Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di
sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur
tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang (Sylvia A. Price, dkk, 1995).
Mekanisme terjadinya fraktur dapat digambarkan sebagai berikut, yaitu penderita
jatuh dalam keadaan tangan terbuka, tubuh beserta lengan berputar ke dalam (endorotasi).
Tangan terbuka orang tefiksir di tanah berputar ke luar (exorotasi/supinasi, karena itu
disebut exorotation injury/out ward rotation injury. Biasanya pada orang tua frakturnya
sering bersifat komunitif (Handerson, 1992)
Pasien dengan fraktur bukan hanya terganggu fisiknya tetapi juga dengan
mentalnya, apalagi yang terkena adalah orang muda atau remaja. Hal ini akan sangat
berpengaruh pada konsep dirinya terutama gambaran dirinya (Body Image) dan harga
dirinya (Self Esteem) (Price Silvia, 1995).
Menurut catatan dari Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI)
menunjukkan adanya peningkatan kasus anak yang mengalami fraktur. Dalam kurun
waktu 3 tahun, 172 kasus pada tahun 1994, 421 kasus pada tahun 1995, dan 476 kasus
tahun 1996 (http://www.idai.or.id/bi/view.asp?ir=1898).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pemahaman mengenai Asuhan Keperawatan pada klien Fraktur.
2. Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan definisi Fraktur
2. Mampu mengidentifikasi penyebab Fraktur
3. Mampu menjelaskan jenis fraktur
4. Mampu menjelaskan patofisiologi
5. Mampu membuat pengkajian keperawatan
6. Mampu menentukan diagnosa keperawatan
7. Mampu menjelaskan rasionalisasi diagnosa keperawatan

1
8. Mampu menyusun rencana keperawatan untuk masing-masing diagnosa keperawatan
9. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien
10. Mampu melaksanakan evaluasi
11. Mampu mengidentifikasi dalam penyelesaian masalah ( Solusi ).

C. Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini digunakan metode penulisan yang berdasarkan
literatur atau metode pustaka.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian / Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Arif Mansjoer, 2000).
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang Fraktur Atau terputusnya
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang
dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diaborpsinya. Fraktur dapat disebabkan
oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak dan bahkan kontraksi
otot ekstrem (Marilyn E. Doenges, 1999).
Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas tulang yang dapat disebabkan oleh
dorongan langsung pada tulang, kondisi patologik, kontraksi otot yang sangat kuat dan
secara tiba-tiba atau dorongan tidak langsung (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006).

B. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan sekitarnya
juga akan terpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan
sendi. Dislokasi sendi, rupture tenda, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah.

3
Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau
akibat fragmen tulang (Brunner dan Suddarth, 2001).
 Fisiologis : Trauma
 Patologis : - Tumor, infeksi, osteoporosis, malnutrisi
- Trauma (pada orang normal tidak mengakibatkan fraktur).
Sebab-Sebab Fraktur Patologis :
a. Pada umur 0-5 tahun : osteogenesis imperfecta, scrobutus rachitis, sarcomaewing,
metastasis neuroglastoma.
b. Pada umur 5-10 tahun : osteomyelitis, tuberculosa/septic, terutama penyakit pott,
chandroma, sarcoma osteogenic.
c. Pada umur 20-50 tahun : osteomalacia, sindrom cushing, hpertiroidisme,
hyperparathyroidisme, tumor sel datia, rheumatoid,
arthritis.
d. Pada umur di atas 50 tahun : penyakit pagel, chondrosarcoma, metastasis karsinoma,
hyeloma multiple.
(Bagian Patologi Anatomik, FKUI)

1. Jenis Fraktur
Fraktur dapat dibagi menjadi :
a. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar.
b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit. Fraktur terbuka terbagi atas
tiga derajat (menurut R. Gustillo), yaitu :

4
a. Derajat I
1) Luka < 1 cm
2) Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk
3) Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau kominutif ringan
4) Kontaminasi minimal
b. Derajat II
1) Laserasi > 1 cm
2) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulasi
3) Fraktur kominutif sedang
4) Kontaminasi sedang
c. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan
neurovascular serta kontaminasi derajat tinggi.
Fraktur derajat III terbagi atas :
1. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat
laserasi luas/flap/avulse; atau fraktur segmental/sangat kominutif yang
disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.
2. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau
kontaminasi fasif.
3. Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat
kerusakan jaringan lunak.

C. Patofisiologi
1. Trauma yang mengakibatkan fraktur akan dapat merusak jaringan lunak di sekitar
fraktur mulai dari otot fascia, kulit sampai struktur neuromuskuler atau organ-organ
penting lain.
2. Pada saat kejadian kerusakan terjadilah respon peradangan dengan pembentukan
gumpulan atau bekuan fibrin. Osteoblas mulau muncul dengan jumlah yang besar
untuk membentuk suatu matrik tulang baru antara fragmen-fragmen tulang. Garam
kalsium dalam matrik membentuk kallus yang akan memberikan stabilitas dan
menyokong untuk pembentukan matriks baru.
3. Klasifikasi fraktur dapat dibedakan yaitu : fraktur terbuka; terdapat luka yang
menghubungkan tulang fraktur dengan permukaan kulit, fraktur tertutup : bila mana
tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan permukaan kulit. Fraktur

5
inkomplit garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti: greenstick
fraktur mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya atau terpecahnya pada
samping tulanbuckle fraktur atau tonus fraktur terjadi lipatan dari satu korteks dengan
kompresi tulang spongiosa di bawahnya (Surriadi dan RitaYuliani, 2001).

6
D. WOC

Trauma

MK : Cemas MK : gangguan
FRAKTUR mobilitas fisik

Kerusakan periosteum,
pembuluh darah, sumsum
MK : Inefektif perfusi tulang dan jaringan sekitar
MK : Resiko
jaringan kekurangan cairan

Perdarahan, kerusakan MK : kerusakan


Hematoma jaringan di ujung tulang, integritas jaringan
spasme otot

MK : Resiko
cidera Mk : gangguan
tumbuh kembang
Pertumbuhan tulang
terganggu
Peradangan
vasodilatasi MK : resiko
kerusakan integritas
MK :Resiko Nekrosis kulit
infeksi jaringan sekitar

MK : kurang
Peningkatan pengetahuan
Pemasangan gips/traksi
metabolisme

MK : Intoleransi
MK : Nyeri akut Aktivitas
MK :
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh MK : Body image

E. Manifestasi Klinis
Patah / retak pada tulang :
1. Nyeri tekan, nyeri gerak
2. Deformitas angulasi ke lateral atau angulasi anterior, endo/eksorotasi.
3. Edema, bengkak
4. Immobilisasi : dislokasi sendi panggul.
(Arif Mansjoer, 2000)

7
F. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem kardiovaskuler
a. Perubahan denyut nadi pada bagian distal lokasi, bila aliran darah terganggu oleh
fraktur.
b.Nadi dan tekanan darah meningkat terutama bila dalam kecemasan dan nyeri yang
hebat.
c. Tromboflebitis pada keadaan lanjut/komplikasi
2. Sistem neurosensori
Adanya paresthesia atau rasa baal sampai paralisis.
3. Sistem pernafasan
a. Pada fraktur yang baru terjadi belum terlihat perubahan pada sistem pernafasan
kecuali bila klien dalam keadaan nyeri dan cemas yang berat ditemui peningkatan
frekuensi.
b.Pada klien fraktur yang sudah mengalami immobilisasi yang lama (misalnya yang
sudah mengalami perawatan) dapat timbul ekspansi paru sehingga menurunkan
kecepatan pertukaran gas dengan segala akibatnya.
4. Sistem pencernaan
Immobilisasi menimbulkan penuruan motilitas pencernaan.
5. Sistem urinarius
Pada klien fraktur yang mengalami immobilisasi yang lama dapat timbul
pembentukan batu ginjal atau infeksi.
6. Sistem Integumen
Gangguan integritas kulit dapat terjadi apabila akibat trauma langsung atau akibat
penekanan.
7. Sistem Muskuloskeletal
a. Inspeksi
1. Pada fraktur terbuka terlihat ujung patahan tulang, kerusakan jaringan lunak
dan perubahan warna di daerah trauma.
2. Pembengkakan
3. Paralisis
b. Palpasi
1. Nyeri tekan dan pasien terlihat meringis kesakitan dan tidak mampu melakukan
aktifitas.
2. Terasa spasme otot di sekitar lokasi fraktur.

8
3. Kripitasi, paristesic.
4. Tidak ada denyut nadi pada bagian distal pada lokasi fraktur.

G. Pemeriksaan Penunjang / Diagnostic


1. Sinar-X penting untuk mengevaluasi pasien dengan kelainan musculoskeletal. Sinar-X
tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur erosi dan perubahan hubungan
tulang. Sinar-X multiple diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur yang sedang
diperiksa. Sinar-X korteks tulang menunjukkan adanya pelebaran, penyempitan, dan
tanda iregularitas. Sinar-X dapat menunjukkan adanya cairan, iregularitas, spur,
penyempitan, dan perubahan struktur sendi.
2. Computed Termography (CT scan) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang
terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligamen atau
tendon.
3. Magnetic resonance imaging (MRI) adalah teknik pencitraan khusus, noninvasif yang
menggunakan medan magnet gelombang radio, dan komputer untuk memperhatikan
abnormalitas jaringan lunak seperti otot, tendon, dan tulang rawan.
4. Angiografi adalah pemeriksaan struktur vaskuler.
5. Arteriografi adalah pemeriksaan sistem arteri.
6. Digital substraction angiography (DSA) mempergunakan teknologi komputer untuk
memperlihatkan sistem arterial melalui kateter vena.
7. Venogram adalah pemeriksaan sistem vena yang sering digunakan untuk mendeteksi
thrombosis vena.
8. Mielografi adalah penyuntikan bahan kontras kedalam rongga subarachnoid spinalis
lumbal, dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis spinal atau temnpat
adanya tumor
9. Diskografi adalah pemeriksaan diskus vertebralis; suatu bahan kontras diinjeksikan
kedalam diskus dan dilihat distribusinya.
10. Atrografi adalah penyuntikan bahan radiopaque atau udara kedalam rongga sendi
untuk melihat struktur jaringan lunak atau kontur sendi.

H. Komplikasi
1. Delayed union, non-union, malunion (sembuh waktu yang lama sampai dengan 6
bulan  komplikasi lambat)
2. Tromboplebitis/vascular necrosis, kekakuan sendi lutut.

9
3. Infeksi
4. Nerve compression  reflex symphen c. dystrophy, gangguan saraf perifer akibat
traksi yang berlebihan.
5. Compartmen syndrome : tekanan otot ekstremitas  ischemia-edema cycle.
6. Syok : perdarahan  syok hipovolemik
7. Fat embolism syndrome : emboli lemak  lemak dari tulang masuk pembuluh darah.
(Arif Mansjoer, 2000)

I. Terapi / Pengobatan / Kolaborasi


1. Pengobatan Non-Operatif
Dilakukan traksi skeletal, yang sering metode Perkin dan metode Balance
skeletal traction, biasanya kalau terjadi fraktur pada anak-anak dibawah 3 tahun
digunakan traksi kulit Bryant, sedangkan pada anak usia 3-13 tahun dengan traksi
Russel.
a. Metode Perkin : pasien tidak telentang, satu jari dibawah tuberositas tibia dibor
dengan Steinman pin, lalu ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan 3-4 bantal.
Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu lebih sampai terbentuk kalus yang
cukup kuat. Sementara itu tungkai bawah dapat dilatih untuk gerakan ekstensi dan
flexi.
b. Metode balance skeletal traction. Pasien tidur telentang. Satu jari dibawah
tuberositas tibia dibor dengan Steinman pin. Paha ditopang dengan Thomas
splint, sedang tungkai bawah ditopang oleh pearson attachment. Tarikan
dipertahankan sampai 12 minggu atau lebih sampai tulangnya membentuk kalus
yang cukup. Kadang-kadang untuk mempersingkat waktu rawat, setelah ditraksi 8
minggu dipasang gips hemispica atau cast bracing.
c. Traksi kulit Bryant. Anak tidur telentang ditempat tidur. Kedua tungkai dipasang
traksi kulit, kemudian ditegakkan ke atas, ditarik dengan tali yang diberi beban 1-
2 kg sampai kedua bokong anak tersebut terangkat dari tempat tidur.
d. Traksi Russel. Anak tidur telentang, dipasang plester dari batas lutut dipasang
sling didaerah popliteal. Sling dihubungkan dengan tali yang dihubungkan
dengan beban penarik. Untuk mempersingkat waktu rawat, setelah 4 minggu
ditraksi, dipasang gips hemispica karena kalus yang terbentuk belum kuat benar.

10
2. Pengobatan Operatif
Indikasi operasi antara lain :
a. Penanggulangan non-operatif gagal.
b. Fraktur multipel
c. Robeknya arteri femoralis
d. Fraktur patologik
e. Fraktur pada orang-orang tua.
Operasi dapat dilakukan dengan cara terbuka atau cara tertutup dengan menyayat
kulit-fasia sampai ke tulang yang patah. Pen dipasang secara retrograde. Cara
interlocking nail dilakukan tanpa menyayat didaerah yang patah. Pen dimasukkan
melalui ujung trokanter mayor dengan bantuan image intersifier. Tulang dapat direposisi
dan pen dapat masuk ke dalam fragmen bagian distal melalui guide tube. Keuntungan
cara ini tidak menimbulkan bekas sayatan lebar dan perdarahan terbatas (Arif Mansjoer,
2000).

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data-data yang dikumpulkan dari klien fraktur tergantung pada sisi beratnya, dan
jumlah kerusakan.
1. Identitas Klien
Pada identitas klien perlu ditanyakan adalah : nama, umur, agama, pekerjaan dan
alamat.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Kemungkinan klien mengalami kecelakaan lalu lintas yang dapat
mengakibatkan trauma langsung ataupun tidak langsung yang mengenai tulang
dan dapat mengalami luka pada daerah tersebut. Apabila ada perdarahan yang
hebat kemungkinan klien mengalami pusing atau shock, klien mengeluh nyeri
pada lokasi yang mengalami fraktur, terutama saat digerakkan, biasanya klien
mengeluh tak bisa beraktifitas.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan klien pernah mengalami penyakit sebelumnya seperti :
osteoporisis, osteosarcoma atau penyakit lainnya yang memperberat

11
penyembuhan, fraktur, kemungkinan klien pernah memakai obat-obatan seperti :
corticosteroid.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ada keluarga klien yang mengalami penyakit tulang seperti :
osteoporosis, osteosarcoma atau penyakit seperti : diabetes mellitus yang
memperlambat penyembuhan.
3. Data psikologis
Ditujukan pada klien dan keluarga biasanya klien dan keluarga mengalami
kecemasan dan ketakutan akibat lainnya dirawat dan komplikasi yang ditimbulkannya
seperti cacat.
4. Data sosial ekonomi
Fraktur dapat terjadi pada semua lapisan masyarakat yang ekonominya rendah
sampai tinggi yang faktor penyebab utama akibat kecelakaan lalu lintas.
5. Data spiritual
Pada umumnya klien dengan fraktur, kegiatan ibadahnya akan terganggu.

2. Pemeriksaan Fisik / Diagnostic


1. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem kardiovaskuler
- Perubahan denyut nadi pada bagian distal lokasi, bila aliran
darah terganggu oleh fraktur.
- Nadi dan tekanan darah meningkat terutama bila dalam
kecemasan dan nyeri yang hebat.
- Tromboflebitis pada keadaan lanjut/komplikasi
b. Sistem neurosensori
Adanya paresthesia atau rasa baal sampai paralisis.
c. Sistem pernafasan
- Pada fraktur yang baru terjadi belum terlihat perubahan pada sistem
pernafasan kecuali bila klien dalam keadaan nyeri dan cemas yang berat
ditemui peningkatan frekuensi.
- Pada klien fraktur yang sudah mengalami immobilisasi yang lama
(misalnya yang sudah mengalami perawatan) dapat timbul ekspansi paru
sehingga menurunkan kecepatan pertukaran gas dengan segala akibatnya.

12
d. Sistem pencernaan
Immobilisasi menimbulkan penuruan motilitas pencernaan
e. Sistem urinarius
Pada klien fraktur yang mengalami immobilisasi yang lama dapat timbul
pembentukan batu ginjal atau infeksi.
f. Sistem Integumen
Gangguan integritas kulit dapat terjadi apabila akibat trauma langsung atau
akibat penekanan.
g. Sistem Muskuloskeletal
- Inspeksi
1. Pada fraktur terbuka terlihat ujung patahan tulang, kerusakan jaringan
lunak dan perubahan warna di daerah trauma.
2. Pembengkakan
3. Paralisis
- Palpasi
1. Nyeri tekan dan pasien terlihat meringis kesakitan dan tidak mampu
melakukan aktifitas.
2. Terasa spasme otot di sekitar lokasi fraktur.
3. Kripitasi, paristesic.
4. Tidak ada denyut nadi pada bagian distal pada lokasi fraktur.

2. Pemeriksaan Diagnostic
Pemeriksaan ronsen, menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma skan tulang,
tomogram, skan CT/MRI : memperlihatkan fraktur : juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. Arteriogram : dilakukan bila
kerusakan vaskuler dicurigai. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat
(hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau
organ jauh pada trauma multipel). Peningkatan jumlah SDP adalah respons stress
normal setelah trauma.
Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi
multipel, atau cidera hati.

13
3. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko kekurangan cairan elektrolit berhubungan dengan pendarahan
2. Nyeri akut berhubungan dengan injuri fisik.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman.
4. Resiko cidera berhubungan dengan trauma.
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan musculoskeletal.
6. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan pertumbuhan tulang terganggu.
7. Body image berhubungan dengan biofisik ( trauma / injuri ).
8. Resiko tinggi penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan trauma, resiko
gangguan aliran arteriovena.
9. Resiko Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan trauma.
10. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka
11. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan asupan makanan karena faktor fisiologis.
12. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pemasangan gips / traksi.
13. Cemas berhubungan dengan perubahan status dalam keluarga
14. Kurang pengetahuan behubungan dengan kurangnya informasi

4. Tujuan dan Intervensi Keperawatan


1. Resiko kekurangan cairan elektrolit berhubungan dengan pendarahan, kerusakan jaringan
diujung tulang.
Tujuan : Kebutuhan volume cairan yang adekuat.
Kriteria Hasil : Cairan dalam tubuh klien kembali normal.
Intervensi Rasionalisasi Implementasi
a. Rencanakan tujuan a. Diteksi dini a. Mengkaji masukan cairan
masukan cairan untuk memungkinkan terapi kedalam tubuh klien.
setiap pergantian (misal pergantian cairan segera
1000ml selama siang untuk memperbaiki defisit
hari,800ml selama sore
hari,300ml selama malam
hari )
b. jelaskan tentang alasan- b. informasi yang jelas akan b. Memberikan informasi
alasan untuk meningkatkan kerja sama mengenai perawatan yang

14
mempertahankan cairan klien untuk terapi dilakukan .
yang adekuat dan metoda-
metoda untuk mencapai
tujuan masukan cairan.

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik


Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam klien mampu mengontrol nyeri
Kriteria Hasil : Tidak lemah, Nyeri berkurang, TTV stabil.
Intervensi Rasionalisasi Implementasi
a. Jelaskan prosedur sebelum a. Memungkinkan pasien a. Mempertahankan imobilisasi
memulai tindakan untuk siap secara mental bagian yang sakit
dan beraktivitas juga
berpartisipasi dalam
mengatasi
ketidaknyamanan.
b. Kaji keluhan b. Mempengaruhi b. Meninggikan ekstremitas
nyeri/ketidaknyamanan, pilihan/pengawasan
perhatikan lokasi keefektifan intermitas,
karakteristik termasuk tingkat ansietas dapat
intensitas (skala 0-10). mempengaruhi
Perhatikan pada nyeri non persepsi/reaksi terhadap
verbal (perubahan pada nyeri.
tanda vital dan emosi /
perilaku.
c. Tinggikan dan dukung c. Meningkatkan aliran balik c. Menghindari penggunaan
ekstremitas yang terkena vena, menurunkan edema spresi/bantal plastik.
dan menurunkan nyeri.
d. Pertahankan imobilisasi d. Menghilangkan nyeri dan d. Mengevaluasi keluhan nyeri.
bagian yang sakit dengan mencegah kesalahan
tirah baring, gips, posisi tulang/ tegangan
pembebat, traksi jaringan yang cidera.

15
e. Lakukan dan awasi latihan e. Mempertahankan e. Mendorong klien untuk
rentang gerak pasif / aktif kekuatan/mobilitas otot mendiskusikan masalah
yang dapat memudahkan yang ada
resolusi inflamasi pada
jaringan yang cidera.
f. Hindari kegunaan f. Dapat meningkatkan f. Menjelaskan prosedur
sprei/bantal plastik di ketidaknyamanan karena tindakan sebelum memulai
bawah ekstremitas dalam peningkatan produksi
gips panas dalam gips yang
kering.
g. Anjurkan pasien untuk g. Membantu untuk g. Melakukan dan mengawasi
mendiskusikan masalah menghilangkan ansietas latihan rentang gerak
sehubungan dengan cidera pasien dan merasakan pasif/aktif
kebutuhan untuk
menghilangkan pengaruh
kecelakaan.
h. Anjurkan menggunakan h. Memfokuskan kembali h. Mendorong menggunakan
teknik manajemen stress. perhatian meningkatkan teknik manajemen stress
Contoh relaksasi progresif, rasa kontrol dan dapat
latihan nafas dalam, meningkatkan
imajinasi visualisasi, kemampuan koping dalam
sentuhan terapeutik. manajemen nyeri, yang
mungkin menetap untuk
periode lebih lama.
i. Selidiki adanya keluhan i. Dapat meredakan adanya i. Menyelidiki adanya keluhan
nyeri yang tak biasa/tiba- komplikasi, contoh nyeri yang tidak biasa
tiba atau dalam lokasi infeksi, iskemia, jaringan,
progresif/buruk tidak sindrom kompartemen.
hilang dengan analgesik.

16
3. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman
Tujuan : setelah dilakukannya perawatan,tidak ada tanda- tanda infeksi
Kriteria hasil : Tidak ada infeksi pada bagian luka
Intervensi Rasionalisasi Implementasi
a. Kaji kulit untuk bagian a. Memberikan informasi a. Mengkaji bagian kulit
yang terbuka. tentang sirkulasi kulit. yang terbuka.
b. kaji adanya edema dan b. kontrol bagian yang b. mengontrol bagian yang
pendarahan atau tidak. teluka. terluka atau sedang dalam
perawatan.

4. Resiko cidera berhubungan dengan trauma


Intervensi Rasionalisasi Implementasi
a. Anjurkan pasien untuk a. bantu klien untuk a. membantu klien agar tidak
mendiskusikan masalah menghilangkan ansietas merasakan ansietas.
sehubungan dengan pasien b. teknik manajemen stres
cidera b. meningkatkan
b. anjurkan pasien untuk kemampuan koping.
merelaksasi progresif,
latihan nafas dalam,
sentuhan teurapeutik.

5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan musculoskeletal


Tujuan : setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam klien mampu menggerakan bagian yang
sulit digerakan.
Kriteria hasil : klien mampu menggerakan bagian – bagian yang sulit untuk bergerak.
Intervensi Rasionalisasi Implementasi
a. Tinggikan dan dukung a. menciptakan posisi yang a. klien merasa nyaman
ekstrimitas yang terkena nyaman bagi klien.
b. menjelaskan prosedur b. memastikan pasien b. mempertahankan
tindakan berpartisipasi dalam imobilisasi
mengatasi ketidak
nyamanan

17
6. Body image berhubungan dengan biofisik ( trauma / injuri )
Tujuan :setelah dilakukannya perawatan 3 x 24 jam klien merasa nyaman
Kriteria Hasil : klien merasa nyaman
Intervensi Rasionalisasi Implementasi
a. anjurkan klien untuk a. bantu klien agar bisa a. Lakukan pendekatan
mendiskusikan masalah membuka diri kepada klien agar klien
b. kaji keluhan ketidak b. berikan posisi yang merasa nyaman
nyamanan pasien nyman kepada pasien b. atur posisi yang
memberikan kenyamanan
kepada pasien

7. Resiko tinggi penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan trauma resiko gangguan
aliran arteriovena
Tujuan :Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam klien mampu mempertahankan perfusi
jaringan
Kriteria Hasil : tidak terjadi hematoma TTV stabil
Intervensi Rasionalisasi Implementasi
a. kaji adanya / kualitas nadi a. Penurunan/tidak adanya nadi a. Mengevaluasi nadi perifer
perifer distal terhadap dapat menggambarkan cidera
cidera melalui palpasi / vaskuler dan perlunya
doopler evaluasi medik segera
terhadap status sirkulasi

b. kaji aliran kapiler, warna b. Kembalinya warna harus b. Mengkaji aliran kapiler
kulit dan kehangatan distal cepat (3-5 detik) warna kulit
pada fraktur putih menunjukkan
gangguan arterial, sianosis
diduga ada gangguan venal.
c. lakukan pengkajian c. Gangguan perasaan kebas, c. Melakukan pengkajian
neuromuskuler, perhatikan kesemutan, peningkatan/ neuromuscular
perubahan fungsi motor / penyebaran nyeri bila terjadi
sensori. minta pasien untuk sirkulasi pada syaraf, tidak
melokalisasi nyeri adekuat atau syarat pusat.

18
d. kaji jaringan sekitar akhir d. Mengindikasikan tekanan d. Mengkaji jaringan
gips untuk titik yang kasar jaringan/iskimeal
/ tekanan selidiki keluhan menimblkan
“rasa terbakar”dibawah kerusakan/nekrosis.
gips
e. awasi posisi / lokasi cincin e. Alat traksi dapat e. Mengawasi posisi cincin
penyokong berat menyebabkan tekanan pada penyokong berat
pembuluh darah/ syaraf
f. selidiki tanda iskemis f. Dislokasi fraktur sendi f. Menyelidiki tanda iskemis
ekstremitas tiba- (khususnya lutut) dapat ekstremitas
tiba,contoh penurunan menyebabkan kerusakan
suhu kulit,dan peningkatan arteri yang berdekatan
nyeri dengan akibat hilangnya
aliran darah ke distal.
g. awasi tanda – tanda vital g. Ketidakadekuatan volume g. Mengawasi TTV
sirkulasi

8. Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan trauma


Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam klien mencapai penyembuhan
Kriteria Hasil : klien tidak merasakan ansietas
Intervensi Rasionalisasi Implementasi
a. Ajak klien untuk a. bantu klien a. Membantu klien
mengungkapkan menghilangkan rasa menghilangkan rasa
perasaanya selama dirawat ansietas ansietas sehubungan
dengan cidera yang
b. Memberikan kesempatan b. rasa nyaman klien kepada dialami
kepada klien untuk perawatan yang dijalani b. memberikan kesempatan
menceritakan masalah klien untuk bertanya
sehubungan dengan cidera tentang prosedur
tersebut perawatan.

19
9. Resiko kerusakan itegritas kulit berhubungan dengan luka
Tujuan : setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam klien mampu mencapai penyembuhan
luka
Kriteria Hasil : Tidak ada edema dan pendarahan, tidak ada penonjolan tulang kulit
tertutup
Intervensi Rasionalisasi Implementasi
a. kaji kulit untuk luka a. memberikan informasi a. mengkaji kulit
terbuka, benda asing, tentang sirkulasi kulit
kemerahan, pendarahan dan masalah yang
dan perubahan warna mungkin timbul gips
membutuhkan intervensi
medis lanjut
b. masase kulit dan b. menurunkan tekanan b. memasase kulit dan
penonjolan tulang pada area yang peka dan penonjolan tulanh
resiko abrasi
c. ubah posisi dengan c. mengurangi tekanan c. mengubah posisi klien
sering mungkin konstan pada area yang
sama dan meminimalkan
resiko kerusakan kulit
posisi
d. kaji posisi cincin bebat d. posisi yang tidak tepat d. mengkaji posisi cincin
pada alat traksi menyebabkan cidera kulit hebat pada alat traksi
atau kerusakan kulit
e. buat gips dengan katup e. memungkinkan e. membuatkan gips untuk
tunggal,katu ganda atau pengurangan tekanan dan klien
jendela sesuai dengan memberikan akses untuk
protokol perawatan luka atau kulit

10. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan ketidakmampuan
asupan makanan karena faktor fisiologis
Tujuan : setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam nutrisi klien tercukupi
Kriteria Hasil : nutrisi klien dapat kembali seimbang

20
Intervensi Rasionalisasi Implementasi
a. Memberikan menu a. Agar glukosa dalam a. Berikan makan yang
makanan yang darah tetap seimbang teratur
mengandung gula
b. Memberikan penjelasan b. Agar klien dapat b. Menjelaskan pentingnya
tentang pentingnya menjaga keseimbangan nutrisi yang adekuat
nutrisi yang adekuat nutrisi dalam tubuh

11. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pemasangan gips / traksi


Tujuan : setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam mengontrol gerak
Kriteria Hasil : klien dapat mengontrol gerak
Intervensi Rasionalisasi Implementasi
a. kaji keluhan ketidak a. agar klien bisa merasa a. atur posisi yang membuat
nyamanan nyaman dengan klien nyaman
b. lakukan dan awasi perawatan b. mempertahankan
latihan rentang gerak b. agar klien bisa dikaji kekuatan mobilitas otot
pasif / aktif rentang geraknya

12. Cemas berhubungan dengan status dalam keluarga


Tujuan : setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam merasa nyaman dan ansietas berkurang
Kriteria Hasil : Kliean merasa nyaman dan ansietas pun berkurang
Intervensi Rasionalisasi Implementasi
a. memberikan kesempatan a. agar klien mengerti a. ajak klien untuk
kepada klien untuk tentang prosedur bertanya tentang
bertanya tentang perawatan yang sedang prosedur perawatan
prosedur perawatan dijalani
b. memberikan kesempatan b. agar klien bisa merasa b. lakukan pendekatan
kepada klien agar nyaman dengan kepada klien agar klien
membuka diri perawatan yg dijalani nyaman untuk
mengungkapan
perasaannya.

21
13. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : sebelum dilakukan perawatan klien bisa mengetahui cidera dan prosedur
perawatan yang dialami
Kriteria Hasil : klien memahami tentang cidera dan perawatan yang sedang dialaminya
Intervensi Rasionalisasi Implementasi
a. Jelaskan kepada klien a. Agar klien mengetahui a. agar klien siap untuk
tentang prosedur perawatan prosedur perawatan menjalani perawatan
sebelum memulai tindakan
b. Berikan informasi tentang b. agar klien mengetahui b. memberikan informasi
cidera yang dialami apa yang dialami tentang cidera yang
sedang dialami

5. Evaluasi
S : Klien tidak lagi merasakan nyeri akut
O : TTV stabil
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luanya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrem.
Pengobatan operatif dilakukan jika pengobatan non-operatif gagal.

B. Saran
Penulis akan memberikan pemecahan masalah berupa saran yang sekiranya dapat
dipertimbangkan dan berguna bagi kita semua,yaitu sebagai berikut:
a. Pasien
Pasien yang dirawat dengan Fraktur hendaknya bekerja sama agar perawat
mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pasien
b. Perawat
Perawat perlu meningkatkan kemampuan,baik kemampuan intelektual,skiil,dan
psikomotor sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal,efektif
dan efisiensi baik individu,keluarga,masyarakat
c. Keluarga
Partisipasi keluarga sangat dibutuhkan agar pasien merasa diperhatikan dari orang-
orang terdekat yang berguna untuk memotivasi pasien dan ada kemauan untuk
sembuh

23
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar KMB Brunner dan Suddarth, Edisi 8 Vol 3. Jakarta :
EGC

http://www.idai.or.id/bi/view.asp?ir=1898).diakses 13 november 2011

24

Вам также может понравиться