulisannya “Belajar Memahami Anak-
anak” mengatakan bahwa anak merupakan amanah Allah yang harus kita
didik agar menjadi anak saleh yang dapat membantu orang tuanya menjadi
ahli surga. Bukankah selain ilmu yang bermanfaat dan amal jariyah, doa
anak yang saleh merupakan amalan yang tidak akan putus walaupun kita
ini, kalau apa yang kita berikan kepada anak hanya berupa teori-teori
hidup belaka.4
sehingga sama-sama memiliki hak dan kewajiban yang harus didapat dan
yang terlahir didunia bukanlah sebagai manusia yang hina, karena anak
4
http://tentang-pernikahan.com/article
34
Oleh karenanya setiap manusia yang terlahir kedunia ini memiliki hak-hak
Hal ini sejalan dengan konvensi hak-hak anak, yaitu non diskriminasi,
kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup,
dimiliki anak luar kawin berbeda dengan anak yang dilahirkan akibat
Dalam ajaran agama islam, anak sah itu memiliki hubungan keperdataan
dengan orang tuanya, baik dengan ibu maupun ayahnya. Hubungan itu
berlanjut terus sampai pada kakek ataupun nenek dari orang tuanya
tersebut sampai terus garis lurus keatas. Hubungan keperdataan ini bisa
berupa hak dan kewajiban. Hak-hak itu sudah ada sejak anak masih dalam
kandungan seperti berupa fasilitas agar anak yang dikandungnya bisa lahir
dengan selamat. Hak inipun ada walaupun terhadap janin yang dihasilkan
dari perbuatan zina atau anak hasil hubungan luar kawin juga mendapatkan
selesai menyusu dengan ibunya memiliki hak yang sama antara anak sah
dan anak luar kawin. Namun hak keperdataan terhadap keduanya berbeda,
karena ada proses awal yang berbeda diantara keduanya, seperti yang telah
35
kewajiban memberikan hak anak secara total, itulah sebabnya perhatian
terhadap anak dan pemenuhan hak-hak mereka menjadi hal yang sangat
lain5:
a) Hak hidup.
Anak memiliki hak hidup, sejak dalam kandungan. Untuk itu Islam
mengharamkan aborsi bagi janin yang telah ditetapkan hak hidupnya. Hak
hidup pada anak juga dapat dilihat ketika Islam mengatur penangguhan
serta doa kebaikan bagi mereka. Abul Hasan meriwayatkan bahwa suatu
5
Faqih ar-Rafa’i , “Anak Adalah Amanah Dari Allah Swt”, http://anis-
khilafah.blogspot.com/2010/06/anak-adalah-amanah-dari-allah-swt.html
36
Rasullulah saw. juga bersabda, “Baguskanlah namamu karena dengan
nama itu kamu akan di panggil pada Hari Kiamat nanti.” (HR Abu Dawud
dengan ayah si anak kemudian menikah lagi dengan suami lain sehingga
hak pengasuhan sekaligus kewajiban pada pihak tertentu. Dalam hal ini
adalah pihak ibu yang lebih utama dalam pengasuhan ini. Rasullulah saw.
37
e) Hak mendapatkan kasih sayang.
“Kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan
38
(pemimpin, kepala negara) adalah bagaikan penggembala; ia akan dimintai
generasi berkualitas.
Terjadinya anak luar kawin disebabkan oleh beberapa faktor, karena ada
akibat sudah pasti ada penyebabnya. Penyebab terjadinya anak luar kawin
adakalanya muncul dari diri para pelaku perzinahan itu sendiri, dan
faktor eksternal.
adalah6:
6
Jalaluddin, “Psikologi Agama”, PT. Raja Gravindo, Jakarta, 2012, hal 217-218
39
dan gerak hati. Berbeda dengan energi rohaniah, maka naluri
mempunyai sumber (pendorong), maksud, dan tujuan.
3) Ego (aku sadar), yang berfungsi untuk meredakan ketegangan
dalam diri dengan cara melakukan aktifitas penyesuaian
dorongan-dorongan yang ada dengan kenyataan objektif (realitas).
Ego memiliki kesadaran untuk menyelaraskan dorongan yang baik
dan buruk hingga tidak terjadi kegelisahan atau ketegangan batin.
4) Super ego, yang berfungsi sebagai pemberi ganjaran batin baik
berupa penghargaan (rasa puas, senang, berhasil) maupun berupa
hukuman (rasa bersalah, berdosa, menyesal). Penghargaan batin
diperankan oleh ego ideal, sedangkan hukuman batin dilakukan
oleh hati nurani.
agama yang dimulai sedari kecil, akan tertanam kuat ketika dia dewasa.
Seperti halnya tanaman yang ditanam melalui biji, ketika besar akan
mencangkok, maka ketika tumbuh akan mudah goyah dan bisa jadi akan
manusia yang diajarkan agama dimulai ketika dia sudah besar akan
tinggal.
sebagi social control, para penganut agama sesuai dengan ajaran agama
40
secara pribadi maupun secara kelompok. Ajaran agama oleh penganutnya
dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi
bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang
dianutnya. Sebagai sistem nilai agama memiliki arti yang khusus dalam
martabatnya.
ini akan menggiring pada situasi imoralitas (Yasir Amir Piliang, Kompas,
7
Ibid, hal. 326-327
41
Indikatornya, yang pertama berupa tindakan melanggar atau melawan
yang melanggar moral agama, padahal dalam agama islam sudah jelas
dan tegas bahwa perbuatan zina dilarang dan diancam dengan hukuman
mengorbankan unsur moral, nilai, norma yang ada dalam dirinya hanya
8
Ibid, hal. 275
42
Pelaku perzinahan, baik perbuatan suka sama suka ataupun yang
keadaan seperti itu sistem nilai, baik tatanan moral maupun agama sudah
43
langsung terhadap terjadinya hubungan seksual diluar
perkawinan.9
1.3.2.1. Lingkungan
1) Orang tua
dalam hal ini orang tua bersikap tidak terbuka terhadap anak
seksual.
9
http://balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Sutinah.pdf
10
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2010/Artikel_105051
07.pdf
44
masuk dalam komunitas yang tidak baik juga. Contohnya
kecuali jika ada pedoman yang kuat dalam dirinya untuk bisa
saja karena kepepet tidak punya uang, seperti mencuri dan lain
45
Nabi Muhammad SAW menyatakan “Hati-hati dengan benihmu, sebab
tersebut telah dibuktikan oleh kajian biologi. Dalam biologi dikenal unsur
kromosan yang merupakan pembawa sifat keturunan dari ayah dan ibu.
Gen itu sendiri terbentuk dari molekul yang disebut deoxcyd ribonecleit
Aslinya kode-kode yang tersusun dalam DNA ini sesuai dengan fitrah
tetap menghukumi kalau itu salah, karena hati sebenarnya tidak akan bisa
benar-benar sesuai dengan kriteria sang Pencipta, yaitu halal dan Thoyyib.
halal, maka seluruh anggotanya akan taat, baik disadari atau tidak.
46
makanan yang dikonsumsi juga memberikan dampak terhadap
menurut hukum islam, wali nikah merupakan hal yang sangat penting dan
menentukan, bahkan menurut madzhab imam Syafi‟i tidak sah nikah tanpa
Jekulo Kudus yaitu beliau KH. Saiq Mahin, dikatakan bahwa: “sampai
kenopo anak wedok nek ameh nikah kudu ono waline, kerono
mesti welas karo wedok sing diwaleni (anaknya). Nek ora ono waline,
adanya wali juga seorang perempuan bisa lebih terjaga untuk mendapatkan
laki-laki yang sepadan dengan dirinya, karena seorang wali sudah pasti
sayang dan ingin anak yang diwalinya hidup bahagia, dan juga seorang
47
perempuan berhak untuk mendapatkan laki-laki yang sepadan dengan
dirinya. Artinya, jika perempuan itu wanita yang baik, dia berhak untuk
Dalil wajibnya wali bagi seorang wanita menurut madzhab Syafi‟i adalah
Dan juga Hadist rosulullah SAW yang diriwayatkan oleh imam Ahmad
dan Al Tarmidzi berasal dari Siti Aisyah (istri Rosulullah) berbunyi seperti
dibawah ini :
nikah itua batal menurut hukum islam atau nikahnya tidak sah.
Tiap-tiap wanita yang menikah tanpa izin walinya, nikahnya adalah batal,
batal, batal (tiga kali kata-kata batal) itu diucapkan oleh rosulullah untuk
48
menguatkan kebatalan nikah tanpa izin wali pihak perempuan (berasal
dari istri Rosulullah: Siti Aisyah)
Apabila mereka berselisih paham tentang wali , maka wali nikah bagi
wanita itu adalah “sultan” atau wali Hakim, begitupun apabila bagi
wanita itu tidak ada wali sama sekali. (Rawahul Abu Daud, Al Tirmidzi,
Ibnu Majah dan Imam Ahmad)
Tidak sah nikah melainkan dengan wali dan 2 (dua) orang saksi yang adil.
Sedangkan Menurut imam Hanafi nikah (perkawinan) itu tidak merupakan
hendak menikah.
49
Oleh karena itu seluruh penduduk indonesia yang beragama islam wajib
sesuatu yang tidak bertentangan dengan syari‟at agama islam dan ada
“Hai orang-orang yang beriman ta’atilah Allah dan ta’atilah Rosul (Nya),
dan Ulil Amri diantara kamu. Kemuadian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rosul (sunnahnya). Jika kamu benar-benar mengimani Allah dan hari
kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik
akibatnya”11.
Anak yang dilahirkan diluar perkawinan yang disebabkan karena
perkosaan atau sebab lainnya, maka nasabnya hanya bersambung pada ibu
yang melahirkannya dan keluarga dari pihak ibunya saja, dalam artian
tidak memiliki hubungan darah dengan yang diperkosa (ayah, saudara atau
anak luar kawinnya atau anak zinanya, tetapi tidak sebaliknya bagi si ibu
yang melahirkan anak luar kawinnya tidak boleh dia nikahi, karena anak
11
QS. An-Nisa, Ayat 59
50
sedangkan anak yang keluar dari seorang perempuan yang melakukan
hubungan luar kawin adalah berupa manusia yang sempurna 12. Sedangkan
yang memerkosa dengan orang yang diperkosa tidak ada hubungan nasab.
ayah, kakek, paman dan lainnya sebagaimana yang tercantum dalam Pasal
39 KHI, yaitu:
menikahi wanita yang dihamilinya dan menikahi anak yang dilahirkan dari
wanita yang dihamilinya tadi, karena ada sebab lain yang mencegahnya,
12
Hasyiah Ibrahim Al Bajuri, Juz 2, hal. 216
51
bukan karena anak tersebut hasil dari zina tapi karena perempuan yang
anak yang dilahirkan diluar perkawinan yang sah (zina), maka diharamkan
bagi wanita yang melahirkan anak luar kawin menikahi anak luar
seluruh mahram dari ibu yang melahirkan anak zina itu. Bahkan
anak, maka anak luar kawin itu diharamkan untuk dinikahi laki-laki yang
persetubuhan diantara mereka setelah terjadi akad nikah maka anak yang
13
Abdul Hamid As Syarwani dan Ahmad Bin Qosim Al „ubady, “Hawasyi”, Juz 7, hal.
349
52
kurang dari enam bulan, maka anak tersebut tidak bisa dinasabkan kepada
laki-laki yang menikahi wanita yang hamil tadi. Dengan artian anak
tersebut hanya bisa dinasabkan kepada ibu dan keluarga ibunya yang
dilahirkan kurang dari enam bulan ini merupakan anak zina atau anak luar
kawin, dan hukumnya seperti halnya wanita lain terhadap laki-laki yang
menikahi ibunya tadi, kecuali jika dari pernikahan ibunya itu sudah terjadi
persetubuhan, maka anak tersebut walaupun anak zina tetap tidak bisa
Oleh karena itu, jika anak yang dilahirkan diluar perkawinan tersebut
tidak bisa mendatangkan wali urutan pertama, yaitu wali nasab ataupun
urutan kedua dan ketiga. Padahal wali merupakan rukun yang harus
53
karena wali nasab itu diambilkan dari pihak ayah dan keluarga ayah,
sebagaimana urutan wali nasab yang telah penulis uraikan dalam BAB II.
Maka ketika anak luar kawin tersebut hendak menikah yang menjadi
Hukum Islam: Wali hakim ialah wali nikah yang ditunjuk oleh Menteri
Agama atau pejabat yang ditunjuk olehnya, yang diberi hak dan
Ini senada dengan yang dikatakan beliau KH. Saiq Mahin : “anak zino
(anak luar kawin) waline hakim, dalile hadits kanjeng Nabi
Berbeda dengan anak luar kawin, yaitu anak yang dilahirkan karena Wathi
54
Walaupun persetubuhan antara laki-laki dan perempuan itu tidak ada
wathi syubhat menetapkan nasab dan iddah. Oleh karena itu, laki-laki yang
wathi syubhat tidak boleh menikahi ibu dari perempuan yang di wathi
syubhat ataupun anak yang dilahirkan dari wathi syubhat. Akan tetapi
perempuan yang diwathi syubhat dan anak yang dilahirkan akibat dari
2. Hak Mewaris Bagi Anak Luar Kawin di Tinjau dari Hukum Islam
furudh in-nasabiyyah.
14
Sayyid Abi Bakar Bin Sayyid Muhammad Syatho ad Dimyathi Al Mishry, “Hasyiah
I’anatut Tholibin”, Juz 3, hal. 293
55
Ashchabul-furudh is-sababiyyah adalah golongan ahli waris
56
Ashabah bil-ghair adalah kerabat perempuan yang memerlukan
orang lain untuk menjadi ashabah, tetapi orang lain tersebut tidak
baru mewaris jika tidak ada kerabat yang termasuk kedua golongan
diatas.15
15
HR. Otje Salman, “Hukum Waris Islam”, PT. Refika Aditama, Bandung, 2002, Hal.
51-53
57
2.2. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak Luar Kawin dalam
Mewaris
ini adalah mahluk yang mulia, baik itu yang dilahirkan sebagai anak sah,
menjadi anak luar kawin atau anak zina. Berlatar belakang dari itu maka
anak yang terlahir didunia ini semuanya memiliki hak-hak yang harus
anak wathi syubhat, dan anak zina) berbeda beda terutama dalam hal
mewaris yang menjadi fokus kajian penulis. Anak sah sudah jelas dia bisa
mewaris dari semua sudut, baik dari sudut ibu dan keluarga ibunya,
ataupun dari sudut ayah dan keluarga ayahnya. Dalam artian, anak sah
memiliki secara penuh dan sempurna dalam hal mewaris, kecuali jika ada
58
Berbeda dengan anak sah yaitu anak yang dilahirkan dari wathi syubhat,
anak ini bisa mewaris dari kedua sudut, yaitu dari pihak ibu yang
melahirkannya dan juga dari pihak laki-laki yang telah berwathi syubhat
dengan ibunya, begitu juga sebaliknya, yaitu ayah bisa mewarisi dari anak
wathi syubhat tadi, tapi hanya sebatas anak itu saja, bapak wathi syubhat
tidak bisa saling mewaris dengan ibu dari anak wathi syubhat tersebut.
bahwa perempuan itu adalah istrinya sendiri, begitu juga sebaliknya yaitu
tau bahwa diantara mereka terjadi salah pengertian, dan jika dari hubungan
anak yang lahir dari wathi syubhat ini bernasab kepada laki-laki yang
menyetubuhi ibunya secara syubhat tadi. Dan jika bapak wathi syubhat ini
Contohnya:
Zaid yang beristrikan Zaidah memiliki 2 (dua) orang anak, yaitu Zubed
dan dari wathi syubhat itu simarni melahirkan anak perempuan yang diberi
nama Munah. Kemudian setelah beberapa tahun Zaid meninggal dunia dan
meninggalkan harta 240 juta rupiah. Dari contoh kisah ini maka ahli
59
warisnya adalah jandanya Zaid yaitu Zaidah dan dua orang anaknya dari
satu yaitu anak dari wathi syubhatnya dengan Marni yaitu Munah. Dan
Keterangan:
Ahli waris dari Zaid adalah Zaidah (istri Zaid) yang mendapatkan bagian
1/8 karena pewaris meninggalkan anak, yaitu Zubed, Zubedah, dan Munah
Zubed. Oleh karena bagian ahli waris adalah 1/8 maka asal masalah yang
Asal masalah : 8
tersisa 7 bagian. Kemudian 7 bagian ini dibagikan kepada ahli waris lain
yaitu 2 orang anak perempuan dan 1 orang anak laki-laki. Tapi harus
perempuan. Oleh sebab itu, sisa bagian yang 7 tadi dibagi 4. Dengan
60
rincian 2 orang perempuan bagiannya 2 (1 perempuan mendapat 1 bagian),
hanya bernasab kepada ibu dan keluarga ibunya. Oleh karena itu, anak luar
begitu juga sebaliknya. Antara anak luar kawin dengan ayah yang
menghamili ibunya tanpa ikatan perkawinan yang sah tidak ada hubungan
61
mahram, sehingga tidak menimbulkan hubungan nasab. Sebab tidak ada
Akan tetapi anak luar kawin yang dilahirkan melalui hubungan luar kawin
diantara mereka juga sesuai hukum awal tetap tidak bisa saling mewarisi,
tetapi anak tersebut bisa mewaris dari sisi yang lain, bisa mewaris disini
bukan karena laki-laki yang mengahmili ibunya tadi sebagai ayah dari
anak itu melainkan karena antara ibu yang melahirkan anak luar kawin
salah satu contoh hubungan luar kawin antara mereka yang masih
kemudian melahirkan anak, maka anak luar kawin tersebut tidak bernasab
ibu yang melahirkannya dan keluarga dari pihak ibunya saja. Sedangkan
bisa mewaris dari laki-laki yang menghamili ibunya tadi karena laki-laki
itu masih senasab dengan ibu anak tersebut (ayah kandung), oleh
karenanya anak luar kawin tersebut statusnya sebagai cucu dari laki-laki
yang menghamili ibunya tadi, dan ibu yang melahirkan anak luar kawin
Misalnya :
62
Jahil memiliki putri bernama Salmah, karena istri dari Jahil yang bernama
maka entah kerasukan setan dari mana Jahil tega menyetubuhi putrinya
diantara mereka jika sibapak yang bernama Jahil meninggal dunia dan
pewaris masih meninggalkan anak. Asal masalah dari contoh diatas adalah
8, karena yang bisa digunakan sebagai pembagi bagian ahli waris yaitu ½
Karena terjadi raad (terjadi kelebihan) maka seluruh harta pusaka (tirkah)
63
Imah (istri) = 1 x 30 Juta = 30 Juta
Dalam contoh ini Balid ikut menjadi ahli waris dari laki-laki yang
hubungan luar kawin tidak menetapkan nasab, tapi karena laki-laki yang
64