Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering menyerang pria
maupun wanita dari berbagai usia dengan berbagai tampilan klinis dan episode.
ISK lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki karena uretra
perempuan lebih pendek dibandingkan laki-laki. ISK sering menyebabkan
morbiditas dan dapat secara signifikan menjadi mortalitas. Walaupun saluran
kemih normalnya bebas dari pertumbuhan bakteri, bakteri yang umumnya naik
dari rektum dapat menyebabkan terjadinya ISK. Ketika virulensi meningkat atau
pertahanan inang menurun, adanya inokulasi bakteri dan kolonisasi, maka infeksi
pada saluran kemih dapat terjadi.1,2
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
sering ditemukan di praktik umum, walaupun bermacam-macam antibiotika sudah
tersedia luas dipasaran. Di Amerika Serikat, Infeksi saluran kemih (ISK)
bertanggung jawab atas lebih dari 7 juta kunjungan dokter setiap tahunnya. Di
Amerika Serikat, ISK terhitung mencapai lebih dari 100.000 kunjungan rumah
sakit setiap tahunnya. Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-
35% semua perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya.2
Infeksi saluran kemih (ISK) tipe sederhana (uncomplicated tipe) jarang
dilaporkan menyebabkan insufisensi ginjal kronik (IGK) walaupun sering
mengalami ISK berulang. Sebaliknya ISK berkomplikasi (complicated type)
terutama terkait refluks vesikoureter sejak lahir sering menyebabkan insufisiensi
ginjal kronik (IGK) yang berakhir dengan gagal ginjal terminal (GGT).1
Untuk mendiagnosis infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri dalam
urin melalui biakan atau kultur dengan jumlah yang signifikan. Tingkat signifikan
jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100.000/ml urin. Pada pasien dengan
simptom ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih besar dari 100 ml
urin. Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp.,
Klebsiella sp., serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama infeksi saluran kemih
adalah Eschericia coli (sekitar 85%).2
1
Manifestasi klinis ISK sangat bervariasi dan tergantung pada umur, mulai
dengan asimtomatik hingga gejaa yang berat, sehingga ISK sering tidak terdeteksi
baik oleh tenaga medis maupun oleh orang tua. Kesalahan dalam menegakkan
diagnosis (underdiagnosis atau overdiagnosis) akan sangat merugikan. Diagnosa
dan tatalaksana ISK yang adekuat bertujuan untuk mencegah atau mengurangi
risiko terjadinya komplikasi jangka panjang seperti parut ginjal, hipertensi, dan
gagal ginjal kronik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
a. ginjal
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5
cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150
gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal
dibagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri
karena ada hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan
medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan
keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening,
saraf, dan ureter.
Ginjal (Ren)
Anatomi internal ginjal dari dalam keluar, renal pelvis, medulla dan korteks :
1. Renal pelvis merupakan ruang penampung yang besar yang menghubungkan
medula dengan ureter. Renal pelvis Memiliki percabangan yaitu kaliks mayor
4
dan kaliks minor. Masing-masing ginjal memiliki sekitar 2-3 kaliks mayor dan
8-18 kaliks minor
2. Medulla renalis merupakan bagian tengah ginjal, terdiri dari 8-18 piramida.
Bagian apeks dari piramida adalah papilla . Piramida terdiri dari tubulus dan
duktus kolektifus dari nefron. Tubulus pada piramida berperan dalam
reabsorpsi zat-zat yang terfiltrasi. Urin berjalan dari medulla ke kaliks minor,
kaliks mayor dan renal pelvis. Dari renal pelvis urin ke ureter dan masuk
kandung kemih. Satu ginjal memiliki kurang lebih 1 juta nefron.
3. Cortex renalis : paling luar dari ginjal terdiri dari area kortikal dan area
juxtamedullari. Mempunyai kapiler-kapiler menembus medula melalui piramid
membentuk renal kolum. Kolum terdiri dari tubulus ginjal yang mengalirkan
urin ke kalliks minor.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan
medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang
dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut
pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari
lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. (Syaifuddin, 2006).
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu
masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis
berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi
dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang
menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron
terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan
tubulus urinarius
b. Ureter
5
sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada
rongga pelvis.
Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah
pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke
arah luar dan dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih secara
serong (oblik). Cara masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena bila
kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan dan menutup ujung distal
ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang
mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
c. Vesika urinaria
Vesica urinaria terletak di belakang pubis di dalam cavitas pelvis.
Vesica urinaria berbentuk seperti pyramid. Apeks pyramid ini, arahnya ke
depan dan dari situ, terdapat suatu korda fibrosa, yaitu urakus yang berjalan ke
atas menuju umbilicus menjadi ligamentum umbilikale media. Basis
(permukaan posterior) vesica urinaria, berbentuk seperti segitiga. Pada pria,
vesikula seminalis terletak dipermukaan posterior luar vesica urinaria dan
dipisahkan oleh
vas deferens. Pada wanita, diantara rectum dan vesica urinaria, terdapat vagina.
Leher vesica urinaria, menyatu dengan prostat pada pria, dan pada wanita,
langsung melekat pada fasia pelvis.
6
Trigonum Vesicae Lieutaudi terdapat di bagian basis dari vesica
urinaria. Muara kedua ureter dan permulaan uretra berada pada sudut-sudut
trigonum yang berjarak antara sekitar 2cm. Orifisium uretra internum terletak
pada titik terendah vesica urinaria. Bagian-bagian dari vesica urinaria terdiri
dari:
1. Fundus
Yaitu bagian yang menghadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah
dari rektum oleh spatium retrovesikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus
deferent, vesika seminalis dan prostat.
2. Korpus
Yaitu bagian antara verteks dan fundus, bagian yang runcing kearah muka dan
berhubungan dengan ligamentum umbilikalis. Dinding kandung kemih terdiri
dari: Lapisan sebelah luar (Peritonium), tunika muskalaris (lapisan otot), tunika
sub mukosa, lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)
Bagian dalam dari vesica urinaria, terdiri dari, trigonum vescicae, uvula
vesicae (merupakan tonjolan orifisium uretra interna), dan rugae veicae (yang
terbentuk jika vesica urinaria kosong). Vesica urinaria terdiri dari lapisan-
lapisan otot. Lapisan otot ini terdiri dari 3 lapisan otot yangmembentuk
7
trabekula yang disebut otot detrusor. Detrusor menebal di leher kandung kemih
membentuk sfingter vesika.
8
Uretra pars prostatika, merupakan bagian terlebar. Uretra pars prostatika
ini, melintas hampir vertical sepanjang kelenjar prostat (sekitar 2cm atau
lebih).
Uretra pars prostatika terdapat pada sepanjang penis (15-16 cm). bagian
uretra ini, melintasi bulbus, korpus dan glans korpus spongiosum penis.
Bagian uretra ini memasuki bulbus pada permukaan atasnya dan berakhir dekat
di bagian bawah apeks glans, pada orifisium uretra eksternum, panjangnya
hanya1-2 cm.Uretra pars membranosa ini, berjalan melintasi diafragma urogenital.
Dibelakang bagian uretra ini, pada masing-masing sisi, terletak kelenjar
bulbouretral.Uretra pars membranosa ini, juga dikelilingi oleh sfingter uretra
eksterna.
Uretra pars prostatika terdapat pada sepanjang penis (15-16 cm). bagian
uretra ini, melintasi bulbus, korpus dan glans korpus spongiosum penis.
Bagian uretra ini memasuki bulbus pada permukaan atasnya dan berakhir
dekat di bagian bawah apeks glans, pada orifisium uretra eksternum.
9
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis berjalan
miringsedikit kearah atas,uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm)
dibanding uretra pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan
bermuara pada orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening).
Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali somatis,
namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi
reproduktif. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah
luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa
(lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina
(antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
10
FISIOLOGI
REFLEKS MIKSI 2
Jika waktu refleks miksi dimulai kurang sesuai untuk berkemih, maka
yang bersangkutan dapat dengan sengaja mencegah pengosongan kandung kemih
dengan mengencangkan sfingter eksternus dan diafragma pelvis. Impuls
eksitatorik volunter dari korteks serebri mengalahkan sinyal inhibitorik refleks
dari reseptor regang ke neuron-neuron motorik yang terlibat (keseimbangan relatif
PPE dan PPI) sehingga otot-otot ini tetap berkontraksidan tidak ada urin yang
keluar.
11
sinyal inhibitorik refleks ke neuron motorik sfingter eksternus menjadi
sedemikian kuat sehingga tidak dapat lagi diatasi oleh sinyal eksitatorik volunter
sehingga sfingter melemas dan kandung kemih secara tak terkontrol
mengosongkan isinya.
12
2.2 Definisi Infeksi Saluran Kemih (ISK)
2.3Epidemiologi
Infeksi saluran kemih (ISK) tergantung banyak faktor, seperti usia, gender,
prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan
struktur saluran kemih termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa bulan dan
lebih dari 65 tahun perempuan cenderung menderita ISK dibandingkan laki-laki.
Menurut National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse
13
sebanyak 8,3 juta kasus ISK dilaporkan setiap tahun.7 ISK berulang pada laki-laki
jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus). Prevalensi
bakteriuri asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama
periode sekolah (school girls) 1% meningkat menjadi 5% selama periode aktif
secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30% baik
laki-laki maupun perempuan bila disertai faktor predisposisi.1,5
Pada masa neonates, ISK lebih banyak terdapat pada bayi laki-laki (2,7%),
dengan pertambahan usia insiden ISK terbalik, yaitu pada masa sekolah, ISK pada
anak perempuan 3% sedangkan anak laki-laki 1,1%. Insiden ISK pada usia remaja
anak perempuan meningkat 3,3 sampai 5,8%. Bakteri uria asimptomatik pada
wanita usia 18-40 tahun adalah 5-6% dan angka itu meningkat menjadi 20% pada
wanita usia lanjut.
14
- Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus sp ISK
anak laki-laki berusia 5 tahun), Klebsiella spp, dan Stafilokokus dengan
koagulase negatif.
- Infeksi yang disebabkan Pseudomonas spp dan MO lainnya seperti
Stafilokokus jarang dijumpai, kecuali pasca kateterisasi.
15
Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan
Enterococci dan staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan
batu saluran kemih. Lelaki usia lanjut dengan hiperplasia prostat atau pada
pasien yang menggunakan kateter urin. Demikian juga dengan pseudomonas
aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih melalui jalur hematogen pada
kira-kira 25% pasein demam tifoid dapat diisolasi salmonella dalam urin.
Pada ISK kompleks, sering ditemukan kuman yang virulensinya rendah
seperti Pseudomonas golongan Streptokokus grup B, Stafilokokus aureus atau
epidermidis. Bila penyebabnya Proteus, perlu dicurigai kemungkinan batu
stuvit (magnesium-ammonium-fosfat) karena kuman Proteus menghasilkan
enzim urease yang memecah ureum menjadi amonium, sehingga pH urin
meningkat menjadi 8-8,5. Pada urin yang alkalis, beberapa elektrolit seperti
kalsium, magnesium, dan fosfat akan mudah mengendap.
16
- Urgensi dan frekuensi kemih
- Sensasi rasa yang tidak enak pada kandung kemih atau ketidaknyamanan
perut bagian bawah
- Nyeri panggul dan nyeri tekan costovertebral (dapat hadir pada sistitis
tetapi menunjukkan ISK atas)
- BAK berdarah
- Demam
- menggigil, dan tidak enak badan (dapat dicatat pada pasien dengan
sistitis, tetapi lebih sering dikaitkan dengan ISK atas)
17
2.5 Patofisiologi ISK
18
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh
yang rendah karena menderita sesuatu penyakit kronis atau pada pasien yang
mendapatkan pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul
akibat adanya fokus infeksi ditempat lain. Misalnya infeksi Staphilococcus
Aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di
tulang, kulit, endotel, atau tempat lain. Salmonella, pseudomonas, candida, dan
proteus sp termasuk jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebab secara hematogen.
Walaupun jarang terjadi penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi
ginjal yang berat, misal infeksi staphylococcus dapat menimbulkan abses pada
ginjal.11
2. Infeksi
Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadimelalui 4 tahapan,yaitu :
- Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
- Masuknya mikroorganisme kadalam buli-buli
- Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemuh
- Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal
19
b. Faktor agent (mikroorganisme)
Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di permukaannya.
Pili berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada
dipermukaan urotelium.
Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen,
menghasilkan toksin (hemolisin), dan menghasilkan enzim urease yang dapat
merubah suasana urin menjadi basa.
2.7 Diagnosis6
1) Gambaran klinis
Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi mulai dari tanpa
gejala hingga menunjukkan gejala yang sangat berat. Gejala yang sering
timbul ialah disuria, polakisuria, dan terdesak kencing yang biasanya terjadi
bersamaan, disertai nyeri suprapubik dan darah pelvis. Gejala klinis ISK
sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi, yaitu:
a. Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa nyeri supra
pubik, disuria, frekuensi, hematuri,nokturia dan urgensi.
b. Pada ISK bagian atas, dapat ditemukan gejala demam tinggi (38,5-
40,5ºC) disertai menggigil, kram, nyeri pinggang unilateral atau bilateral,
20
dapat juga berupa gejala intestinal berupa mual, muntah, diare atau nyeri
perut.
2) Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain:
1. Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter
penting ISK yaitu leukosit dan bakteri.
- Eritrosit
Ditemukan eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan
penanda bagi berbagai penyakit glomeruler maupun non-glomeruler.
Penyakit non-glomeruler seperti batu saluran kemih dan infeksi saluran
kemih.
21
- Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh
Stamn, bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak
disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit perlapangan pandang besar
pada urin yang disentrifus. Piuria (pus di dalam air kemih) yang ditemukan
pada tes esterase leukosit positif, dijumpai pada hampir keseluruhan
penderita ISK.13
2. Bakteriologis
- Mikroskopis
Pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa
diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumai satu
bakteri lapangan pandang minyak emersi. Pemeriksaan mikroskopis
dengan pembesaran 400x ditemukan bakteriuria >108 CFU per ml.
22
3. Tes Plat - celup (Dip - slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa
lempengan plastik bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya
dilapisi pembenihan padat khusus. Lempengan tersebut dicelupkan
kedalam urin pasien atau dengan digenangi urin. Penentua jumlah
kuman/ml dilakukan dengan menbandingkan pola pertumbuhan kuman
dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan kepadatan
koloni yang sesuai dengan jumlah antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap
ml urin yang diperiksa.1,6
b. Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada infeksi saluran kemih dimaksudkan untuk
mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor
predisposisi infeksi saluran kemih. Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos
abdomen, pielografi intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya,
misalnya ultrasonografi dan CT-Scan.1
c. Pemeriksaan kultur
Pemeriksaan kultur juga dijalankan, jika terdapat hasil positif bagi
pemeriksaan nitrit and esterase leukosit. Diambil sedikit urin dan digosok
pada medium biakan pada piring steril dan dibiarkan bakteria bertumbuh. Ini
akan membantu di dalam pengobatan dengan pemilihan obat antibiotika yang
sesuai bagi penderita. Tetapi jarang dilakukan bagi infeksi yang menjadi
kebiasaan.6
23
Bagi penderita wanita yang cukup gejala-gejala ISK dan ditemukan
tanda-tanda ISK, pemeriksaan mikroskopis masih diperlukan walaupun tes
esterase leukosit menunjukkan hasil yang negatif. Diagnosa infeksi saluran
kemih ditegakkan dengan menemukan jumlah bakteri lebih dari 100.000
koloni per milliliter urin.14 Tetapi, pada penderita dengan keluhan-keluhan
yang jelas jumlah ini bisa tersasar.15 Jika ditemukan 10,000 koloni per
milliliter urin juga diterima dengan pengambilan urin secara aspirasi
suprapubik.16
2.8 Penatalaksanaan1,6
Prinsip umum penatalaksanaan infeksi Saluran kemih adalah:
- Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang
sesuai.
- Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi
24
Antimikroba Dosis Interval
Sefepim 1 gram 12 jam
Siprofloksasin 400 mg 12 jam
Levofloksasin 500 mg 24 jam
Ofloksasin 400 mg 12 jam
Gentamisin (+ampisilin) 3-5 mg/kgBB 24 jam
1 mg/kgBB 8 jam
Ampisilin (+gentamicin) 1-2 gram 6 jam
Tikarsilin-klavulanat 3,2 gram 8 jam
Piperasilin-tazobaktam 3,375 gram 2-8 jam
Imipenem-silastarin 250-500 mg 6-8 jam
25
disebabkan oleh bakteri. Maraknya resistensi terhadap antibiotik dapat
menjadi suatu faktor penyulit dalam kesembuhan suatu penyakit, menurut
data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2000-2004 di
RSUD Dr. Soetomo Surabaya, dan RSUP Dr. Kariadi Semarang,
membuktikan bahwa sudah terdapat kuman multi-resisten antibiotik seperti
MRSA ( Methicillin Resistant Staphylococus aureus) dan bakteri penghasil
ESBL ( Extended Spectrum Beta Lactamases). Selain dari ditemukannya
bakteri yang resisten terhadap antibiotik, juga ditemukan sebanyak 30%
hingga 80% penggunaan antibiotik tidak berdasarkan indikasi.
Pada bidang urologi sendiri resistensi antibiotik banyak terjadi,
menurut data terbaru yang didapatkan dari uji kepekaan antibiotik dan pola
kuman yang berhasil dikumpulkan dari lima sentral yaitu RSUP Cipto
Mangunkusumo Jakarta, RSUP Hasan Sadikin Bandung, RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dan RSUP Sanglah Denpasar
yang berasal dari spesimen urin dan darah.
26
Tabel 8. Uji Sensitivitas anitibiotik RSUD Dr. Soetomo
Berdasarkan table di atas, didapatkan sensitivitas antibiotic yang
paling baik adalah 100% yaitu pada meropenem. Penggunaan antibiotic
penting dengan mengetahui pola kuman dan sensitivitas antibiotic yang harus
di sesuaikan dengan inikasi dari penggunaan antibiotic.
2. Infeksi saluran kemih (ISK) bawah
- Prinsip penatalaksanaan ISK bawah meliputi intake cairan yang
banyak, antibiotik yang adekuat, dan bila perlu terapi simtomatik untuk
alkanisasi urin:
o Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam
dengan antibiotika tunggal, seperti ampisilin 3 gram, trimetropin
200 mg.
o Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (leukosuria)
diperlukan terapi konvensional selama 5-10 hari.
o Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin tidak diperlukan
bila semua gejala hilang dan tanpa leukosuria.
27
- Disertai faktor predisposisi, terapi antimikroba yang intensif diikuti
dengan koreksis faktor risiko.
- Tanpa faktor predisposisi, terapi yang dapat dilakukan adalah asupan
cairan yang banyak, cuci setelah melakukan senggama diikuti dengan
terapi antimikroba dosis tunggal (misal trimetropim 200 mg).
- Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan.
28
c. Micturating cystogram
- Isotop scanning
29
emphysematous cystitis, pielonefritis yang terkait spesies kandida dan
infeksi Gram-negatif lainnya dapat dijumpai pada DM.
30
Pielonefritis emfisematosa disebabkan MO pembentuk gas seperti E.Coli,
Candida spp dan Klostiridium tidak jarang dijumpai pada DM . pembentukan gas
sangat intensif pada parenkim ginjal dan jaringan nekrosis disertai hematom yang
luas. Pielonefritis emfisematosa sering disertai syok septik dan nefropati akut
vasomotor (AVH). Abses perinefritik merupakan komplikasi ISK pada pasien
dengan DM (47%), nefrolitiasis (41%) dan obstruksi ureter (20%).
31
BAB III
PENUTUP
Sebagian besar ISK disebabkan oleh invasi bakteri Eschericia coli secara
asending ke saluran kemih. Patogenesis ISK dipengaruhi oleh patogenisitas
bakteri (perlekatan mukosa dan faktor virulensi), faktor tuan rumah (host) dan
bacterial entry.
ISK terbagi menjadi infeksi saluran kemih atas (pielonefritis akut dan
pielonefritis kronik) serta infeksi saluran kemih bawah (sistitis akut, sistitis
kronik, sindrom uretra akut, uretritis, epididimitis).
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Manaf, Asman. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Edisi VI. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. McKinley M, O’Loughlin FD. Human anatomy. 3rd Ed. New York:
McGraw-Hill; 2012. p. 818-34
3. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Yesdelita, Editor.
Human physiology: from cells to systems. 6th Ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2011. p. 596-7.
4. Penta Kurnia. Buku Guideline Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan
Genitalia Pria. Jakarta: Ikatan Ahli Urologi Indonesia. 2015
5. Bjerklund Johansen TE, et al. Prevalance of Hospital-Acquired Urinary
Tract Infection in Urology Departments. Eur Urol. 2007. 51 (4) : p. 1100-
11; discussion 1112.
6. Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitan
Indonesia. 2001.
7. Ranganathan Vasudevan. Urinary Tract Infection : An Overview of The
Infection and The Associated Risk Factors. 2014
8. Sukandar, E.Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2004. Hal:553-557
9. National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse, 2005.
Urinary Tract Infections in Adults.
10. Corwin EJ. Infeksi Saluran Kemih. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
11. Rani HAA, Soegondo S. Nasir AU et al. Panduan Pelayanan Medik-
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Edisi 2004.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu penyakit Dalam Fakultas Keedokteran
Universitas Indonesia. 2006.
12. Purnomp BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi 2. Jakrta: Sagung Seto. 2003.
13. Liza. Buku Saku Ilmu Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2006
33
14. Nguyen, H.T. Edisi 2004. Bacterial Infection of the Genitourinary Tract.
In: Tanagho, E.A., and McAninch, J.W., ed. Smith’s General Urology
th
16 edtion. The McGraw Hill companies. US of America: 203-227
15. Balentine, J.R, Stoppler, M.C. (ed), 2009. Urinary Tract Infections.
Available from:
http://www.emedicinehealth.com/urinary_tract_infections/article_em.htm#
Urinary%20Tract%20Infections%20Overview
16. Braga, L., Souza, M., Barbosa, A., Furtado, F., Campelo, P., Filho, A.,
2006. Diagnosis of spontaneous bacterial peritonitis in cirrhotic patients
in northeastern Brazil by use of rapid urine-screening test.
17. Howes, D.S., 2009. Urinary Tract Infection, Female. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/778670-overview
18. Mehnert-Kay, 2005. Diagnosis and Management of Uncomplicated
Urinary Tract Infections.
19. Smeltzer, Suzanne C. 2010, Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddrath. Jakarta: EGC
20. Sukandar, E. Infeksi (non spesifik dan spesifik) Saluran Kemih dan Ginjal.
Sukandar E. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung : Pusat Informasi Ilmiah
(PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD. 2006: 29-72.
21. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilis II Edisi VI. Jakarta : Interna Publishing
22. Ikatan Ahli Urologi Indonesia, 2015. Guideline Penatalaksanaan Infeksi
Saluran Kemih dan Genitalia Pria. Jakarta, Ikatan Ahli Urologi Indonesia.
34