Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Promosi Kesehatan
Adalah proses membuat orang
untuk mampu meningkatkan dan
memperbaiki kesehatan.
STEP 2
1. Apa visi dan misi dari
Promkes?
2. Apa saja tujuan dan fungsi
promkes?
3. Apa saja sasaran promkes?
4. Apa saja ruang lingkup
promkes?
5. Apa saja strategi Promkes?
STEP 7
1. Apa visi dan misi dari Promkes?
Visi dan misi
visi dari promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang Kesehatan
Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO (World Health organization).
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun
sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular,
sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan
lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu,
kelompok, maupun masyarakat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus
dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan merupakan
upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.
Tujuan Khusus
a. Meningkatnya pengetahuan bagi pengelola promosi kesehatan dalam pencapaian
program promosi kesehatan tahun 2006.
b. Meningkatkan koordinasi dan integrasi pelaksanaan program promosi kesehatan di
daerah dan di pusat.
c. Mewujudkan pengembangan desa sehat yang berorientasi promotif dan preventif
terutama dalam penanggulangan KLB.
d. Peningkatan pengembangan media informasi dan Komunikasi tentang kesehatan.
e. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada provider dan masyarakat
Strategi promosi kesehatan berdasarkan piagam Ottawa (Ottawa Charter) Dikelompokkan menjadi 5 butir yaitu
:
1. Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy)
Kegiatan yang ditujukan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan. Sehingga dikeluarkan
atau dikembangkannya kebijakan-kebijakan pembangunan yang berwawasan kesehatan. Hal ini berarti
bahwa setiap kebijakan pembangunan dibidang apa saja harus mempertimbangkan dampak kesehatannya
bagi masyarakat.
2. Lingkungan yang mendukung (supportive environment)
Kegiatan untuk mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung. Kegiatan ini ditujukan
kepada para pemimpin organisasi masyarakat serta pengelola tempat-tempat umum (public places).
kegiatan mereka diharapkan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik lingkunagn fisik
maupun lingkunagn non fisik yang mendukung atau kondusif terhadap kesehatan masyarakat.
3. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service)
Kesehatan masyarakat bukan hanya masalah pihak pemberi pelayanan (provider), baik pemerintah maupun
swasta saja, melainkan juga masalah masyarakat sendiri (consumer). Oleh sebab itu penyelenggaraan
pelayanan kesehatan juga merupakan tanggung jawab bersama antara pihak pemberi pelayanan (provider)
dan pihak penerima pelayanan (consumer). Dewasa ini titik berat pelayanan kesehatan masih berada pada
pihak pemerintah dan swasta, dan kurang melibatkan masyarakat sebagai penerima pelayanan. Melibatkan
masyarakat dalam pelayanan kesehatan berarti memberdayakan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya sendiri.
4. Ketrampilan individu (personal skill)
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri dari kelompok, keluarga an individu. Oleh
sebab itu kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan kelompok, kesehatan masing-masing keluarga,
dan kesehatan individu terwujud. Oleh sebab itu meningkatkan ketrampilan setiap anggota masyarakat agar
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri adalah sangat penting.
5. Gerakan masyarakat (community action)
Kesehatan masyarakat adalah perwujudan kesehatan kelompok, keluarga dan individu. Oleh sebab itu
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat akan efektif apabila unsure-unsur yg ada dimasyrakat dalam
mengupayakan peningkatan kesehatan mereka sendiri adalah wujud dari gerakan masyarakat (community
action)
( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta)
Srteategi :
Sumber: Penggerakkan dan Pemberdayaan Masyarakat bagi Kader dan Tokoh Masyarakat.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.2007
2) Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan
pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut.
( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo,
Rineka Cipta)
proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat serta akan terwujud sebagai suatu
kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga faktor pendukungnya yaitu: (1) adanya
kemauan, (2) adanya kemampuan, dan (3) adanya kesempatan untuk berpartisipasi.
Kemauan dan kemampuan berpartisipasi berasal dari yang bersangkutan (warga atau
kelompok masyarakat), sedangkan kesempatan berpartisipasi datang dari pihak luar yang
memberi kesempatan
(Sumber:UHYJ:www.uns.ac.id/data/sp11.pdf+langkah-
langkah+kegiatan+pengembangan+partisipasi+masyarakat&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid
Tujuan :
seksi 10 LKMD (Tim penggerak PKK) yang tergabung dalam Pokja IV yang
membidangi masalah kesehatan dan KB dan aktif dalam kegiatan Posyandu.
2. Kader gizi adalah anggota masyarakat yang bekerja secara sukarela dan mampu
Masih banyak contoh-contoh lain tentang macam atau jenis kader di masyarakat, seperti kader
UKS (di sekolah), kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik), dan lain-lain.
1) Memberitahukan hari dan jam buka Posyandu kepada para ibu pengguna Posyandu (ibu
hamil, ibu yang mempunyai bayi dan anak balita serta ibu usia subur) sebelum hari buka
Posyandu.
2) Menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan Posyandu sebelum Posyandu dimulai seperti
timbangan, buku catatan, KMS, alat peraga penyuluhan dll.
3) Melakukan pendaftaran bayi, balita, ibu hamil dan ibu usia subur yang hadir di Posyandu.
6) Melakukan penyuluhan perorangan kepada ibu-ibu di meja IV, dengan isi penyuluhan sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi ibu yang bersangkutan.
7) Melakukan penyuluhan kelompok kepada ibu-ibu sebelum meja I atau setelah meja V (kalau
diperlukan).
8) Melakukan kunjungan rumah khususnya pada ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan
balita serta pasangan usia subur, untuk menyuluh dan mengingatkan agar datang ke Posyandu.
Sumber: Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas
bagi masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperanserta menjadi
lebih besar.
2) Adanya kesempatan.
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk
berperanserta dan masyarakat melihat memang ada hal-hal yang berguna
dalam kegiatan yang akan dilakukan.
3) Memiliki ketrampilan.
4) Rasa Memiliki.
Rasa memiliki suatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat
sudah diikut sertakan, jika rasa memiliki ini bisa ditumbuh kembangkan
dengan baik maka peranserta akan dapat dilestarikan.
1. Usia
Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral
kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi
daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.
2. Jenis kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa
menyatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam
banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi
semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan
pendidikan perempuan yang semakin baik.
3. Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.Pendidikan dianggap dapat
mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi
peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.
5. Lamanya tinggal
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan
lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam
lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam
partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.
Ketiga faktor tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor di seputar kehidupan manusia
yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, seperti psikologis individu (needs,
harapan, motif, reward), pendidikan, adanya informasi, keterampilan, teknologi,
kelembagaan yang mendukung, structural dan stratifikasi sosial, budaya lokal serta
peraturan dan pelayanan pemerintah. Menurut Oppenheim (1973) dalam Sumardjo dan
Saharudin (2003) ada unsur yang mendukung untuk berperilaku tertentu pada diri seseorang
(Person inner determinants) dan terdapat iklan atau lingkungan (Environmental factors)
yang memungkinkan terjadinya perilaku tersebut.
Tiga prinsip dasar dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat agar ikut serta dalam
pembangunan dapat dilakukan dengan cara:
(1) Learning process (learning by doing); Proses kegiatan dengan melakukan aktivitas
proyek dan sekaligus mengamati, menganalisa kebutuhan dan keinginan masyarakat.
(3) Participatory; Cara ini merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan untuk dapat
menggali need yang ada dalam masyarakat (Marzali, 2003 dalam Sahidu, 1998).14)
Merupakan Dasar nomer 2 : ”Pemberdayaan setiap orang dan masyarakat bersama dengan
peran pemerinta untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat”.
Meningkatnya peran aktif masyarakat, seperti lembaga swadaya masyarakat, organisasi
profesi, dan swasta dalam hal pengorganisasian, penggerakkan dan pendanaan kegiatan
masyarakat merupakan peluang yg nyata dewasa ini di Indonesia, yg harus tetap
dimantapkan. Juga meningkatnya kesadaran masyarakat atau perorangan terhadap pola
hidup sehat serta pentingnya lingkungan hidup yg sehat merupakan peluang yg nyata di
Indonesia dan juga diberbagai negara lain.
Setiap orang dan juga masyarakat bersama dengan pemerintah berperan, berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk memelihara, serta meningkatkan derajat kesehatan perorangan,
keluarga, masyarakat beserta lingkungannya. Setiap upaya kesehatan harus mampu
membangkitkan dan mendorong peran serta masyarakat. Pembangunan kesehatan
dilaksanakan dengan berlandaskan pada kepercayaan atas kemampuan dan kekuatan
sendiri serta bersendikan kepribadian bangsa.
Sesuai dengan peraturan perundangan yg berlaku, masyarakat memiliki kesempatan utk
berperan serta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta penyediaan sumber
dananya. Selanjutnya, pemerintah mpy kewajiban dan wewenang utk membina,
mendorong dan menggerakkan swadaya masyarakat agar dapat lebih berhasil guna dan
berdaya guna dengan mempersiapkan perangkat peraturan dan tata caranya.
Pemberdayaan masyarakat melalui lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (disebut Dewan
Kelurahan) dan Dewan Kecamatan yg meibatkan berbagai unsur, memiliki potensi besar
utk meningkatkan upaya kesehatan masyarakat.
Upaya pemberdayaan masyarakat hingga saat ini masih menempatkan masyarakat sebagai
obyek dan upayanya lebih banyak berupa bantuan kemanusiaan (charity) yg bersifat
mendesak (emergency), pengerakan (mobilisasi) baru bersifat sementara dan baru pada
tahap pengembangan
( Sumber : Buku Pembangunan Kesehatan di Indonesia, R. Hapsara Habib Rachmat)
20. Bagaimanakah pemberdayaan kesehatan.sebagai subsistem SKN?
21.Apa saja program pemerintah untuk menanggulangi masalah rokok?