Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Kelompok 8
M. Ezra Efendi 05061381520029
Nyayu Maimana 05061181520045
Sintya Dwika Putri 05061381520009
Yulia Sari 05061281520052
Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
Setiap usaha penangkapan ikan di laut pada dasarnya adalah bagaimana
mendapatkandaerah penangkapan, gerombolan ikan, dan keadaan potensinya
untuk kemudiandilakukan operasi penangkapannya. Beberapa cara untuk
mendapatkan kawasan ikansebelum penangkapan dilakukan menggunakan alat
bantu penangkap yang biasa disebutrumpin dan sinar lampu. Kedudukan rumpon
dan sinar lampu untuk usaha penangkapanikan di perairan Indonesia sangat
penting ditinjau dari segala aspek baik ekologi, biologi,maupun ekonomi.
Rumpon digunakan pada siang hari sedangkan lampu digunakan padamalam hari
untuk mengumpulkan ikan pada titik/tempat laut tertentu sebelum
operasi penangkapan dilakukan dengan alat penangkap ikan seperti jaring, huhate
dsb.Dilihat dari segi kemampuan usaha nelayan, jangkauan daerah laut serta jenis
alat penangkapan yang digunakan oleh para nelayan Indonesia dapat dibedakan
antara usahanelayan kecil, menengah, dan besar. Dalam melakukan usaha
penangkap ikan dari tigakelompok nelayan tersebut digunakan sekitar 15 s/d 25
jenis alat penangkap yang dapatdibagi dalam empat kelompok sebagai berikut
(Rian, 2013).
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum metode penangkapan ikan ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa Mengetahui berbagai jenis alat tangkap yang di gunakan dalam
penangkapan
2. Mahasiswa mengetahui bahan dasar alat tangkap.
3. Mahasiswa mengetahui cara pengprasian berbagai alat tangkap.
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
ini tidak hanya ditujukan untuk ikan, namun juga untuk penangkapan hewan air
lainnya seperti mollusca, cephalopoda, dan invertebrata lainnya yang bisa
dimakan. Terdapat hubungan antara efektivitas berbagai metode penangkapan
ikan dengan pengetahuan mengenai ikan dan perilakunya, seperti migrasi ikan,
bagaimana ikan mencari makan, dan habitatnya, karena metode amat ditentukan
oleh jenis spesies dan habitatnya (Rian, 2013).
Ada begitu banyak jenis metode penangkapan ikan (fishing methods),
tergantung tujuan, kondisi perairan dan perikanan daerah setempat serta cara
pandangnya terhadap penangkapan ikan. Beberapa metode penangkapan yang ada
di dunia berdasarkan klasifikasi masing-masing pendapat yang berbeda namun
pada prinsipnya sama, yaitu menangkap ikan. Setidaknya ada 6 pendapat
mengenai klasifikasi metode-metode penangkapan ikan, yaitu menurut Rian
(2013) adalah sebagai berikut:
1. Kamakichi Kishinouye
2. Miyamoto Hideaki
3. T. Laevastu
4. A. Von Brandt
5. Statistik Perikanan Indonesia
6. International Standard Statistical Classification Fishing Gear (ISSCFG) FAO
Universitas Sriwijaya
5. Menggarit, menggarut, atau menggaruk (misalnya menggarit kerang-kerangan)
6. Menjerat pada bagian insang (gilled)
7. Terkait dan tidak terlepas lagi (misalnya Pancing)
8. Mencemarkan keadaan lingkungan hidup ikan (misalnya dengan mengeruhkan
air)
9. Membelit/terpuntal (entanged)
10. Menjepit lalu menangkap
Universitas Sriwijaya
1. Mengumpulkan (misalnya memungut, mengumpulkan moluska)
2. Membunuh dan menahan secara serentak (misalnya penangkapan ikan paus
dengan peluru tajam)
3. Membunuh dan mengumpulkan (misalnya menggunakan racun, bahan peledak,
atau arus listrik)
4. Menarik perhatian ikan, kemudian membunuh dan menangkap (misalnya pada
penangkapan ikan dengan pole and line)
5. Menangkap, kemudian membunuh dengan perangkap (trap) dan jaring
Universitas Sriwijaya
operasi penangkapan dilakukan dengan alat penangkap ikan seperti jaring, huhate
dan sebagainya (Mukhtar, 2008).
Dilihat dari segi kemampuan usaha nelayan, jangkauan daerah laut serta jenis
alat penangkapan yang digunakan oleh para nelayan Indonesia dapat dibedakan
antara usahanelayan kecil, menengah, dan besar. Dalam melakukan usaha
penangkap ikan dari tigakelompok nelayan tersebut digunakan sekitar 15 s/d 25
jenis alat penangkap yang dapatdibagi dalam empat kelompok sebagai berikut
(Mukhtar, 2008).
2. Jaring Angkat
Jaring angkat adalah suatu alat pengkapan yang cara pengoperasiannya
dilakukan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal. Alat ini
terbuat dari nilon yang menyerupai kelambu, ukuran mata jaringnya relatif kecil
yaitu 0,5 cm. Bentuk alat ini menyerupai kotak, dalam pengoperasiannya dapat
menggunakan lampu atau umpan sebagai daya tarik ikan. Jaring ini dioperasikan
dari perahu, rakit, bangunan tetap atau dengan tangan manusia. Alat tangkap ini
Universitas Sriwijaya
memiliki ukuran mesh size yang sangat kecil dan efektif untuk menangkap jenis
ikan pelagis kecil. Kecenderungan jaring angkat bersifat destruktif dan tidak
selektif. Contoh jaring angkat adalah bagan perahu atau rakit (boat / raft lift net),
bagan tancap (bamboo platform lift net), dan serok (scoop net).
3. Mata Pancing
Pancing adalah salah satu alat penangkap yang terdiri dari dua komponen
utama, yaitu : tali (line) dan mata pancing (hook). Jumlah mata pancing berbeda-
beda, yaitu mata pancing tunggal, ganda, bahkan sampai ribuan. Prinsip alat
tangkap ini merangsang ikan dengan umpan alam atau buatan yang dikaitkan pada
mata pancingnya. Alat ini pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama yaitu
tali dan mata pancing. Namun, sesuai dengan jenisnya dapat dilengkapi pula
komponen lain seperti : tangkai (pole), pemberat (sinker), pelampung (float), dan
kili-kili (swivel). Cara pengoperasiannya bisa di pasang menetap pada suatu
perairan, ditarik dari belakang perahu/kapal yang sedang dalam keadaan berjalan,
dihanyutkan, maupun langsung diulur dengan tangan. Alat ini cenderung tidak
destruktif dan sangat selektif. Pancing dibedakan atas rawai tuna, rawai hanyut,
rawai tetap, pancing tonda dan lain-lain.
4. Jala
Jala merupakan alat yang berbentuk jaring-jaring seperti laba-laba sehingga
ikan-ikan kecil masuk di lubang jala tersebut jala ini di operasikan dengan cara di
lemparkan hingga melebar akan terbentuk bulat lalu di tarik perlahan-lahan
dengan tekhnik tertentu dalam pengoprasianya.
5. Bubu
Perangkap adalah salah satu alat penangkap yang bersifat statis umumnya
berbentuk kurungan dan berupa jebakan dimana ikan akan mudah masuk tanpa
adanya paksaan dan sulit untuk keluar karena dihalangi dengan berbagai cara.
Bahan yang digunakan untuk membuat perangkap : bamboo, rotan, kawat, jaring,
tanah liat, plastik dan sebagainya. Pengoperasiannya di dasar perairan, di
permukaan perairan, di sungai daerah arus kuat dan di daerah pasang surut. Alat
Universitas Sriwijaya
ini cenderung selektif karena ikan terperangkap di dalamnya. Meskipun
cenderung tidak destruktif namun untuk jermal (stow net) maka pengaturan mesh
size jaringannya dan juga lokasi pemasangannya harus sesuai. Contoh perangkap
adalah sero (guiding barrier), jermal (stow net), bubu (portable trap) dan
perangkap lain.
7. Tombak
Alat penangkap yang terdiri dari batang (kayu/bambu) dengan ujungnya
berkait balik (mata tombak) dan tali penarik yang diikatkan pada mata tombak.
Tali penariknya dipegang oleh nelayan kemudian setelah tombak mengenai
sasaran tali tersebut ditarik untuk mengambil hasil tangkapan. Senapan panah
adalah alat penangkap yang terdiri dari anak panah dan tangkai senapan.
Penangkapan dengan senapan umumnya dilakukan dengan cara melakukan
penyelaman pada perairan karang. Untuk penangkapan dengan panah biasa
umumnya dilakukan dekat pantai atau perairan dangkal. Kecenderungan alat
tangkap yang relatif sederhana ini tidak destruktif dan sangat selektif karena
ditujukan untuk menangkap suatu spesies tetapi alat ini dapat merusak habitat bila
disalahgunakan.
Universitas Sriwijaya
1. Pukat Udang (Shrimp Trawl)
Pukat udang adalah jenis jaring berbentuk kantong dengan sasaran
tangkapannya udang. Jaring dilengkapi sepasang (2 buah) papan pembuka mulut
jaring (otter board) dan Turtle ExcluderDevice/TED, tujuan utamanya untuk
menangkap udang dan ikan dasar (demersal), yang dalam pengoperasiannya
menyapu dasar perairan dan hanya boleh ditarik oleh satu kapal motor. Pukat
udang atau biasa juga dimaksud pukat harimau yaitu jaring yang berupa kantong
yang ditarik oleh satu atau dua kapal, dapat melewati samping atau belakang. alat
ini adalah alat yang efisien tetapi tidak selektif hingga bisa mengakibatkan
kerusakan seluruh yang dilaluinya. oleh dikarenakan itu kecenderungan alat
tangkap ini bisa menjurus ke alat tangkap yang destruktif. aturan-aturan yang
diberlakukan pada pengoperasian alat ini relatif telah cukup, tetapi pada
prakteknya kerapkali didapati penyimpangan-penyimpangan yang selanjutnya
bisa merugikan seluruh pihak. tujuan utama pukat udang yaitu untuk menangkap
udang serta juga ikan perairan basic ( demersal fish ).
Universitas Sriwijaya
dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian
bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kolor bagian bawah
jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan terkurung di dalam jaring.
Universitas Sriwijaya
cellulose, seperti rayon dan cellulose wool, dinilai kurang menguntungkan
disbanding dengan serabut alami sehingga bahan ini tidak digunakan dalam
pembuatan jaring serabut sintesis dapat dikalsifikasikan secara kimia, yaitu:
2.3.3. Polyamide
Polyamide (PA) memiliki dua tipe yang paling sering digunakan, yaitu: a.
Polyamide 6.6 yang terdiri dari dua komponen, yaitu hexamethylene diaminedan
adipic acidyag masing-masing memiliki 6 atom karbon. Serabut ini dikembangkan
pada tahun 1935 oleh W.H. Carothers (USA). Bahan ini sering disebut nylon
(Klust 1987). b. Polyamide 6, awalnya dikenal dengan nama dagang Perlon yang
terbuat dari satu monomer yang disebut caprolactam yang mengandung 6 atom
karbon dan dikembangkan pada tahun 1937/1938 oleh ilmuwan kimia dari Jerman
bernama P.Schlack (Klust 1987).
2.3.4. Polyester
Serabut polyester (PES) dikembangkan oleh JR Whinfield dan JT Dickson
dari Inggris sekitar tahun 1940-1941. Serabut ini dihasilkan dari polikondensasi
terephatic acid dan alcohol ethyleneglycol.Hasil senyawa kimia dari asam dan
alkohol disebut ester sehingga istilah serabut yang dihasilkan
adalahpolyester.Nama dagang dari PE adalah Terylene (PES) Menurut Klust
(1987).
2.3.5. Polyethylene
Polyethyleneatau PE dihasilkan menurut cara yang dikembangkan oleh
Ziegler (Jerman) pada tahun 1950. Serabut yang dihasilkan dengan cara baru ini
mempunyai sifat-sifat fisik yang lebih baik. Menurut Klust (1987), bahan dasar
dari polyethylene adalah monomer ethylene yang diperoleh dari minyak.
Universitas Sriwijaya
2.3.7. Polyvinyl chloride
(PVC) dikembangkan oleh F.Klate dan H.Hubbert asal Jerman, dari
monomer vinyl chloride merupakan serabut sentesis pertama yang dihasilkan
secar skala industri. Serabut sintesis ini dikenal dengan nama Pe Ce, dan tahan
pembusukan (Klust 1987).
Universitas Sriwijaya
HukumLaut PBB 1982). Dalam UNCLOS 1982 dikenal delapan zona pengaturan (regime)
yang berlakudi laut, yaitu (1) perairan pedalaman (internal waters), (2) perairan kepulauan
(archipelagicwaters), (3) laut teritorial (teritorial waters), (4) zona tambahan (contiguous zone),
(5) ZonaEkonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone), (6) landas kontinen (continental shelf),
(7) lautlepas (high seas), dan (8) kawasan dasar laut internasional (international seabed area).
Indonesiatelah meratifikasi UNCLOS 1982 melalui UU No 17/1985 dan memberlakukan UU
No 6/1966tentang Perairan Indonesia menggantikan UU No 4/Perp.1960 yang disesuaikan
dengan jiwa atauketentuan-ketentuan UNCLOS 1982. Lebih lanjut, untuk keperluan penetapan
batas-bataswilayah perairan Indonesia telah diundangkan PP No 38 tentang Daftar Koordinat
GeografisTitik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia. Adapun batas-batas wilayah laut
Indonesiadengan negara-negara tetangga meliputi: (1) batas laut teritorial, (2) batas zona
tambahan, (3)batas perairan ZEE, dan (4) batas landas kontinen. Yang dimaksud laut teritorial
adalah wilayahkedaulatan suatu negara pantai yang meliputi ruang udara dan laut serta tanah di
bawahnyasejauh 12 mil laut yang diukur dari garis pangkal.
Zona tambahan mencakup wilayah perairanlaut sampai ke batas 12 mil laut di luar laut
teritorial atau 24 mil laut diukur dari garis pangkal.ZEE adalah suatu wilayah perairan laut di luar
dan berdampingan dengan laut teritorial yanglebarnya tidak lebih dari 200 mil laut dari garis
pangkal; yang mana suatu negara pantai (coastalstate) memiliki hak atas kedaulatan untuk
eksplorasi, konservasi, dan pemanfaatan sumber dayaalam. Landas kontinen suatu negara
meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya yangmenyambung dari laut teritorial negara pantai
melalui kelanjutan alamiah dari wilayahdaratannya sampai ujung terluar tepian kontinen.
Sayangnya, hingga saat ini penetapan bataswilayah laut Indonesia dengan negara-negara
tetangga masih banyak yang belum tuntas.
Dari 10 negara yang wilayah lautnya berbatasan dengan Indonesia, baru antara Indonesia
dan Australiayang batas-batas wilayah lautnya telah diselesaikan secara lengkap. Sementara
dengan negara-negara tetangga lainnya baru dilaksanakan penetapan batas-batas landas kontinen
dan sebagianbatas-batas laut teritorial serta ZEE. Kondisi semacam inilah yang sering
menimbulkan konflik wilayah laut antara Indonesia dan negara-negara tetangga, seperti kasus
Sipadan, Ligitan, danAmbalat. Konflik yang terjadi akan menimbulkan ketidakstabilan dan
mengganggupembangunan perekonomian pada wilayah tersebut. Dengan belum adanya
kepastian batas-bataswilayah perairan, maka kegiatan perekonomian kelautan, seperti perikanan
Universitas Sriwijaya
tangkap, perikananbudidaya, industri bioteknologi, pariwisata bahari, transportasi laut, eksplorasi
dan eksploitasisumber daya alam lainnya, serta konservasi akan terhambat
Universitas Sriwijaya
2.1.3 Zona Ekonomi Eksklusi
Zona Ekonomi Eklusif adalah zona yang luasnya 200 mil laut dari garis
dasar pantai, yang mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai
hak atas kekayaan alam di dalamnya, dan berhak menggunakan kebijakan
hukumnya, kebebasan bernavigasi, terbang di atasnya, ataupun melakukan
penanaman kabel dan pipa. Konsep dari ZEE muncul dari kebutuhan yang
mendesak. Sementara akar sejarahnya berdasarkan pada kebutuhan yang
berkembang semenjak tahun 1945 untuk memperluas batas jurisdiksi negara
pantai atas lautnya, sumbernya mengacu pada persiapan untuk UNCLOS III.
Konsep dari ZEE telah jauh diletakkan di depan untuk pertama kalinya oleh
Kenya pada Asian-African Legal Constitutive Committee pada Januari 1971, dan
pada Sea Bed Committee PBB pada tahun berikutnya. Proposal Kenya menerima
dukungan aktif dari banyak Negara Asia dan Afrika. Dan sekitar waktu yang sama
banyak Negara Amerika Latin mulai membangun sebuah konsep serupa atas laut
patrimonial. Dua hal tersebut telah muncul secara efektif pada saat UNCLOS
dimulai, dan sebuah konsep baru yang disebut ZEE telah dimulai.
Ketentuan utama dalam Konvensi Hukum Laut yang berkaitan dengan
ZEE terdapat dalam bagian ke-5 konvensi tersebut. Sekitar tahun 1976 ide dari
ZEE diterima dengan antusias oleh sebagian besar anggota UNCLOS, mereka
telah secara universal mengakui adanya ZEE tanpa perlu menunggu UNCLOS
untuk mengakhiri atau memaksakan konvensi. Penetapan universal wilayah ZEE
seluas 200 mil laut akan memberikan setidaknya 36% dari seluruh total area laut.
Walaupun ini porsi yang relatif kecil, di dalam area 200 mil laut yang diberikan
menampilkan sekitar 90% dari seluruh simpanan ikan komersial, 87% dari
simpanan minyak dunia, dan 10% simpanan mangan.
Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.2. Alat
Peralatan yang digunakan pada praktikum Metode Penangkapan Ikan ini
terdiri dari alat tulis kerja, kuisioner yang di ajukan.,Kamera Untuk Dokumentasi
Alat Tangkap Di desa Sungsang .
Universitas Sriwijaya
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil dari praktikum Metode Penangkapan ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data dasar responden
Modal
Nama Pendidikan Lama
Umur Status nelayan sumber
Responden terakhir bekerja
usaha
Universitas Sriwijaya
Doni 19 SD ABK 1 tahun Juragan
4.2. Pembahasan
Pada saat praktikum Metode penangkapan ini kami mendapatkan data
sekunder dari seorang ABK (Anak Buah Kapal) yang kebetulan saat itu dia
sedang melakukan perbaikan kapal di tempat. Seorang ABK itu bernama Dani
yang bekerja kepada seorang pemilik kapal yang bernama Bambang. Berdasarkan
data yang telah kami dapat ternyata banyak perlengkapan yang harus
dipersiapkan untuk melaut, yaitu kapal, alat tangkap, peralatan pribadi, bahan
bakar, peralatan tambaham dll. Bahan dan alat tersebut dibeli dengan harga yang
mahal sehingga memerlukan modal yang cukup besar oleh karena itulah kenapa
para ABK tidak berangkat melaut sendiri.
Peralatan utama yang harus dimiliki untuk melaut adalah kapal, yang dalam
data yang kami dapatkan nama kapal yang dipakai Doni adalah kapal 4 saudara.
Kapal ini memiliki panjang 400 cn, lebar 2300 cm, dan tinggi 300 cm. dengan
ukuran tersebut kapal ini mampu menampung sebangak 5 orang. Kapal
memerlukan perawatan setiap bulannya agar kapal tersebut memiliki kualitas yang
bagus dan pada saat berlayar tidak terjadi hal yang tak diinginkan, seperti contoh
kapal 4 saudara dirawat dengan pengecetan untuk menghindari pelapukan dari
kayu tersebut karena kapal tersebut akan lama berada di daerah fishing ground,
kemudian diganti oli setiap bulannya agar memiliki kecepatan yang maksimal
untuk mencapai daerah penangkapan (Fishing ground) serta berlabuh di tempat
penjualan ikan agar ikan tersebut dapat dengan cepat ditangani guna untuk
mencegah terjadinya pembusukan pada ikan hasil tangkapan.
Untuk pengoperasian penangkapan Dani dibantu oleh ke4 temannya untuk
menebar jaring di daerah penangkapan sungai lumpur atau laut bangka. Alat
tangkap yang digunakan harus memenuhi kriteria alat tangkap yang sesuai dengan
tujuan jenis ikan yang akan ditangkap. Responden menyatakan bahwa mereka
melaut menggunakan jaring berbahan dasar nilon sebanyak 20 utas dan beberapa
alat lain seperti di lampiran 1, masing-masing alat tangkap dilengkapi pelampung
dan pemberat karena daerah penangkapan ikan terletak di laut Bangka yang
bermasa jenis yang tinggi. Alat tangkap harus tegang oleh karena itu diberi
pemberat yang banyak serta diberi pelampung agar tidak tenggelam, sehingga
dengan teganggnya tali tersebut ikan akan terperangkap dan sulit untuk lolos.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Metode Penangkapan
Ikan ini adalah
1. Untuk pergi melaut/ menangkap ikan memiliki kelengkapan alat, serta alat yan
Universitas Sriwijaya
g digunakan dalam kondisi yang baik agar saat proses penangkapan tidak ada k
endala/ masalah.
2. Daerah penangkapan nelayan sungsang adalah sungai lumpur/ laut Bangka.
3. Bahan bakar, bahan pangan dan lain-lain adalah faktor penting untuk pemenuh
an kebutuhan selama diperjalanan.
4. Alat tangkap yang dibawa semuanya berbahan dasar tali nilon.
5. Alat tangkap memiliki bahan nilon yang daya tahan yang kuat serta dilengkapi
dengan pemberat dan pelampung agar ikan yang terperangkap tidak dapat lolos
.
5.2. Saran
Diperlukan adanya penambahan ABK untuk nelayan di kapal 4 saudara ini, k
arena sebanyak 20 utas jaring tersebut akan kurang efisien jika hanya dioperasikan
oleh 5 orang dan para nelayan harus mampu mengenali daerah penangkapan ikan
(Fishing ground).
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
Miyamoto, Hideaki. 1956. Klasifikasi Metode Penangkapan Ikan. Direktorat
Jenderal Perikanan, Jakarta.
Mukhtar. 2008. Jenis Alat Tangkap. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nurhasan. 2015. Jenis Alat Tagkap Tradisional. Gramedia, Jakarta.
Universitas Sriwijaya