Вы находитесь на странице: 1из 20

LAPORAN PRAKTIKUM

METODELOGI FISIKO KIMIA

“ANANLISIS GOLONGAN SENYAWA OBAT PARA-


DIMETILAMINOBENZALDEHID MENGGUNAKAN METODE FT-IR
(FOURIER TRANSFORM INFRA RED)”

Tanggal Praktikum: 19 November 2018

Disusun Oleh :
Gilang Viqri (066115277) – G1

Dosen:
Sri Wardatun, M. Farm,. Apt
Usep Suhendar, M. Si
Zaldy Rusli, M. Farm

LABORATORIUM BIOFARMAKA
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSSITAS PAKUAN
BOGOR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata‟ala yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat melaksanakan praktikum
Metode Fisiko Kimia dan dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Ananlisis
golongan senyawa obat Para-Dimetilaminobenzaldehid menggunakan metode FT-IR
(Fourier Transform Infra Red)”.
Laporan ini saya susun dengan sebaik mungkin berdasarkan pada hasil
praktikum yang sebenarnya. saya juga nengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang sangat berperan penting dalam proses kegiatan praktikum ini.
Terutama pada dosen mata kuliah Metode Fisiko dan pembimbing dari
BIOFARMAKA, yang telah memberi bimbingan dan arahan kepada kami. Tak lupa
kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman sekalian yang
telah membantu saat praktikum berlangsung.
Saya menyadari sebagai manusia tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu,
saya berharap atas saran dan kritik apabila terdapat kekurangan. Semoga laporan
praktikum ini bermanfaat untuk penelitian selanjutnya. Terima kasih.

Bogor, 26 November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3
2.1 Pengertian FT-IR ................................................................................................. 3
2.2 Prinsip Kerja FT-IR ............................................................................................. 5
2.2 Sampel FT-IR ...................................................................................................... 6
2.2 Kegunaan Analis FT-IR ...................................................................................... 8
BAB III METODE KERJA........................................................................................ 9
3.1 Alat dan Bahan .................................................................................................... 9
3.2 Cara Kerja ............................................................................................................ 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 11
4.1 Data Pengamatan ............................................................................................... 11
4.2 Pembahasan ....................................................................................................... 13
KESIMPULAN .......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 16
LAMPIRAN ............................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Spektrum inframerah merupakan sidik jari dari sampel dengan puncak serapan
yang sesuai dengan frekuensi getaran antara ikatan atom yang membentuk materi.
Karena setiap perbedaan material adalah kombinasi unik dari atom, sehingga tidak
ada dua senyawa menghasilkan spektrum inframerah yang sama. Oleh karena itu,
spektroskopi inframerah dapat menghasilkan identifikasi positif (analisis kualitatif)
dari setiap jenis materi yang berbeda. Selain itu, ukuran puncak dalam spektrum
merupakan indikasi langsung dari jumlah material. Dengan algoritma perangkat
lunak modern, inframerah adalah alat yang sangat baik untuk analisis kuantitatif.
Fourier Tansform Infrared Spectroscopy (FTIR) adalah sebuah teknik yang
digunakan untuk mendapatkan spektrum inframerah dari absorbansi, emisi,
fotokonduktivitas dari sampel padat, cair dan gas. FTIR dapat digunakan untuk
menganalisa senyawa organik dan anorganik. Selain itu, FTIR juga dapat digunakan
untuk analisa kualitatif meliputi analisa gugus fungsi (adanya „peak‟ dari gugus
fungsi spesifik) beserta polanya dan analisa kuantitatif dengan melihat kekuatan
absorbsi senyawa pada panjang gelombang tertentu.
Dalam menganalisis suatu zat dapat digunakan beberapa metode. Namun, untuk
mengetahui metde yang cocok untuk analisis suatu zat perlu keahlian untuk
memahami prinsip kerja, keunggunlan serta kekurangan suatu metode tersebut. Untuk
itu, sebagai seorang farmasi, dalam menganalisis suatu obat maka sangat penting
untuk memahami metode yaitu salah satunya adalah menggunakan instrumen FTIR.
Untuk itu praktikum kali ini diharapkan praktikan mampu memahami cara
menganalisis suatu sampel dengan menggunakan instrumen FTIR yang dilakukan di
Pusat Studi Biofarmaka IPB.

1
1.2 Tujuan
1. Mengetahui cara preparasi sampel untuk pengujian dengan menggunakan FT-
IR.
2. Mengetahui cara kerja FT-IR.
3. Mengetahui cara membaca spektrum yang di hasilkan oleh FT-IR.
4. Mencoba melakukan preparasi sampel yang baik dan benar untuk pengujian
menggunakan FT-IR.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian FT-IR


Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri
(Basset,1994). Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan
visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh
suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu
perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang
berbeda (Khopkar, 2003).
Spektrofotometri infra red atau infra merah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada
daerah panjang gelombang 0,75-1.000 µm atau pada bilangan gelombang 13.000-10
cm-1 dengan menggunakan suatu alat yaitu spektrofotometer infra red. Metode ini
banyak digunakan pada laboratorium analisis industry dan laboratorium riset karena
dapat memberikan informasi yang berguna untuk analisis kualitatif dan kuantitatif,
serta membantu penerapan rumus bangun suatu senyawa. Teknik spektroskopi IR
digunakan untuk mengetahui gugus fungsional mengidentifikasi senyawa,
menentukan struktur molekul, mengetahui kemurnian dan mempelajari reaksi yang
sedang berjalan. Senyawa yang dianalisa berupa senyawa organik maupun anorganik.
Hampir semua senyawa dapat menyerap radiasi inframerah (Mudzakir, 2008).
Pada dasarnya Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) adalah
sama dengan Spektrofotometer Infra Reddispersi, yang membedakannya adalah
pengembangan pada sistim optiknya sebelum berkas sinar infra merah melewati
contoh. Dasar pemikiran dari Spektrofotometer Fourier Transform InfraRed adalah
dari persamaan gelombang yang dirumuskan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier

3
(1768-1830) seorang ahli matematika dari Perancis. Persamaannya adalah sebagai
berikut :

Dari deret Fourier tersebut intensitas gelombang dapat digambarkan sebagai


daerah waktu atau daerah frekwensi. Perubahan gambaran intensitas gelobang radiasi
elektromagnetik dari daerah waktu ke daerah frekwensi atau sebaliknya disebut
Transformasi Fourier (Fourier Transform). Selanjutnya pada sistim optik peralatan
instrumen Fourier Transform Infra Red dipakai dasar daerah waktu yang non
dispersif.
Radiasi infra red digolongkan atas tiga daerah, yaitu :
Tabel 1. Daerah spektrum inframerah

Dari pembagian daerah spektrum elektromagnetik di atas, daerah panjang


gelombang yang sering digunakan pada alat spektroskopi inframerah adalah pada
daerah inframerah pertengahan yaitu pada panjang gelombang 2,5-50 nm atau pada
bilangan gelombang 4000-200 cm-1. Daerah tersebut cocok untuk perubahan energi
vibrasi dalam molekul. Daerah inframerah yang jauh (400-10 cm-1) berguna untuk
molekul yang mengandung atom berat seperti senyawa anorganik tetapi lebih
memerlukan teknik khusus percobaan. Senyawa kimia tertentu (hasil sintesa atau
alami) mempunyai kemampuan menyerap radiasi elektromagnetik dalam daerah
spektrum inframerah. Absropsi radiasi IR pada material tertentu berkaitan dengan

4
fenomena bergetarnya molekul atau atom. Metode spektroskopi inframerah ini dapat
digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang belum diketahui, karena
spektrum yang dihasilkan spesifik untuk senyawa tersebut.
Keuntungan metode FT-IR:
 Dapat digunakan pada semua frekwensi dari sumber cahaya secara simultan
sehingga analisis dapat dilakukan lebih cepat daripada menggunakan cara
sekuensial atau pemindaian.
 Sensitifitas dari metoda Spektrofotometri Fourier Transform Infra Red lebih
besar daripada cara dispersi,sebab radiasi yang masuk ke sistim detektor lebih
banyak karena tanpa harus melalui celah.
Kelemahan metode FT-IR:
 Pada metode menggunakan FTIR masih memiliki kekurangan terutama
karena dalam metode FT-IR ini tidak bisa mengidentifikasi jenis dan
kandungan terhadap masing-masing komponen yang besifat asam lemak dari
suatu sampel secara pasti. Oleh sebab itu, hasil dari analisa FTIR juga perlu
ditunjang atau didukung oleh hasil analisa dari GC-MS dalam menentukan
komposisi asam lemak manakah yang paling dominan dari suatu sampel yang
diuji tersebut (Irwandi, j., 2003).

2.2 Prinsip Kerja FT-IR


Prinsip kerja spektroskopi FTIR adalah adanya interaksi energi dengan materi.
Misalkan dalam suatu percobaan berupa molekul senyawa kompleks yang ditembak
dengan energi dari sumber sinar yang akan menyebabkan molekul tersebut
mengalami vibrasi. Sumber sinar yang digunakan adalah keramik, yang apabila dialiri
arus listrik maka keramik ini dapat memancarkan infrared. Vibrasi dapat terjadi
karena energi yang berasal dari sinar infrared tidak cukup kuat untuk menyebabkan
terjadinya atomisasi ataupun eksitasi elektron pada molekul senyawa yang ditembak
dimana besarnya energi vibrasi tiap atom atau molekul berbeda tergantung pada

5
atom-atom dan kekuatan ikatan yang menghubungkannya sehingga dihasilkan
frekuaensi yang berbeda pula. FTIR interferogramnya menggunakan mecrosem dan
letak cerminnya (fixed mirror dan moving mirror) paralel. Spektroskopi inframerah
berfokus pada radiasi elektromagnetik pada rentang frekuensi 400 – 4000 cm-1 di
mana cm-1 disebut sebagai wavenumber (1/wavelength) yakni suatu ukuran unit
untuk frekuensi. Daerah panjang gelombang yang digunakan pada percobaan ini
adalah daerah inframerah pertengahan (4.000 – 200 cm-1 ).

2.3 Jenis Sampel


Sampel yang digunakan dalam analisis menggunakan spektrofotometer IR dapat berupa
sampel cair, gas dan padatan.
 Gas
Sampel berbentuk gas dimasukkan ke dalam sel gas, sel ini menghadap langsung pada berkas
sinar. Dalam bentuk yang dimodifikasi, cermin internal yang digunakan dapat memantulkan berkas
sinar berulang kali melalui sampel untuk menaikkan sensitivitas. Sejumlah kecil senyawa-senyawa
organik dapat ditentukan dalam bentuk gas, bahkan dalam sel-sel yang dipanaskan.
 Cairan
Sampel berbentuk cairan ditempatkan pada sel sebagai film yang tipis di antara
dua lapis NaCl yang transparan terhadap inframerah. Karena digunakan NaCl maka
setelah selesai harus segera dibersihkan dengan mencuci menggunakan pelarut-
pelarut seperti toluene, kloroform, dan sebagainya. NaCl harus dijaga tetap kering
dan selalu dipegang pada ujung-ujungnya. Untuk spektra di bawah 250 cm-1, maka
digunakan CsI, untuk sampel yang mengandung air dapat digunakan CaF2. Sampel
cairan dapat juga ditentukan dalam larutan.
 Padatan
Wujud sampel padat dapat bermacam-macam di antaranya kristal, amorf, serbuk, gel dan lain-
lain. Padatan juga dapat ditentukan dalam larutan tetapi spektra larutan mungkin memberikan
kenampakan yang berbeda dari spektra bentuk padat, karena gaya-gaya intermolekul akan berubah.

6
Bermacam metoda telah dikembangkan untuk penyediaan sampel padat hingga dapat langsung
diukur.
Ada beberapa cara yang umum untuk penyiapan sampel bentuk padatan :
 Pelet KBr, dibuat dengan menumbuk sampel (0,1–2,0%) dengan KBr kemudian
ditekan hingga diperoleh pellet KBr, campuran harus kering dan akan baik bila
penumbukan dilakukan dibawah lampu inframerah untuk mencegah terjadinya
kondensasi uap dari atmosfer yang akan memberikan serapan lebar pada 3500
cm-1.
 Mull atau pasta, dibuat dengan mencampursampel dengan setetes minyak, pasta
kemudian dilapiskan di antara dua keeping NaCl yang transparan. Bahan pasta
harus transparan terhadap inframerah, tetapi hal ini tidak pernah ada dan struktur
yang dihasilkan selalu menunjukkan serapan yang berasal dari bahan pasta
adalah parafin cair.
 Lapisan tipis padatan, dilapiskan pada keping-keping NaCl dengan cara meneteskan larutan
dalam pelarut yang mudah menguap pada permukaan kepingan NaCl dan dibiarkan hingga
pelarut menguap. Polimer-polimer berbagai lilin atau bahan-bahan lemak sering memberikan
hasil yang baik, tetapi ada juga yang membentuk kristal yang tajam hingga tidak memberikan
serapan.
 Larutan, sampel dilarutkan dalam pelarut seperti karbon tetraklorida, karbon disulfide atau
kloroform, dan spektrum dari larutan ini dicatat. Larutan (biasanya 1–5%) ditempatkan dalam
sel larutan yang terdiri dari bahan transparan. Sel yang kedua berisi pelarut murni yang
ditempatkan pada berkas sinar standari, sehingga serapan dari pelarut dapat dihilangkan dan
spektrum yang dicatat merupakan senyawanya sendiri. Meskipun demikian untuk meyakinkan
bahwa serapan dari pelarut tidak mengganggu spektrum dari sampel, maka sebaiknya perlu
dibuat spektrum dari pelarut yang digunakan untuk mengetahui serapan-serapan yang
diberikan.

7
2.4 Kegunaan dari Analisis FT-IR
Spektrofotometer FTIR merupakan alat yang dapat digunakan untuk
identifikasi senyawa, khususnya senyawa organik, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
a. Analisis kualitatif
 Analisis kualitatif dengan spektroskopi FTIR secara umum digunakan untuk
identifikasi gugus-gugus fungsional yang terdapat dalam suatu senyawa
yang dianalisis (Silverstein dan Bassler, 1998).
b. Analisis kuantitatif
 Analisis kuantitatif dengan spektroskopi FTIR secara umum digunakan
untuk menentukan konsentrasi analit dalam sampel. Analisis kuantitatif
dengan FTIR digunakan hukum Lambert Beer‟s.

8
BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan


a. Alat
- Alat pembuat pellet
- Mortar
- Spatel
- Spektroskopi FTIR
- Stamper
- Stopwacth
- Vacum
b. Bahan
- kalium bromide (Kbr) 200 mg
- Para- dimetilaminobenzaldehid (C9H11NO) 2 mg

3.2 Cara Kerja


a. Preparasi Sampel
 Semua peralatan disterilkan menggunakan etanol.
 Diambil sampel (Para- dimetilaminobenzaldehid) menggunakan
spatel sebanyak ± 2 mg kedalam mortar.
 Kemudian ditambahkan KBr sebanyak 200 mg kedalam mortar.
 Digerus menggunakan stamper sampai homogen.
 Dimasukkan kedalam alat pembuat pellet yang dibantu dengan
vacum yang memilik tekanan 80 atm selama 8 menit.
 Pellet yang sudah jadi dikeluarkan dari alat pembuat pellet dengan
hati- hati agar tidak retak dan hancur dan dimasukkan ke dalam
plastik klip (sampel pembanding).

9
 Pembuatan pellet diulangi kembali hingga di dapat sampel baru
yang akan diuji.

b. Pengujian dengan FTIR


 Diukur background pada sampel padat pengukuran dilakukan pada
alat dalam keadaan kosong.
 Dimasukkan sampel pellet pembanding ke dalam alat FTIR.
 Dilakukan pembacaan sampel sehingga menghasilkan spektrum.
 Diulangi perlakuan yang sama pada sampel pellet uji.
 Dibandingkan hasil spektrum antara sampel pellet pembanding
dengan sampel pellet uji.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.5 Data Pengamatan


a. Spektrum pellet uji (S1)

Tabel 2. Hasil analisis spektrum sampel S1


No Daerah Frekuensi (cm-1) Tipe senyawa Intensitas
1. 3315,25 Amina sekunder Lemah
2. 2903,46 C-H aldehid Lemah
3. 1660,04-1760 C=O aldehid Kuat
4. 1594,99 C=C aromatis Berubah-ubah
5. 1161,98-1230,86 C-O alkohol Kuat
6. 809,26 Substitusi para Kuat
7. 703,05 C-H aromatis Kuat

11
b. Spektrum pellet uji (S2)

Tabel 3. Hasil analisis spektrum sampel S2


No Daerah Frekuensi (cm-1) Tipe senyawa intensitas
1. 809 Para Kuat
2. 723 C-H alkena Berubah-ubah
3. 1369 C-H alkana Kuat
4. 1596 C=C aromatis Berubah-ubah
5. 2904 C-H aldehid Lemah
6. 1310 C-N amina Kuat
7. <500 Daerah sidik jari Berubah-ubah

12
2.6 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan di Pusat Studi Biofarmaka Tropika IPB.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara penggunaan dan cara kerja
Spektroskopi FT-IR serta cara pembuatan preparasi sampel untuk pengujian
spektroskopi FT-IR. FT-IR (Fourier Transform Infrared) yang berguna untuk
identifikasi senyawa organik karena spektrumnya yang sangat kompleks yang terdiri
dari banyak puncak-puncak dan untuk mendeteksi struktur molekul senyawa melalui
identifikasi gugus fungsi penyusun senyawa.Spektofotometer FTIR ini merupakan
suatu teknik yang didasarkan pada interaksi antara radiasi elektromagnetik dan
getaran yang natural dari ikatan kimia antara atom yang terbentuk.
Pada pengenalan alat, dikenalkan bahwa FTIR tidak boleh lembab maka dari itu
harus dikontrol dengan diletakkan silica gel agar hasil yang didapatkan akurat karna
tidak ada lagi udara lain yang masuk atau tidak ada udara dalam tempat pengukuran
sampel dengan mengcontrol udaranya, karena jika ada udara pada tempat pengukuran
sampel maka udara tersebut akan berinteraksi dengan sampel, sehingga pengukuran
yang dilakukan tidak akurat.
Pada preparasi, sampel yang digunakan untuk pengujian spektroskopi FT-IR
adalah Para- dimetilaminobenzaldehid sebanyak ± 2 mg dengan penambahan KBr
sebanyak 200 mg sebagai media tambahan. Digunakannya KBr (kalium Bromide)
karena KBr sendiri tidak memiliki gugus fungsi yang dapat terdeteksi oleh
spektroskopi FT-IR sehingga pada saat pengujian dengan spektoskopi FT-IR yang
terdeteksi hanya gugus fungsi yang dimiliki oleh sampel saja KBr juga memiliki sifat
kuat dan lebih membuat sediaan yang dibuat transpararan sehingga sediaan mudah di
analisis pada spektrokopi FTIR. Saat menggerus sampel dan KBr harus dihindari dari
O2 dan H2O dengan menahan nafas sebentar dan tidak berbicara agar KBr tidak
terurai karena KBr memiliki sifat higrokopis atau mengikat air, apa bila kita sering
berbicara maka strukturnya sendiri akan berubah. Setelah itu dilakukan press dengan
alat cetak pelet dan vacum agar menghilangan uap air karena di udara terdapat O2
dan H2O sehingga uap tidak terjerat pada KBr . Setelah terbentuk sebuah sediaan

13
pipih (pelet) bentuk yang pipih dan tipis bertujuan agar saat pengujian dengan
spektrofotometer FTIR lebih mudah dianalisis , sehingga apabila sediaan berbentuk
tebal atau terdapat retak di bagian tengah dapat megganggu analisis . Maka dari itu
kita memakai sample dan KBr hanya sedikit agar sediaan terbentuk dengan baik.
Pellet yang dihasilkan harus transparan dan tidak boleh retak dan harus berbentuk
bulat sempurna. Setelah didapat hasil pelet yang sesuai lalu diuji dengan spektrokopi
FT-IR
Berdasarkan data pengamatan sampel uji S1 dan S2 dapat diketahui beberapa
gugus fungsi yang terdeteksi, yaitu: C-H aromatis pada daerah 703,05 cm-1 dengan
intensitas kuat dan tajam, Substitusi para pada daerah 809,26 cm-1, C-H alkana pada
daerah 1369,87 cm-1 dengan intensitas sedang dan tajam, C=C aromatis pada daerah
1594,99 cm-1 dengan intensitas berubah-ubah, C=O aldehid pada daerah 1660,04 cm-
1
dengan intesitas kuat dan tajam, C-H aldehid pada daerah 2903,46 cm-1 dengan
intensitas sedang dan lemah, N-H amina sekunder pada daerah 3315,25 cm-1 dengan
intensitas sedang dan lemah dan juga terdapat Daerah sidik jari pada < 500 cm -1
dengan intensitas berubah-ubah yang menunjukkan spektra KBr dan bahwa KBr
dapat teranalisis pada daerah sidik jari namun tidak mengganggu analisis senyawa
paradimetilaminobenzaldehida.
Dari hasil sepktrum uji yang didapatkan pada kedua sampel uji, menunjukkan
bahwa sampel tersebut terbukti paradimetilaminobenzaldehida, karena terdapat gugus
metil yang terbentuk dari C-H alkana, gugus amina dari C-N, gugus benzen dari C=C
aromatis, gugus aldehid dari C=O dan C=H alkana dan didukung dengan adanya
substitusi para. Namun terdapat beberapa gugus fungsi yang berbeda dan nilai
transmittan yang sedikit berbeda serta pada sampel S2 memiliki puncak yang sedikit
lebih tajam pada titik 3000. Hal ini dapat dikarenakan pada saat proses pembuatan
preparasi sampel terlalu banyak suara.

14
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :


a. Fourier Transform Infrared (FT-IR) merupakan salah satu instrumen yang
menggunakan prinsip spektroskopi yang berguna untuk identifikasi senyawa
organik karena spektrumnya yang sangat kompleks yang terdiri dari banyak
puncak-puncak dan untuk mendeteksi struktur molekul senyawa melalui
identifikasi gugus fungsi penyusun senyawa.
b. Hasil sampel pellet uji tidak jauh berbeda dari hasil sampel pellet
pembanding.

15
DAFTAR PUSTAKA

Basset ,J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC

Budi, Esmar. 2011. Kaidah Difraksi Sinar X dalam Analisis Struktur Kristal KBr . Vol.

XI No. 1. Jurnal Fisika dan Aplikasinya. Jurusan Fisika. Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Jakarta.

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press

LF, Sultar. 2014. Laporan FTIR. https://id.scribd.com/doc/211146823/laporan-FTIR.


Diakses pada 24/11/2018 21.05 WIB

16
LAMPIRAN

a. Spektro FT-IR

b. Sampel c. Alat press

d.pellet

17

Вам также может понравиться