Вы находитесь на странице: 1из 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Monitoring hemodinamik menjadi komponen yang sangat penting dalam
perawatan pasca operasi atau keadaan kritis pada pasien pasca operasi jantung.
Fungsi jantung dalam kondisi ini sering abnormal karena kemampuan ventrikel
menurun, disfungsi sekunder akut pada prosedur operasi dan penggunaan
cardiopulmonary bypass atau kombinasi keduanya. Tekanan yang selalu diukur
pada pasien pasca operasi jantung meliputi : tekanan darah arteri, tekanan vena
sentral, tekanan arteri pulmonal. Demikian juga dengan cardiac output dan
cardiac index. Monitoring hemodinamik hampir selalu menggunakan kateter
intravaskuler, tranducer tekanan dan sistem monitoring. Adapun tujuan
monitoring hemodinamik secara invasif adalah:
1. Deteksi dini: identifikasi dan intervensi terhadap klinis seperti : gagal
jantung dan tamponade
2. Evaluasi segera dari respon pasien terhadap suatu intervensi seperti obat-
obatan dan dukungan mekanik.
3. Evaluasi efektifitas fungsi kardiovaskuler seperti cardiac output dan index
Suatu pengukuran terhadap sistem kardiovaskuler dengan cara invasif
yaitu memasukan kateter ke dalam pembuluh arteri pulmonal melalui
pembuluh darah vena besar.
Konsep pengukuran tekanan kapiler arteri pulmonal telah dikenal sejak
tahun 1950 dimana waktu itu dikerjakan di ruang kateterisasi. jantung. Sejalan
dengan perkembangan dan aplikasi klinik pada tahun 1970 kateter arteri
pulmonal dikembangkan oleh dua ahli yaitu Swan dan Ganz. Dengan kemajuan
tersebut kateter arteri pulmonal dikembanghkan dari 2 lumen sampai 5 lumen
ditambah dengan kawat pacu jantung dan optical kateter arteri pulmonal,
sekarang dikenal dengan nama kateter arteri pulmonalis “Swan Ganz” dimana
bisa dikerjakan ditempat tidur pasien tanpa bantuan Fluoroskopi.

Pemantauan Tekanan Arteri Pulmonalis 1


B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tekanan arteri pulmonalis?
2. Apa yang dimaksud dengan tekanan baji arteri pulmonal?
3. Apa saja tujuan dari pengukuran tekanan arteri pulmonalis?
4. Apa yang dimaksud dengan kateter arteri pulmonalis?
5. Apa saja komponen kateter arteri pulmonalis?
6. Apa saja indikasi pengukuran tekanan arteri pulmonalis?
7. Sebutkan lokasi pemantauan tekanan arteri pulmonalis?
8. Bagaimana tekanan dan bentuk gelombang yang dihasilkan oleh kateter
arteri pulmonalis?
9. Bagaimana prosedur pemantauan tekanan arteri pulmonalis?
10. Bagaimana perawatan tindak lanjut pada pemantauan tekanan arteri
pulmonalis?
11. Sebutkan komplikasi yang disebabkan oleh penggunaan kateter arteri
pulmonalis?

C. Tujuan Penulisan
1. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui tekanan arteri pulmonalis
2. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui tekanan baji arteri pulmonal
3. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui tujuan dari pengukuran
tekanan arteri pulmonalis
4. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui mengenai kateter arteri
pulmonalis
5. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui komponen kateter arteri
pulmonalis
6. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui indikasi pengukuran tekanan
arteri pulmonalis
7. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui lokasi pemantauan tekanan
arteri pulmonalis
8. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui tekanan dan bentuk gelombang
yang dihasilkan oleh kateter arteri pulmonalis

Pemantauan Tekanan Arteri Pulmonalis 2


9. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui prosedur pemantauan tekanan
arteri pulmonalis
10. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui perawatan tindak lanjut pada
pemantauan tekanan arteri pulmonalis
11. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui komplikasi yang disebabkan
oleh penggunaan kateter arteri pulmonalis

D. Manfaat Penulisan
Diharapkan mahasiswa mampu memahami bagaimana cara pemantauan
pada tekanan arteri pulmonalis.

Pemantauan Tekanan Arteri Pulmonalis 3


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tekanan Arteri Pulmonalis


Pemantauan hemodinamis adalah pengkajian status sirkulasi pasien, salah
satunya adalah pengukuran tekanan arteri pulmonal. Kondisi hemodinamis
tubuh dilakukan dengan pemantauan arteri pulmonal. Tekanan arteri
pulmonalis mencerminkan tekanan pada jantung kiri. Pengukuran tekanan
arteri pulmonal dilakukan dengan menggunakan kateter Swan Ganz
(Nurachmah dan Ratna, 2002).

B. Tekanan Baji Arteri Pulmonal (Pulmonary Artery Wedge Pressure,


PAWP)
Ketika balon dikembangkan pada cabang arteri pulmonalis, maka tekanan
pada ujung kateter akan mencerminkan tekanan pada daerah yang terletak
distal terhadapnya, yaitu tekanan atrium dan ventrikel kiri yang berhubungan
langsung dengan preload jantung sisi kiri (Druding 2000, dalam Jevon dan
Beverley, 2008).
Kisaran bendungan normal adalah 5 – 15 mmhg (Woodrow, 2010 dalam
Jevon dan Beverley, 2008) dan akan berhubungan dengan tekanan diastolik
arteri pulmonalis. Hasil pembacaan yang tinggi mungkin menunjukan LVF,
insufisiensi mitral, atau kelebihan (overload) cairan, sedangkan nilai yang
rendah menunjukan hipovolemia. SVR merupakan pengukuran afterload dan
merupakan pengukuran yang kritikal dalam diagnosis dan pengobatan sepsis.
SVR normal adalah 900-1400 dyne.s/cm-5. Indeks resistensi vaskular sistemi
(systemic vaskular resistance index, SVRI) merupakan indeks dari luas
permukaan tubuh yang dihitung dari berat badan dan tinggi badan (Jevon dan
Beverley, 2008).

C. Tujuan Pengukuran Tekanan Arteri Pulmonalis


Menurut Nurachmah dan Ratna (2002), pengukuran tekanan arteri
pulmonalis dilakukan untuk:

Pemantauan Tekanan Arteri Pulmonalis 4


1. Mendapatkan data hemodinamik yang akurat tentang tekanan pada atrium
kanan, ventrikel kanan, arteri pulmonal dan cabang-cabang distal arteri
pulmonal. Tekanan cabang distal arteri pulmonal mencerminkan tekanan
atrium kiri atau tekanan pada saat pengisian ventrikel kiri
2. Menilai klien dan seleksi terapi yang rasional apabila terjadi perubahan
dinamika jantung yang kritis
3. Menilai respon klien terhadap klien yang diberikan
4. Mengukur curah jantung melalui termodiluminasi
5. Mendapatkan sampel darah vena dari arteri pulmonal

D. Kateter Arteri Pulmonalis


Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Swan dan ganz pada tahun 1970-
an, kateter arteri pulmonalis (pulmonary artery, PA), yang juga dikenal sebagai
kateter multilumen aliran langsung (gambar 2.1), telah digunakan secara luas
untuk diagnosis dan pengobatan pasien kritis (Jevon dan Beverley, 2008).

Gambar 2.1 Kateter Arteri Pulmonalis

Pemantauan Tekanan Arteri Pulmonalis 5


Gambar 2.2 Kateter Arteri Pulmonalis Ketika Memasuki Tubuh

Gambar 2.3 Bentuk Kateter Arteri Pulmonalis Ketika Masuk Tubuh


Kateter ini dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi jantung dan
mendeteksi masalah di dalam pembuluh darah paru dan memungkinkan klinisi
untuk mengoptimalkan curah jantung dan penyaluran oksigen sambil
meminimalisasi risiko edema paru; kateter ini juga memungkinkan
penggunaan obat-obat vasoaktif dan inotropik secara rasional (Hinds &
Watson, 1999 dalam Jevon dan Beverley, 2008).

E. Komponen Kateter Arteri Pulmonalis


Kateter arteri pulmonalis atau yang lebih dikenal dengan nama kateter
Swan Ganz memiliki empaat lumen yang mempunyai balon dan aliran

Pemantauan Tekanan Arteri Pulmonalis 6


langsung (Nurachman, 2002). Adapun komponen dari katater Swan Ganz
adalah sebagai berikut (Maulana, 2018):
1. Bagian Proksimal (Blue) digunakan untuk mengukur tekanan vena sentral
(CVP) dan untuk pengukuran curah jantung
2. Bagian Distal (Yellow) digunakan untuk mengukur tekanan arteri
pulmonalis (PAP)
3. Bagian Balon (Red) digunakan untuk menentukan tekanan pulmonary
wedge pressure (PWP) khusus terhubung dengan spuit.
4. Saluran Infus –(White) digunakan untuk aliran cairan

F. Indikasi Pengukuran Tekanan Arteri Pulmonalis


Menurut Jevon dan Beverley (2008), penggunaan pengukuran tekanan PA
diindikasikan untuk :
1. Penilaian volume sirkulasi dan penatalaksanaan cairan pada gangguan
fungsi ventrikel kanan atau kiri atau hipertensi pulmonal
2. Pengukuran curah jantung
3. Pengukuran saturasi pena campuran
4. Diagnosis defek septum ventrikel
5. Pasca pembedahan jantung

G. Lokasi Pemantauan Tekanan Arteri Pulmonalis


Menurut Owen (1997), lokasi pemantauan tekanan arteri pulmonalis
adalah sebagai berikut:
1. Vena jugularis internal kanan atau kiri
2. Vena subklavia kanan atau kiri
3. Vena femoralis
4. Vena antekubiti dengan insisi kecil

H. Tekanan dan Bentuk Gelombang yang Dihasilkan oleh Kateter Arteri


Pulmonalis
Menurut Jevon dan Beverley (2008), dengan menggunakan kateter
pulmonalis, dapat diukur berbagai tekanan di atrium kanan (right atrium, RA),
ventrikel kanan (right ventricle, RV), dan arteri pulmonalis (pulmonalis artery,
PA).
1. Tekanan RA: selama pengisian ventrikel adalah 0 - 8 mmHg
2. Tekanan RV: tekanan akhir diastolik adalah 0-8 mmHg, tekanan sistolik
15-30 mmHg
3. Tekanan PA: diastolik 5-15 mmHg, sistolik 15-30 mmHg

Pemantauan Tekanan Arteri Pulmonalis 7


Gambar 2.4 Bentuk gelombang dan tekanan di atrium kanan (right atrium,
RA), ventrikel kanan (right ventricle, RV), dan arteri pulmonalis (pulmonalis
artery, PA)
Tekanan diastolik yang tinggi menunjukkan adanya gagal jantung kanan,
hipertensi pulmonal, atau tamponade. Tekanan PA yang tinggi menunjukkan
gagal ventrikel kiri (left ventricular failure , LVF) atau hipertensi pulmonal,
tekanan PA yang rendah menunjukkan hipovolemia (Jevon dan Beverley,
2008)
Indeks jantung (cardiac index, CI) merupakan curah jantung dibagi luas
permukaan tubuh individual. Nilai normal nya adalah 2,4 dan 4 L/menit/m²
(Druding, 2000 dalam Jevon dan Beverley, 2008). Nilai ini mungkin tidak
benar-benar tepat karena sangat sulit untuk menimbang dan mengukur secara
akurat pasien yang sangat sakit. Namun demikian, relevansinya adalah pada
tren dari hasil yang difasilitasi oleh kateter PA dan respons terhadap
pengobatan yang diberikan (Jevon dan Beverley, 2008).
Bentuk gelombang ketika kateter Arteri pulmonalis berjalan dari Vena
cava menuju arteri pulmonalis adalah sebagai berikut (Jevon dan Beverley,
2008):

Pemantauan Tekanan Arteri Pulmonalis 8


Gambar 2.5 Gambaran tekanan yang terlihat ketika kateter arteri pulmonalis
berjalan dari vena kava menuju arteri pulmonalis
Gambar 2.5 menunjukkan gambaran tekanan yang terlihat ketika kateter
arteri pulmonalis berjalan dari vena kava menuju arteri pulmonalis. Pembuluh
darah baru lebih mudah mengambang dibandingkan pembuluh darah sistemik;
sehingga tekanan pulmonalis lebih rendah (gambar 2.4). Hipertensi pulmonalis
sering terjadi pada pasien ICU, misalnya pada mereka yang mengalami
sindrom distres pernapasan akut (acute respiratory distress syndrome, ARDS).
Jika tekanan Arteri pulmonalis nya rendah walaupun CVP-nya tinggi, maka ini
menunjukkan adanya gagal jantung kanan (Woodrow, 2000 dalam Jevon dan
Beverley, 2008).

Gambar 2.6 Gambaran CVP, Gelombang A, C, dan V

I. Prosedur Pemantauan Tekanan Arteri Pulmonalis


Menurut Jevon dan Beverley (2008), prosedur pemantauan tekanan arteri
pulmonalis adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan prosedur kepada pasien.
2. Lihat monitor, pada saat yang sama secara perlahan kembangkan balon
sampai terlihat bentuk gelembung mendatar yang khas (Gambar 2.3)
Balon kini terisi yaitu menghambat aliran darah pada cabang arteri
pulmonalis.
3. Hentikan mengembangkan balon dan biarkan gambar tercatat selama tiga
siklus pernapasan (sangat penting)
4. Hentikan sejena layar monitor dan kempiskan balon dengan cepat.
5. Pastikan tekanan bendungan dengan menempatkan kontrol penunjuk
(cursor control) pada monitor pada posisi bentuk gelombang yang benar
(akhir ekspirasi).
6. Jalankan kembali layar monitor dan pastikan bentuk gelombang arteri
pulmonalis terakhir.

Pemantauan Tekanan Arteri Pulmonalis 9


Gambar 2.7 Contoh Pemantauan Tekanan Arteri Pulmonalis
Menurut Jevon dan Beverley (2008), hal-hal yang harus diperhatikan
dalam pemantauan tekanan arteri pulmonalis adalah sebagai berikut:
1. Jangan biarkan balon mengembang lebih dari 3 siklus pernafasan.
2. Jangan kembangkan lebih dari1,5 ml udara ke dalam balon.
3. Jika gambar meningkat tajam selama pengembangan balon maka kateter
terbendung berlebihan.

Gambar 2.8 Posisi normal dari kateter arteri pulmonalis

Pemantauan Tekanan Arteri Pulmonalis 10


Gambar 2.9 Malposisi kateter arteri pulmonalis
Adapun keterbatasan dalam pemantauan tekanan arteri pulmonalis yaitu
PAWP tidak dapat secara akurat mencerminkan tekana atrium dan ventrikel
kiri pada (Jevon dan Beverley, 2008):
1. Obstruksi vena pulmonalis
2. Stenosis mitral
3. Miksoma atrium kiri (sangat jarang)

J. Perawatan Tindak Lanjut


Menurut Nurachman (2002), perawatan tindak lanjut pada pasien dengan
pemantauan tekanan arteri pulmonalis adalah sebagai berikut:
1. Memantau lokasi penusukan setiap hari terhadap tanda-tanda infeksi,
bengkak dan perdarahan
2. Mencatat tanggal dan waktu penggantian balutan dan set infus
3. Mengkaji ekstremitas yang menjadi lokasi penusukan terhadap warna, suhu,
pengisian kapiler dan sensasi
4. Mengkaji bentuk gelombang tekanan sesering mungkin dan bandingkan
bentuk gelombang sebelumnya
5. Mengkaji adanya komplikasi

K. Komplikasi
Menurut Nurachman (2002), komplikasi pengukuran tekanan dengan
Swan-Ganz adalah sebagai berikut:
1. Emboli pulmonal
2. Disritmia
3. Blok jantung
4. Kerusakan katup trikuspid

Pemantauan Tekanan Arteri Pulmonalis 11


5. Tromboflebitis
6. Infeksi
7. Kebocoran balon
8. Ruptur arteri pulmonal
Sedangkan, menurut Jevon dan Beverley (2008), komplikasi yang
ditimbulkan dari penggunaan kateter PA meliputi:
1. Aritmia jantung
2. Trombosis
3. Infark paru
4. Ruptur arteri pulmonalis, seringkali terkait dengan pengembangan balon
selama pengukuran tekanan bendungan (Leeper, 1995)
5. Perforasi miokard (Daily & Schroeder, 1989)
6. Terbentuknya simpul pada kateter (Tan et al, 1997)

Pemantauan Tekanan Arteri Pulmonalis 12


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kateter arteri pulmonalis telah dikembangkan oleh Drs. Swan dan Ganz
karena keterbatasan jalur vena sentral untuk menentukan perubahan dini yang
berhubungan dengan gagal ventrikel kiri. Pada keadaan tidak adanya penyakit
katup mitral, kateter arteri pulmonalis memungkinkan penilaian tekanan
jantung kiri dengan prosedur invasif yang relatif aman dari pada jalur atrium
kiri, yang memerlukan torakotomi.
Kateter arteri pulmonalis adalah sebuah kateter multi nomer aliran
langsung yang dimasukkan melalui sistem vena dan bagian kanan jantung
menuju arteri pulmonalis. Kateter ini mengukur tekanan pada arteri
pulmonalis.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak
kekurangan. Besar harapan kami kepada para pembaca untuk bisa memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih
sempurna.

Pemantauan Tekanan Arteri Pulmonalis 13


DAFTAR PUSTAKA

Jevon, Philip dan Beverley Ewens. 2008. Pemantauan Pasien Kritis Seri

Keterampilan Klinis Esensial untuk Perawat Ed.2. Jakarta: Erlangga.

Nurachmah, Elly dan Ratna S. Sudarsono. 2000. Buku Saku Prosedur

Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Owen, Anna. 1997. Seri Pedoman Praktis Pemantauan Perawatan Kritis. Jakarta:

EGC.

Pemantauan Tekanan Arteri Pulmonalis 14

Вам также может понравиться