Вы находитесь на странице: 1из 25

PROPOSAL PRAKTIKUM

MATA KULIAH PILIHAN KERTAS

Pulping dan Bleaching dari Alang-Alang dengan Proses


Asetosolv Menggunakan Asam Asetat

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah Pilihan Kertas

Disusun oleh :

1. Ajeng Fadilah Budi Retna Putri 21030114060017


2. Yoannessa Ayu Octhora Sihombing 21030114060041
3. Adhitya Surya 21030114060090

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Praktikum : Mata Kuliah Pilihan Kertas


Judul Laporan Kegiatan : Pulping dan Bleaching dari Alang – Alang dengan
Proses Asetosolv Menggunakan Asam Asetat
Hari/Tanggal Praktikum :
Dosen Pembimbing : Ir. Isti Pudjihastuti, MT
Praktikan : 1. Ajeng Fadilah Budi Retna P. 21030114060017
2. Yoannessa Ayu O. S. 21030114060041
3. Adhitya Surya 21030114060090

Proposal Praktikum Mata Kuliah Pilihan Kertas dengan Judul : “Pulping dan
Bleaching dari Alang-Alang dengan Proses Asetosolv Menggunakan Asam
Asetat” telah diperiksa dan disetujui.

Semarang, 10 Agustus 2016

Praktikan Praktikan Praktikan

Ajeng Fadilah B. R. P. Yoannessa Ayu O. S. Adhitya Surya

21030114060017 21030114060041 21030114060090

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Ka. Laboratorium

Ir. Isti Pudjihastuti, MT Ir. Hj. Wahyuningsih, M.Si


NIP. 195609091987032001 NIP. 19540318 198603 2 001
PELAKSANAAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PILIHAN KERTAS

Praktikum : Mata Kuliah Pilihan Kertas


Judul Laporan Kegiatan : Pulping dan Bleaching dari Alang-Alang dengan
Proses Asetosolv Menggunakan Asam Asetat
Dosen Pembimbing : Ir. Isti Pudjihastuti, MT
Praktikan :
1. Ajeng Fadilah Budi Retna P. 21030114060017
2. Yoanessa Ayu Ochtora S. 21030114060041
3. Adhitya Surya 21030114060090

Mengetahui,
Pranata Laboratorium

Rico Vendamawan, ST, M.Kom

NIP. 19741015 199512 1001


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 JUDUL
Pulping dan Bleaching dari Alang – Alang dengan Proses Asetosolv
Menggunakan Asam Asetat.

1.2 LATAR BELAKANG

Kertas adalah barang yang berwujud lembaran-lembaran tipis. Yang


dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp yang telah mengalami
pengerjaan pengeringan, ditambah beberapa bahan tambahan yang saling
menempel dan saling menjalin, serat yang digunakan biasanya berupa serat alam
yang mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas dibuat untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang sangat beragam. Kertas dikenal sebagai media utama untuk
menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan
dengan kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan,
kebersihan ataupun toilet (Anonim, 2014).
Kebutuhan kertas semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk. Pertumbuhan industri pulp dan kertas di Indonesia pun sungguh
memperlihatkan angka yang menakjubkan. Data APKI (Asosiasi Pulp dan Kertas
Indonesia) menunjukkan bahwa antara tahun 1987-1996 jumlah ekspor kertas
Indonesia selalu lebih besar dari jumlah impornya, dengan tingkat pertumbuhan
tahunan sebesar 26,11%. Sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2007 produksi
kertas dan karton dunia rata-rata meningkat 3,05 % setiap tahun dengan konsumsi
383.603.402 ton kertas dan karton pada tahun 2007 (FAOSTAT, 2011). Untuk
Indonesia, produksi kertas dan karton selama kurun waktu 5 tahun tumbuh dari
6.951.680 pada tahun 2001 sampai mencapai 10.506.180 ton pada tahun 2006.
Namun, fenomena ini memberikan fakta bahwa tingkat penggunaan bahan
baku, yang dalam hal ini adalah kayu, sangat besar. Kondisi tersebut mengakibatkan
adanya ketimpangan yang tinggi antara ketersediaan produksi kayu dengan kebutuhan
kayu nasional. Hal ini mengakibatkan ketersediaan kayu yang semakin terbatas dan
semakin parahnya degradasi yang terjadi di dalam hutan. Salah satu usaha dalam
mengefisiensikan pemanfaatan kayu dalam penggunaannya sebagai bahan baku
pulp dan kertas adalah menggantikan peranan kayu dengan bahan lain yang
potensial (Zainudin, 2013).
Dengan meningkatnya kebutuhan yang besar akan kertas, dan tuntutan
masyarakat akan teknologi yang ramah lingkungan semakin meningkat,
menyebabkan perlunya pemasokan bahan baku kertas yang besar pula pada sektor
industri kertas. Maka tanaman alang-alang yang mengandung selulosa dapat
dijadikan sebagai bahan pembuat pulp, karena selain persediaannya yang banyak
di Indonesia, dan juga dapat menggantikan bahan baku kayu di hutan sebagai
bahan baku pembuatan pulp. Alang-alang merupakan tanaman gulma yang
jumlahnya cukup besar di Indonesia. Hingga saat ini pemanfaatan dalam jumlah
yang besar terhadap alang-alang di Indonesia belum ada. Alang-alang mempunyai
kandungan selulosa yang cukup tinggi. Pada penelitian pendahuluan terhadap
bahan baku alang-alang mengandung kadar alfa selulosa sekitar 41,7% dan
mempunyai bilangan Kappa sebesar 37,1886. Maka alang-alang bisa dijadikan
sebagai bahan dari pulp untuk pembuatan kertas (Ivan Wibisono et all, 2011).
Salah satu teknologi alternatif dalam pembuatan pulp kertas adalah proses
organosolv, yaitu proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan kimia
organik seperti: metanol, etanol, aseton, asam asetat, dan lain-lain. Proses ini telah
terbukti memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan sangat efisien dalam
pemanfaatan sumber daya hutan. Tanaman alang-alang yang tidak diharapkan
masyarakat dapat diolah dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan
yaitu proses asetosolv, yang merupakan salah satu proses organosolv, dengan
bahan asam asetat untuk menjadi pulp kertas (Ivan Wibisono et all, 2011). Untuk
mengetahui kondisi operasi yang baik untuk menghasilkan pulp dari tanaman
alang alang dilakukan beberapa analisa meliputi analisa % yield pulp, kadar α
selulosa, kadar lignin.

1.3 PERUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah yang akan dibahas dalam praktikum pulping dan
bleacing dari alang alang dengan proses asetosolv ini ialah:
1. Bagaimana alang – alang dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif
yang potensial sebagai pengganti kayu dalam proses pulping dan
bleaching?
2. Bagaimana proses pulping dan bleaching berbahan baku alang – alang
dengan menggunakan proses asetosolv?
3. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan pemasak Asam Asetat
(CH3 COOH) yang tetap, temperature pemasakan dan lama waktu
pemasakan terhadap kualitas pulp yang dihasilkan?

1.4 TUJUAN PENELITIAN


Pada praktikum yang akan kami lakukan mempunyai tujuan sebagai
berikut :
1. Dapat memanfaatkan alang – alang sebagai bahan baku alternatif yang
potensial sebagai pengganti kayu dalam proses pulping dan bleaching.
2. Dapat melakukan proses pulping dan bleaching berbahan baku alang –
alang dengan proses asetosolv.
3. Dapat membandingkan pulp hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya dengan pulp hasil praktikum yang akan kami lakukan
dengan parameter konsentrasi, suhu dan waktu pemasakan dengan
tujuan mengetahui kondisi operasi optimum pada proses pulping
dan bleaching.

1.5 MANFAAT
Melalui praktikum ini kita dapat mengetahui bahwa tanaman gulma seperti
Alang-alang dapat di gunakan sebagai bahan baku alternatif dalam pembuatan
kertas. Serta menambah nilai guna dari tanaman alang-alang yang sampai saat ini
pemanfaatan tanaman alang-alang di Indonesia masih sangat minim.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KERTAS
2.1.1 Pengertian Kertas
Kertas adalah barang yang berwujud lembaran-lembaran tipis. Yang
dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp yang telah mengalami
pengerjaan pengeringan, ditambah beberapa bahan tambahan yang saling
menempel dan saling menjalin, serat yang digunakan biasanya berupa serat alam
yang mengandung selulosa dan hemiselulosa. Secara umum kertas dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu kertas budaya dan kertas industri. Yang termasuk
kertas budaya adalah kertas-kertas cetak dan kertas tulis, diantaranya adalah kertas
kitab, buku, Koran dan kertas amplop. Sedangkan yang termasuk kertas industri
adalah kertas kantong kertas minyak, pembungkus buah-buahan, kertas bangunan,
kertas isolasi elektris, karton dan pembungkus sayur sayuran (Anonim, 2014).

2.1.2 Proses Pembuatan Kertas


Proses pembuatan kertas dapat dilakukan dengan mengubah bahan baku
serat menjadi pulp, dan kertas. Urutan proses pembuatannya adalah : Persiapan
bahan baku, pembuatan pulp (secara kimia, semikimia, dan mekanik), pemutihan
(bleaching), pengambilan kembali bahan kimia, pengeringan pulp dan pembuatan
kertas. Proses pembuatan kertas melalui dua tahap pengolahan. Tahap pertama
yaitu pengolahan barang setengah jadi, yakni proses sejak dari penghancuran kayu
hingga menjadi bubur kayu (pulp). Tahap kedua adalah pembuatan barang jadi
yakni proses pengolahan bubur kayu (pulp) menjadi kertas siap pakai (Kasdim,
2008).

2.2 PULP
2.2.1 Pengertian Pulp
Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun
non kayu) melalui berbagai proses pembuatannya (mekanis, semikimia, kimia).
Pulp terdiri dari serat - serat (selulosa dan hemiselulosa) sebagai bahan baku
kertas. Proses pembuatan pulp di antaranya dilakukan dengan proses mekanis,
kimia, dan semikimia (Anonim, 2014).
Prinsip pembuatan pulp secara mekanis yakni dengan pengikisan dengan
menggunakan alat seperti gerinda. Proses semi kimia merupakan kombinasi antara
mekanis dan kimia. Proses pembuatan pulp dengan proses kimia dikenal dengan
sebutan proses kraft. Disebut kraft karena pulp yang dihasilkan dari proses ini
memiliki kekuatan lebih tinggi daripada proses mekanis dan semikimia, akan
tetapi rendemen yang dihasilkan lebih kecil di antara keduanya karena komponen
yang terdegradasi lebih banyak (lignin, ekstraktif, dan mineral).

2.2.2 Metode Pembuatan Pulp


Pulping adalah proses pemisahan serat selulosa dari bahan pencampur
(lignin & pentosan), pelepasan bentuk bulk menjadi serat atau kumpulan serat
kumpulanserat. Lignin harus dihilangkan karena dapat membuat kertas
mengalami degradasi kertas. Metode pembuatan pulp ada dua macam yaitu
metode kimia (chemical pulping) dan metode mekanikal (mechanical pulping).
Proses pembuatan pulp ada 3 jenis :
1. Metode mekanis (groundwood)
- pemisahan serat secara mekanis
- kekuatan dan derajat putih kertas tidak diutamakan
- cocok untuk kertas koran, tisu
- konversi 95 %
2. Metode kimia
- pemisahan selulosa dengan bahan kimia bahan pemisah :
a. basa (proses soda & proses kraft)
b. asam (proses sulfit, proses magnetik, proses netral sulfit)
dasar pemilihan proses :
- bahan baku yang digunakan sifat pulp
- kekuatan dan derajat putih kertas diutamakan
- cocok untuk kertas tulis (HVS)
- konversi 65-85 %
3. Metode semi kimia
- Metode campuran antara kimia-pelunakan dengan larutan sulfit ,sulfat
atau soda & mekanis untuk pemisahan serat
- jenis metode : metode soda dingin dan metode chemi groundwood
- konversi : 85 ––95 %
(Anonim, 2014)
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembuatan Pulp
Proses pembuatan pulp dipengaruhi oleh kondisi proses antara lain:
1. Konsentrasi larutan pemasak
Dengan konsentrasi larutan pemasak yang makin besar, maka jumlah
larutan pemasak yang bereaksi dengan lignin semakin banyak. Akan tetapi,
pemakaian larutan pemasak yang berlebihan tidak terlalu baik karena akan
menyebabkan selulosa terdegradasi. Asam asetat bisa digunakan sebagai larutan
pemasak sampai dengan konsentrasi 100% (Mudjijati & Lourentius S, 1996).
2. Suhu
Dengan meningkatnya suhu, maka akan meningkatkan laju delignifikasi
(penghilangan lignin). Namun, Jika suhu di atas 160⁰C menyebabkan terjadinya
degradasi selulosa (Judi, R, 2000).
3. Waktu pemasakan
Dengan semakin lamanya waktu pemasakan akan menyebabkan reaksi
hidrolisis lignin makin meningkat. Namun, waktu pemasakan yang terlalu lama
akan menyebabkan selulosa terhidrolisis, sehingga hal ini akan menurunkan
kualitas pulp. Waktu pemasakan yang dilakukan sebelum 1 jam pulp belum
terbentuk. Untuk waktu pemasakan di atas 5 jam selulosa akan terdegradasi (Ivan
Wibisono et all, 2011).
4. Ukuran bahan baku
Ukuran bahan baku yang berbeda menyebabkan luas kontak antar bahan
baku dengan larutan pemasak berbeda. Semakin kecil ukuran bahan baku akan
menyebabkan luas kontak antara bahan baku dengan larutan pemasak semakin
luas, sehingga reaksi lebih baik (Surjoseputro W. & Tjanarko L. S., 2001)
5. Kecepatan pengadukan
Pengadukan berfungsi untuk memperbesar tumbukan antara zat-zat yang
bereaksi sehingga reaksi dapat berlangsung dengan baik (Judi, R, 2000).

2.3 ALANG – ALANG


Alang-alang (Imperata cylindrica) merupakan gulma berdaun sempit yang
tumbuh tegak dan berumpun. Alang-alang merupakan jenis tumbuhan pionir yang
banyak tumbuh pada lahan yang habis terbakar, sangat toleran terhadap faktor
lingkungan yang ekstrim seperti kekeringan dan unsur hara yang miskin, namun
tidak toleran terhadap genangan dan naungan. Alang-alang dapat tumbuh pada
daerah tropik dan subtropik hingga ketinggian 2.700 meter di atas permukaan laut.
Alang-alang tumbuh berumpun, tunas batang (yang membawa bunga) tidak akan
tumbuh memanjang hingga menjelang berbunga. Batang alang-alang yang
membawa bunga memiliki tinggi 20--30cm. Bagian batang alang-alang di atas
tanah berwarna keunguan. Rimpang (rizoma) alang-alang tumbuh memanjang dan
bercabang-cabang di tanah pada kedalaman 0--20cm. Rimpang alang-alang
berwarna keputihan dengan panjang mencapai 1 meter atau lebih dan beruas-ruas.
Alang-alang berakar serabut yang tumbuh dari pangkal batang dan ruas-ruas pada
rimpang. Helai daun alang-alang tumbuh tegak berbentuk garis-garis (lanset) yang
menyempit ke bagian pangkal. Daun alang-alang memiliki panjang 12--80cm dan
lebar 5--18mm. Tulang daun alang-alang berbentuk lebar dan berwarna agak
pucat. Bunga alang-alang memiliki benang sari berwarna kekuningan dan putik
tunggal berwarna keunguan (Damaru, 2011).
Klasifikasi Ilmiah Alang-alang:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Imperata
Spesies : Imperata cylindrica
(Isyanto, 2013)
Alang-alang merupakan tanaman gulma yang jumlahnya cukup besar di
Indonesia. Hingga saat ini pemanfaatan dalam jumlah yang besar terhadap alang-
alang di Indonesia belum ada. Alang-alang mempunyai kandungan selulosa yang
cukup tinggi. Kandungan alang-alang adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Kandungan Alang - Alang


Komponen Jumlah (%)
Abu 6,48 %
Air 6,03 %
Lignin 18,12 %
Silika 2,66 %
Pentosan / 18,40 %
Hemiselulosa
Alfa Selulosa 40,22 %
Ekstraktif 8,09%
( Kumala Hidayatiningtyas,2014)
2.4 SELULOSA
Selulosa (C6H10O5)n adalah polimer berantai panjang polisakarida
karbohidrat, dari beta-glukosa. Selulosa merupakan komponen utama dalam
pembuatan kertas. Selulosa adalah senyawa organik penyusun utama dinding sel
dari tumbuhan. Adapun sifat dari selulosa adalah berbentuk senyawa berserat,
mempunyai tegangan tarik yang tinggi, tidak larut dalam air dan pelarut organik
(Ivan Wibisono et all, 2011).
Selulosa merupakan bagian penyusun utama jaringan tanaman berkayu.
Bahantersebut utamanya terdapat pada tanaman kertas, namun demikian pada
dasarnya selulosa terdapat pada setiap jenis tanaman, termasuk tanaman semusim,
tanaman perdu dan tanaman rambat bahkan tumbuhan paling sederhana sekalipun.
Seperti: jamur, ganggang dan lumut.
Berdasarkan derajat polimerisasi (DP) dan kelarutan dalam senyawa
natrium hidroksida (NaOH) 17,5%, selulosa dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu :
a. Selulosa α (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam
larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan DP (derajat polimerisasi) 600
- 1500. Selulosa α dipakai sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemumian
selulosa.
b. Selulosa β (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam
larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP 15 - 90, dapat mengendap bila
dinetralkan.
c. Selulosa µ (Gamma cellulose) adalah sama dengan selulosa β, tetapi DP nya
kurang dari 15.
(Anonim, 2014).

Gambar 1. Rumus Bangun Selulosa


2.5 LIGNIN

Lignin adalah zat yang bersama-sama dengan selulosa yang adalah salah
satu sel yang terdapat dalam kayu. Lignin berguna dalam kayu seperti lem atau
semen yang mengikat sel-sel lain dalam satu kesatuan, sehingga bisa menambah
support dan kekuatan kayu (mechanical strength) agar kokoh dan berdiri tegak
(Ivan Wibisono et all, 2011).

Gambar 2. Rumus Bangun Lignin

Lignin memiliki struktur kimiawi yang bercabang-cabang dan berbentuk


polimer tiga dimensi. Molekul dasar lignin adalah fenil propan. Molekul lignin
memiliki derajat polimerisasi tinggi. Oleh karena ukuran dan strukturnya yang
tiga dimensi bisa memungkinkan lignin berfungsi sebagai semen atau lem bagi
kayu yang dapat mengikat serat dan memberikan kekerasan struktur serat. Bagian
tengah lamela pada sel kayu, sebagian besar terdiri dari lignin, berikatan dengan
sel-sel lain dan menambah kekuatan struktur kayu. Dinding sel juga mengandung
lignin. Pada dinding sel, lignin bersama-sama dengan hemiselulosa membentuk
matriks (semen) yang mengikat serat-serat halus selulosa. Lignin di dalam kayu
memiliki persentase yang berbeda tergantung dari jenis kayu (Muzzie M. D.,
2006).
2.6 HEMISELULOSA

Hemiselulosa adalah polisakarida yang bukan selulosa, jika dihidrolisis


akan menghasilkan D-manova, D-galaktosa, D-Xylosa, L-arabinosa dan asam
uranat. Holosefulosa adalah bagian dari serat yang bebas dan sari dan lignin,
terdiri dari campuran semua selulosa dan hemiselulosa. .

Gambar 3. Rumus Bangun Hemiselulosa

Hemiselulosa merupakan suatu polisakarida lain yang terdapat dalam


tanaman dan tergolong senyawa organik, hemiselulosa bersifat non-kristalin dan
tidak bersifat serat, mudah mengembang karena itu hemiselulosa sangat
berpengaruh terhadap bentuknya jalinan antara serat pada saat pembentukan
lembaran, lebih mudah larut dalam pelarut alkali dan lebih mudah dihidrolisis
dengan asam (Anonim, 2014).
Hemiselulosa berfungsi sebagai pendukung dinding sel dan berlaku
sebagai perekat antar sel tunggal yang terdapat didalam batang pisang dan
tanaman lainnya. Hemiselulosa memiliki sifat non-kristalin dan bukan serat,
mudah mengembang, larut dalam air, sangat hidrofolik, serta mudah larut dalam
alkali. Kandungan hemiselulosa yang tinggi memberikan kontribusi pada ikatan
antar serat, karena hemiselulosa bertindak sebagai perekat dalam setiap serat
tunggal. Pada saat proses pemasakan berlangsung, hemiselulosa akan melunak,
dan pada saat hemiselulosa melunak, serat yang sudah terpisah akan lebih mudah
menjadi berserabut (Indrainy, 2005).

2.7 PROSES ASETOSOLV


Proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan kimia organik seperti
misalnya: metanol, etanol, aseton, asam asetat, dan lain-lain dinamakan dengan
proses organosolv. Proses ini telah terbukti memberikan dampak yang baik bagi
lingkungan dan sangat efisien dalam pemanfaatan sumber daya hutan (Ivan
Wibisono et all, 2011).
Dengan menggunakan proses organosolv diharapkan permasalahan
lingkungan yang dihadapi oleh industri pulp dan kertas akan dapat diatasi. Proses
organosolv memberikan beberapa keuntungan, yaitu rendemen pulp yang
dihasilkan tinggi, daur ulang lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah, tidak
menggunakan unsur sulfur sehingga lebih aman terhadap lingkungan, dapat
menghasilkan by-products (hasil sampingan) berupa lignin dan hemiselulosa
dengan tingkat kemurnian tinggi. Ini secara ekonomis dapat mengurangi biaya
produksi, dan dapat dioperasikan secara ekonomis pada kapasitas terpasang yang
relatif kecil yaitu sekitar 200 ton pulp per hari (Bocah, 2009).
Penggunaan asam asetat sebagai pelarut organik disebut dengan proses
asetosolv. Kekuatan tarik pulp asetosolv setara dengan kekuatan tarik pulp kraft.
Proses asetosolv dalam pengolahan pulp memiliki beberapa keunggulan, antara
lain: bebas senyawa sulfur, daur ulang limbah dapat dilakukan hanya dengan
metode penguapan dengan tingkat kemurnian yang cukup tinggi, yaitu dengan
distilasi saja daur ulang pemakaian asam asetat sebagai bahan pemasaknya, dan
nilai hasil daur ulangnya jauh lebih mahal dibanding dengan hasil daur ulang
limbah kraft. Keuntungan lain dari proses asetosolv adalah bahwa bahan pemasak
yang digunakan dapat diambil kembali tanpa adanya proses pembakaran bahan
bekas pemasak. Tidak seperti proses pemasakan pulp dengan metode kraft, yang
limbah larutan pemasaknya atau black liquor harus dimasukkan ke dalam furnis
yang panas, dan bertekanan tinggi untuk mendapatkan sisa larutan pemasak yang
mengandung senyawa sulfur dalam bentuk abu, yang kemudian abu ini harus
dicampur dengan lime atau CaO untuk menghilangkan bahan kimia asal seperti
NaOH, Na2S, dan Na2CO3 membentuk green liquor. Lime ditambahkan lagi
dalam green liquor untuk mengubah sodium karbonat menjadi sodium hidroksida
agar menjadi white liquor dan baru bisa dipake menjadi larutan pemasak lagi pada
pulp (Wagiyanto D., 2008).
BAB III
METODOLOGI

3.1 RANCANGAN PERCOBAAN


Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap :
Tahap I : Analisa bahan baku
Tahap II : Pemasakan dengan proses asetosolv
Tahap III : Analisa pulp hasil pemasakan

3.2 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


3.2.1 Alat
Tabel 2. Alat yang Digunakan
No. Alat Ukuran Jumlah
1. Sendok - 1 buah
2. Ember - 1 buah
3. Pipet - 2 buah
4. Pengaduk - 1 buah
5. Kertas pH - Secukupnya
6. Kaca arloji - 2 buah
7. Cawan porselen - 3 buah
8. Gunting - 1 buah
9. Pisau - 1 buah
10. Kain saring - Secukupnya
11. Kertas saring - Secukupnya
12. Neraca Digital - 1 buah
13. Termometer - 1 buah
14. Klem, Statif dan - 1 buah
15. Buret 10, 50, 100 mL 3 buah
16. Gelas Ukur 100, 500 mL 2 buah
17. Beaker Glass 250, 100 mL 2 buah
18. Labu Takar - 1 buah
19. Timbangan - 1 buah
20. Digester - 1 buah
21. Oven - 1 buah
22. Desikator - 1 buah
3.2.1.1 Gambar Rangkaian Digester

Gambar 4. Rangkaian Alat Digester


Keterangan :
1. Motor Penggerak Impeller 7. Inlet
2. Pengatur Suhu 8. Outlet
3. Sensor Suhu 9. Valve Tekanan
4. Saklar Heater 10. Indikator Tekanan
5. Saklar Motor 11. Jaket
6. Impeller

`3.2.1.2 Spesifikasi Perancangan alat


a. Diameter Tangki = 30 cm
b. Tinggi Tangki = 45 cm
c. Tebal Plate = 2,5 cm
d. Diameter Impeller = 23,07 cm
e. Rpm = 4.500 rpm

3.2.1.3 Cara Kerja Alat Digester


a. Menghubungkan kabel alat dengan sumber arus listrik (PLN)
b. Memasukkan bahan-bahan pembuatan ke dalam tangki
c. Mengatur suhu sesuai dengan set point
d. Menyalakan alat pada control panel dengan dengan cara
menekan tombol ON
e. Mengatur control valve pada pressure gauge agar tidak
melampaui batas (<1kg/cm2)
f. Memasak bahan-bahan selama waktu yang ditentukan
g. Mematikan alat dengan cara menekan tombol OFF

3.2.2 Bahan
3.2.2.1 Bahan Untuk Pembuatan Pulp
1. Bahan Baku Alang – Alang
2. Larutan Pemasak Asam Asetat (CH3 COOH)
3. Katalis HCl 1%

3.2.2.2 Bahan Untuk Analisa Pulp


1. Larutan NaOH 17,5 %
2. Larutan Na2CO3
3. Larutan CH3COOH (asam asetat) 2 N
4. Kaporit (Ca(ClO)2)
5. Kalium Permanganat (KMnO4)
6. Natrium Thiosulfat (Na2S2O3)
7. Kalium Iodida (KI)
8. Aquadest

3.3 VARIABEL PERCOBAAN


Variabel Tetap:
Konsentrasi Asam Asetat : 90%
HCl : 1%
Kecepatan Pengadukan : 150 rpm
Variabel Berubah:
Suhu Pemasakan : 9010oC

Waktu Pemasakan : 6010 menit

Tabel 3. Variabel Berubah Pada Praktikum


Variabel Pengaruh
No Temperatur Waktu Kadar air Yield
(0C) (menit) (%) (gr)
I 80 50 B1 C1
II 80 70 B2 C2
III 100 50 B3 C3
IV 100 70 B4 C4

3.4 PROSEDUR KERJA


3.4.1 Analisa Bahan Baku
a. Menentukan Kadar Air
Langkah – langkahnya :
1) Timbang sampel sebanyak 4 gram.
2) Masukan sampel 4 gram tersebut ke dalam cawan porselen.
Timbang massa cawan porselen yang berisi sampel tersebut,
misal seberat a gram.
3) Sampel dan cawan porselen dikeringkan dalam oven pada suhu
1000C selama 1 jam lalu didinginkan dalam desikator
kemudian ditimbang. Hal ini kita ulangi hingga memperoleh
penimbangan dengan berat konstan, misal seberat b gram.
𝑎−𝑏
4) Kadar air = 4 𝑔𝑟 𝑥 100%

Ket. : a = Berat sampel dan cawan porselen (gram)


b = Berat sampel dan cawan porselen setelah di oven
(gram)

b. Menentukan Kadar Abu


Langkah – langkahnya :
1) Cawan porselen kosong dibakar dalam muffle furnace pada
suhu 6000C,
2) Dinginkan dalam desikator, lalu timbang cawan porselen
tersebut hingga memperoleh berat konstan. Misal a gram.
3) Timbang 4 gram sampel, masukkan dalam cawan porselen
tadi, kemudian pindahkan dalam muffle furnace dan dibakar
pada suhu 6000C selama 2 s/d 4 jam hingga seluruh karbon
terbakar.
4) Dinginkan dalam desikator, lalu ditimbang, ulangi percobaan
hingga diperoleh berat konstan. Misal b gram.
ba
5) Kadar abu : x100%
berat sampel bebas air
Keterangan :
a = Massa cawan porselen setelah dibakar dalam muffle
furnace (gram)
b = Massa sampel dan cawan porselen setelah dibakar dalam
muffle furnace (gram)

c. Menentukan Kadar α Sellulosa


Langkah – langkahnya :
1) Timbang 4 gram sampel kering dalam beaker glass, letakkan
dalam cooler bath dan suhu dijaga 200C.
2) Tambahkan 35 ml NaOH 17,5% diaduk selama 5 menit lalu
tambahkan lagi 10 ml dan aduk selama 10 menit. Tambahkan
lagi masing-masing 10 ml pada menit ke 2,5;5;10 menit
berikutnya.
3) Tutup beaker glass dengan kaca arloji dan biarkan selama 3
menit.
4) Tambahkan aquadest 100 ml aduk hingga homogen dan
biarkan selama 30 menit.
5) Saring dengan saringan penghisap dan sisa sampel dalam
beaker glass dikeluarkan dengan bantuan penambahan 25 ml
NaOH 8,5%.
6) Endapan dicuci dengan aquadest 5  50 ml.
7) Saring dengan saringan penghisap dan lanjutkan pencucian
dengan aquadest  400 ml.
8) Tambahkan 40 ml asam asetat 2 N.
9) Biarkan endapan terendam dahulu baru cairan dibuang
kemudian dicuci dengan aquadest hingga larutan menjadi
netral. Setiap kali pencucian diuji.
10) Setelah netral dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C 
300C.
11) Didinginkan dalam desikator dan timbang, ulangi hal tersebut
hingga diperoleh berat konstan, misal b gram.
b
12) Kadar  selulosa : x100%
4
Keterangan :
b = berat beaker glass dan berat sampel yang telah kering di oven
(gram)

3.4.2 Pemasakan (Pulping) dengan Proses Asetosolv


1) Memotong alang - alang yang sudah disiapkan dengan
menggunakan pisau atau gunting kemudian dikeringkan.
2) Menimbang alang – alang sebanyak 300 gram kemudian
masukan dalam digester dan tambahkan larutan pemasak
CH3 COOH 80% dalam 3000 mL dan Katalis HCl 1%
sebanyak 30 mL.
3) Memasak selama 6010 menit dengan suhu 9010oC.
4) Pulp disaring hingga diperoleh pulp dan cairan black liquor
dimana cairan ini dibuang dan pulp dianalisa.
Alang Alang Analisa kandungan
Kering bahan baku

CH3COOH Pulping Kajian variabel:


+ HCl
Suhu : 80⁰C, 100⁰C

Waktu : 50, 70 menit

Keringkan
Analisa pulp

Bleaching
pulp

Gambar 5. Diagram Alir Pembuatan Pulp

3.4.3 Proses Pemutihan (Bleaching)


Langkah – langkahnya :

1. Menimbang sampel (pulp) 4 gram


2. Membuat larutan bleaching 1 gram per liter dengan tahapan :
- Menimbang 0,5 gram kaporit Ca(ClO)2
- Memasukan dalam labu takar 500 ml dan mengencerkan dengan
aquadest
3. Bleaching dilakukan dengan konsistensi 1 : 25 sehingga larutan
bleaching yang dibutuhkan sebanyak 62,5 ml
4. Kemudian sampel direndam dalam larutan bleaching dengan
kondisi operasi pH 8–9 dan waktu bleaching 1 jam. Bandingkan
warna sampel hasil bleaching dengan pulp untuk sampel bila
masih berwarna coklat dilakukan bleaching hingga warna yang
lebih putih
3.4.4 Analisa Pulp Hasil Pemasakan
1. Menentukan kadar air
2. Menentukan kadar abu
3. Menentukan kadar  selulosa
4. Menentukan bilangan permanganat
Penjelasan:
a. Menentukan Kadar Air
Langkah – langkahnya :
1) Timbang sampel pulp sebanyak 4 gram.
2) Masukan sampel pulp 4 gram tersebut ke dalam cawan
porselen. Timbang massa cawan porselen yang berisi sampel
pulp tersebut, misal seberat a gram.
3) Sampel pulp dan cawan porselen dikeringkan dalam oven pada
suhu 1000C selama 1 jam lalu didinginkan dalam desikator
kemudian ditimbang. Hal ini kita ulangi hingga memperoleh
penimbangan dengan berat konstan, misal seberat b gram.
𝑎−𝑏
4) Kadar air = 4 𝑔𝑟 𝑥 100%

Ket. : a = Berat sampel pulp dan cawan porselen (gram)


b = Berat sampel pulp dan cawan porselen setelah di
oven (gram)

b. Menentukan Kadar Abu


Langkah – langkahnya :
1) Cawan porselen kosong dibakar dalam muffle furnace pada
suhu 6000C,
2) Dinginkan dalam desikator, lalu timbang cawan porselen
tersebut hingga memperoleh berat konstan. Misal a gram.
3) Timbang 4 gram sampel pulp, masukkan dalam cawan
porselen tadi, kemudian pindahkan dalam muffle furnace dan
dibakar pada suhu 6000C selama 2 s/d 4 jam hingga seluruh
karbon terbakar.
4) Dinginkan dalam desikator, lalu ditimbang, ulangi percobaan
hingga diperoleh berat konstan. Misal b gram.
ba
5) Kadar abu : x100%
berat sampel bebas air
Keterangan :
a = Massa cawan porselen setelah dibakar dalam muffle
furnace (gram)
b = Massa sampel pulp dan cawan porselen setelah dibakar
dalam muffle furnace (gram)

c. Menentukan Kadar α sellulosa


Langkah – langkahnya :
1. Timbang 4 gram sampel pulp kering dalam beaker glass,
letakkan dalam water bath dan suhu dijaga ± 25C.
2. Tambahkan 35 ml larutan NaOH 17,5 % diaduk selama 5
menit lalu tambahkan lagi 10 ml dan aduk selama 10 menit.
Tambahkan lagi masing – masing 10 ml pada menit ke 2,5 ; 5 ;
10 berikutnya.
3. Tutup beaker glass dengan kaca arloji dan biarkan selama 3
menit.
4. Tambahkan aquadest 100 ml aduk hingga homogen dan
biarkan selama 3 menit.
5. Saring dengan saringan penghisap dan sisa sampel dalam
beaker glass, keluarkan dengan bantuan penambahan 25 ml
NaOH 8,5%.
6. Endapan dicuci dengan aquadest 5 x 50 ml.
7. Saring dengan saringan penghisap dan lanjutkan pencucian
dengan aquadest ± 400 ml.
8. Tambahkan 40 ml asam asetat 2 N.
9. Biarkan endapan direndam dahulu baru cairan dibuang
kemudian dicuci dengan aquadest hingga netral.
10. Keringkan dalam oven pada suhu 105⁰C ± 30⁰C.
11. Dinginkan dalam desikator dan timbang hingga berat konstan
(misal b gram).
𝑏
Kadar α Sellulose = 4 𝑥 100%

Keterangan :
b = berat beaker glass dan berat sampel pulp yang telah kering
di oven (gram)
d. Menentukan Bilangan Permanganat
Langkah – langkahnya :
1. Menimbang 1 gram pulp kering, menghancurkan pulp dengan
aquadest 25 ml.
2. Memindahkan dalam beaker glass 1 liter dan menambahkan
12,5 ml KMnO4 0,1 N; 12,5 ml H2SO4 4 N dan 375 ml
aquadest lalu aduk selama 5 menit.
3. Menambahkan 25 ml larutan KI 166 gram/lt, I2 bebas yang
terjadi dititrasi dengan 0,1 N larutan Natrium thiosulfat
(Na2S2O3). Misal b larutan blanko KMnO4 membutuhkan a ml
thiosulfat.
4. Bilangan Permanganat : a – b.
Keterangan:
a = Volume thiosulfat yang dibutuhkan (mL).
b = Volume larutan blanko KMnO4 (mL).
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014. Pembuatan Pulp dan Kertas


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43868/4/Chapter%20II.pd
f diakses 15 Juli 2016.

Bocah. 2009. Teknologi Ramah Lingkungan Untuk Industri Pulp Dan Kertas.
Yogyakarta : Penerbit Liberty.

Damaru. 2011. Alang-alang Makalah Ekologi Tumbuhan. Universitas Sumatera


Utara. Medan. 29 p.

Food Agricultural Organization. 2011. Statistical Database of Food Balance


Sheet. FAOSTAT, http://www.fao.org diakses 17 Juli 2016.

Hidayati, Sri. 2009. Pembuatan Pulp Dan Kertas Dari Ampas Tebu Dengan
Proses Acetosolv, http://aprysilverfox.com/2010/08/makalah-pembuatan-
pulp-dan-kertas-dari.html diakses pada 17 Juli 2016.

Indrainy, M. 2005. Kajian Pulping Semi Mekanis Dan Pembuatan Handmade


Paper Berbahan Dasar Pelepah Pisang. (Skripsi). Institut pertanian
Bogor. Bogor. 56 hlm.

Isyanto. 2013. Alang-Alang. https://easyanto.wordpress.com/alang-alang-plantae/


diakses 17 Juli 2016.

Judi, R. 2000. Penentuan Kondisi Optimum Awal Pada Proses Enzimatis


Pembuatan Pulp Kertas Dari Pelepah Pisang. Surabaya.

Lumbanbatu, Kasdim. 2008. Pembuatan dan Karakteristik Kertas Eceng Gondok


[skripsi]. Universitas Sumatera Utara : Medan.

Mudjijati and Lourentius, S. 1996. Laporan Penelitian: Pembuatan Pulp Alang-


alang dengan Proses Soda, Hlm. 10-40, Hlm. 12-14, Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya

Muzzie, M. D. 2006. Hemiselulosa and Lignin, New Jersey.

Surjoseputro, W. dan Tjanarko, L. S. 2001. Skripsi: Pembuatan Kertas Komposit


Dari Serat Alang-alang Dan Polipropilen, Hlm. 1-30, Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya
Wagiyanto, D. 2008. Proses Produksi Kertas dan Limbah Yang Dihasilkan.
http://uns.ac.id/members/d12x/recent-posts diakses pada 16 Juli 2016.
Wibisono, Ivan, et all. 2011. Pembuatan Pulp dari Alang – Alang. Widya Teknik
Vol. 10, No.1, Pp. 11-20.
Zainudin. 2013. Pabrik Pulp. http://zend28.blogspot.co.id/2013/06/contoh-
makalah-indistri-pabrik-pulp-dan.html diakses 17 Juli 2016.

Вам также может понравиться