Вы находитесь на странице: 1из 19

STEP 1 6.

Apa saja langkah-langkah


promosi kesehatan di
 Advokasi
masyarakat?
Adalah tindakan yg sifatnya
7. Bagaimana metode yg
mempengaruhi atau mendukung
dilakukan untuk promosi
sesuatu / seseorang yg berkaitan
kesehatan?
dg kebijakan publik, cth regulasi
8. Apa saja kendala dalam
dan kebijakan pemerintah untuk
promosi kesehatan?
mencapai tujuan yg diinginkan.
9. Apa saja tujuan serta strategi
pemberdayaan masyarakat?
 Pemberdayaan Masyarakat
10.Apa saja langkah-langkah dari
Adalah suatu upaya untuk
pemberdayaan masyarakat?
meningkatkan kesadaran
11.Apa peranan petugas
masyarakat untuk meningkatkan
kesehatan dalam
derjaat kesehatan masyarakat.
pemberdayaan masyarakat?
Masyarakat meliputi individu ,
12.Apa saja program pemerintah
keluarga , atau kelompok
untuk menanggulangi
masyarakat.
masalah rokok?
 Bina Suasana
Adalah pembentukan suatu
lingkungan yg kondusif untuk
mendukung kegiatan yg
dilaksanakan.

 Promosi Kesehatan
Adalah proses membuat orang
untuk mampu meningkatkan dan
memperbaiki kesehatan.

STEP 2
1. Apa visi dan misi dari
Promkes?
2. Apa saja tujuan dan fungsi
promkes?
3. Apa saja sasaran promkes?
4. Apa saja ruang lingkup
promkes?
5. Apa saja strategi Promkes?
STEP 7
1. Apa visi dan misi dari Promkes?
Visi dan misi
visi dari promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang Kesehatan
Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO (World Health organization).
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun
sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular,
sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan
lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu,
kelompok, maupun masyarakat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus
dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan merupakan
upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.

Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :


1. Advokasi (Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu
kebijakan dalam rangka mendukung suatu isu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan
advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission
maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan
perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.
2. Menjembatani (Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan
program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu
adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program
dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan
tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu
peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki
peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta
meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan
kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga
diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.

2. Apa saja tujuan dan fungsi promkes?


Tujuan umum:
Peningkatan keterpaduan penyelenggaraan program promosi kesehatan
tahun 2006 dalam mencapai indikator keberhasilan PHBS RT sehat 37% untuk
mendukung Indonesia Sehat 2010.

Tujuan Khusus
a. Meningkatnya pengetahuan bagi pengelola promosi kesehatan dalam pencapaian
program promosi kesehatan tahun 2006.
b. Meningkatkan koordinasi dan integrasi pelaksanaan program promosi kesehatan di
daerah dan di pusat.
c. Mewujudkan pengembangan desa sehat yang berorientasi promotif dan preventif
terutama dalam penanggulangan KLB.
d. Peningkatan pengembangan media informasi dan Komunikasi tentang kesehatan.
e. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada provider dan masyarakat

Fungsi : dapat terealisasinya program kesehatan dan masyarakat indonesia


budaya bersih dan sehat.
Fungsi :
A. Rumusan kebijakan teknis
B. Pelaksanaan tugas
C. Pemantauan evaluasi : sudh terlaksana / tidak
D. Pembelaan advokasi
E. Pelaksanakan administrasi dr pusat.

3. Apa saja sasaran promkes?


Sasaran dibagi dalam 3 kelompok sasaran yaitu :
 Sasaran Primer (Primary Target)
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau
promosi kesehatan. Sesuai dengan masalah kesehatan, maka sasaran ini dapat
dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan
menyusui untuk masalah KIA, anak sekolah untuk kesehatan remaja dan sebagainya.
Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasarn primer ini sejalan dengan strategi
pemberdayaan masyarakat.
 Sasaran Sekunder (Secondary Target)
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan sebagainya. Disebut sasaran
sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini
diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada
masyarakat sekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat
sebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan
memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi
kesehatan yang ditujuakan pada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi
dukungan social (Social Suport).
 Sasaran Tersier (Tertiary Target)
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat pusat maupun daerah
adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan
yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para
tokoh masyarakat (Sasaran Sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (Sasaran
Primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujuakan kepada sasaran tersier ini sejalan
dengan strategi advokasi.
( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo,
Rineka Cipta)
4. Apa saja ruang lingkup promkes?
Terdiri dari 2 dimensi yaitu :
a. Dimensi Aspek Pelayanan Kesehatan
Kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni : promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif. Ahli lain hanya membaginya menjadi 2 aspek, yakni : a) Aspek promotif
dengan sasaran kelompok orang sehat, b) Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif
(penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang beresiko tinggi terhadap penyakit
dan kelompok yang sakit. Sejalan dengan uraian ini, maka ruang lingkup pendidikan /
promosi kesehatan juga dikelompokkan menjadi dua.
a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif
Sasaran pendidikan atau promosi kesehatan pada aspek promotif adalah kelompok
orang sehat. Selama ini kelompok orang sehat kurang memperoleh perhatian
dalam upaya kesehatan masyarakat. Padahal kelompok orang sehat disuatu
komunitas sekitar 80-85% dari populasi. Apabila jumlah ini tidak dibina
kesehatannya, maka jumlah ini akan meningkat. Oleh sebab itu pendidikan
kesehatan pada kelompok ini perlu ditingkatkan atau dibina agar tetap sehat, atau
lebih meningkat lagi.

b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan


Pada aspek ini upaya pendidikan kesehatan mencakup 3 upaya atau kegiatan, yaitu
:
1) Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Sasaran promosi / pendidikan kesehatan pada aspek ini adalah Kelompok
masyarakat yang berisiko tinggi (high risk), misalnya : kelompok ibu
hamil dan menyusui, para perokok, obesitas, para pekerja seks (wanita
atau pria), dan sebagainnya. Tujuan upaya pendidikan / promosi kesehatan
pada kelompok ini adalah agar mereka tidak jatuh sakit atau terkena
penyakit.
2) Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah para penderita penyakit
kronis, misalnya asma, DM, TBC, reumatik, tekanan darah tinggi dan
sebagainnya. Tujuan upaya promosi kesehatan pada kelompok ini adalah
agar penderita mampu mencegah penyakitnya menjadi lebih parah.
3) Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok pasien yang
baru sembuh (recovery) dari suatu penyakit. Tujuannya adalah agar
mereka segera pulih kembali kesehatannya.

b. Dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan


Dapat dikelompokkan menjadi :
 Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab itu
untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di masing-masing
keluarga. Di dalam keluargalah mulai terbentuk perilaku-perilaku masyarakat.
Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran utama dalam promosi
kesehatan pada tatanan ini.
 Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah
Sekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikan kesehatan bagi keluarga.
sekolah, terutama guru pada umumnya lebih dipatuhi oleh murid-muridnya.
Oleh sebab itu lingkungan sekolah, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial yang sehat, akan sangat berpengaruh terhadap perilaku sehat anak-anak
(murid). Kunci pendidikan kesehatan di sekolah adalah guru, oleh sebab itu
perilaku guru harus dikondisikan, melalui pelatihan-pelatihan kesehatan,
seminar, lokakarya dan sebagainya.
 Pendidikan kesehatan di tempat kerja
Lingkungan kerja yang sehat (fisik dan non fisik) akan mendukung kesehatan
pekerja atau karyawannya dan akhirnya akan menghasilkan produktivitas yang
optimal. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak sehat serta rawan kecelakaan
kerja akan menurunkan derajat kesehatan pekerjanya dan akhirnya kurang
produktif. Oleh sebab itu pemilik, pemimpin atau manajer dari institusi
tempat kerja termasuk perkantoran merupakan sasaran promosi
kesehatan sehingga mereka peduli terhadap kesehatan para pekerjanya dan
mengembangkan unit pendidikan kesehatan di tempat kerja
 Pendidikan di tempat-tempat umum
Tempat – tempat umum disini mencakup pasar, terminal bus, bandar udara,
tempat-tempat perbelanjaan, tempat-tempat olahraga, taman-taman kota dan
sebagainnya. Tempat-tempat umum yang sehat, bukan saja terjaga
kebersihannya, tetapi juga harus dilengkapi dengan fasilitas kebersihan dan
sanitasi, terutama WC umum dan sarana air bersih, serta tempat sampah. Para
pengelola tempat-tempat umum merupakan sasaran promosi kesehatan
agar mereka melengkapi tempat-tempat umum dengan fasilitas yg
dimaksud, disamping melakukan himbauan – himbauan kebersihan dan
kesehatan bagi pemakai tempat umum atau masyarakat melalui pengeras suara,
poster, leaflet, dan sebagainya.
 Fasilitas pelayanan kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan ini mencakup RS, puskesmas, poliklinik, rumah
bersalin, dan sebagainya. Kadang-kadang sangat ironis, dimana RS atau
puskesmas tidak menjaga kebersihan fasilitas pelayanan kesehatan. Keadaan
fasilitas tersebut kotor, bau, tidak ada air, tidak ada tempat sampah dan
sebagainya. Oleh sebab itu pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan sasaran utama promosi kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan ini. Mereka inilah yang bertanggung jawab atas terlaksananya
pendidikan atau promosi kesehatan di institusinya tersebut.

Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan


Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan 5 tingkat pencegahan dari Leavel and Clark
 Promosi Kesehatan (Health Promotion)
Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi,
kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan dan sebagainya
 Perlindungan Khusus (Spesific Protection)
Dlam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini
pendidikan kesehatan sangat diperlukan terutama di negara-negara berkembang. Hal
ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai cara
perlindungan terhadap penyakit pada orang dewasa maupun pada anak-anaknya masih
rendah.
 Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
dan penyakit, maka penyakit-penyakit yang terjadi di dalam masyarakat sering sulit
terdeteksi. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan
diobati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh
pelayanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan / promosi
kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini.
 Pembatasan Cacat (Disability Limitation)
Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit,
seringkali mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai
tuntas. Mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap
penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang
yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki ketidakmampuan untuk melakukan
sesuatu. Oleh karena itu pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.
 Rehabilitas (Rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat.
Untuk memulihkan cacatnya tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena
kurangnya pengertian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak atau segan melakukan
latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari
penyakit, kadang merasa malu untuk kembali ke masyarakat. sering terjadi pula
masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyrakat yang normal.
Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang
cacat tersebut, tetapi juga untuk masyarakat.
( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo,
Rineka Cipta)

5. Apa saja strategi Promkes?


STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan strategi promosi
kesehatan paripurna yang terdiri dari
(1) pemberdayaan, yang didukung oleh
(2) bina suasana dan
(3) advokasi, serta dilandasi oleh semangat
(4)kemitraan.
Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah dan
menanggulangi masalah kesehatan, gunamembantu individu, keluarga atau kelompok-
kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu,mau dan mampu mempraktikkan PHBS.
Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan mendorong
dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi PHBS dan
melestarikannya.
Sedangkan advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang
diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi
materi maupun non materi
.

Strategi global menurut WHO 1984


 Advokasi (Advocacy)
Kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik dibidang kesehatan
maupun sector lain diluar kesehatan, yang mempunyai pengaruh terhadap public. Tujuannya adalah agar
para pembuat keputusan ini mengeluarkan kebijakan-kebijakan, atara lain dalam bentuk : peraturan,
undang-undang, instruksi, dan sebagainya yang menguntungkan kesehatan publik.
 Dukungan social (Social Suport)
Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat, baik formal (Guru, Lurah, Camat, Petugas
kesehatan, dan sebagainya) maupun informal (Tokoh agama dan sebagainya ) yang mempunyai pengaruh
dimasyarakt. Tujuan kegiatan ini adalah agar kegiatan dan program kesehatan tersebut memperoleh
dukungan dari tokoh masyarakat dan agama. Selanjutnya Toma dan Toga ini dapat menjembatani antara
pengelola program kesehatan dengan masyarakat.
 Pemberdayaan masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan ini ditujukan kepada masyarakat langsung, sebagai sasaran primer promosi kesehatan.
Tujuaannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat ini dapat diwujutkan dalam berbagai kegiatan antara lain
penyuluhan kesehatan, pengorganisasian, dan pembangunan masyarakat dalam bentuk misalnya koperasi
dan pelatihan ketrampilan dalam rangka peningkatan pendapatan keluarga (latihan menjahit, pertukangan,
peternakan dan sebagainnya). Melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan masyarakat memiliki
kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (self relince in health).

Strategi promosi kesehatan berdasarkan piagam Ottawa (Ottawa Charter) Dikelompokkan menjadi 5 butir yaitu
:
1. Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy)
Kegiatan yang ditujukan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan. Sehingga dikeluarkan
atau dikembangkannya kebijakan-kebijakan pembangunan yang berwawasan kesehatan. Hal ini berarti
bahwa setiap kebijakan pembangunan dibidang apa saja harus mempertimbangkan dampak kesehatannya
bagi masyarakat.
2. Lingkungan yang mendukung (supportive environment)
Kegiatan untuk mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung. Kegiatan ini ditujukan
kepada para pemimpin organisasi masyarakat serta pengelola tempat-tempat umum (public places).
kegiatan mereka diharapkan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik lingkunagn fisik
maupun lingkunagn non fisik yang mendukung atau kondusif terhadap kesehatan masyarakat.
3. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service)
Kesehatan masyarakat bukan hanya masalah pihak pemberi pelayanan (provider), baik pemerintah maupun
swasta saja, melainkan juga masalah masyarakat sendiri (consumer). Oleh sebab itu penyelenggaraan
pelayanan kesehatan juga merupakan tanggung jawab bersama antara pihak pemberi pelayanan (provider)
dan pihak penerima pelayanan (consumer). Dewasa ini titik berat pelayanan kesehatan masih berada pada
pihak pemerintah dan swasta, dan kurang melibatkan masyarakat sebagai penerima pelayanan. Melibatkan
masyarakat dalam pelayanan kesehatan berarti memberdayakan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya sendiri.
4. Ketrampilan individu (personal skill)
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri dari kelompok, keluarga an individu. Oleh
sebab itu kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan kelompok, kesehatan masing-masing keluarga,
dan kesehatan individu terwujud. Oleh sebab itu meningkatkan ketrampilan setiap anggota masyarakat agar
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri adalah sangat penting.
5. Gerakan masyarakat (community action)
Kesehatan masyarakat adalah perwujudan kesehatan kelompok, keluarga dan individu. Oleh sebab itu
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat akan efektif apabila unsure-unsur yg ada dimasyrakat dalam
mengupayakan peningkatan kesehatan mereka sendiri adalah wujud dari gerakan masyarakat (community
action)
( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta)

6. Apa saja langkah-langkah promosi kesehatan di masyarakat?


a. Pegenalan kondisi wilayah , fktor geografi, demografi
b. menentukan masalah (melihat data , menetapkan maslah prioritas (cth jumlah
kesakitan yg paling tinggi
c. Survey mawas diri (masalah kesehatan yg masih diderita atau dihadapi, serta
mengetahui penyebab terjadinya masalah itu)
d. Perencanaan pertisipatif meliputi : pengaktifkan kader, sarana, penetapaan target,
metode
mengembangkan komponen promkes (7 : menentukan tujuan promkes,
menetapkan sasaran, isi promkes, menentukan metode langsung atau kampanye,
menentukan , nyusun rencana eval, menyusun jadwal
e. Pelaksanaan kegiatan
f. Evaluasi dan pembinaan kelestarian

7. Bagaimana metode yg dilakukan untuk promosi kesehatan?


Ada 3 metode, yaitu ;
1. Metode Pendidikan Individual (perorangan)
Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan
yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. agar petugas
kesehatan mengetahui dengan tepat serta dapat membantunya maka perlu menggunakan metode ini.
Bentuk pendekatan ini, antara lain :
a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang
dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. akhirnya klien tersebut dengan
sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut
(mengubah perilaku).
b. Interview (wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara
petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum
menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, untuk mengetahui
apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan
kesadaran yg kuat. apabila belum maka perlu penyuluhan yg lbh mendalam.
2. Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok sasaran serta
tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan
kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.
 Kelompok Besar
yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang.
Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.
 Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode –
metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain :
 Diskusi kelompok
Agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi maka formasi
duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau
saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang
dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau kasus sehubungan dengan topik yang dibahas.
Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan
mengatur jalannya diskusi sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara dan tidak
menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
 Curah Pendapat (brain storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan
metode diskusi kelompok. Bedanya pada permulaannya pemimpin kelompok memancing
dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau
tanggapan (curah endapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan
ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya,
tidak boleh diberi komentar oleh siapapun. Baru setelah semua anggota mengeluarkan
pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari dan akhirnya terjadi diskusi.
 Bola Salju (snow balling)
Kelompok dibagi-bagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2
pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan menari
kesimpulannya.
Kemudian tiap-tiap pasang yg sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan
pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh
anggota kelompok.
 Kelompok-kelompok kecil (buzz group)
kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yg kemudian diberi suatu
permasalahan yg sama atau tidak sama dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok
mendiskusikan masalah tersebut. selanjutnya hasil dari tiap kelompok didiskusikan
kembali dan dicari kesimpulannya.
 Memainkan peranan (role play)
dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu
untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau
bidan, dan sebagainya sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota
masyarakat.
 Permainan simulasi (simulation game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan
kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara
memainkannya dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau
papan main. beberapa orang enjadi pemain dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.
3. Metode Pendidikan Massa
Metode pendidikan massa cocok untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan
kepada masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum
Metode :
a. Ceramah umum (public speaking)
b. Pidato-pidato / diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik Tv amupun radio,
pada hakekatnya merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu
penyakit atau masalah kesehatan disuatu media massa adalah juga merupakan pendekatan
pendidikan kesehatan.
d. Tulisan-tulisan dimajalah atau koran, baik dalam bentuk artikel amupun tanya
jawab/konsultasi tentang kesehatan dan penyakit juga merupakan bentuk pendekatan
pendidikan kesehatan massa.
e. Billboard, yg dipasang di pingir jalan, spanduk, poster dan sebagainya juga merupakan bentuk
pendidikan kesehatan massa.
( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka
Cipta)

8. Apa saja kendala dalam promosi kesehatan?


Kendala-Kendala Pelaksanaan Promosi
Kesehatan Dana untuk promosi berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU).Dana yang bersumber dari DAU
dianggap masih sangat minim yang dialokasikan untuk kegiatan promosi kesehatan. Tahun 2010 sama sekali
tidak ada dana dari DAU untuk promosi kesehatan, sehingga berbagai kegiatan terhambat bahkan tidak berjalan
seperti kegiatan pelatihan promosi kesehatan.Pemegang program mengakui ada dana operasional maupun dana
untuk kegiatan promosi kesehatan. Kepala Puskesmas menyatakan tidak ada dana untuk promosi kesehatan di
Puskesmas. Sumber Daya Manusia untuk promosi kesehatan juga cukup menjadi masalah, karena saat ini
tenaga promosi kesehatan bervariasi di tiap Puskesmas ada yang belatar belakang pendidikan sanitasi, perawat
gigi, bidan, SPK, dll.

9. Apa saja tujuan serta strategi pemberdayaan masyarakat?


a. Tujuan Umum
Meningkatnya kemandirian masyarakat dan keluarga dalam bidang kesehatan
sehingga masyarakat dapat memberikan andil dalam meningkatkan derajat kesehatannya.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan
2. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatan derajat
kesehatannya sendiri
3. Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat
4. Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan masyarakat di lapangan.

Srteategi :

1. Melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat guna mendukung


peningkatan posisi tawar dan akses masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan
input sumber daya yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi.
2. Mengembangkan kapasitas masyarakat melalui bantuan peningkatan ketrampilan dan
pengetahuan, penyediaan prasarana dan sarana seperti modal, informasi pasar dan
teknologi, sehingga dapat memperluas kerja dan memberikan pendapatan yang layak,
khususnya bagi keluarga dan kelompok masyarakat miskin.
3. Mengembangkan sistem perlindunagan sosial, terutama bagi masyarakat yang terkena
musibah bencana alam dan masyarakat yang terkena dampak krisis ekonomi
4. Mengurangi berbagai bentuk pengaturan yang menghambat untuk membangun
lembaga dan organisasi guna penyaluran pendapat, melakukan interaksi sosial untuk
membangun kesepakatan di antara kelompok masyarakat dan dengan organisasi sosial
politik
5. Membuka ruang gerak selaus-luasnya bagi masyarakat untuk terlibat dan
berpartisipasi dalam proses pengembalian keputusan publik malalui pengemabangan
forum lintas yang dibangun dan dimiliki masyarakat setempat.
6. Mengembangkan potensi masyarakat untuk membangun lembaga dan organisasi
keswadayaan masyarakat di tingkat lokal untuk memperkuat solidaritas dan ketahanan
sosial masyarakat dalam memecahkan berbagai masalah kemasyarakatan dan khususnya
untuk membantu masyarakat miskin dan rentan sosial.
(Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)

Sumber: Penggerakkan dan Pemberdayaan Masyarakat bagi Kader dan Tokoh Masyarakat.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.2007

10.Apa saja langkah-langkah dari pemberdayaan masyarakat?


a. Identifikasi masalah dan penyebab
-menilai terhadap target(target,kharakteristik),
-apa yg dibutuhkan oleh masy.
-mendapatkan data melalui data primer atau sekunder
b. Program Planning  menyusun alternatif
c. Evaluasi Program (berhasil/tidak?, berdampak/tidak?)

11.Apa peranan petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat?

1) Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program


pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat.

2) Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan
pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut.

3) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan


melakukan pelatihan-pelatihan.

Marasabessy, N.B,. (2007). Program pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan dan


pelaksanaan pemberantasan malaria dikabupaten Maluku tengah.pdf. Universitas Gadjah
Mada.
12. Apa pengertian, tujuan, sasaran program, partisipasi masyarakat?
Definisi :
Suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau obyek yg berkaitan dengan sakit
dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan.

( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo,
Rineka Cipta)

proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat serta akan terwujud sebagai suatu
kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga faktor pendukungnya yaitu: (1) adanya
kemauan, (2) adanya kemampuan, dan (3) adanya kesempatan untuk berpartisipasi.
Kemauan dan kemampuan berpartisipasi berasal dari yang bersangkutan (warga atau
kelompok masyarakat), sedangkan kesempatan berpartisipasi datang dari pihak luar yang
memberi kesempatan

(Sumber:UHYJ:www.uns.ac.id/data/sp11.pdf+langkah-
langkah+kegiatan+pengembangan+partisipasi+masyarakat&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid
Tujuan :

13. Bagaimanakah kebijaksanaan pokok dan strategi penigkatan program partisipasi


masyarakat?
14. Bagaimana langkah dan kegiatan pengembangan program partisipasi masyarakat?
1. Kader Posyandu adalah warga masyarakat yang terlibat dalam dalam seksi 7 dan

seksi 10 LKMD (Tim penggerak PKK) yang tergabung dalam Pokja IV yang
membidangi masalah kesehatan dan KB dan aktif dalam kegiatan Posyandu.
2. Kader gizi adalah anggota masyarakat yang bekerja secara sukarela dan mampu

melaksanakan upaya peningkatan gizi keluarga (UPGK) serta mampu menggerakkan


masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan UPGK.

Masih banyak contoh-contoh lain tentang macam atau jenis kader di masyarakat, seperti kader
UKS (di sekolah), kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik), dan lain-lain.

Peranan Kader dalam penyelenggaraan Posyandu

1) Memberitahukan hari dan jam buka Posyandu kepada para ibu pengguna Posyandu (ibu
hamil, ibu yang mempunyai bayi dan anak balita serta ibu usia subur) sebelum hari buka
Posyandu.
2) Menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan Posyandu sebelum Posyandu dimulai seperti
timbangan, buku catatan, KMS, alat peraga penyuluhan dll.

3) Melakukan pendaftaran bayi, balita, ibu hamil dan ibu usia subur yang hadir di Posyandu.

4) Melakukan penimbangan bayi dan balita.

5) Mencatat hasil penimbangan kedalam KMS

6) Melakukan penyuluhan perorangan kepada ibu-ibu di meja IV, dengan isi penyuluhan sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi ibu yang bersangkutan.

7) Melakukan penyuluhan kelompok kepada ibu-ibu sebelum meja I atau setelah meja V (kalau
diperlukan).

8) Melakukan kunjungan rumah khususnya pada ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan
balita serta pasangan usia subur, untuk menyuluh dan mengingatkan agar datang ke Posyandu.

Sumber: Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.

15. Faktor faktor apa saja yg mempengaruhi partisipasi masyarakat?

Faktor Yang Mempengaruhi partisipasi masyarakat

Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat antara


lain:

1) Manfaat kegiatan yang dilakukan.

Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas
bagi masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperanserta menjadi
lebih besar.

2) Adanya kesempatan.
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk
berperanserta dan masyarakat melihat memang ada hal-hal yang berguna
dalam kegiatan yang akan dilakukan.

3) Memiliki ketrampilan.

Jika kegiatan yang dilaksanakan membutuhkan ketrampilan tertentu dan


orang yang mempunyai ketrampilan sesuai dengan ketrampilan tersebut
maka orang tertarik untuk berperanserta.

4) Rasa Memiliki.

Rasa memiliki suatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat
sudah diikut sertakan, jika rasa memiliki ini bisa ditumbuh kembangkan
dengan baik maka peranserta akan dapat dilestarikan.

5) Faktor tokoh masyarakat.

Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa


tokoh - tokoh masyarakat atau pemimpin kader yang disegani ikut serta
maka mereka akan tertarik pula berperanserta.
Sumber: Wass, A. (1995). Promoting health: the primary health
approach.Toronto: W.B. Sanders.
Angell (1967) seperti dikutip oleh Saca Firmansyah (2009) menyatakanbahwa partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat
dipengaruhi oleh banyak faktor

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:

1. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral
kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi
daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

2. Jenis kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa
menyatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam
banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi
semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan
pendidikan perempuan yang semakin baik.

3. Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.Pendidikan dianggap dapat
mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi
peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

4. Pekerjaan dan penghasilan


Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa
penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan
sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
masyarakat.Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh
perekonomian yang mapan.

5. Lamanya tinggal
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan
lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam
lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam
partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

16. Bentuk atau tingkat partisipasi masyarakat?


Bentuk partisipasi masyarakat dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu partisipasi dalam:
1. Tahap pembuatan keputusan. Dalam hal ini, sejak awal masyarakat telah dilibatkan dalam
proses perencanaan dan perancangan kegiatan serta dalam pengambilan keputusan atas rencana
yang akan dilaksanakan.
2. Tahap implementasi. Keterlibatan masyarakat juga diupayakan pada tahap pelaksanaan
kegiatan. Dengan demikian, masyarakat dapat mengontrol bagaimana kegiatan dilaksanakan di
lapangan.
3. Tahap evaluasi. Evaluasi secara periodik umumnya dilaksanakan pada tahap pelaksanaan dan
pada akhir pelaksanaan kegiatan.
4. Partisipasi untuk memperoleh manfaat suatu kegiatan.
Ditinjau dari tingkatannya, partisipasi masyarakat dapat dibedakan sebagai
berikut:
1. Manipulasi Tercatat sebagai anggota Wewenang mutlak pada initiator kebijakan
2. Menginformasikan Hak dan pilihan masyarakat diidentifikasi Wewenang dominan pada
initiator kebijakan/program
3. Konsultasi Pendapat masyarakat didengar, tetapi belum tentu
ditindaklanjuti Wewenang dominan pada initiator kebijakan/program
4. Kemitraan Saran/pendapat masyarakat dinegosiasikan Wewenang terdistribusikan secara
proporsional di antara pihak - pihak yang berkepentingan
5. Delegasi wewenang Masyarakat diberi wewenang mengelola sebagian atau seluruh bagian
program Wewenang ada pada masyarakat
6. Kontrol masyarakat dominan dalam merancang dan memutuskan program Wewenang mutlak
pada masyarakat. Dengan adanya tingkatantingkatan partisipasi masyarakat seperti tersebut
pada tabel di atas, maka perlu diupayakan agar partisipasi masyarakat tidak hanya sekedar
berbentuk keterlibatan semu yang dikategorikan sebagai tingkat partisipasi manipulasi, dimana
pada dasarnya tidak ada partisipasi masyarakat, melainkan diupayakan untuk tercapainya
tingkat partisipasi dimana masyarakat memiliki wewenang yang cukup dalam kemitraan antara
masyarakat dan pemerintah/non-pemerintah sebagai initiator kebijakan/program.
Untuk mencapai tingkat partisipasi yang tinggi, berikut ini adalah beberapa elemen kunci yang
perlu dipertimbangkan:
1. Kompatibilitas yang didasarkan atas kepercayaan dan saling menghargai di antara partisipan.
2. Manfaat bagi seluruh partisipan yang terlibat.
3. Wewenang dan keterwakilan yang sederajat. Tingkat partisipasi akan melemah apabila ada
sebagian pihak yang terlalu mendominasi, sementara sebagian lainnya tidak mempunyai
wewenang sama sekali.
4. Mekanisme komunikasi yang baik harus dibangun secara internal di antara partisipan dan
dengan pihak luar yang relevan.
5. Adaptif terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi.

6. Integritas, kesabaran dan ketekunan harus diciptakan di antara partisipan.

1. Partisipasi pasif/manipulatif, masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu apa yang


sedang atau telah terjadi; pengumuman sepihak oleh manajemen atau pelaksana proyek tanpa
memperhatikan tanggapan masyarakat; informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan
profesional di luar kelompok sasaran.

2. Partisipasi dengan cara memberikan informasi, masyarakat berpartisipasi dengan cara


menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian seperti dalam kuesioner atau sejenisnya;
masyarakat tidak punya kesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses penyelesaian;
akurasi hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat.

3. Partisipasi melalui konsultasi, masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi; orang


luar mendengarkan dan membangun pandangan- pandangannya sendiri untuk kemudian
mendefinisikan permasalahan dan pemecahannya, dengan memodifikasi tanggapan-tanggapan
masyarakat; tidak ada peluang bagi pembuat keputusan bersama; para profesional tidak
berkewajiban mengajukan pandangan-pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk
ditindaklanjuti.

4. Partisipasi untuk insentif materiil, masyarakat berpartisipasi dengan cara menyediakan


sumber daya seperti tenaga kerja, demi mendapatkan makanan, upah, ganti rugi, dan
sebagainya; masyarakat tidak dilibatkan dalam eksperimen atau proses pembelajarannya;
masyarakat tidak mempunyai andil untuk melanjutkan kegiatan- kegiatan yang dilakukan
pada saat insentif yang disediakan/diterima habis.

5. Partisipasi fungsional, masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk


mencapai tujuan yang berhubungan dengan proyek; pembentukan kelompok (biasanya)
setelah ada keputusan-keputusan utama yang disepakati; pada awalnya, kelompok
masyarakat ini bergantung pada pihak luar (fasilitator, dll) tetapi pada saatnya mampu
mandiri.
6. Partisipasi interaktif, masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama yang mengarah pada
perencanaan kegiatan dan pembentukan lembaga sosial baru atau penguatan kelembagaan yang
telah ada; partisipasi ini cenderung melibatkan metode inter-disiplin yang mencari keragaman
perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematik; kelompok-kelompok
masyarakat mempunyai peran kontrol atas keputusan-keputusan mereka, sehingga mereka
mempunyai andil dalam seluruh penyelenggaraan kegiatan.

7. Self mobilization,masyarakat berpartisipasi dengan mengambil inisiatif secara bebas (tidak


dipengaruhi/ditekan pihak luar) untuk mengubah sistem-sistem atau nilai-nilai yang mereka
miliki; masyarakat mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan
bantuan-bantuan teknis dan sumberdaya yang dibutuhkan; masyarakat memegang kendali atas
pemanfaatan sumberdaya yang ada.

17. Apa saja faktor pendorong dan penghambat partisipasi masy.?


Faktor Pemdorong :
Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan akan terwujud sebagai suatu kegiatan
nyata apabila terpenuhi adanya tiga faktor utama yang mendukungnya, yaitu (1) kemauan,
(2) kemampuan, dan (3) kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi (Slamet, 1992
dalam Sumardjo dan Saharudin, 2003).

Ketiga faktor tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor di seputar kehidupan manusia
yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, seperti psikologis individu (needs,
harapan, motif, reward), pendidikan, adanya informasi, keterampilan, teknologi,
kelembagaan yang mendukung, structural dan stratifikasi sosial, budaya lokal serta
peraturan dan pelayanan pemerintah. Menurut Oppenheim (1973) dalam Sumardjo dan
Saharudin (2003) ada unsur yang mendukung untuk berperilaku tertentu pada diri seseorang
(Person inner determinants) dan terdapat iklan atau lingkungan (Environmental factors)
yang memungkinkan terjadinya perilaku tersebut.

Menurut Sahidu (1998) bahwa faktor-faktor yang mampengaruhi tingkat kemauan


masyarakat untuk berpartisipasi adalah motif, harapan, needs, rewards dan penguasaan
informasi. Faktor yang memberikan kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi adalah
pengaturan dan pelayanan, kelembagaan, struktur dan stratifikasi sosial, budaya lokal,
kepemimpinan, sarana dan prasarana. Sedangkan faktor yang mendorong adalah pendidikan,
modal dan pengalaman yang dimiliki.13)

Tiga prinsip dasar dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat agar ikut serta dalam
pembangunan dapat dilakukan dengan cara:
(1) Learning process (learning by doing); Proses kegiatan dengan melakukan aktivitas
proyek dan sekaligus mengamati, menganalisa kebutuhan dan keinginan masyarakat.

(2) Institusional development; Melakukan kegiatan melalui pengembangan pranata sosial


yang sudah ada dalam masyarakat. Karena institusi atau pranata sosial masyarakat
merupakan daya tamping dan daya dukung sosial.

(3) Participatory; Cara ini merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan untuk dapat
menggali need yang ada dalam masyarakat (Marzali, 2003 dalam Sahidu, 1998).14)

(Sumber : Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan May 26, 2009)

18. Apakah keuntungan partisipasi masy.bagi penigkatan derajat kesehatan masy.?


19. Bagaimana kedudukan pemberdayaan sebagai dasar pembangunan kesehatan?
Kedudukan Pemberdayaan Sebagai Dasar Pembangunan Kesehatan

 Merupakan Dasar nomer 2 : ”Pemberdayaan setiap orang dan masyarakat bersama dengan
peran pemerinta untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat”.
Meningkatnya peran aktif masyarakat, seperti lembaga swadaya masyarakat, organisasi
profesi, dan swasta dalam hal pengorganisasian, penggerakkan dan pendanaan kegiatan
masyarakat merupakan peluang yg nyata dewasa ini di Indonesia, yg harus tetap
dimantapkan. Juga meningkatnya kesadaran masyarakat atau perorangan terhadap pola
hidup sehat serta pentingnya lingkungan hidup yg sehat merupakan peluang yg nyata di
Indonesia dan juga diberbagai negara lain.
 Setiap orang dan juga masyarakat bersama dengan pemerintah berperan, berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk memelihara, serta meningkatkan derajat kesehatan perorangan,
keluarga, masyarakat beserta lingkungannya. Setiap upaya kesehatan harus mampu
membangkitkan dan mendorong peran serta masyarakat. Pembangunan kesehatan
dilaksanakan dengan berlandaskan pada kepercayaan atas kemampuan dan kekuatan
sendiri serta bersendikan kepribadian bangsa.
 Sesuai dengan peraturan perundangan yg berlaku, masyarakat memiliki kesempatan utk
berperan serta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta penyediaan sumber
dananya. Selanjutnya, pemerintah mpy kewajiban dan wewenang utk membina,
mendorong dan menggerakkan swadaya masyarakat agar dapat lebih berhasil guna dan
berdaya guna dengan mempersiapkan perangkat peraturan dan tata caranya.
 Pemberdayaan masyarakat melalui lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (disebut Dewan
Kelurahan) dan Dewan Kecamatan yg meibatkan berbagai unsur, memiliki potensi besar
utk meningkatkan upaya kesehatan masyarakat.
 Upaya pemberdayaan masyarakat hingga saat ini masih menempatkan masyarakat sebagai
obyek dan upayanya lebih banyak berupa bantuan kemanusiaan (charity) yg bersifat
mendesak (emergency), pengerakan (mobilisasi) baru bersifat sementara dan baru pada
tahap pengembangan
( Sumber : Buku Pembangunan Kesehatan di Indonesia, R. Hapsara Habib Rachmat)
20. Bagaimanakah pemberdayaan kesehatan.sebagai subsistem SKN?
21.Apa saja program pemerintah untuk menanggulangi masalah rokok?

Вам также может понравиться