Вы находитесь на странице: 1из 9

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN RISIKO BUNUH DIRI

Modul ini berisi panduan agar Saudara dapat memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien percobaan bunuh diri dalam situasi kritis yang dirawat di ruang UPIP.
Bunuh diri merupakan tindakan yang mengancam keselamatan hidup, sehingga
diperlukan penanganan segera agar pasien dapat diselamatkan. Saudara dapat
mempelajari isi modul ini, mengerjakan latihan-latihan sesuai panduan, sehingga
saudara mampu menangani pasien yang melakukan percobaan bunuh diri. Selamat
mempelajari modul ini !

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini saudara diharapkan mampu:


1. Melakukan pengkajian pasien dengan percobaan bunuh diri
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien percobaan bunuh diri
3. Melakukan tindakan keperawatan intensif pada pasien percobaan bunuh diri
4. Melakukan tindakan keperawatan intensif pada keluarga pasien percobaan bunuh
diri
5. Melakukan evaluasi kemampuan pasien dan keluarga pasien percobaan bunuh diri
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien risiko bunuh diri

B. Pengkajian

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan kategori pasien di UPIP maka tanda dan
gejala bunuh diri dibagi dalam tiga kategori, yaitu:

(Skor: 1-10 Skala RUFA) (Skor: 11-20 Skala RUFA (Skor: 21-30 Skala RUFA

Percobaan Bunuh Diri Ancaman Bunuh Diri Isyarat Bunuh Diri


 Aktif mencoba bunuh diri  Aktif memikirkan rencana  Mungkin sudah memiliki ide
dengan cara: bunuh diri, namun tidak untuk mengakhiri hidupnya,
 gantung diri disertai dengan percobaan namun tidak disertai dengan
 minum racun bunuh diri ancaman dan percobaan
 memotong urat nadi  Mengatakan ingin bunuh bunuh diri
 menjatuhkan diri dari diri namun tanpa rencana  Mengungkapkan perasaan
tempat yang tinggi yang spesifik seperti rasa bersalah / sedih /
 Mengalami depresi  Menarik diri dari pergaulan marah / putus asa / tidak
 Mempunyai rencana bunuh sosial berdaya
diri yang spesifik  Mengungkapkan hal-hal
 Menyiapkan alat untuk negatif tentang diri sendiri
bunuh diri (pistol, pisau, yang menggambarkan harga
silet, dll) diri rendah
 Mengatakan: “Tolong jaga
anak-anak karena saya akan
pergi jauh!” atau “Segala
sesuatu akan lebih baik tanpa
saya.”

Setelah melakukan pengkajian, saudara dapat merumuskan diagnosa keperawatan


berdasarkan tingkat risiko dilakukannya bunuh diri.
Jika ditemukan data bahwa pasien menunjukkan isyarat bunuh diri, masalah
keperawatan yang mungkin muncul adalah: Harga diri rendah. Bila saudara telah
merumuskan masalah ini, maka tindakan keperawatan yang paling utama dilakukan
adalah meningkatkan harga diri pasien.

Jika ditemukan data bahwa pasien memberikan ancaman atau mencoba bunuh diri,
masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah:

C. Diagnosa Keperawatan

Risiko bunuh diri

Bila saudara telah merumuskan masalah ini, maka saudara perlu segera
melakukan tindakan keperawatan intensif untuk melindungi pasien sesuai
dengan tingkat tindakan intensifnya

D. Tindakan Keperawatan

Tindakan Intensif I: 24 jam pertama (skor: 1-10 skala RUFA)


1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a) Bina hubungan saling percaya dengan pasien
b) Identifikasi alasan, cara, dan waktu klien melakukan tindakan bunuh diri
c) Identifikasi alternatif penyelesaian masalah selain tindakan bunuh diri:
1) ekspresi perasaan kepada orang yang dapat dipercayai (teman atau
keluarga)
2) berpikir positif
3) melakukan aktivitas positif yang disenangi
4) aktivitas spiritual: baca doa, sholat
d) Observasi pasien setiap 10 menit sekali, sampai ia dipindahkan ke ruang
intensif II
e) Jauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, ikat
pinggang)
f) Kolaborasi dengan medis untuk program pengobatan pasien dengan
menggunakan prinsip lima (5) benar
g) Dengan lembut jelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri
h) Rawat luka atau kondisi akibat tindakan percobaan bunuh diri

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga


a) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
b) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang penah muncul
pada pasien.
c) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada pasien
berisiko bunuh diri.
d) Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
1) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien
memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
2) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
(a) Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di tempat yang
mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau
jangan meninggalkan pasien sendirian di rumah
(b) Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri.
Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh
diri, seperti: tali, bahan bakar minyak / bensin, api, pisau atau benda
tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun
serangga.
(c) Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan
apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah
melonggarkan pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukan tanda
dan gejala untuk bunuh diri.
3) Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas.
4) Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien
melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
(a) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat
untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut
(b) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas
mendapatkan bantuan medis
5) Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi
pasien
(a) Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga
kesehatan
(b) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol
secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.
(c) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai
prinsip lima benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar
dosisnya, benar cara penggunakannya, benar waktu penggunaannya

SpK 1: Bina hubungan saling percaya, identifikasi alasan, cara, dan waktu
pasien melakukan tindakan bunuh diri, ajarkan cara menvegah
tindakan bunuh identifikasi alternatif mekanisme koping

Orientasi:
”Assalamu’alaikum Bapak/Ibu, kenalkan saya adalah perawat B”. ”Saya yang dinas
pagi ini di ruang intensif UPIP, dari jam 07.00-14.00”. ”Nama bapak siapa, senang
dipanggil apa, kalau ibu?, senangnya dipaggil apa bu?”. ”Bagaimana kalau kita
bicarakan tentang kondisi anak ibu dan bapak? Juga tanda dan gejala bunuh diri
dan cara melindungi anak bapak dan ibu yang ingin bunuh diri”. ”Dimana kita akan
diskusi?, berapa lama Bapak/Ibu punya waktu untuk diskusi?”

Kerja:
”Apa yang Bapak/Ibu lihat dari perilaku atau ucapan B?”
” Bapak/Ibu sebaiknya memperhatikan benar-benar munculnya tanda dan gejala
bunuh diri. Pada umumnya orang yang akan melakukan bunuh diri menunjukkan
tanda melalui percakapan misalnya ’Saya tidak ingin hidup lagi, orang lain akan
lebih baik tanpa saya’. Apakah B pernah mengatakan hal seperti ini?”
”Kalau Bapak / Ibu menemukan tanda dan gejala tersebut, maka sebaiknya Bapak /
Ibu mendengarkan ungkapan perasaan dar Bi. Pengawasan terhadap B ditingkatkan,
jangan biarkan dia sendirian di rumah atau jangan dibiarkan mengunci diri di
kamar. Kalau menemukan tanda dan gejala tersebut, dan ditemukan alat-alat yang
akan digunakan untuk bunuh diri, sebaiknya dicegah dengan meningkatkan
pengawasan dan memberi dukungan untuk tidak melakukan tindakan tersebut.
Katakan bahwa Bpk/Ibu sayang pada B. Katakan juga kebaikan-kebaikan B!”
”Tetapi kalau sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu mencari
bantuan orang lain. Apabila tidak dapat diatasi segeralah rujuk ke Puskesmas atau
rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang lebih serius. Setelah
kembali ke rumah, Bapak/Ibu perlu membantu agar B terus berobat untuk mengatasi
keinginan bunuh diri”.

Terminasi:
” Bagaimana Pak/Bu? Ada yang mau ditanyakan? Bapak/Ibu dapat ulangi kembali
cara-cara merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri?”
”Ya, bagus. Jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda keinginan bunuh
diri segera hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan yang akan
datang tentang cara-cara meningkatkan harga diri B dan penyelesaian masalah”
”Bagaimana Bapak/Ibu setuju?” Kalau demikian sampai bertemu lagi besok disini”.

SpP 1: Bina hubungan saling percaya, identifikasi alasan, cara, dan waktu
pasien melakukan tindakan bunuh diri, identifikasi alternatif
mekanisme koping

Orientasi:
”Assalamu’alaikum, kenalkan saya adalah perawat B”. ”Saya yang dinas pagi ini di
ruang intensif UPIP, dari jam 07.00-14.00”. ”Namanya siapa, senang dipanggil
apa?”. “Apa yang membuat A melakukan tindakan untuk mengakhiri hidup A?”.
”Bagaimana kalau kita bicarakan tentang hal ini?, disini saja selama 10 menit,
setuju A?”

Kerja:
“Apakah alasan A melakukan tindakan memotong urat nadi?” (identifikasi alasan
bio-psiko-sos-psi)
”Bagimana cara A melakukannya?, coba ceritakan kepada saya””Kapan A
melakukan tindakan ini?”
”Menurut A adakah cara lain untuk menyelesaikan masalah selain bunuh diri?”.
”Ada cara yang lebih baik selain bunuh diri yaitu setiap kali A merasa tidak berguna
dan putus asa coba A ceritakan perasaan itu kepada keluarga atau teman atau
perawat, kemudian pikirkan sisi positif dari masalah yang A alami dan coba lakukan
hal atau aktivitas positif yang A senangi”.”Selain itu baca doa dan sholat setiap kali
A merasa perasaan A tidak enak”
“Selama di ruang intensif I ini kami akan melindungi A sampai keinginan untuk
bunuh diri itu hilang”.
”Saya akan rawat luka A akibat sayatan silet ini ya”
Terminasi
”Bagaimana perasaan A sekarang?”
”Sementara saya tinggalkan, A pikirkan sisi positif dari masalah yang A alami,
pikirkan aktivitas positif yang A senangi, selain itu coba tenangkan pikiran, baca doa
dan arahkan pikiran ke sang Pencipta”.
”Saya akan kembali 10 menit lagi untuk memberikan obat”.

Intensif II: 24-72 jam (skor:11-20 skala RUFA)


1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a) Latih pasien melakukan upaya menyelesaikan masalah dengan positif
b) Kolaborasi dengan medis untuk program pengobatan pasien dengan
menggunakan
prinsip lima (5) benar
c) Observasi pasien setiap 30 menit sekali, sampai ia dipindahkan ke ruang
intensif III
d) Jauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, ikat
pinggang)
e) Lanjutkan perawatan luka atau kondisi akibat tindakan percobaan bunuh diri
(apabila pasien merupakan pasien pindahan dari ruang intensif I)
f) Berikan terapi musik untuk pasien

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga


6) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
a) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang penah
muncul pada pasien.
b) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada
pasien berisiko bunuh diri.
7) Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
(a) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien
memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
(b) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
(1) Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di tempat yang
mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau
jangan meninggalkan pasien sendirian di rumah
(2) Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri.
Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh
diri, seperti: tali, bahan bakar minyak / bensin, api, pisau atau benda
tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun
serangga.
(3) Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan
apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah
melonggarkan pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukan tanda
dan gejala untuk bunuh diri.
(4) Jelaskan kepada keluarga alasan pasien melakukan tindakan bunuh diri
(5) Jelaskan kepada keluarga mekanisme koping positif yang dapat
dilakukan pasien untuk mencegah tindakan bunuh diri
c) Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas.
8) Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien
melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
(a) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk
menghentikan upaya bunuh diri tersebut
(b) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas mendapatkan
bantuan medis
9) Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi
pasien
(a) Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan
(b) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol secara
teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.
(c) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip
lima benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar
cara penggunakannya, benar waktu penggunaannya

SpP 2: Latih pasien melakukan mekanisme koping positif


Orientasi:
”Assalamu’alaikum A, bagaimana masih merasa putus asa?(setiap interaksi harus
mengukur RUFA untuk mengetahui level intervensi) masih ingat cara mengatasi
keinginan bunuh diri? Bagus, A masih ingat. Bagaimana kalau sekarang kita latih
cara tersebut A mau?, dimana dan berapa lama?”

Kerja:
“Baiklah A coba sekarang A pikirkan sisi positif dari kejadian tidak enak yang A
alami”. ”Bagus A dapat menyebutkannya dengan baik”. ”Sekarang apa aktivitas
positif yang A sukai?”. Wah banyak juga ya. Bagaimana kalau hal-hal ini kita
masukkan kedalam jadual A. Kalau begitu jadual sholat dan baca doanya bisa kita
masukkan juga kedalam jadual”.

Terminasi
”Bagaimana perasaan A setelah kita latihan melakukan hal-hal positif?”
”Sementara saya tinggalkan coba A lakukan jadual yang sudah kita buat tadi ya”.
”Saya akan kembali 30 menit lagi untuk memberikan obat”.

SpK 2: Bina hubungan saling percaya dengan keluarga pasien, diskusikan masalah
yang
dirasakan keluarga, jelaskan kepada keluarga tanda dan gejala bunuh diri,
cara
melindungi pasien dari perilaku bunuh diri, mencari rujukan fasilitas
kesehatan,
alasan pasien melakukan tindakan bunuh diri, dan mekanisme koping positif
yang dapat dilakukan pasien untuk mencegah tindakan bunuh diri

Orientasi:
”Bapak/Ibu, perkenalkan, saya suster B yang merawat A diruang PICU ini”
”Nama bapak dan ibu siapa?, senangnya dipanggil apa?”
”Pak, bu, melihat keadaan A, kita perlu bekerjasama untuk menjaga agar A tetap
selamat dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana Pak/Bu?”
”Berapa lama bapak dan ibu bisa barcakap-cakap dengan saya?”

Kerja:
”Bapak/Ibu, karena kondisi A yang dapat mengakiri kehidupannya sewaktu-waktu,
kita semua perlu mengawasi A terus-menerus. Oleh karena itu Bapak/Ibu harus
mengawasi A secara ketat..pokoknya kalau dalam kondisi serius seperti ini A tidak
boleh ditinggal sendirian sedikitpun”.
”Selain itu amankan barang-barang yang dapat digunakan A untuk bunuh diri,
seperti tali tambang, pisau, silet, tali pinggang. Semua barang-barang tersebut tidak
boleh ada disekitar A”. ”Ajak juga A untuk selalu berpikir positif, melakukan
kegiatan-kegiatan yang positif dan jangan lupa baca doa dan sholat”. ”Dorong juga
A untuk menceritakan perasaannya kepada ibu dan bapak”. Katakan bahwa Bpk/Ibu
sayang pada B. Katakan juga kebaikan-kebaikan B”.”Tetapi kalau sudah terjadi
percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu mencari bantuan orang lain. Apabila
tidak dapat diatasi segeralah rujuk ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk
mendapatkan perawatan yang lebih serius. Setelah kembali ke rumah, Bapak/Ibu
perlu membantu agar B terus berobat untuk mengatasi keinginan bunuh diri.

Terminasi:
”Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah bercakap-cakap dengan saya?”
”Apakah ada yang ingin ditanyakan? Bapak/Ibu dapat ulangi kembali cara-cara
merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri?”
”Ya, bagus. Jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda keinginan bunuh
diri segera hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan yang akan
datang tentang cara-cara meningkatkan harga diri B dan penyelesaian masalah”
”Setelah pertemuan ini coba bapak dan ibu diskusikan lagi cara-cara mengamankan
A dari tindakan mencederai diri”
”Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi? Jam berapa pak, bu?”
”Baik besok kita akan barcakap-cakap tentang cara berbicara dengan A supaya A
tidak melakukan tindakan mencederai diri sendiri lagi”

Intensif III: 72 jam-10 hari (skor 21-30 skala RUFA)


1. Tindakan keperawatan untuk pasien
1) Membantu pasien untuk meningkatkan harga dirinya dengan cara:
a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang
positif.
c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien

SpP 3: Membantu pasien meningkatkan harga dirinya

Orientasi:
“Assalamu’alaikum B! Bagaimana perasaan B hari ini? Masih adakah dorongan
mengakhiri kehidupan? Apa saja yang telah B lakukan? Baik, hari ini kita akan
membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih B miliki. Mau
berapa lama? Dimana?”

Kerja:
(Ikuti tindakan keperawatan untuk harga diri rendah, fokus kepada hal positif di
keluarga dan diri sendiri) “Keluarga masih membutuhkan B. Coba B ceritakan hal-
hal yang baik dalam kehidupan B. Keadaan yang bagaimana yang membuat B
merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan B masih ada yang baik yang patut B
syukuri. Coba B sebutkan kegiatan apa yang masih dapat B lakukan selama ini”.

Terminasi:
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-
apa saja yang B patut syukuri dalam hidup B?”.
”Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan B jika terjadi dorongan
mengakhiri kehidupan (affirmasi). Bagus B. Coba B ingat-ingat lagi hal-hal lain yang
masih B miliki dan perlu disyukuri!”
”Setengah jam lagi kita bertemu untuk membahas tentang cara mengatasi masalah
dengan baik. Tempatnya dimana? Baiklah. Tapi kalau ada yang tidak terkendali
segera panggil saya ya!”.

E. Evaluasi

Di bawah ini tanda-tanda keberhasilan asuhan keperawatan yang saudara berikan


kepada pasien dan keluarganya, berdasarkan perilaku bunuh diri yang ditampilkan.
1. Percobaan dan ancaman bunuh diri
(1) Untuk pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh
diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan pasien
yang tetap aman dan selamat.
(2) Untuk keluarga pasien yang memberikan ancaman atau melakukan
percobaan bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan
kemampuan keluarga berperan serta dalam melindungi anggota keluarga
yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
2. Isyarat Bunuh diri
(1) Untuk pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan
keperawatan ditandai dengan :
a) Pasien mampu mengungkapkan perasaanya
b) Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
c) Pasien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
(2) Untuk keluarga pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan
asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga dalam merawat
pasien dengan risiko bunuh diri. Untuk itu diharapkan :
a) Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala bunuh diri
b) Keluarga mampu memperagakan kembali cara-cara melindungi anggota
keluarga yang berisiko bunuh diri
c) Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia dalam
merawat anggota keluarga yeng berisiko bunuh diri
PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA
DENGAN MASALAH RISIKO BUNUH DIRI
Nama pasien : .................
Nama puskesmas : ...................
Nama perawat : ...................
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7
No Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl

A Pasien
1 Mampu mengungkapkan perasaannya
2 Mampu menyebutkan cara mengontrol diri bila
ada dorongan bunuh diri
3 Mampu menyebutkan cara yang dapat dilakukan
untuk mencegah bunuh diri
4 Menyingkirkan barang-barang yang bisa
digunakan untuk bunuh diri
5 Meminta bantuan orang lain jika ada dorongan
bunuh diri
6 Menyebutkan hal-hal positif diri
7 Menyusun rencana kehidupan di masa datang
yang realistis
8 Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana
9 Menjelaskan pola mengatasi masalah yang
selama ini
10 Memberikan penilaian terhadap pola mengatasi
masalah yang selama ini dilakukan
11 Memilih cara mengatasi masalah yang lama
yang konstruktif
12 Memilih cara baru yang konstruktif untuk
mengatasi masalah
13 Menerapkan cara baru mengatasi masalah secara
konstruktif
14 Menggunakan obat sesuai program
B Keluarga
1 Mengenal tanda dan gejala perilaku bunuh diri
2 Menempatkan pasien di tempat yang aman dan
mudah diawasi
3 Menyimpan dengan tertib barang-barang yang
bisa digunakan untuk bunuh diri
4 Mengawasi pasien secara ketat, terutama bila
tanda dan gejala bunuh diri meningkat
5 Menemani pasien setiap saat (tidak
meninggalkan pasien sendirian)
6 Meminta bantuan tetangga atau pemuka
masyarakat untuk menghentikan upaya bunuh
diri pasien
7 Memantau dan memenuhi kebutuhan dasar
pasien
8 Memantau secara ketat program pengobatan
untuk pasien
9 Memanfaatkan sumber-sumber pelayanan
kesehatan terdekat
10 Melaporkan kemajuan perkembangan pasien

Вам также может понравиться