Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Sebagai informasi, materi untuk UAS adalah dari awal semester sampai akhir
semester.
Selamat belajar.
1
Disusun oleh:
KUMALA WINDYA R
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Wawancara
C. Manfaat Wawancara
II. TINJAUAN TEORI
A. Proses Pemilihan Agama
B. Konflik Nilai
C. Strategi Coping Masalah
III. METODE WAWANCARA
A. Pendekatan
B. Fokus wawancara
C. Subjek wawancara
D. Metode pengambilan data
E. Teknik analisis dan interpretasi data
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Data Responden
B. Data Verbatim dan Koding Data
C. Temuan pada Responden
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan Wawancara
Tujuan wawancara ini adalah untuk mengetahui dan memahami proses
pemilihan agama, konflik nilai, dan usaha untuk melakukan coping yang
dilakukan anak-anak dalam satu keluarga pasangan beda agama.
C. Manfaat Wawancara
Manfaat yang dapat diperoleh dari wawancara ini adalah:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada masa anak-anak, nilai dan norma diperoleh melalui proses imitasi,
identifikasi, dan sosialisasi dengan lingkungan sosial di sekitarnya. Menurut
Kohlberg (Delamater, 2006) ada tiga tahap penalaran moral manusia yaitu:
a. Tahap Prakonvensional
Tahap ini berlangsung sejak anak lahir hingga berumur 7 tahun. Pada tahap ini
anak berperilaku dengan pedoman reward dan punishment dari orangtua.
Kontrol keluarga sangat berpengaruh. Anak hanya melihat yang boleh dan
tidak boleh dilakukan. Hampir semua ide-ide agama pada anak berasal dari
orang lain dalam bentuk doktrin-doktrin agama.
b. Tahap Konvensional
Tahap ini berlangsung pada saat usia sekolah anak. Anak mendasarkan
perilaku pada pengharapan sosial. Anak menilai suatu perbuatan baik apabila
bisa menyenangkan orang lain dan melihat nilai yang ada sebagai sesuatu yang
harus dijaga dan ditaati.
c. Tahap Postkonvensional
Pada tahap ini, seseorang akan memandang nilai yang ada pada masyarakat
bersifat relative dan sebagai control dalam berperilaku.
Tahap penalaran moral postkonvensional sering dikaitkan dengan tahap
perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget yaitu tahap abstrak
operasional. Pada tahap ini, individu mulai dapat berpikir abstrak. Ia mulai
memikirkan kembali nilai-nilai yang selama ini diterimanya. Ia juga mulai
mengembangkan nilai baru yang didapatkannya dari lingkungan sosialnya yang
semakin meluas.
Saat dewasa, proses pembentukan dan perkembangan nilai-nilai agama
semakin mendalam. Individu mulai bertanya tentang eksistensinya dan mulai
memikirkan nilai-nilai mana yang akan tetap dianut, diganti, dan dikembangkan.
Umumnya pada anak yang orangtuanya beragama sama akan memiliki identitas
sama dengan orangtuanya. Identitas agama tersebut terbentuk seiring proses
sosialisasi yang dilakukan orangtua. Tetapi jika orangtua memberikan dua model
yang berbeda, maka proses seperti apa yang akan dialami anak? Apakah proses
yang dialami pada satu anak akan sama dengan anak yang lain dalam satu
8
atau pikiran individu dalam usaha untuk mengatasi, menahan, atau menurunkan
efek negative dari situasi yang mengancam (Myers, 2008).
Menurut Lazarus, coping mempunyai fungsi untuk mengatur emosi atau
tekanan (emotion focus coping) dan untuk mengatur masalah yang menyebabkan
tekanan (problem focus coping). Penjelasan cara coping tersebut adalah:
a. Problem focus coping yaitu strategi coping yang menitikberatkan pada
pemecahan masalah. Bila perilaku ini berhasil, maka tidak ada lagi
permasalahan dan perasaan stress yang mengikuti. Jika perilaku ini tidak
berhasil maka akan memicu stress dan mempengaruhi hubungan dengan
lingkungan sekitar.
b. Emotion focus coping yaitu coping yang menitikberatkan pada pengurangan
atau pengaturan keadaan emosi yang stress. Coping ini tidak berarti perilaku
pasif, tetapi berhubungan dengan melakukan penyusunan kembali secara
internal hingga mengubah komitmen yang tidak dapat dilakukan
D. Pertanyaan Wawancara
Berdasarkan pemaparan masalah dan tinjauan pustaka di atas, peneliti
berkeinginan untuk meneliti fenomena perkawinan beda agama ditinjau dari
penanaman nilai-nilai agama pada anak. Peneliti mencoba mengeksplorasi
pemilihan agama pada anak-anak dari pasangan beda agama dalam 1 keluarga.
Adapun pertanyaan yang ingin dijawab dalam wawancara ini adalah:
1. Bagaimana proses pemilihan agama pada anak dari pasangan beda agama?
2. Apa saja konflik nilai yang dialami?
3. Bagaimana cara coping yang dilakukan?
10
BAB III
METODE WAWANCARA
A. Metode Wawancara
Peneliti menggunakan metode wawancara dalam mengumpulkan data.
Pedoman wawancara yang digunakan adalah wawancara semi-terstruktur yang
memungkinkan peneliti untuk mengembangkan pertanyaan sesuai dengan situasi
dan kasus yang dialami masing-masing responden, namun masih berpegang pada
tujuan wawancara.
B. Subjek Wawancara
Menurut Patton (Poerwandari, 2005), tidak ada aturan pasti dalam jumlah
sampel yang harus diambil untuk wawancara. Jumlah sampel sangat tergantung
pada apa yang ingin diketahui peneliti, tujuan wawancara, konteks saat itu, apa
yang dianggap bermanfaat, dan dapat dilakukan dengan waktu dan sumber daya
yang tersedia. Jumlah responden dalam wawancara ini adalah 1 orang dengan
pertimbangan keterbatasan waktu dan tenaga peneliti. Adapun karakteristik
responden adalah sebagai berikut:
1. Berusia dewasa awal atau tengah (antara 25-35 tahun)
2. Kedua orangtua beda agama sejak menikah hingga saat wawancara
dilaksanakan
3. Suku Jawa
4. Beragama (sedang atau sudah memutuskan agama apa yang dianut)
DAFTAR PUSTAKA
Bottoms, B. L.; Murray, R. & Filipas, H., 2003. Religion-related Child Physical
Abuse: Characteristics and Psychological Outcomes. Journal of Aggression,
Maltreatment, and Trauma; No. 6/2003.
Ellison, C.G., and Sherkat, D. E., 1993. Obedience And Autonomy: Religion And
Parental Values Reconsidered. Journal for the Scientific Study of Religion,
Vol. 32, No. 4, pp. 313-329. http://www.jstor.org/stable/353409
LAMPIRAN
A. DATA RESPONDEN
1. Identitas responden:
Nama (inisial) : Ana (29 tahun)
Agama : Islam
Agama Ayah : Islam
Agama Ibu : Katholik
Saudara : 1 orang kakak laki-laki (Islam)
1 orang kakak perempuan (Katholik)
Status : menikah (suami beragama Islam)
Anak : 2 anak perempuan
2. Keterangan:
Wawancara dilakukan di rumah orangtua subjek di kota W pada hari Selasa, 27
Desember 2010 pukul 16.00-18.00.
Kode: P (peneliti); S (subjek)
Aspek yang diteliti:
1. Usia saat pertama kali sadar perbedaan agama
2. Kondisi dan perasaan subjek dengan adanya perbedaan agama
3. Proses memilih suatu agama
4. Konflik nilai yang dihadapi
5. Strategi coping yang digunakan dalam menghadapi konflik
6. Pemahaman tentang perkawinan beda agama
7. Hubungan dan penilaian terhadap Ayah
8. Hubungan dan penilaian terhadap Ibu
9. Hubungan dan penilaian terhadap Saudara
Contoh koding:
A1 aspek 1
14
Islam. Dan kalo diajak ke gereja gak mau. Jadi ya sudah. Aku sudah agak
lupa je.. hehehehe... ya seingatku ya kakek yang ngajarin salat karena
bapak memang gak pernah salat. Trus waktu kecil kan aku tinggalnya di
Jakarta sampai kelas 5 SD, trus kakek meninggal jadi pindah ke Jogja. Nah
55 kalo di Jakarta memang keluarga besar mayoritas Islam, keluarga dari
bapak. Sedangkan kalo di Jogja sebagian besar Katholik, keluarga dari ibu.
Jadi mungkin ya kebingungannya ya waktu pindah ke jogja, tapi ya gak juga
ding, kayaknya aku gak bingung tu.. heheheh....
P Hm... berdasar ceritamu, bapak tidak memberi contoh melakukan salat ya,
60 bagaimana dengan ibu? Apakah ibu termasuk rajin beribadah ke gereja?
S Kalo ibu sih, biasa-biasa saja, waktu masih di Jakarta lo, paling ya ke gereja A8
tiap Minggu, tapi waktu balik ke Jogja ibu lebih memperdalam agamanya, A9
ya mungkin karena keluarga besar di Jogja termasuk yang kuat dan taat
beragama Katholik, makanya ibu jadi terbawa. Dulu sih tidak fanatik, tapi
65 sekarang ya mulai mendalami agama, jadi mulai fanatik.
P Berarti waktu itu dirimu masih remaja ya, apakah ibu juga mengajakmu
untuk belajar agama Katholik?
S Kalo waktu masih kecil ya ngajak ke gereja. Trus waktu SMP, SMA, atau A3
kuliah juga ngajak ke gereja atau ikut persekutuan doa, kayak pengajian
70 kalo di Islam, tapi ya aku biasanya gak mau. Nek aku gak mau ya gak
dipaksa juga, ya sudah kalo gak mau, tapi ya besok-besoknya lagi ya diajak.
P Apakah ibu juga berusaha untuk berdiskusi tentang masalah agama?
S Gak pernah sih, ibu gak pernah ngajak diskusi, tapi piye ya... aku sudah lupa A5
je... sudah tambah tua.. hehehehe... tapi kayaknya dulu aku sih yang malah
75 mendebat keyakinan ibu, jadi waktu itu cukup seru perdebatannya.
Kayaknya waktu SMA deh, waktu itu sudah mulai banyak bertanya...
P Hm... jadi waktu SMA sudah mulai banyak masukan tentang ilmu
agamanya ya?
S Hehehe... ya gak juga sih. Waktu SMA memang sering ikut rohis, pengajian, A5
80 trus baca buku-buku tentang agama, sebenernya ya masih awam ilmunya
tapi ya pengennya ikut mendebat. Kan ada to buku tentang perbandingan
agama, nah trus sok tau gitu...
P Trus bagaimana saat perayaan natal atau lebaran? Apakah dirayakan juga?
S Kalo dulu ya ikut merayakan, kalo natal ya ada pohon natal, ikut menghias. A3
85 Ya waktu kecil seneng, karena kan banyak kue, trus tanggal 24 nya A4
biasanya saudara-saudara datang dari gereja, trus mengucapkan selamat
natal. Nah kalo lebaran juga merayakan, ibuku juga masak ketupat, opor,
trus ada kue-kue juga. Kalo sungkeman ya ikut sungkeman. Ya semuanya
dirayakan.. Nah perbedaannya ya beberapa tahun ini, setelah aku
90 menikah, ternyata gak boleh ya ikut mengucapkan selamat natal atau ikut
merayakan. Nah kalo dulu kan ikut mengantar aneka kue natal, dan
ternyata kan gak boleh, jadi ya... sekarang tidak mengucapkan dan tidak
ikut merayakan atau membantu merayakan... gitu...
P Memang sejak kecil sudah disuruh memilih agama sendiri ya?
100 S Hm... jadi kata ayahku, dulu sebelum menikah tu ada kesepakatan bahwa A3
tidak boleh ngusik-ngusik agama, masing-masing tidak boleh menyuruh A7
pindah, bapak gak boleh menyuruh ibu pindah, ibu juga gak boleh nyuruh A8
bapak pindah, tapi kata bapak sih dulunya anak-anak disuruh Islam semua,
tetapi Mbakku gak mau, jadinya ya ia tetap Katholik.
105 P Diberi kebebasan memilih itu sejak kecil ya?
S Iya, jadi memang disuruh memilihnya sejak kecil, kalo gak mau ya gak A3
dipaksa. Kayak Mbakku yang gak mau Islam ya gak dipaksa. Ya kalo udah A4
jawab, ya gak diganggu gugat. Tapi ya tetep diajak. Sampai sekarang juga A5
tetep diajak... tapi hm... kayaknya mulai tidak diajak lagi tu sejak aku pake A9
110 jilbab gedhe, sekitar tahun 2009 apa ya...
16
penasaran , jadi kutanyakan itu logikanya seperti apa, karena dalam Islam
kan ada penjelasan logikanya.
P Hm.. jadi kakaknya ibu ya yang sering memakai bahasa roh. Hanya dia yang
bisa mengerti atau ada orang lain yang bisa mengerti?
170 S Ya hanya dia yang bisa mengerti. Nah bapak kadang-kadang juga ikut- A8
ikutan. Soalnya pakdhe itu kan kalo kaget sedikit, trus bicaranya hwes
hwes hwes... gak ngerti apa itu artinya. Nah trus bapak pesan sama ibu,
untuk kasih tau pakdhe kalo dia seperti itu sebaiknya pas sendiri saja, kalo
pas di depan umumkan malu, lha aku juga cuma tertawa saja.. hehehehe.
175 Sebenernya sih temennya ibuku yang sukanya mempengaruhi. Jadi ibuku tu
punya teman yang menjadi tempat untuk bertanya segala sesuatu, jadi ibu
suka bertanya tentang ini kalau begini bagaimana kalo begitu bagaimana,
padahal ibuku kan orangnya gampang terpengaruh, terbujuk, dan terdogma.
Dan akhirnya cenderung ke takhayul, ramalan gitu.
180 Trus selama ini dirimu menanggapinya dengan mengajaknya diskusi?
Ya, biasanya ya diajak ngomong, tapi karena pada dasarnya ngeyel ya A5
ujung-ujungnya pokoknya, paling nanti bilang kalo iman itu pada dasarnya
percaya, kalo di agama Katholik kan iman itu percaya, jadi tidak ada logika
seperti itu. Misalnya Tuhan itu tiga tapi satu, satu tapi tiga. Ya intinya
185 percaya. Trus yang lainnya adalah kalo ada sesuatu trus bilangnya Tuhan
yang bicara, jadi percaya saja.
P Trus apa pendapat ayahmu tentang hal itu Na?
S Ayahku berpikiran seperti apa yang kupikirkan, jadi biasanya aku kan deket A5
dengan papa. Jadi ya suka bertanya kok seperti ini jadinya. Maksudnya dulu A7
190 kayaknya sebelum aku nikah gak kayak gini, tapi setelah aku menikah dan
tinggal dengan suami, trus pulang ke Jogja, kok sudah sampai di tingkatan
ini. Ya sudahlah, dimaklumi saja.
P Papamu cukup terbuka untuk diajak diskusi ya?
S Ya, bisa, pada dasarnya pikiranku dan papa sama, jadi nyambung kalo A5
195 diajak diskusi. Biasanya papa juga emosi kalo mama terpengaruh A7
omongannya temennya, trus biasanya ya bilang jangan bergaul sama
temennya itu. Tapi ya karena sudah ada kesepakatan sebelum nikah ya papa
gak berbuat banyak, maksudnya gak ngajak mama untuk pindah ke Islam
atau menasihati agar tidak terlalu terpengaruh.
200 P Trus dalam melaksanakan ibadah atau ajaran agamamu, apakah ada
tentangan dari mama? Hm... mungkin waktu pake jilbab.
S Ng... nggak sih, tidak ada larangan, waktu pake jilbab biasa ya boleh. Cuma A3
waktu pake jilbab besar, yang ditanyain, ngapain pake jilbab kayak gitu, tapi A5
gak usah ikut yang teroris itu lo, paling bilangnya gitu. Jangan pake yang A8
205 item lo, nanti kayak orang yang demo. Ya umumnya gak ada larangan sih,
karena sudah ada kesepakatan dari awal kalo anak diberi kebebasan.
P Rasanya berat ya kalo ada konflik dengan keluarga.
S Ya sedih kalo ada konflik. Jadi ada majalah yang namanya apa ya... lupa A3
aku. Aku kan belajar dari situ juga. Biasanya ada saran-saran kalau ada A4
210 pertanyaan tentang islam dari orang Nasrani, nah, itu ada cara-cara A5
menjawabnya. Dikasih tahu tips-tips untuk menangkisnya. Jadi sedikit-
sedikit aku tahu bagaimana menjawab pertanyaan yang ada, karena latar
belakang keluargaku kan begini, jadi musti siap-siap menjawab, ada
ilmunya. Trus ada lagi buku The Choice, isinya juga seperti itu. Itu juga
215 untuk meyakinkanku juga sih kalau aku ada di jalan yang tepat. Kalo dari
suamiku sih bilangnya gak usah baca buku kayak gitu, yang penting
mendalami agama, bisa mengamalkan, nanti kan bisa menjelaskan
berdasarkan pengalaman. Tapi kalo aku sendiri kan kalo belajarnya kan
lama, sedangkan sudah ditanyain kayak gitu, jadi ya musti punya ilmunya.
220 P Lalu, bagaimana dengan ayahmu? Apakah ada usahamu untuk
18
masalah agama. Nah yang gak boleh kan malah yang kayak gitu.. yang gak
boleh kan kalo masing-masing tetap pada agamanya dan tidak saling
mengajak pada kebaikan.. itu kan berarti pernikahannya tidak sah ya
menurut islam, berarti kan aku anak haram, trus bagaimana ya ini, kalo
280 mbiyen ya sempat nangis-nangis... tapi lama-lama aku berpikir aku kan gak
bisa mengubah takdir, karena menurutku walaupun pernikahannya tidak sah
tapi kan setiap bayi lahir adalah fitrah, suci, jadi ya sudah, aku Cuma bisa
pasrah, nerima saja, gak bisa ngapa-ngapain, wis diterima saja, menjalani
takdir... aku juga gak berani ngomong sama bapak kalo berarti aku anak
285 haram dong, aku gak berani...
P Hm... berarti itu tahunya atau pahamnya waktu SMA atau...
S Hm... itu waktu kuliah...
P Kalau dulu pernah terbersit kekhawatiran bahwa ketika teman-temanmu
tahu keadaanmu, mereka akan menjauhimu?
290 S Ya gak tuh... karena teman-temanku kan gak begitu religius, mereka ya tahu, A4
tapi ya biasa saja. Jadi aku ya gak khawatir... Ya.. intinya ya diterima saja, A5
berdamai dengan takdir, yang bisa kulakukan ya mendoakan agar diberi
hidayah, trus kalau ada pertanyaan yang nylekit ya bisa aku luruskan dan
bisa aku jawab...
295 P Baiklah Na, terimakasih atas kesempatannya. Kalau masih ada informasi
yang belum lengkap, mungkin bisa kita lanjutkan lain waktu.
S Ya... sama-sama...
20