Вы находитесь на странице: 1из 27

ASUHAN KEPERAWATAN HYPOTHERMIA

Disusun Oleh :

Idatul Awaliyah 1411020078

Hendra Widiana 1411020079

Naila Fajriarti 1411020080

Munova Anjarwati 1411020081

Zak Ulyatu Fitroti 1411020082

Frenttyn Fristy I.P 1411020083

Rizki Dwi Ananda .Z. 1411020084

Tri Desiyanto N.A 1411020085

Avi Mugi Lestari 1411020086

Amalia Amrina Rahma 1411020087

Nanda Puspitasari 1411020088

Adityo Sony 1411020089

Latif Budi Setiawan 1411020090

Wahyono 1411020092

Bestantyo Abiyugo 1411020093

Widya Kartika Bella P 1411020094

Resling Yulion 1411020095

Mukti Nurhidayati 1411020096

Dimas Bagus Rosaldi 1411020097

Alfitriani 1411020098

Okta Fajar Silviana 1411020099


Alfian Indrianto 1411020100

Alfika Nindi Gunawan 1411020102

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2017
HYPOTHERMIA

A. DEFINISI

Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak normal (<36ºC) pada
pengukuran suhu melalui aksila, dimana suhu tubuh bayi baru lahir normal adalah
36,5ºC-37,5ºC (suhu aksila). Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena dapat
menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan
kegagalan fungsi jantung paru dan kematian (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia,2007).
Hipotermia (penurunan suhu tubuh) terjadi jika suhu inti kurang dari 35°C (95°F)
dan mungkin diklasifikasikan baik sebagai induksi atau tidak disengaja (kecelakaan).
Hiptermia sedang adalah antara 28°C sampai 33,5° (82°F - 92°F). Kehilangan panas
kemungkinan akibat sekunder terhadap konduksi, konveksi, radiasi, respirasi dan
evaporasi. Meskipun penurunan pada laju metabolisme yang berhubungan dengan
hipotermia menghasilkan derajat proteksi selular terhadap trauma iskemia, hipotermia
berkepanjangan dengan suhu dalam dibawah 30°C mempunyai keterkaitan dengan
peningkatan peka rangsangan miokardium, penurunan curah jantung, peningkatan masa
pembekuan, koagulasi intravaskuler diseminata, hipokalemia, dan asidosis metabolik
berat.
Hipotermia kecelakaan (penurunan suhu inti tak sengaja dibawah 35°C (95°F)
berkaitan dengan kondisi yang menurunkan produksi panas, meningkatkan kehilangan
panas, atau kerusakan termoregulasi. Hipotermia kecelakaan mungkin disebabkan oleh
pemajanan temperatur lingkungan yang rendah, takar lajak obat, dan penyakit tertentu,
seperti meksidema dan hipopituitaridisme. Pasien yang menjalani pembedahan mungkin
mengalami hipotermia sekunder terhadap anestesia umum atau infus kristaloid dingin dan
produk darah dalam jumlah yang besar. Pasien lansia tanpa memiliki faktor predisposisi
fisiologis hipotermia. Penuaan berkaitan dengan disfungsi otonomi, penurunan darah
perifer, penurunan pembentukan panas dengan menggigil, kehilangan massa otot dan
cadangan lemak, kerusakan termopersepsi dan penurunan metabolisme.

B. ETIOLOGI
Hipotermia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu :
1. Lingkungan; suhu dingin, berada di air yang dingin, terkena angin yang dingin
2. Trauma; trauma, imobilitas, dan luka bakar
3. Obat-obatan; alkohol dan/atau golongan sedatif (antidepresan, nikotin, opiate)
4. Neurologi; stroke, cedera sistem saraf pusat, dan gangguan kesadaran
5. Gangguan endokrin yang menyebabkan berkurangnya kemampuan produksi panas
tubuh; hipotiroidisme, hipoglikemia, anoreksia.
6. Penyakit sistemik; luka bakar, sepsis, infark miokard akut.

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Kulit adalah organ tubuh terbesar: membentuk 15 persen berat badan total.

Epidermis
Epidermis, lapisan luar, terutama terdiri dari epitel skuamosa bertingkat. Sel-sel yang
menyusunnya secara berkesinambungan dibentuk oleh lapisan germinal dalam epitel
silindris dan mendatar ketika didorong oleh sel-sel baru ke arah permukaan, tempat kulit
terkikis oleh gesekan. Lapisan luar mengandung keratin, protein bertanduk; hanya
sedikit darinya pada permukaan tubuh yang terpajan untuk terpakai dan terkikis, seperti
pada permukaan dalam lengan dan paha, dan lebih banyak pada permukaan ekstensor;
lapisan inni terutama tebal pada telapak kaki.
Pigmentasi kulit terutama akibat adanya melanin, pigmen hitam, pada lapisan dalam
epidermis. Makin banyak melanin, makin banyak warna kulit. Pigmentasi terutama
dikendalikan oleh hormone adrenal dan hipofisis. Pigmentasi meningkat akibat ultraviolet

Dermis
Dermia adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan fibrosan dan elastin. Lapisan
superficial menonjol ke dalam epidermis berupa sejumlah papila kecil. Lapisan yang
lebih dalam terletak pada jaringan subkutan dan fasia. Lapisan ini mengandung pembuluh
darah, pembuluh limfe, dan saraf.

Pembulu Darah
Pleksus kapiler terdapat di bawah epidermis, di bawah dermis, pada papila, dan di sekitar
kelenjar keringat dan sebasea dan folikel rambut. Terdapat cabang utama pembuluh darah
pada beberapa bagian dermis; di dalamnya, darah mengalir secara langsung dari arteriol
ke vena tanpa harus melewati kapiler.

Saraf
Kulit disuplai oleh saraf sensorik dan simpatis.

Ujung serat saraf sensorik dalam kulit terdapat dalam bentuk yang bervariasi:

a. Ujung saraf bebas


b. Fleksus saraf di sekitar folikel rambut,
c. Badan Meissner, struktur kecil berkapsul di sekitar ujung saraf pada papilla,
d. Badan Paccini, struktur berkapsul yang lebih besar terdapat di bagian dalam
dermis.

Saraf simpatis menginervasi arteriol, kelenjar keringat dan musculus erector pili.

Kuku

Kuku adalah epidermis bagian khusus epidermis yang mengalami keretinisasi. Matriks
kuku adalah daerah sel-sel germinal yang merupakan tempat tumbuhnya akar kuku.
Bantalan kuku di bawah adalah lapisan epidermis tipis. Pulpa jari di bawah bantalan kuku
dibentuk oleh jaringan ikat vaskular longgar.

Rambut
Rambut adalah pertumbuhan yang mengalami keretinisasi dari papila pada dasar folikel
rambut, yang merupakan tabung sempit yang berjalan dari permukaan kulit melalui
epidermis menuju dermis. Warna rambut ditentukan oleh jumlah melanin pada
permukaan luarnya; makin banyak melanin, makin gelap warna rambut.

Musculus erector pili adalah sekumpulan serat otot polos tipis yang satu melekat pada
ujung folikel rambut dan ujung lain melekat pada jaringan ikat lain pada dermis. Otot ini
diinervasi oleh saraf simpatis.

Kelenjar sebasea

Kelenjar sebasea terdapat pada kulit kecuali telapak tangan dan kaki.

Kelenjar sebasea adalah kelenjar kecil yang terdapat di antara folikel rambut dan
musculus erector pilinya.kelenjar ini membuka melalui saluran yang menuju sepertiga
atas folikel.

Sebum, produk kelenjar sebasea, adalah hasil degenerasi lemak sel-selnya. Produk ini
terperas keluar dari kelenjar dan masuk ke dalam folikel pada setiap kontraksi musculus
erector pili. Sebum melindungi dan melubrikasi kulit dan rambut.

KONTROL SUHU MELUI EVAPORASI AIR

Kehilangan panas yang paling penting adalah melalui evaporasi air dari permukaan kulit.
Air dan panasa hilang dari kulit dalam dua cara

PERSPIRASI YANG TIDAK DIRASAKAN

Skitar 240 ml air berdifusi melalui kulit setiap 24 jam. Disebut ‘tidak dirasakan’ karena
terasa atau terlihat. Difusi berlangsung secara berkesinambungan dan tidak banyak di
pengaruhi oleh lingkungan. Sekitar 140 kkal panas hilang melalui cara ini tiap 24 jam.

KERINGAT

Keringat mengandung natrium klorida,urea,dan asam laktat dalam larutan encer. Keringat
disekresi dari kelenjar keringat biasa, yang tersebar pada seluruh kulit. Disekresi sebagai
akibat dilatasi pembuluh darah kulit di bawah kontrol saraf hiptalamus, korteks serebri,
dari bagian lain sistem saraf pusat. Keringat meningkat dengan.

a. penigkatan suhu tubuh


b. keadaan emosional
c. latihan
d. pingsan,mual,muntal,gula darah rendah.

Pada keadaan panasa yang ekstrem,sampai 1,7 liter keringat (sama dengan 1000 kkal)
dapat hilang hilang dalam 1 jam, atau sampai 12 liter keringat (sama dengan 7000 kkal)
dalam 24 jam.

Panas hilang hanya bila keringat menguap. Bila diusap, tidak ada kehilangan panas,
hanya kehilangan carian tubuh.

KISARAN SUHU NORMAL

Suhu dipertahankan antar 36-37,5 C. Pada sebagian besar orang terdapat perubahan
harian antra suhu rendah pada pagi hari dan suhu tinggi pada malam hari, dengan suhu
minimum pada dini hari dan suhu maksimum pada sore hari. Pola bersifat karakteristik
untuk individu dan tidak bervariasi dengan musim. Pola ini tidak berubah bila seseorang
bekerja malam hari. Pada wanita terdapat variasi bulanan,suhu selama pertengahan awal
siklus menstruasi lebih rendah dari pada selama pertengahan kedua.terdapat peningkatan
mendadak sekitar 0,5 C pada saat ovulasi.

REGULASI SUHU

Suhu diregulasi oleh sistem saraf dan oleh sistem endokrim

SISTEM SARAF

(a) pendingin dan pemansan kulit merangsang ujung saraf yang sensitif terhadap suhu
dengan menghasilkan respon yang sesuai menggigil pada dingin, berkeringat pada
panas.
(b) hipotalamus dalam otak berespon terhadap suhu darah yang lewat di dalam
kapiler. Hipotalamus terdiri dari dua pusat untuk pengaturan panas. Yang satu
berespons terhadap peningkatan suhu dengan menyebabkan vasodilatasi dan
kehilangan panas.yang lain berespon terhadap penurunan suhu dengan
menyebabkan vasokontraksi dan aktivasi produksi panas lebih lanjut.melalui
koneksinya ke dalam otak, hiptalamus menerima rangsang dari talamus dan
melalui sistem saraf autonomn, mengubah aktivasi paru (paling baik terlihat pada
anjing yang terengah-engah bila panas), sekresi keringat, aktivasi kelenjar dan
otot.

SISTEM ENDOKRIN

Medulla adrenal : dingin meningkatkan sekresi adrenalin, yang merangsang metabolisme


dan dengan demikian meningkatkan produksi panas.

Kelenjar tiroid : dingin meningkatkan sekresi tiroksin, dengan meningkatkan


metabolisme dan produksi panas.

PAJANAN TERHADAP PANAS

Pajanan terhadap panas menghasikan:

Peningkatan aliran darah melalui kulit,

Peningktan produksi keringat.

PAJANAN TERHADAP DINGIN

Pajanan terhadap dingin menghasilkan:

Menggigil,

Vasokonstriksi sebagai akibat pendinginan darah yang melalui hiptalmus,

Berkurangnya darah yang melalui kulit, berkurangnya panas yang hilang, berkurangnya
keringat yang dihasilakan, meningkatnya sekresi adrenalin dan tiroksin.

Gambaran klinis

Demam adalah akibat :


a. infesi,
b. destruksi jaringan pada penyakit tertentu.

Demam merupakan akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu yang normal, mungkin
akibat pengaruh antigen dari leukosi pada mekanisme tersebut.

Demam bisaanya terjadi melalui tiga tahap :

i. serangan menggigil; menggigil berat disebut rigor. Pembuluh darah kulit


berkonstriksi dan kehilangan panas dikurangi sampai minimal.
ii. Suhu meningkat; pembuluh darah berdilatasi, kelenjar keringat biasanya tetap
tidak aktif, proses metabolik di tingkatkan dan terdapat produksi panas yang lebih
besar.
iii. Suhu turun, keilangan panas lebih besar dari pada produksi panas; keringat sangat
banyak.

“hipertermia (panas berlebihan) terjadi bila suhu udara lebih besar dari pada suhu kulit
dan bila terjadi kegagalan total mekanisme pengotrol panas. Heat stroke terjadi pada pria
yang bekerja di bawah kondisi yang sangat panas; terjadi hiperpireksi, dehidrasi, dan
kehilangan garam. Hipotermia adalah penurunan suhu yang berlebihan. Hal ini dapat
terjadi bila seseorang terpajan pada suhu yang sangat dingin, pakaian yang tidak adekuat
atau menderita defesiensi sekresi hormon tiroid. Hal ini dapat menyebabkan kematian
pada orang tua yang tinggal sendiri dengan panas dan makanan yang tidak adekuat.
Hipertermia dapat terjadi pada operasi tertentu oleh pendinginan darah atau kulit untuk
mengurangi proses metabolisme hingga minimum.

HIPOTALAMUS
Hipotalamus merupakan bagian kecil dari otak hewan vertebrata; pada manusia beratnya
sekitar empat gram dalam otak yang beratnya rata-rata 1.400 gram (49 ons). [Meskipun
ukurannya yang kecil, hipotalamus memainkan peran penting dalam angka yang luar
biasa dari kegiatan fungsional dan perilaku yang penting untuk kelangsungan hidup
sehari-hari hewan individu (atau orang) dan untuk melanjutkan kelangsungan hidup
spesies tersebut. Perannya keseluruhan adalah untuk mengumpulkan dan
mengintegrasikan berbagai macam informasi dari tubuh dan untuk mengatur saraf dan
endokrin tanggapan yang mempertahankan homeostasis (lingkungan internal yang
konstan). Melaksanakan tugas ini memerlukan koordinasi utama tunggal aktivitas sistem
saraf otonom dan sistem endokrin, dan pada akhirnya mempengaruhi beberapa perilaku
penting.

Dengan demikian metabolisme energi diatur oleh kontrol makan, minum, dan
pencernaan. Suhu tubuh dimonitor dan dijaga pada tingkat yang konstan (37-38 ° C
[98,6-100,4 ° F] pada manusia) oleh interaksi kompleks perilaku dan aktivitas di
beberapa sistem tubuh, dan perilaku reproduksi dikoordinasikan dengan regulasi endokrin
reproduksi organ. Tekanan darah dan komposisi plasma darah diatur oleh mekanisme
hipotalamus.

Lokasi / Anatomi

Hipotalamus adalah tipis (3-4 milimeter [0,118-0,157 inci] ketebalan) piring jaringan
saraf ditemukan di sepanjang kedua sisi ujung depan ventrikel ketiga (salah satu rongga
berisi cairan di dalam otak).

Terkubur di otak, dekat pusat rongga tengkorak, terletak tepat di bawah thalamus (pusat
penghubung untuk jalur sensorik dan motorik di otak). Hal ini hampir sepenuhnya
disembunyikan oleh belahan otak atasnya, meskipun ketika otak dihapus untuk studi,
hipotalamus terlihat di permukaan basal.

Hipotalamus memiliki struktural dan fungsional hubungan khusus dengan kelenjar


hipofisis, yang menggantung di bawahnya, yang melekat dengan batang tipis serabut
saraf. Informasi penting melewati sepanjang kedua serabut saraf dan pembuluh darah
batang ini.

Hipotalamus mendapat perdarahan dalam jumlah besar dari arteri-arteri kecil


percabangan dari Sirkulus Willis. Susunan arteri hipotalamus antar individu bervariasi
namun membentuk pola umum yang sama, yaitu membentuk
– Grup anterior, berasal dari arteri karotis interna, cerebral anterior, dan bagian posterior
arteri comunicans

– Grup intermedia, berasal dari bagian posterior arteri comunicans


– Grup posterior, berasal dari arteri serebral posterior, bagian posterior arteri comunicans,
dan arteri basilaris

Bagian infundibulum, eminensia media, dan terusan hipotalamus diperdarahi oleh arteri
hipofisial superior, cabang dari arteri carotis interna. Aliran darah ini selanjutnya akan
memasuki sistem portal hipotalamus-hipofisis yang memperdarahi hipofisis bagian
anterior. Aliran darah arteri ke hipotalamus selanjutnya dialirkann ke vena-vena kecil
yang bermuara ke vena cerebral anterior, vena basalis, atau vena cerebral basalis.

Hipofisis
Hipofisis atau kelenjar pituitari berukuran kira kira 1×1 cm, tebalnya sekitar 1/2 cm, dan
beratnya sekitar 1/2 gr pada pria, dan sedikit lebih besar pada wanita. Kelenjar ini terletak
di dalam lekukan tulang sphenoid yang disebut sella tursika, dibelakang kiasma optikum.
Hipofisis memiliki dua subdivisi, (1) adenohipofisis, pada bagian anterior, hasil
perkembangan dari evaginasi ektoderm dorsal atap faring embrionik (stomodeum), dan
(2) neurohipofisis, hasil perluasan diensefalon. Selanjutnya adenohipofisis dan
neurohipofisis menempel membentuk kelenjar tunggal. Secara topografis, kelenjar ini
merupakan salah satu yang paling dilindungi dan tidak terjangkau dalam tubuh. Hipofisis
dilapisi duramater dan dikelilingi oleh tulang kecuali pada bagian infundibulum
berhubungan dengan hipotalamus.
Hipofisis mendapat perdarahan dari arteri karotis interna. Arteri hipofisial superior
memperdarahi pars tuberalis, infundibulum, dan membentuk sistem pleksus kapiler
primer pada bagian eminensia media. Arteri hipofisial inferior terutama memperdarahi
lobus posterior walau memberi sedikit cabang ke lobus anterior. Aliran darah dari arteri
hipofisial lalu akan membentuk pleksus kapiler sekunder pada pars distalis dan berlanjut
ke vena portal hipofisial.

Sekressi hormon hipofisis diregulasi oleh hipotalamus. Hipotalamus sendiri mendapat


input dari berbagai area otak dan feedback dari kelenjar lain. Untuk mengatur kerja
hipofisis, hipotalamus akan melepaskan messenger ke pleksus kapiler primer eminensia
media, kemudian dialirkan ke pleksus kapiler sekunder pars distalis, disini hormon
meninggalkan kapiler, menyampaikan rangsang pada sel parenkim
Adrenal
Kelenjar adrenal atau suprarenal menempel pada kutub superior ginjal. kelenjar adrenal
kiri dan kanan tidak simetris pada sumbu tubuh, kelenjar adrenal sebelah kanan lebih
inferior, terletak tepat diatas ginjal, dan bentuknya lebih piramid shape. Sementara
kelenjar suprarenal kiri lebih inferior, lebih kearah batas medial ginjal kiri, dan bentuknya
lebih cressent shape. Masing-masing berukuran tebal sekitar 1 cm, lebar apex sekitar 2
cm, lebar basal sekitar 5 cm. beratnya antara 7-10 gr. Kelenjar ini dibagi menjadi (1)
bagian korteks yang mencakup 80-90% organ, terletak bagian luar, dan berwarna
kekuningan, dan (2) bagian medula yang terletak pada bagian dalam, berwarna gelap.
Keduanya memiliki fungsi endokrin, bagian korteks memproduksi kortikosteroid
(kortisol, kortikosteron) dari kolesterol, diregulasi ACTH. Bagian medulla memproduksi
epineprin dan norepineprin, diregulasi saraf simpatis

Kelenjar adrenal terletak retroperitoneal, dibungkus kapsul jaringan ikat dengan banyak
jaringan adiposa. Kapsul jaringan ikat tersebut membentuk septa ke arah parenkim yang
masuk bersama pembuluh darah dan saraf.

Kelenjar suprarenal merupakan salah satu organ yang paling kaya vaskularisasi. tiap
kelenjar mendapat perdarahan dari tiga arteri yang berbeda: (1) arteri phrenic inferior
yang akan membentuk arteri suprarenal superior, (2) aorta yang akan membentuk arteri
suprarenal medial, dan (3) arteri renalis yang akan membentuk arteri suprarenal inferior.
Cabang-cabang ketiga arteri tersebut membentuk pleksus subcapsular. Dari pleksus
tersebut muncul arteri kortikal pendek, selanjutnya membentuk sinusoid berpori, dan
bermuara ke pleksus vena suprarenal di medula. selanjutnya vena suprarenal kiri
bermuara ke vena renal kiri dan vena suprarenal kanan bermuara ke vena cava inferior.
selain arteri kortikal pendek, dari pleksus subcapsular, juga muncul arteri kortikal
panjang yang tidak bercabang. menembus korteks sampai medulla.

D. KLASIFIKASI

Tiga tingkatan hipotermia berdasarkan keparahannya dikenal dan ditetapkan menurut


suhu inti tubuh, yaitu:
a. Hipotermia ringan ( 35-32o C), awalnya dimulai dengan menggigil yang
parah, berhentinya aktivitas otot yang efektif, disorientasi, tidak tertarik
dengan lingkungan sekitar (apatis).
b. Hipotermia sedang (32-26o C), ketidakteraturan detak jantung dimulai pada
suhu 30o C dan hilangnya reflex kornea dibawah suhu 28o C.
c. Hipotermia berat, terjadi pada suhu 26o C ke bawah, dan dengan risiko tertinggi
fibrilasi ventrikular dibawah 27o C, dan pasien akan dengan tidak sadarkan diri
pada suhu suhu inti tubuh 18o C (Seabee Operational Medical and Dental
guide).
Klasifikasi Hipotermia
1. Hipotermi spintas.
Yaitu penurunan suhu tubuh1-2◦c sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal
kembali setelah bayi berumur 4-8 jam, bila suhu ruang di atur sebaik-baiknya.
Hipotermi sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia, resusitasi
lama, ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi segera di bungkus setelah
lahir terlalucepat di mandikan (kurang dari 4 -6 jam sesudah lahir).
2. Hipotermi akut.
Terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6-12 jam, terdapat pada
bayi dengan BBLR, diruang tempat bersalin yang dingin, incubator yang cukup
panas. Terapinya adalah: segeralah masukan bayi segera kedalam inkubataor yang
suhunya sudah menurut kebutuhan bayi dan dalam kaadaan telanjang supaya
dapat di awasi secara teliti. Gejala bayi lemah,gelisah, pernafasan dan bunyi
jantung lambat serta kedu kaki dingin.
3. Hipotermi sekunder
Penurunan suhu tubuh yang tidak di sebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin,
tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, syndrome gangguan nafas, penyakit jantung
bawaan yang berat,hipoksia dan hipoglikemi, BBLR. Pengobatan dengan
mengobati penyebab Misalnya: pemberian antibiotika,larutan glukosa, oksigen
dan sebagainya.
4. Cold injuri
Yaitu hipotermi yang timbul karena terlalu lama dalam ruang dingin(lebih dari 12
jam). Gejala: lemah, tidak mau minum, badan dingin, oligoria , suhu berkisar
sekitar 29,5◦c-35◦c, tidak banyak bergerak, oedema, serta kemerahan pada tangan,
kaki dan muka, seolah-olah dalam keadaan sehat, pengerasan jaringan sub kutis.
Pengobatan : memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotika, pemberian larutan
glukosa10% dan kastikastiroid.
· Aktifitas berkurang
· Suhu badan dibawah 36,5◦c
· Lemah
· Perabaan terhadap tubuhnya teraba dingin
· Telapak kaki dingin (ini merupakan pertanda bahwa
hipoterminya sudah berlngsung lama)
· Kaki, tangan dan badannya akan mengeras(sklerema)

E. BATASAN KARAKTERISTIK

a. Akrosianosis

b. Bradikardia

c. Dasar kuku sianotik

d. Hipertensi

e. Hipoglikemia

f. Hipoksia

g. Kulit dingin

h. Menggigil

i. Pengisian ulang kapiler lambat

j. Peningkatan konsumsi oksigen

k. Peningkatan laju metabolic

l. Penurunan kadar glukosa darah

m. Penurunan ventilasi
n. Piloereksi

o. Takikardia

p. Vasokontriksi perifer

F. PATOFISIOLOGI

Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah Hipothalamus, Hipothalamus ini dikenal
sebagai thermostat yang berada dibawah otak. Hipotalamus bertugas mempertahankan
suhu tubuh agar senantiasa konstan, berkisar pada suhu 37°C. Itu sebabnya, di mana pun
manusia berada, di kutub atau di padang pasir, suhu tubuh harus selalu diupayakan stabil,
sehingga manusia disebut sebagai makhluk yang mampu beradaptasi. Termostat
hipotalamus bekerja berdasarkan asupan dari ujung saraf dan suhu darah yang beredar di
tubuh. Di udara dingin hipotalamus akan membuat program agar tubuh tidak kedinginan,
dengan menaikkan set point alias menaikkan suhu tubuh. Caranya dengan mengerutkan
pembuluh darah, badan menggigil dan tampak pucat

Terdapat dua hipothalamus, yaitu:

-Hipothalamus anterior yang berfungsi mengatur pembuangan panas


-Hipothalamus posterior yang berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas

Hipotermi dapat di sebabkan oleh lingkungan, trauma, obat-obatan , neurologi, gangguan


endokrin, dan penyakit sistemik memberi sinyal dan diterima oleh reseptor pada kulit lalu
akan diteruskan ke dalam otak melalui jaras spinotalamikus (mekanismenya hampir sama
dengan sensasi nyeri). Ketika sinyal suhu sampai di tingkat medulla spinalis , sinyal akan
menjalar dalam traktus Lissauer beberapa segmen di atas atau di bawah, dan selanjutnya
akan berakhir terutama pada lamina I, II dan III radiks dorsalis, Setelah mengalami
percabangan melalui satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal suhu
selanjutnya akan dijalarkan ke serabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik
anterolateral sisi berlawanan, dan akan berakhir di tingkat reticular batang otak dan
komplek ventrobasal thalamus.

Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme homeostasis yang
membantu memproduksi panas melalui mekanisme feed back negatif untuk dapat
meningkatkan suhu tubuh ke arah normal (Tortora, 2000). Thermoreseptor di kulit dan
hipotalamus mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic dan pusat peningkata panas di
hipotalamus, serta sel neurosekretory hipotalamus yang menghasilkan hormon TRH
(Thyrotropin releasing hormon) sebagai tanggapan.hipotalamus menyalurkan impuls
syaraf dan mensekresi TRH, yang sebaliknya merangsang Thyrotroph di kelenjar
pituitary anterior untuk melepaskan TSH (Thyroid stimulating hormon). Impuls syaraf
dihipotalamus dan TSH kemudian mengaktifkan beberapa organ efektor. Berbagai organ
efektor akan berupaya untuk meningkatkan suhu tubuh untuk mencapai nilai normal,
diantaranya adalah :

Impuls syaraf dari pusat peningkatan panas merangsang syaraf sipatis yang menyebabkan
pembuluh darah kulit akan mengalami vasokonstriksi. Vasokonstriksi menurunkan aliran
darah hangat, sehingga perpindahan panas dari organ internal ke kulit. Melambatnya
kecepatan hilangnya panas menyebabkan temperatur tubuh internal meningkatkan reaksi
metabolic melanjutkan untuk produksi panas.

Impuls syaraf di nervus simpatis menyebabkan medulla adrenal merangsang pelepasan


epinephrine dan norepinephrine ke dalam darah. Hormon sebaliknya , menghasilkan
peningkatan metabolisme selular, dimana meningkatkan produksi panas.

Pusat peningkatan panas merangsang bagian otak yang meningkatkan tonus otot dan
memproduksi panas. Tonus otot meningkat, dan terjadi siklus yang berulang-ulang yang
disebut menggigil. Selama menggigil maksimum, produksi panas tubuh dapat meningkat
4x dari basal rate hanya dalam waktu beberapa menit

Kelenjar tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan lebih hormon tiroid
kedalam darah. Peningkatan kadar hormon tiroid secara perlahan-lahan meningkatkan
metabolisme rate, dan peningkatan suhu tubuh.
PHATWAYS HIPOTERMI
G. KOMPLIKASI

a. Disaritmia

Fibrilasi ventrikel kejadian umum pada suhu 28 ̊ - 30 ̊ C (82 ̊ - 86 ̊ F), dan sebagai
dampaknya pasien biasanya pasien dipertahankan pada keadaan hipotermia
dengan suhu 32 ̊ (89,6 ̊ F) sehingga masalah-masalah jantung dapat dihindari.
Defribrilasi pasien dengan suhu dibawah 28 ̊ - 30 ̊ C biasanya akan mengalami
kegagalan. Beberapa pasien yang mengalami disaritmia, hipotermia, secara
otomatis akan kembali pada irama sinus dengan suhu inti diatas 30 ̊ .

b. Efek Kumulatif Obat

Obat cenderung memiliki efek kumulatif pada pasien hipotermia. Penurunan


perfusi pada daerah penyuntikan danpenurunan aktifitas enzim menyebabkan
perlambatan reaksi kimia. Oleh karenanya rute intravena lebih banyak dipilih, dan
penyuntikan intramuskular dan subkutan harus dihindari, maka harus diberikan
dengan intramuskular dalam, dan kewaspadaan terhadap efek kumulatif harus
dipertahankan selama fase penghangatan kembali.

c. Nekrosis Lemak

Masalah potensial lain selama hipotermia adalah nekrosis lemak. Ini adalah
sebagai akibat dari pendinginan yang lama dan penurunan sirkulasi, yang
memungkinkan terbentuknya kristal-kristal pada elemen-elemen pada sel-sel,
mengarah pada nekrosis dan kematian sel. Tindakan keperawatan yang dapat
mengurangi nekrosis lemak meliputi mengubah posisi pasien secara teratur,
melakukan mesase kulit untuk meningkatkan sirkulasi dan menghindari
pemasangan pendinginan dalam waktu yang lama.

H. PENGKAJIAN DAN PENATALAKSANAAN

Penanganan dan hasil dari hipotermia dipengaruhi oleh lama dan jenis pemajanan, status
nutrisi, infeksi, cidera, usia, status kesehatan dan pengobatan atau ingesti intoksitan.

a. Fase Pendinginan

Untuk pasien yang sadar, penurunan suhu tubuh merupakan pengalaman yang
paling tidak menyenangkan. Penjelasan yang adekuat dan dukungan untuk pasien
dan keluarga merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan.

Pada pasien gemuk, derajat penurunan suhu yang lebih tinggi mungkin dialami
setelah pelepasan selimut pendingin. Untuk alasan ini, device pendinginan harus
dimatikan sebelum tingkat hipotermia yang diinginkan benar-benar dicapai. Suhu
tubuh harus dipantau dengan ketat untuk menentukan apakah kecenderungnnya
tetap menurun atau apakah terjadi peningkatan suhu, sehingga membutuhkan
selimut pendingin kembali.

Pemantauan suhu tubuh secara kontinue dapat dilakukan dengan pengguanaan


kateter termistor pilmonal, kateter termistor kandung kemih, dan probe rektal.

Pemantauan suhu intermiten dapat dilakukan dengan penggunaan probe esofagus,


timpani,atau rektal yang dikaitkan denga berbagai termometer listrik.

Untuk pengendalian infeksi, kenyamanan pasien, dan kemudahan pengguanaan,


dapat rektal, dan esofagus.

Teknik pengukuran akan mempengaruhi pembacaan suhu. Karena suhu inti


kurang terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal dan mencerminkan suhu utama
organ vital yang lebih akurat, maka pengukuran suhu inti ini dianjurkan untuk
pemantauan pasien hipotermia (koyak display 29-6).

Karena suhu kandung kemih dipengaruhi oleh haluaran urin, maka dianjurkan
bahwa haluaran urine harus dicatat bila meggunakan kateter termistor kandung
kemih untuk pemantauan suhu. Karena suhu arteri pulmonal dipengaruhi oleh gas
inspirasi, maka notasi gas-gas yang diinspirasi sangat dianjurkan.

Perawatan kulit menjadi sangat penting karena adanya dingin dan efek
sirkulasiya. Praktisi akan mengubah posisi pasien untuk menyingkirkan titik
tekanan, berhati-hati saat memindahkan selimut sehingga kontak dengan pasien
dengan device pendingin tetap terjaga.

Untuk mencegah embolisme sekunder terhadap hemokonsentrasi, tindaka


keperawatan seperti latihan ROM pasif dan penggantian posisi yang sering harus
dilakukan.

Untuk pasien neurologi yang sudah mengalami depresi sensorium, tindakan lain
untuk mengevaluasi perubahan tingkat respons pasien harus dilakukan seperti,
pengkajian gerakan yang bermaksud atau gerakan tidak bermaksud dalam
berespon terhadap stimuli dan tingkat stimuli nyeri untuk mendapatkan respos
tersebut.

b. Fase Hipotermia

Ketika pasien telah mencapai tingkat hipotermia yang diinginkan, tanda-tanda


vital juga akan menurun pada tingkat tertentu. Oleh karena itu perubahan tanda-
tanda vital harus dievaluasi pada pasien dengan status hipotermia ringan. Sebagai
cotoh : jika perawat merawat pasien neurologi yang diinginkan sampai 32 ̊ , dan
jika tanda-tanda vital telah turun seperti yang diharapkan normalnya, maka
peningkatan nadi, pernafasan, atau tekanan darah ke “tingkat normal” harus
diinterpretasikan dalam padangan status hipotermi. Apakah terdapat proses infeksi
? apakah terjadi perubahan status neurologi pasien ? apakah TIK meningkat ?
Jika pasien akan dipertahankan pada posisi hipotermi dalam waktu yang lama,
maka hal ini dapat dilakukan dalam beberapa cara. Pasien mungkin harus
diletakan dalam selimut pendingin secara periodik dan dikembalikan ketingkat
hipotermi yang diinginkan.

Tindakan keperawatan ini harus dilakukan dengan hati-hati, dengan tingkat


aktifitas minimal pada bagian pasien untuk mencegah peningkatan panas tubuh,
seperti saat melakukan latihan ROM pasif. Perawat harus memandikan pasien
dengan air dingin untuk menghindari peningkatan suhu.

Pencegahan masalah-masalah pulmonal pada pasien hipotermi tergantung


sebagian besar pada asuhan keperawatan. Perubahan posisi memungkinkan untuk
drainase postural, tindakan untuk meningkatkan ventilasi yang adekuat dan
suction untuk membuang akumulasi sekresi adalah sangat peting pada pasien ini.

c. Fase Penghangatan Kembali

Selama fase penghatan kembai, pasien harus dipantau dengan ketat terhadap
indikasi perlunya pendinginan kembali. Dengan status normotermik pasien yang
digunakan sebagai dasar, indikasi ini termasuk penurunan sensorium, peningkatan
nadi dan pernafasan lebih tinggi dari yang normalnya diharapkan pada proses
penghangatan dan penurunan tekanan darah.hal lain yang juga perlu dipantau
adalah efek kumulatif obat-obat yang telah diberikan sebelumnya.

Pentingnya interpretasi perubahan-perubahan klinis pasien dengan dasar fisiologi


memudahkan pendinginan menyeluruh dan kemudian pengahatan kembali tidak
saling tumpang tindih. Perawat harus mengantisipasi perubahan-perubahan dan
temuan-temuan yang berdasarkan pada kondisi patologi pasien serta variabel-
variabel lain yang dapat mengganggu temuan-temuan tersebut.

I. DIAGNOSA DAN MASALAH KOLABORASI

No Diagnosa Etiologi Problem


1. Hipotermia: yang kerusakan hipotalamus Hipotermi
berhubungan dengan
kerusakan hipotalamus
2. Penurunan curah jantung, perubahan frekuensi jantung Penurunan curah jantung
yang berhubungan dengan
perubahan frekuensi jantung
3. Gangguan rasa nyaman, gejala terkait penyakit Gangguan rasa nyaman
yang berhubungan dengan
gejala terkait penyakit
4. Risiko gangguan integritas Perubahan sirkulasi Risiko gangguan
kulit/jaringan, yang integritas kulit/jaringan
berhubungan dengan
perubahan sirkulasi
5. gangguan pertukaran gas: Ketidak seimbangan ventilasi Gangguan kerusakan
yang berhubungan dengan perfusi pertukaran gas
ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
6. Defisit Nutrisi berhubungan peningkatan kebutuhan Defisit Nutrisi
dengan peningkatan metabolisme
kebutuhan metabolisme

J. NOC NIC

DIAGNOSA KRITERIA HASIL/TUJUAN- INTERVENSI


KEPERAWATAN TUJUAN PASIEN KEPERAWATAN
Hipotermia: yang  Suhu terapeutik dapat 1. Pantau suhu dan EKG
berhubungan dengan dipertahankan secara terus menerus
2. Pertahankan metoda
kerusakan hipotalamus
penghangatan atau
pendinginan yang diresepkan.
3. Periksa pernapasan jika
digunakan slimut atas
4. Kaji tanda-tanda vital
5. Kaji efek kumulatif
obat.
6. Minimalkan aktivitas
pasien
7. Mandikan pasien
dengan air suamsuam atau air
dingin
8. Lakukan ROM
9. Ubah posisi pasien
secara teratur
10. Beri obat untuk
mencegah menggigil sesuai
yang dipesankan.

Penurunan curah jantung:  Perfusi sistemik yang 1. Pertahankan tingkat


berhubungan dengan frekuensi adekuat dapat dipertahankan hipotermik sekitar 23˚C
2. Pantau hemodinamik:
jantung
curah jantung/indeks jantung,
terutama selama
penghangatan kembali.
3. Pantau frekuensi dan
irama jantung
Gangguan rasa nyaman, yang  Rasa tidak nyaman dapat 1. Jelaskan tentang
berhubungan dengan gejala diminimalkan lingkungan sekitar
2. Biarkan pasien untuk
terkait penyakit
mengekspresikan dirinya
dengan bebas
3. Libatkan keluarga
dalam perawatan pasien
4. Ubah suhu tubuh
secara bertahap
5. Berikan sedative,
sesuai pesanan dokter
Risiko gangguan integritas  Integritas kulit dapat 1. Periksa warna kulit,
kulit/jaringan berhubungan dipertahankan suhu setiap 2 jam, prn.
2. Ubah posisi pasien
dengan perubahan sirkulasi
untuk menghilangkan titik
tekan.
3. Pertimbangkan
penggunaan tempat tidur
berisi udara untuk
mengurangi titik tekan pada
anggota gerak iksemi.
Resiko terhadap kerusakan  Ventilasi yang adekuat akan 1. Beringkan denagn
pertukaran gas: yang dipertahankan posisi yang dapat
berhubungan dengan meningkatkan drainase
ketidakseimbangan ventilasi postural
2. Suksion untuk
perfusi
membuang sekresi yang
terakumulasi
3. Kaji bunyi napas setiap
2 sampai 4 jam
4. Kaji GDA prn, untuk
keseimbangan asam basa
5. Evaluasi hasil/laporan
radiografi dada
6. Berikan suplemen
oksigen, sesuai indikasi
7. Pastikan saturasi O₂
dengan oksimetri
Defisit Nutrisi berhubungan  Nutrisi yang adekuat akan 1. Kaji nutrisi dan
dengan peningkatan dipertahankan hidrasi setiap 4 jam dan prn
2. Pertahankan akses IV
kebutuhan metabolisme
dan cairan
3. Berikan nutrisi melalui
hiperalimentasi atau selang
makan, sesuai pesanan.
4. Evaluasi kadar
elektrolit dan serum albumin
5. Evaluasi tes fungsi
hepar dan status ginjal
(BUN/kreatinin)
6. Kaji semua pengobatan
terhadap hepatotoksis atau
nefrotoksitas
7. Pantau eliminasi usus

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Gibson,Jhon. 2002. Fisiologi dan Anataomi Modern Untuk Perawat. Jakarta: EGC

Hudak.C.M dan Gallo.B.M.1996. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik ( Critical Care


Nursing : A Holistik Approach). Edisi VI. Volume II. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Journal of Endocrinology. (2005). Hypothalamic hormone a.k.a hypothalamic releasing


factors. Diambil pada 9 Oktober 2017 dari http://joe.endocrinology-
journals.org/cgi/content/full

Journal of Endocinology, (2005). Functional anatomy of hypothalamic homeostaticsystems.


Diambil pada 9 oktober 2017 dari http://www.endotxt.org/neuroendo/neurendo3b.html

Вам также может понравиться