Вы находитесь на странице: 1из 23

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

METODE PENANGKAP IKAN

Kelompok 8
M. Ezra Efendi 05061381520029
Nyayu Maimana 05061181520045
Sintya Dwika Putri 05061381520009
Yulia Sari 05061281520052

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Metode penangkapan ikan adalah metode yang digunakan untuk menangkap
ikan yang terdiri dari tangkap tangan, tombak, jaring, rawai, dan jebakan ikan.
Istilah ini tidak hanya ditujukan untuk ikan, namun juga untuk penangkapan
hewan air lainnya seperti mollusca, cephalopoda, dan invertebrata lainnya yang
bisa dimakan.Terdapat hubungan antara efektivitas berbagai metode penangkapan
ikan dengan pengetahuan mengenai ikan dan perilakunya, seperti migrasi ikan,
bagaimana ikan mencari makan, dan habitatnya (Rian, 2013).
Wilayah pesisir Banyuasin terdiri lima kecamatan yaitu banyuasin II, Makarti
Jaya, Muara Sugihan, Air Saleh dan Tanjung Lago. Berdasarkan data BPS tahun
2012, jumlah penduduk Banyuasin II adalah 46.829 orang dengan luas desa
3.636,40km2. Penduduk tersebut tersebar dari 13 desa y ang ada di wilayah ini,
dari ke tiga batas desa yang ada hanya 5 desa nelayan dan 3 kampung nelayan.
Desa tersebut adalah Sungsang I, Sungsang II, Sungsang III, Sungsang IV.Tanah
PIlih dan kampung nelayan yaitu Teluk Payo, Muara Baru dan Sungai Semut.
Ibukota Kecamatan Banyuasin II terletak di Desa Sungsang (Rian, 2013).
Laut mengandung potensi ekonomi (pembangunan) sangat besar dan
beragam. Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar, manakala
dilihat dari sisi luasnya perairan lautan, letak geografis, wilayah maupun panjang
garis pantai. Indonesia memiliki potensi maksimum perikanan laut sebesar 6,7 –
7,7 juta metrik ton dan potensi perikanan darat mencapai 3,6 juta metrik ton.
Sedangkan terumbu karang di Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman koral
paling tinggi di dunia, dengan lebih dari 70 genus biota laut didalam (Rian, 2013).
Banyaknya jenis ikan dengan segala sifatnya yang hidup di perairan yang
lingkungannya berbeda-beda, menimbulkan cara penangkapan termasuk
penggunaan alat penangkapyang berbeda-beda pula. Adalah juga sifat dari ikan
pelagis selalau berpindah-pindahtempat, baik terbatas hanya pada suatu daerah
maupun berupa jarak jauh seperti ikan tunadan cakalang yang melintsi perairan
beberapa negara tetangga Indonesia (Rian, 2013).

Universitas Sriwijaya
Setiap usaha penangkapan ikan di laut pada dasarnya adalah bagaimana
mendapatkandaerah penangkapan, gerombolan ikan, dan keadaan potensinya
untuk kemudiandilakukan operasi penangkapannya. Beberapa cara untuk
mendapatkan kawasan ikansebelum penangkapan dilakukan menggunakan alat
bantu penangkap yang biasa disebutrumpin dan sinar lampu. Kedudukan rumpon
dan sinar lampu untuk usaha penangkapanikan di perairan Indonesia sangat
penting ditinjau dari segala aspek baik ekologi, biologi,maupun ekonomi.
Rumpon digunakan pada siang hari sedangkan lampu digunakan padamalam hari
untuk mengumpulkan ikan pada titik/tempat laut tertentu sebelum
operasi penangkapan dilakukan dengan alat penangkap ikan seperti jaring, huhate
dsb.Dilihat dari segi kemampuan usaha nelayan, jangkauan daerah laut serta jenis
alat penangkapan yang digunakan oleh para nelayan Indonesia dapat dibedakan
antara usahanelayan kecil, menengah, dan besar. Dalam melakukan usaha
penangkap ikan dari tigakelompok nelayan tersebut digunakan sekitar 15 s/d 25
jenis alat penangkap yang dapatdibagi dalam empat kelompok sebagai berikut
(Rian, 2013).

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum metode penangkapan ikan ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa Mengetahui berbagai jenis alat tangkap yang di gunakan dalam
penangkapan
2. Mahasiswa mengetahui bahan dasar alat tangkap.
3. Mahasiswa mengetahui cara pengprasian berbagai alat tangkap.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Metode Penangkapan Ikan


Metode penangkapan ikan adalah metode yang digunakan untuk menangkap
ikan yang terdiri dari tangkap tangan, tombak, jaring, rawai, dan jebakan ikan.
Istilah ini tidak hanya ditujukan untuk ikan, namun juga untuk penangkapan
hewan air lainnya seperti mollusca, cephalopoda, dan invertebrata lainnya yang
bisa dimakan.Terdapat hubungan antara efektivitas berbagai metode penangkapan
ikan dengan pengetahuan mengenai ikan dan perilakunya, seperti migrasi ikan,
bagaimana ikan mencari makan, dan habitatnya, karena metode amat ditentukan
oleh jenis spesies dan habitatnya (Rian, 2013).
Metode penangkapan ikan merupakan upaya suatu alat tangkap untuk
mensiasati tingkah laku ikan agar ikan dapat ditangkap atau tertangkap. metode
yang digunakan untuk menangkap ikan yang terdiri dari tangkap tangan,
dipancing, ditarik, diangkat, dilingkar, digiring, diperangkap, dipuntal, dijerat,
didorong, diseret, dijatuhkan, ditombak, dibius, diracun, dibom.dan jebakan ikan.
Istilah ini tidak hanya ditujukan untuk ikan, namun juga untuk penangkapan
hewan air lainnya seperti mollusca, cephalopoda, dan invertebrata lainnya yang
bisa dimakan. Terdapat hubungan antara efektivitas berbagai metode penangkapan
ikan dengan pengetahuan mengenai ikan dan perilakunya, seperti migrasi ikan,
bagaimana ikan mencari makan, dan habitatnya. Pengetahuan akan tingkah laku
ikan membantu efektivitas alat tangkap. Alat tangkap aktif seperti dredge, trawl,
tombak, harpoon dll. Menangkap dengan alat tangkap aktif dengan membawa alat
tangkap di sekitar gerombolan ikan. Sedangkan alat tangkap pasif lebih sulit
karena harus mengarahkan agar ikan mau mendekat ke alat tangkap (Rian, 2013).
Semakin sulit karena tingkah laku ikan dapat berubah karena umur,
musim,polusi atau karena ikan tersebut belajar. Ukuran jaring yang lebih besar
dan kecepatan mengangkat menjadi faktor penentu dalam alat tangkap aktif.
Metode penangkapan ikan adalah metode yang digunakan untuk menangkap ikan
yang terdiri dari tangkap tangan, tombak, jaring, rawai, dan jebakan ikan. Istilah

Universitas Sriwijaya
ini tidak hanya ditujukan untuk ikan, namun juga untuk penangkapan hewan air
lainnya seperti mollusca, cephalopoda, dan invertebrata lainnya yang bisa
dimakan. Terdapat hubungan antara efektivitas berbagai metode penangkapan
ikan dengan pengetahuan mengenai ikan dan perilakunya, seperti migrasi ikan,
bagaimana ikan mencari makan, dan habitatnya, karena metode amat ditentukan
oleh jenis spesies dan habitatnya (Rian, 2013).
Ada begitu banyak jenis metode penangkapan ikan (fishing methods),
tergantung tujuan, kondisi perairan dan perikanan daerah setempat serta cara
pandangnya terhadap penangkapan ikan. Beberapa metode penangkapan yang ada
di dunia berdasarkan klasifikasi masing-masing pendapat yang berbeda namun
pada prinsipnya sama, yaitu menangkap ikan. Setidaknya ada 6 pendapat
mengenai klasifikasi metode-metode penangkapan ikan, yaitu menurut Rian
(2013) adalah sebagai berikut:
1. Kamakichi Kishinouye
2. Miyamoto Hideaki
3. T. Laevastu
4. A. Von Brandt
5. Statistik Perikanan Indonesia
6. International Standard Statistical Classification Fishing Gear (ISSCFG) FAO

2.1.1. Klasifikasi Menurut Kamakichi Kishinouye (1902)


Kamakichi Kishinouye membagi metode penangkapan menjadi 10 jenis.
Jenis-jenis tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memaksa ikan dengan suatu kecepatan untuk memasuki daerah alat
penangkapan ikan, arus air dihadang pada arah kanan dan kiri, penghadang
makin lama makin menyempit sehingga arus mencapai suatu kecepatan yang
tidak mampu lagi dilawan oleh ikan. Dengan demikian, ikan-ikan secara
terpaksa masuk ke dalam alat penangkap (misalnya Jermal)
2. Menghadang arah renang ikan-ikan (misalnya Jaring Insang Hanyut)
3. Mengajak/menggiring lalu menyesatkan ikan ke alat penangkap (misalnya
Penaju pada Sero)
4. Mengusahakan ikan masuk ke dalam alat penangkap dengan mudah, tetapi
mempersulit keluar atau mengurung (misalnya Bubu)

Universitas Sriwijaya
5. Menggarit, menggarut, atau menggaruk (misalnya menggarit kerang-kerangan)
6. Menjerat pada bagian insang (gilled)
7. Terkait dan tidak terlepas lagi (misalnya Pancing)
8. Mencemarkan keadaan lingkungan hidup ikan (misalnya dengan mengeruhkan
air)
9. Membelit/terpuntal (entanged)
10. Menjepit lalu menangkap

2.1.2. Klasifikasi Menurut Miyamoto Hideaki (1956)


Miyamoto Hideaki membagi metode penangkapan menjadi 9 jenis.
Penjenisan ini menekankan pada cara langsung bagaimana ikan tersebut
tertangkap. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menusuk lalu menangkap (misalnya penangkapan ikan paus dengan peluru
tajam bertali, tombak dan sejenisnya)
2. Mengaitkan dan mengaitkan ikan (misalnya jenis-jenis Pancing)
3. Menjepitkan dan setelah terjepit memulir (misalnya untuk mengambil jenis-
jenis kerang, bulu babi)
4. Menggaruk atau mengais (misalnya mengambil tiram yang terbenam ke dalam
pasir dan lumpur)
5. Mengundang, mengajak ikan masuk dengan cara masuknya dipermudah tetapi
dipersulit keluarnya (misalnya bubu, lobster pot)
6. Menghadang dan mengarahkan arah renang ikan ke alat penangkap (misalnya
Penaju pada Sero, leader net pada Set Net)
7. Menghadang dengan paksa lalu menangkap (misalnya pada sungai, batu atau
kayu disusun sehingga ada satu aliran air yang menuju ke arah perangkap,
contoh: Luni (Gayo, Aceh), Cakalak (Sumatera Barat), filtering net, Yama
(Jepang), tubular traps
8. Menyungkup/mengurung dari atas (misalnya Jala)
9. Menyerok, diserok dari bawah (misalnya Tangguk, Serok ikan/scoop net),
menyerok horizontal (misalnya jenis-jenis Trawl)

2.1.3. Klasifikiasi Menurut T. Laevastu (1965)


T. Laevastu membagi metode penangkapan ikan menjadi 5 jenis yaitu:

Universitas Sriwijaya
1. Mengumpulkan (misalnya memungut, mengumpulkan moluska)
2. Membunuh dan menahan secara serentak (misalnya penangkapan ikan paus
dengan peluru tajam)
3. Membunuh dan mengumpulkan (misalnya menggunakan racun, bahan peledak,
atau arus listrik)
4. Menarik perhatian ikan, kemudian membunuh dan menangkap (misalnya pada
penangkapan ikan dengan pole and line)
5. Menangkap, kemudian membunuh dengan perangkap (trap) dan jaring

2.2. Jenis-Jenis Alat Tangkap


Alat tangkap dan teknik penangkapan ikan di Indonesia pada umumnya
nelayan masih bersifat tradisional. Dilihat dari perinsip penagkapan ikan di
Indonesia para nelayan lebih memanfaatkan sifat-sifat yang dimiliki ikan.
Misanya pada perairan di Sulawesi Selatan nelayan lebih banyak menggunakan
Sero, yaitu alat penangkap ikan dengan teknik menghadang ikan dan menggiring
ke arah tertentu sehingga ikan terjebak dan tak bisa kembali ke perairan luas
(Mukhtar, 2008).
Banyaknya jenis ikan dengan segala sifatnya yang hidup di perairan yang
lingkungannya berbeda-beda, menimbulkan cara penangkapan termasuk
penggunaan alat penangkapyang berbeda-beda pula. Adalah juga sifat dari ikan
pelagis selalau berpindah-pindahtempat, baik terbatas hanya pada suatu daerah
maupun berupa jarak jauh seperti ikan tunadan cakalang yang melintsi perairan
beberapa negara tetangga Indonesia (Mukhtar, 2008).
Setiap usaha penangkapan ikan di laut pada dasarnya adalah bagaimana
mendapatkandaerah penangkapan, gerombolan ikan, dan keadaan potensinya
untuk kemudiandilakukan operasi penangkapannya. Beberapa cara untuk
mendapatkan kawasan ikansebelum penangkapan dilakukan menggunakan alat
bantu penangkap yang biasa disebutrumpin dan sinar lampu. Kedudukan rumpon
dan sinar lampu untuk usaha penangkapanikan di perairan Indonesia sangat
penting ditinjau dari segala aspek baik ekologi, biologi,maupun ekonomi.
Rumpon digunakan pada siang hari sedangkan lampu digunakan padamalam hari
untuk mengumpulkan ikan pada titik/tempat laut tertentu sebelum

Universitas Sriwijaya
operasi penangkapan dilakukan dengan alat penangkap ikan seperti jaring, huhate
dan sebagainya (Mukhtar, 2008).
Dilihat dari segi kemampuan usaha nelayan, jangkauan daerah laut serta jenis
alat penangkapan yang digunakan oleh para nelayan Indonesia dapat dibedakan
antara usahanelayan kecil, menengah, dan besar. Dalam melakukan usaha
penangkap ikan dari tigakelompok nelayan tersebut digunakan sekitar 15 s/d 25
jenis alat penangkap yang dapatdibagi dalam empat kelompok sebagai berikut
(Mukhtar, 2008).

2.2.1. Alat Tangkap Tradisional


Adapun jenis alat tangkap tradisional menurut Nurhasan (2015) adalah
sebagai berikut :
1. Jaring Insang
Jaring insang adalah jaring berbentuk empat persegi panjang, mata jaring
berukuran sama dilengkapi dengan pelampung pada bagian atas dan pemberat
pada bagian bawah jaring. Dioperasikan dengan tujuan menghadang ruaya
gerombolan ikan oleh nelayan secara pasif dengan ukuran mesh size. Alat
penangkap ini terdiri dari tingting (piece) dengan ukuran mata jaring, panjang dan
lebar yang bervariasi. Dalam operasi biasanya terdiri dari beberapa tinting jaring
yang digabung menjadi satu unit jaring yang panjang, dioperasikan dengan
dihanyutkan, dipasang secara menetap pada suatu perairan dengan cara
dilingkarkan atau menyapu dasar perairan. Contohnya jaring insang hanyut (drift
gillnet), jaring insang tetap(set gillnet), jaring insang lingkar (encircling gillnet),
jaring insang klitik (shrimp gillnet), dan trammel net.

2. Jaring Angkat
Jaring angkat adalah suatu alat pengkapan yang cara pengoperasiannya
dilakukan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal. Alat ini
terbuat dari nilon yang menyerupai kelambu, ukuran mata jaringnya relatif kecil
yaitu 0,5 cm. Bentuk alat ini menyerupai kotak, dalam pengoperasiannya dapat
menggunakan lampu atau umpan sebagai daya tarik ikan. Jaring ini dioperasikan
dari perahu, rakit, bangunan tetap atau dengan tangan manusia. Alat tangkap ini

Universitas Sriwijaya
memiliki ukuran mesh size yang sangat kecil dan efektif untuk menangkap jenis
ikan pelagis kecil. Kecenderungan jaring angkat bersifat destruktif dan tidak
selektif. Contoh jaring angkat adalah bagan perahu atau rakit (boat / raft lift net),
bagan tancap (bamboo platform lift net), dan serok (scoop net).

3. Mata Pancing
Pancing adalah salah satu alat penangkap yang terdiri dari dua komponen
utama, yaitu : tali (line) dan mata pancing (hook). Jumlah mata pancing berbeda-
beda, yaitu mata pancing tunggal, ganda, bahkan sampai ribuan. Prinsip alat
tangkap ini merangsang ikan dengan umpan alam atau buatan yang dikaitkan pada
mata pancingnya. Alat ini pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama yaitu
tali dan mata pancing. Namun, sesuai dengan jenisnya dapat dilengkapi pula
komponen lain seperti : tangkai (pole), pemberat (sinker), pelampung (float), dan
kili-kili (swivel). Cara pengoperasiannya bisa di pasang menetap pada suatu
perairan, ditarik dari belakang perahu/kapal yang sedang dalam keadaan berjalan,
dihanyutkan, maupun langsung diulur dengan tangan. Alat ini cenderung tidak
destruktif dan sangat selektif. Pancing dibedakan atas rawai tuna, rawai hanyut,
rawai tetap, pancing tonda dan lain-lain.

4. Jala
Jala merupakan alat yang berbentuk jaring-jaring seperti laba-laba sehingga
ikan-ikan kecil masuk di lubang jala tersebut jala ini di operasikan dengan cara di
lemparkan hingga melebar akan terbentuk bulat lalu di tarik perlahan-lahan
dengan tekhnik tertentu dalam pengoprasianya.

5. Bubu
Perangkap adalah salah satu alat penangkap yang bersifat statis umumnya
berbentuk kurungan dan berupa jebakan dimana ikan akan mudah masuk tanpa
adanya paksaan dan sulit untuk keluar karena dihalangi dengan berbagai cara.
Bahan yang digunakan untuk membuat perangkap : bamboo, rotan, kawat, jaring,
tanah liat, plastik dan sebagainya. Pengoperasiannya di dasar perairan, di
permukaan perairan, di sungai daerah arus kuat dan di daerah pasang surut. Alat

Universitas Sriwijaya
ini cenderung selektif karena ikan terperangkap di dalamnya. Meskipun
cenderung tidak destruktif namun untuk jermal (stow net) maka pengaturan mesh
size jaringannya dan juga lokasi pemasangannya harus sesuai. Contoh perangkap
adalah sero (guiding barrier), jermal (stow net), bubu (portable trap) dan
perangkap lain.

6. Pengumpul Kerang Dan Rumput Laut


Jenis Rake (alat penangkap pengumpul kerang/rumput laut) alat pengumpul
kerang dan rumput laut pada umumnya di desain dengan pengoperasian yang
sederhana dan pengusahaannya dilakukan dengan skala yang kecil. Alat ini
selektif dan tidak destruktif karena ditujukan untuk menangkap target seperti
kerang-kerangan. Contoh pengumpul kerang adalah garuk (rake), cengkeraman,
dan ladung kima. Sedangkan, contoh pengumpul rumput laut berupa alat
sederhana berbentuk galah yang ujungnya bercabang. Akan tetapi, alat ini
merusak habitat lingkungan perairan kalau tidak dilakukan sesuai prosedur.

7. Tombak
Alat penangkap yang terdiri dari batang (kayu/bambu) dengan ujungnya
berkait balik (mata tombak) dan tali penarik yang diikatkan pada mata tombak.
Tali penariknya dipegang oleh nelayan kemudian setelah tombak mengenai
sasaran tali tersebut ditarik untuk mengambil hasil tangkapan. Senapan panah
adalah alat penangkap yang terdiri dari anak panah dan tangkai senapan.
Penangkapan dengan senapan umumnya dilakukan dengan cara melakukan
penyelaman pada perairan karang. Untuk penangkapan dengan panah biasa
umumnya dilakukan dekat pantai atau perairan dangkal. Kecenderungan alat
tangkap yang relatif sederhana ini tidak destruktif dan sangat selektif karena
ditujukan untuk menangkap suatu spesies tetapi alat ini dapat merusak habitat bila
disalahgunakan.

2.2.2. Alat Tngkap Modern

Adapun jenis alat tangkap menurut rollytoreh (2015), adalah sebagai


berikut:

Universitas Sriwijaya
1. Pukat Udang (Shrimp Trawl)
Pukat udang adalah jenis jaring berbentuk kantong dengan sasaran
tangkapannya udang. Jaring dilengkapi sepasang (2 buah) papan pembuka mulut
jaring (otter board) dan Turtle ExcluderDevice/TED, tujuan utamanya untuk
menangkap udang dan ikan dasar (demersal), yang dalam pengoperasiannya
menyapu dasar perairan dan hanya boleh ditarik oleh satu kapal motor. Pukat
udang atau biasa juga dimaksud pukat harimau yaitu jaring yang berupa kantong
yang ditarik oleh satu atau dua kapal, dapat melewati samping atau belakang. alat
ini adalah alat yang efisien tetapi tidak selektif hingga bisa mengakibatkan
kerusakan seluruh yang dilaluinya. oleh dikarenakan itu kecenderungan alat
tangkap ini bisa menjurus ke alat tangkap yang destruktif. aturan-aturan yang
diberlakukan pada pengoperasian alat ini relatif telah cukup, tetapi pada
prakteknya kerapkali didapati penyimpangan-penyimpangan yang selanjutnya
bisa merugikan seluruh pihak. tujuan utama pukat udang yaitu untuk menangkap
udang serta juga ikan perairan basic ( demersal fish ).

2. Pukat Ikan (Fish Net)


Pukat Ikan atau Fish Net adalah jenis penangkap ikan berbentuk kantong
bersayap yang dalam operasinya dilengkapi (2 buah) papan pembuka mulut (otter
board), tujuan utamanya untuk menangkap ikan perairan pertengahan (mid water)
dan ikan perairan dasar (demersal),yang dalam pengoperasiannya ditarik
melayang di atas dasar hanya oleh 1 (satu) buah kapal bermotor.

3. Pukat Kantong (Seine Net)


Pukat Kantong adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yg terbuat dari
jaring & terdiri dari 2 (dua) bagian sayap, badan dan kantong jaring. Bagian sayap
pukat kantong (seine net) lebih panjang dari pada bagian sayap pukat tarik (trawl).
Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan pelagis, dan
demersal. Pukat Kantong terdiri dari Payang, Dogol dan Pukat Pantai.
4. Pukat Cincin (Purse Seine)
Pukat cincin atau jaring lingkar (purse seine) adalah jenis jaring
penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau trapesium, dilengkapi

Universitas Sriwijaya
dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian
bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kolor bagian bawah
jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan terkurung di dalam jaring.

2.3. Bahan Pembuatan Alat Tangkap


2.3.1. Serabut Alami
Sebagian besar jaring untuk menangkap ikan terbuat dari bahan alami
tumbuhan (vegetable fibres) berasal dari bahan cotton, manila, hemp, linen, dan
rami.Selain itu, sering juga digunakan bahan alami yang berasal dari hewan
(animal fibres) terbuat dari sutera atau buluh, meskipun untuk pembuatannya
mahal dan dinilai kurang sesuai.Tapi sebagai pengecualian, di Jepang ada alat
penangkap ikan yang terbuat dari jaring sutera (Klust 1987). Serabut alami adalah
serat yang terbuat dari bahan alami baik nabati maupun hewani tanpa proses kimia
atau transformasi. Bagian-bagian tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan
alat penangkapan ikan adalah dari bijian, bast, daun, dan buah. Serat alami terbagi
menjadi tiga kelompok yaitu serat tumbuhan, serat hewani dan serat
mineral.Searat tumbuhan terbagi menjadi empat kategori yaitu serat bijian, serat
daunan, serat kulit, dan serat buahan.Serat hewani (Animal fiber) umunya
sebagian besar terdiri dari protein, yang secara langsung dapat digunakan adalah
sutra,bulu atau dikenal dengan wool.

2.3.2. Serabut Buatan


Serabut buatan disebut juga serabut sintesis. Menurut Klust (1987), sintesis
adalah istilah ilmiah dan teknis untuk proses kimia dimana unsur-unsur kimia
yang sederhana digabung menjadi susunan baru yang semakin rumit dan sifatnya
berbeda dari sifat semula. Serabut sintesis terbuat dari bahan sintesis yang dapat
dihasilkan dari bahan-bahan sederhana seperti phenol, benzena,acetylene, prussic
acid, dan chlorine.Sedangkan serabut buatan dari bahan alami yaitu selulosa dan
protein, terbuat dari bahan yang lebih kompleks dan hanya dapat diubah menjadi
bentuk serabut (cellulose rayon, cellulose wool, protein wool). Serabut buatan
(man made fibres) yang tergolong serat sintesis dinilai dapat memberi keuntungan
dalam pembuatan jaring. Namun serabut buatan yang dihasilkan dari generasi

Universitas Sriwijaya
cellulose, seperti rayon dan cellulose wool, dinilai kurang menguntungkan
disbanding dengan serabut alami sehingga bahan ini tidak digunakan dalam
pembuatan jaring serabut sintesis dapat dikalsifikasikan secara kimia, yaitu:
2.3.3. Polyamide
Polyamide (PA) memiliki dua tipe yang paling sering digunakan, yaitu: a.
Polyamide 6.6 yang terdiri dari dua komponen, yaitu hexamethylene diaminedan
adipic acidyag masing-masing memiliki 6 atom karbon. Serabut ini dikembangkan
pada tahun 1935 oleh W.H. Carothers (USA). Bahan ini sering disebut nylon
(Klust 1987). b. Polyamide 6, awalnya dikenal dengan nama dagang Perlon yang
terbuat dari satu monomer yang disebut caprolactam yang mengandung 6 atom
karbon dan dikembangkan pada tahun 1937/1938 oleh ilmuwan kimia dari Jerman
bernama P.Schlack (Klust 1987).

2.3.4. Polyester
Serabut polyester (PES) dikembangkan oleh JR Whinfield dan JT Dickson
dari Inggris sekitar tahun 1940-1941. Serabut ini dihasilkan dari polikondensasi
terephatic acid dan alcohol ethyleneglycol.Hasil senyawa kimia dari asam dan
alkohol disebut ester sehingga istilah serabut yang dihasilkan
adalahpolyester.Nama dagang dari PE adalah Terylene (PES) Menurut Klust
(1987).

2.3.5. Polyethylene
Polyethyleneatau PE dihasilkan menurut cara yang dikembangkan oleh
Ziegler (Jerman) pada tahun 1950. Serabut yang dihasilkan dengan cara baru ini
mempunyai sifat-sifat fisik yang lebih baik. Menurut Klust (1987), bahan dasar
dari polyethylene adalah monomer ethylene yang diperoleh dari minyak.

2.3.6. Poly prophylene


Polyprophylene atau biasa disebut PP terbuat dari bahan dasar yang sama
dengan PE, yaitu monomer ethylene. Polyprophylene dikembangkan pada tahun
1954 dan dikenal dengan nama dagang Meraklon. PE dan PP secara kolektif
sering disebutpolyolefines (Klust 1987).

Universitas Sriwijaya
2.3.7. Polyvinyl chloride
(PVC) dikembangkan oleh F.Klate dan H.Hubbert asal Jerman, dari
monomer vinyl chloride merupakan serabut sentesis pertama yang dihasilkan
secar skala industri. Serabut sintesis ini dikenal dengan nama Pe Ce, dan tahan
pembusukan (Klust 1987).

2.3.8. Polyvinyledene chloride


PVD dikembangkan pada tahun 1939 di USA yang dihasilkan dari proses
co-polimerisasi dari campuran vinyl chloride (sekurang-kurangnya 80%) dan
bahan kedua, misalnya vinyl chloride. Komposisi ini menghasilkan produk yang
dikenal dengan nama Saran. Sementara yang terbuat dari chloro fibre dikenal
dengan nama Vinyon (Klaust 1987).
2.3.9. Polyvynil alcohol
PVA berkembang pesat di Jepang sejak tahun 1938. Tipe serabut PVA
yang dibuat dan digunakan sebagai jaring untuk penangkapan ikan di Jepang tidak
dapat larut di dalam air dengan tingkat acetalisasi yang berbeda dan sekarang
diberi symbol PVAA, misalnya kuralon (Klaust 1987).

2.4. Metode Penangkapan Ikan


Metode penangkapan ikan adalah metode yang digunakan untuk
menangkap ikan yang terdiri dari tangkap tangan, tombak, jaring, rawai, dan
jebakan ikan. Istilah ini tidak hanya ditujukan untuk ikan, namun juga untuk
penangkapan hewan air lainnya seperti mollusca, cephalopoda, dan invertebrata
lainnya yang bisa dimakan. Terdapat hubungan antara efektivitas berbagai metode
penangkapan ikan dengan pengetahuan mengenai ikan dan perilakunya, seperti
migrasi ikan, bagaimana ikan mencari makan, dan habitatnya, karena metode amat
ditentukan oleh jenis spesies dan habitatnya (Fiqrin, 2008).

2.5. Zona Penangkapan Ikan


Pengaturan mengenai penetapan batas wilayah laut suatu negara dan berbagai kegiatan di
lautsebenarnya telah termuat dalam suatu perjanjian internasional yang komprehensif yang
dikenaldengan UNCLOS 1982 (United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 atau

Universitas Sriwijaya
HukumLaut PBB 1982). Dalam UNCLOS 1982 dikenal delapan zona pengaturan (regime)
yang berlakudi laut, yaitu (1) perairan pedalaman (internal waters), (2) perairan kepulauan
(archipelagicwaters), (3) laut teritorial (teritorial waters), (4) zona tambahan (contiguous zone),
(5) ZonaEkonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone), (6) landas kontinen (continental shelf),
(7) lautlepas (high seas), dan (8) kawasan dasar laut internasional (international seabed area).
Indonesiatelah meratifikasi UNCLOS 1982 melalui UU No 17/1985 dan memberlakukan UU
No 6/1966tentang Perairan Indonesia menggantikan UU No 4/Perp.1960 yang disesuaikan
dengan jiwa atauketentuan-ketentuan UNCLOS 1982. Lebih lanjut, untuk keperluan penetapan
batas-bataswilayah perairan Indonesia telah diundangkan PP No 38 tentang Daftar Koordinat
GeografisTitik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia. Adapun batas-batas wilayah laut
Indonesiadengan negara-negara tetangga meliputi: (1) batas laut teritorial, (2) batas zona
tambahan, (3)batas perairan ZEE, dan (4) batas landas kontinen. Yang dimaksud laut teritorial
adalah wilayahkedaulatan suatu negara pantai yang meliputi ruang udara dan laut serta tanah di
bawahnyasejauh 12 mil laut yang diukur dari garis pangkal.
Zona tambahan mencakup wilayah perairanlaut sampai ke batas 12 mil laut di luar laut
teritorial atau 24 mil laut diukur dari garis pangkal.ZEE adalah suatu wilayah perairan laut di luar
dan berdampingan dengan laut teritorial yanglebarnya tidak lebih dari 200 mil laut dari garis
pangkal; yang mana suatu negara pantai (coastalstate) memiliki hak atas kedaulatan untuk
eksplorasi, konservasi, dan pemanfaatan sumber dayaalam. Landas kontinen suatu negara
meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya yangmenyambung dari laut teritorial negara pantai
melalui kelanjutan alamiah dari wilayahdaratannya sampai ujung terluar tepian kontinen.
Sayangnya, hingga saat ini penetapan bataswilayah laut Indonesia dengan negara-negara
tetangga masih banyak yang belum tuntas.
Dari 10 negara yang wilayah lautnya berbatasan dengan Indonesia, baru antara Indonesia
dan Australiayang batas-batas wilayah lautnya telah diselesaikan secara lengkap. Sementara
dengan negara-negara tetangga lainnya baru dilaksanakan penetapan batas-batas landas kontinen
dan sebagianbatas-batas laut teritorial serta ZEE. Kondisi semacam inilah yang sering
menimbulkan konflik wilayah laut antara Indonesia dan negara-negara tetangga, seperti kasus
Sipadan, Ligitan, danAmbalat. Konflik yang terjadi akan menimbulkan ketidakstabilan dan
mengganggupembangunan perekonomian pada wilayah tersebut. Dengan belum adanya
kepastian batas-bataswilayah perairan, maka kegiatan perekonomian kelautan, seperti perikanan

Universitas Sriwijaya
tangkap, perikananbudidaya, industri bioteknologi, pariwisata bahari, transportasi laut, eksplorasi
dan eksploitasisumber daya alam lainnya, serta konservasi akan terhambat

2.1.1 Zona Laut Teritorial


Batas laut Teritorial ialah garis khayal yang berjarak 12 mil laut dari garis dasar ke arah
lautlepas. Jika ada dua negara atau lebih menguasai suatu lautan, sedangkan lebar lautan itu
kurangdari 24 mil laut, maka garis teritorial di tarik sama jauh dari garis masing-masing
negaratersebut. Laut yang terletak antara garis dengan garis batas teritorial di sebut laut teritorial.
Lautyang terletak di sebelah dalam garis dasar disebut laut internal. Garis dasar adalah garis
khayalyang menghubungkan titik-titik dari ujung-ujung pulau. Sebuah negara mempunyai
hak kedaulatan sepenuhnya sampai batas laut teritorial, tetapi mempunyai kewajiban
menyediakanalur pelayaran lintas damai baik di atas maupun di bawah permukaan laut.
Pengumumanpemerintah tentang wilayah laut teritorial Indonesia dikeluarkan tanggal 13
Desember 1957 yangterkenal dengan Deklarasi Djuanda dan kemudian diperkuat dengan
Undang-undang No.4 Prp 1960 .

2.1.2 Zona Landas Kontinen


Landas kontinen ialah dasar laut yang secara geologis maupun morfologi merupakan
lanjutandari sebuah kontinen (benua). Kedalaman lautnya kurang dari 150 meter. Indonesia
terletak padadua buah landasan kontinen, yaitu landasan kontinen Asia dan landasan kontinen
Australia.Adapun batas landas kontinen tersebut diukur dari garis dasar, yaitu paling jauh 200 mil
laut.Jika ada dua negara atau lebih menguasai lautan di atas landasan kontinen, maka batas
negaratersebut ditarik sama jauh dari garis dasar masing-masing negara. Sebagai contoh di
selatmalaka, batas landasan kontinen berimpit dengan batas laut teritorial, karena jarak antara
keduanegara di tempat itu kurang dari 24 mil laut. Di selat Malaka sebelah utara, batas landas
kontinenantara Thailand, Malaysia, dan Indonesia bertemu di dekat titik yang berkoordinasi 98
°BT dan 6°LU. Di dalam garis batas landas kontinen, Indonesia mempunyai kewenangan
untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di dalamnya, dengan kewajiban untuk
menyediakanalur pelayaran lintas damai. Pengumuman tentang batas landas kontinen ini
dikeluarkan olehPemerintah Indonesia pada tanggal 17 Febuari 1969

Universitas Sriwijaya
2.1.3 Zona Ekonomi Eksklusi
Zona Ekonomi Eklusif adalah zona yang luasnya 200 mil laut dari garis
dasar pantai, yang mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai
hak atas kekayaan alam di dalamnya, dan berhak menggunakan kebijakan
hukumnya, kebebasan bernavigasi, terbang di atasnya, ataupun melakukan
penanaman kabel dan pipa. Konsep dari ZEE muncul dari kebutuhan yang
mendesak. Sementara akar sejarahnya berdasarkan pada kebutuhan yang
berkembang semenjak tahun 1945 untuk memperluas batas jurisdiksi negara
pantai atas lautnya, sumbernya mengacu pada persiapan untuk UNCLOS III.
Konsep dari ZEE telah jauh diletakkan di depan untuk pertama kalinya oleh
Kenya pada Asian-African Legal Constitutive Committee pada Januari 1971, dan
pada Sea Bed Committee PBB pada tahun berikutnya. Proposal Kenya menerima
dukungan aktif dari banyak Negara Asia dan Afrika. Dan sekitar waktu yang sama
banyak Negara Amerika Latin mulai membangun sebuah konsep serupa atas laut
patrimonial. Dua hal tersebut telah muncul secara efektif pada saat UNCLOS
dimulai, dan sebuah konsep baru yang disebut ZEE telah dimulai.
Ketentuan utama dalam Konvensi Hukum Laut yang berkaitan dengan
ZEE terdapat dalam bagian ke-5 konvensi tersebut. Sekitar tahun 1976 ide dari
ZEE diterima dengan antusias oleh sebagian besar anggota UNCLOS, mereka
telah secara universal mengakui adanya ZEE tanpa perlu menunggu UNCLOS
untuk mengakhiri atau memaksakan konvensi. Penetapan universal wilayah ZEE
seluas 200 mil laut akan memberikan setidaknya 36% dari seluruh total area laut.
Walaupun ini porsi yang relatif kecil, di dalam area 200 mil laut yang diberikan
menampilkan sekitar 90% dari seluruh simpanan ikan komersial, 87% dari
simpanan minyak dunia, dan 10% simpanan mangan.

Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum Metode Penangkapan Ikan ini dilaksanakan di Desa Sungsang 3
Kabupaten Banyuasin. Pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016, pada pukul 10.00 WIB
sampai dengan selesai.

3.2. Alat
Peralatan yang digunakan pada praktikum Metode Penangkapan Ikan ini
terdiri dari alat tulis kerja, kuisioner yang di ajukan.,Kamera Untuk Dokumentasi
Alat Tangkap Di desa Sungsang .

3.3. Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja dalam praktikum Metode Penangkapan Ikan, adalah
sebagai berikut:
1. Praktikan menyiapkan terlebih dahulu alat tulis kerja dan pertanyaan yang akan
di ajukan kepada masyarakat Sungsang
2. Praktikan Menyiapkan Pertanya Penangkapan Hasil Tangkap Ikan Pada Saat
Musim Yang Paceklik,Sedang,Puncak,Yang Dialami Masyarakat Sungsang.
3. Praktikan menanyakan tentang alat tangkap yang di bawa pada saat melakukan
penangkapan ikan
4. Praktikan mengamati Keadaan kapal,Mesin kapal Dan biayanya
5. Praktikan melakukan dokumentasi terhadap Metode panangkapan Ikan di Desa
Sungsang
6. Praktikan mengumpulkan data dan pembuatan laporan

Universitas Sriwijaya
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun hasil dari praktikum Metode Penangkapan ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data dasar responden
Modal
Nama Pendidikan Lama
Umur Status nelayan sumber
Responden terakhir bekerja
usaha

Universitas Sriwijaya
Doni 19 SD ABK 1 tahun Juragan

4.2. Pembahasan
Pada saat praktikum Metode penangkapan ini kami mendapatkan data
sekunder dari seorang ABK (Anak Buah Kapal) yang kebetulan saat itu dia
sedang melakukan perbaikan kapal di tempat. Seorang ABK itu bernama Dani
yang bekerja kepada seorang pemilik kapal yang bernama Bambang. Berdasarkan
data yang telah kami dapat ternyata banyak perlengkapan yang harus
dipersiapkan untuk melaut, yaitu kapal, alat tangkap, peralatan pribadi, bahan
bakar, peralatan tambaham dll. Bahan dan alat tersebut dibeli dengan harga yang
mahal sehingga memerlukan modal yang cukup besar oleh karena itulah kenapa
para ABK tidak berangkat melaut sendiri.
Peralatan utama yang harus dimiliki untuk melaut adalah kapal, yang dalam
data yang kami dapatkan nama kapal yang dipakai Doni adalah kapal 4 saudara.
Kapal ini memiliki panjang 400 cn, lebar 2300 cm, dan tinggi 300 cm. dengan
ukuran tersebut kapal ini mampu menampung sebangak 5 orang. Kapal
memerlukan perawatan setiap bulannya agar kapal tersebut memiliki kualitas yang
bagus dan pada saat berlayar tidak terjadi hal yang tak diinginkan, seperti contoh
kapal 4 saudara dirawat dengan pengecetan untuk menghindari pelapukan dari
kayu tersebut karena kapal tersebut akan lama berada di daerah fishing ground,
kemudian diganti oli setiap bulannya agar memiliki kecepatan yang maksimal
untuk mencapai daerah penangkapan (Fishing ground) serta berlabuh di tempat
penjualan ikan agar ikan tersebut dapat dengan cepat ditangani guna untuk
mencegah terjadinya pembusukan pada ikan hasil tangkapan.
Untuk pengoperasian penangkapan Dani dibantu oleh ke4 temannya untuk
menebar jaring di daerah penangkapan sungai lumpur atau laut bangka. Alat
tangkap yang digunakan harus memenuhi kriteria alat tangkap yang sesuai dengan
tujuan jenis ikan yang akan ditangkap. Responden menyatakan bahwa mereka
melaut menggunakan jaring berbahan dasar nilon sebanyak 20 utas dan beberapa
alat lain seperti di lampiran 1, masing-masing alat tangkap dilengkapi pelampung
dan pemberat karena daerah penangkapan ikan terletak di laut Bangka yang
bermasa jenis yang tinggi. Alat tangkap harus tegang oleh karena itu diberi
pemberat yang banyak serta diberi pelampung agar tidak tenggelam, sehingga
dengan teganggnya tali tersebut ikan akan terperangkap dan sulit untuk lolos.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Metode Penangkapan
Ikan ini adalah
1. Untuk pergi melaut/ menangkap ikan memiliki kelengkapan alat, serta alat yan

Universitas Sriwijaya
g digunakan dalam kondisi yang baik agar saat proses penangkapan tidak ada k
endala/ masalah.
2. Daerah penangkapan nelayan sungsang adalah sungai lumpur/ laut Bangka.
3. Bahan bakar, bahan pangan dan lain-lain adalah faktor penting untuk pemenuh
an kebutuhan selama diperjalanan.
4. Alat tangkap yang dibawa semuanya berbahan dasar tali nilon.
5. Alat tangkap memiliki bahan nilon yang daya tahan yang kuat serta dilengkapi
dengan pemberat dan pelampung agar ikan yang terperangkap tidak dapat lolos
.

5.2. Saran
Diperlukan adanya penambahan ABK untuk nelayan di kapal 4 saudara ini, k
arena sebanyak 20 utas jaring tersebut akan kurang efisien jika hanya dioperasikan
oleh 5 orang dan para nelayan harus mampu mengenali daerah penangkapan ikan
(Fishing ground).

DAFTAR PUSTAKA

Fiqrin. 2008.Metode Penangkapan Ikan . Surabaya : Intan Pariwara .


Kamakichi, Kishinouye. 1902. Klasifikasi Metode Penangkapan Ikan. Direktorat
Jenderal Perikanan, Jakarta.
Klust . 1987 . Bahan Pembuat Alat Tangkap . Kanisius, Yogyakarta.

Universitas Sriwijaya
Miyamoto, Hideaki. 1956. Klasifikasi Metode Penangkapan Ikan. Direktorat
Jenderal Perikanan, Jakarta.
Mukhtar. 2008. Jenis Alat Tangkap. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nurhasan. 2015. Jenis Alat Tagkap Tradisional. Gramedia, Jakarta.

Rian, Juanda Djamani. 2013. Metode Penangkapan Ikan. Kanisius, Yogyakarta.

Rollytoreh. 2015. Jenis Alat Tangkap Ikan Modern. Erlangga, Jakarta.

T. Laevastu. 1965. Klasifikasi Metode Penangkapan Ikan. Direktorat Jenderal


Perikanan, Jakarta.
UNCLOS 1982 (United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 atau HukumLaut PBB
1982).

Universitas Sriwijaya

Вам также может понравиться