0 оценок0% нашли этот документ полезным (0 голосов)
16 просмотров1 страница
Tulisan ini membahas tentang kesyukuran yang sebenarnya dan menolak kesyukuran yang dibuat dengan membandingkan keberuntungan sendiri dengan kemalangan orang lain. Penulis berargumen bahwa kesyukuran seharusnya hanya ditujukan kepada nikmat yang diterima, bukan atas penderitaan orang lain, dan agama Islam tidak menganjurkan membandingkan syukur dengan kemalangan orang lain.
Tulisan ini membahas tentang kesyukuran yang sebenarnya dan menolak kesyukuran yang dibuat dengan membandingkan keberuntungan sendiri dengan kemalangan orang lain. Penulis berargumen bahwa kesyukuran seharusnya hanya ditujukan kepada nikmat yang diterima, bukan atas penderitaan orang lain, dan agama Islam tidak menganjurkan membandingkan syukur dengan kemalangan orang lain.
Tulisan ini membahas tentang kesyukuran yang sebenarnya dan menolak kesyukuran yang dibuat dengan membandingkan keberuntungan sendiri dengan kemalangan orang lain. Penulis berargumen bahwa kesyukuran seharusnya hanya ditujukan kepada nikmat yang diterima, bukan atas penderitaan orang lain, dan agama Islam tidak menganjurkan membandingkan syukur dengan kemalangan orang lain.
Saya yakin bahwa bencana yang menimpa orang lain atau terjadi di daerah lain mengandung hikmah agar kita berempati -- bukan bersyukur. Saya pikir kita harus merenungkankan kembali modus kesyukuran dengan teknik membandin-bandingkan antara keberuntungan yang kita terima dari kemalangan yang diderita orang lain. Banyak orangtua dan juga para guru yang mengajarkan cara bersyukur dengan modus semacam itu. "Lihat-lah, nak engkau semustinya bersyukur. Kebutuhanmu tercukupi dan keadaan keluarga kita lebih baik daripada tetangga kita itu. Kasihan sekali mereka... " [bayangkan, jika ungkap syukur itu didengar oleh si tetangga... atau Anda-lah si tetangga malang itu. Bagaimana perasaan Anda?] Jika saya Tuhan, kesyukuran semacam itu kemungkinan besar saya lemparkan ke tong sampah, sebab itu tergolong kesyukuran hoaks! : kamu bersyukur atas nikmat yang kamu terima ataukah bersyukur atas kemalangan dan derita orang lain-- jadi, kamu mau bersyukur sepanjang kesusahan itu menimpa pada orang lain--asal bukan padamu!? Ataukah, kesyukuranmu itu GABUNGAN antara beroleh nikmat sekaligus syukur bahwa kemalangan ada pada pihak lain, bukan padamu? Dalam Islam--setahu saya, ada dua macam perintah kesyukuran: pertama "wasyukurullah" [bersyukur kepada Allah]; kedua: "wasykuru 'ala ni'matillah" [bersyukur atas nikmat-nikmat Allah]--tak ada anjuran, apalagi perintah supaya membandingkan-banding syukur kita dengan kemalangan atau kesusahan orang lain. ***