Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Milton Kaspo Sagoya (102016029) Edward Anderson Nainggolan (102016160) Christina Sagita
Parinusa (102013090) Alberthina Sara Tirza (102013454) Teresa Berhitu (102016031) Maria
Oktaviani Soba (102016076) Farha Fadjrina (102016144) Nur Eka Parlina (102016226)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
Email : maria.2016fk076@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
Penyakit arteri perifer adalah masalah sirkulasi dimana penyempitan arteri yang terjadi
mengurangi aliran darah ke kaki. Ketika mengembangkan penyakit arteri perifer (PAD),
ekstrimitas anda – biasanya bagian kaki – tidak menerima aliran darah yang cukup untuk
memenuhi permintaan. Hal ini menyebabkan gejala nyeri kaki terutama ketika berjalan
(kaludikasio intermiten). Penyakit arteri perifer juga mungkin menjadi tanda akumulasi berlanjut
dari deposito lemak di arteri (aterosklerosis). Kondisi ini dapat mengurangi aliran darah ke
jantung dan otak, serta kaki.
Abstract
Peripheral artery disease is a circulatory problem in which narrowing of the arteries that occurs
reduces blood flow to the legs. When developing peripheral arterial disease (PAD), your
extremities - usually the legs - do not receive sufficient blood flow to meet the demand. This
causes symptoms of leg pain, especially when walking (intermittent kaludikasio). Peripheral
artery disease also may be a sign of continued accumulation of fatty deposits in the arteries
(atherosclerosis). This condition can reduce blood flow to the heart and brain, as well as the
legs.
Keywords: peripheral artery disease, blood, limbs.
Pendahuluan
Penyakit arteri perifer atau peripheral artery disease (PAD) merupakan suatu kondisi adanya lesi
yang menyebabkan aliran darah dalam arteri yang mensuplai darah ke ekstremitas menjadi
terbatas. Arteri yang paling sering terlibat adalah femoris dan popliteal pada ekstremitas bawah
dan brakiosefalika atau subklavia pada ekstremitas bawah. Stenosis arteri atau sumbatan karena
aterosklerosis, tromboembolism dan vaskulitis dapat menjadi penyebab PAD. Aterosklerosis
menjadi penyebab paling banyak dengan kejadiannya mencapai 4% populasi usia di atas 40
tahun, bahkan 15-20% pada usia lebih dari 70. Kondisi aterosklerosis tersebut terjadi
sebagaimana pada kasus penyakit arteri koroner begitu juga dengan faktor resiko majornya
seperti merokok, diabetes mellitus, dislipidemia dan hipertensi. Karena itulah, tidak heran jika
sekitar 40% penderita penyakit arteri perifer juga memiliki penyakit arteri koroner yang
signifikan juga. Penderita PAD memiliki resiko dua kali hingga lima kali lebih besar mengalami
kematian akibat kardiovaskular dibanding mereka yang tidak.
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan
serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis), keluarga pasien atau dalam keadaan
tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis). Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis
dilakukan dengan cara yang khas, yaitu berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar-
dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang
dikeluhkan oleh pasien. Berdasarkan anamnesis yang baik dokter akan menentukan beberapa hal
mengenai hal-hal berikut.1
1. Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien (kemungkinan
diagnosis)
2. Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya keluhan
pasien (diagnosis banding)
3. Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut (faktor
predisposisi dan faktor risiko)
4. Kemungkinan penyebab penyakit (kausa/etiologi)
5. Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan pasien (faktor
prognostik, termasuk upaya pengobatan)
6. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan untuk menentukan
diagnosisnya
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Differential diagnosis
Buerger disease. Buerger disease atau Tromboangitis Obliterans (TAO) merupakan penyakit
pembuluh darah nonaterosklerotik yang ditandai oleh fenomena oklusi pembuluh darah,
inflamasi segmental pembuluh darah arteri dan vena berukuran kecil dan sedang yang dapat
melibatkan ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah. Penyebabnya belum diketahui dengan
pasti, merokok merupakan faktor utama onset dan progresifitas penyakit ini. Penderita buerger
disease biasanya datang dengan keluhan yang sangat mirip dengan penyakit trombosis dan
radang pembuluh darah (vaskulitis) lain. Penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan akibat oklusi
pembuluh darah yang mengakibatkan gangren atau kerusakan jaringan sehingga perlu
diamputasi, oleh karena itu sangat diperlukan diagnosis dini dan akurat.5,6
Critical limb ischemic (CLI) adalah penyakit arteri perifer dimana penderita memiliki tipe
kronik iskemik. Penyakit perifer ini dapat dikatakan kronik limb iskemiik (CLI) bila pasien atau
penderita memiliki gejala lebih dari 2 minggu. Diagnosa CLI biasanya dikonfirmasi oleh ankle-
brachial-index (ABI), toe sistolik pressure atau transcutaneousoxygen tension. Ischemic rest pain
secara umumnya ankle pressure di bawah 50 mmHg atautoe pressure lebih kecil dari 30 mmHg.
ABI atau ankle brachial index adalah perbandingan tekanan darah sistolik arteri dorsalis pedis
dan tibialis posterior pada tungkai bawah denganarteri brachialis pada lengan menggunakan
Doppler yang telah divalidasi dibanding dengan angiografi dengan spesifitas 95% dan sensitifitas
hampir 100%. Beberapa ulserasi (pada tungkai) biasanya termasuk iskemik yang menjadi
penyebabnya, penyebab lain kemungkinan utama, neuropathic, gangguan vena, tetapi jika sulit
sembuh maka hal tersebut disebabkanseveritas dari PAD. Untuk pasien dengan ulserasi atau
gangrene, kehadiran CLI diusulkan dengan ankle pressure lebih rendah dari 70 mmHg atau toe
pressure kurang dari 50 mmHg. Gejala atau tanda klinis yang biasa ditimbulkan adalah
Pain(nyeri), Ulcer dan gangrene, kram, lebih sering timbul pada malam hari dan akan sakit bila
kaki terangkat (lebih tinggidari jantung).7
Gejala dari CLI :7
Nyeri atau mati rasa pada kaki atau jari.
Luka terbuka,infeksi kulit atau ulserasi yang tidak sembuh.
Gangrene kering pada tungkai.
Gout artritis. Gout artritis merupakan penyakit radang pada sendi yang menimbulkan rasa nyeri
sangat hebat, bengkak, hangat, kadang kemerahan dan sulit untuk digerakkan. Diakibatkan oleh
deposisi kristal monosodium urat (MSU) didalam sendi yang memicu peradangan. Keadaan ini
sangat berhubungan dengan peningkatan kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia), namun
orang yang mengalami hiperurisemia belum tentu menderita artritis gout. Peningkatan kadar
asam urat didalam darah seseorang berhubungan dengan 2 faktor yaitu produksi yang berlebihan
(overproduction) atau pengeluaran asam urat yang menurun (underexcretion) melalui ginjal atau
kombinasi keduanya. Gout dapat disebabkan karena penggunaan obat diuretik dalam jangka
waktu yang lama bagi penderita hipertensi, karena obat-obatan tertentu (termasuk aspirin), atau
mengkonsumsi makanan yang tinggi protein disebut purin yang menghasilkan monosodium urat
(MSU) ketika matabolisme. Gout biasanya muncul secara alami, namun satu dari tiga kasus
memiliki kecenderungan mewarisi: tubuh menghasilkan terlalu sedikit enzim yang dibutuhkan
untuk metabolisme monosodium urat (MSU), adanya gangguan pada fungsi ginjal yang dapat
mencegah pengeluaran serum MSU yang berlebih, dan tubuh memproduksi purin dalam jumlah
yang banyak. Serangan sering diakibatkan karena mengkonsumsi alkohol, obat salisilat, seperti
aspirin dan NSAIDs yang dapat menghambat pemulihan dengan merusak pengeluaran MSU dari
darah. Faktor resiko lainnya termasuk obesitas, lemak darah, kanker, obat kemoterapi, serta sel
sabit atau anemia hemolitik lainnya.8
Working diagnosis
Penyakit arteri perifer adalah semua penyakit yang terjadi pada pembuluh darah setelah keluar
dari jantung dan aorta. Penyakit ateri perifer meliputi arteri karotis, arteri renalis, arteri
mesenterika dan semua percabangan setelah melewati aortoiliaka, termasuk ekstremitas bawah
dan ekstremitas atas dan paling banyak di temukan di masyarakat adalah penyakit arteri
ekstremitas bawah yang paling sering. Penyebab terbanyak penyakit oklusi arteri pada usia di
atas 40 tahun adalah aterosklerosis dan mayoritas lower extremity.4
Etiologi
Dalam masyarakat keadaan ini hampir semua di sebabkan oleh oklusi arteri perifer adalah
adanya stenosis (penyempitan) pada arteri yang dapat disebabkan oleh reaksi atherosklerosis atau
reaksi inflamasi pembuluh darah yang menyebabkan lumen menyempit. Faktor resiko dari
penyakit oklusi arteri perifer yaitu merokok, diet tinggi lemak atau kolesterol, stress, riwayat
penyakit jantung, serangan jantung, atau stroke obesitas, diabetes. Selain itu, resiko penyakit
arteri perifer meningkat seiring bertambahnya usia.9
Epidemiologi
Individu berusia >40 tahun memiliki resiko menderita penyakit arteri perifer sebesar 4,3%,
dibandingkan dengan individu berusia > 70 tahun yang memiliki resiko sebesar 14,5%. Sebuah
penelitian yang dilakukan pada tujuh negara asia termasuk Indonesia terhadap pasien diabetes
mellitus tipe 2, didapatkan penyakit arteri perifer pada 17,7% populasi.3 Saat ini, diperkirakan
lebih dari 202 juta orang di dunia menderita PAP. Prevalensi PAP di Indonesia adalah 9,7%.
Hasil ini didapatkan dari penelitian AGATHA oleh American Society of Cardiology tahun 2006,
dimana Indonesia ikut disertakan sebagai subyek penelitian diantara 24 negara. Data prevalensi
PAP lainya didapat dari sebuah penelitian multi negara oleh PAD-SEARCH, dimana Indonesia
juga menjadi salah satu subjek penelitian. Setiap satu juta orang Indonesia, 13.807 diantaranya
menderita PAP.9
Patofisiologi
PAD merupakan proses sistemik yang berpengaruh terhadap sirkulasi arteri multipel yang
disebabkan oleh karena adanya aterosklerosis, penyakit degeneratif, kelainan displasia, inflamasi
vaskuler (arteritis), trombosis in situ, dan tromboemboli. Dari sekian proses patofisiologi yang
mungkin terjadi, penyebab utama PAD yang paling banyak di dunia adalah aterosklerosis.
Aterosklerosis biasanya didahului oleh adanya disfungsi endotel. Endotelium sehat, normalnya
berfungsi untuk mempertahankan homeostasis pembuluh darah dengan menghambat kontraksi
sel otot polos, proliferasi tunika intima, trombosis, dan adhesi monosit. Endotel memiliki
peranan penting dalam meregulasi proses inflamasi dalam pembuluh darah yang normal, yakni
menyediakan permukaan antitrombotik yang menghambat agregasi platelet dan memfasilitasi
aliran darah. Endothelium normal mengatur proses trombosis melalui pelepasan oksida nitrat,
yakni NO, yang menghambat aktivasi trombosit, adhesi, dan agregasi, serta mediator lain dengan
kegiatan antitrombotik. Disfungsi endotel berhubungan dengan sebagian besar faktor risiko
penyakit kardiovaskular, yang terkait dengan terjadinya mekanisme sentral pembentukan lesi
aterosklerotik. Penurunan kemampuan endotel untuk bervasodilatasi juga dikaitkan dengan
faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular. Zat yang diperdebatkan sebagai zat paling penting
yang berperan dalam proses relaksasi pembuluh darah adalah Nitrat Oksida (NO). NO tidak
hanya terlibat dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, tetapi juga memediasi penghambatan
aktivasi trombosit, adhesi, dan agregasi; mencegah proliferasi otot polos pembuluh darah; dan
mencegah adhesi leukosit pada endotel. Aktivitas biologis NO ternyata terganggu pada pasien
dengan penyakit vaskular aterosklerotik koroner dan pembuluh darah perifer.3
Tabel klasifikasi.3
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) membagi alur diagnosis DM menjadi dua
bagian besar berdasarkan ada tidaknya gejala khas DM. Gejala khas DM terdiri dari poliuria,
polidipsia, polifagia, dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala yang
tidak khas diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi
ereksi (pria), dan pruritus vulva (wanita). Apabila ditemukan satu kali saja gejala khas DM, maka
pemeriksaan glukosa darah abnormal dalam satu kali saja sudah cukup digunakan untuk
menegakkan diagnosis, namun apabila tidak ditemukan gejala khas DM, maka yang diperlukan
adalah dengan melakukan dua kali pemeriksaan glukosa darah abnormal.3
Manifestasi klinis
Tanda gejala utama adalah nyeri pada area yang mengalami penyempitan pembuluh darah. Tanda
gejala awal adalah nyeri (klaudikasi) dan sensasi lelah pada otot yang terpengaruh. Karena pada
umumnya penyakit ini terjadi pada kaki maka sensasi terasa saat berjalan. Gejala mungkin
menghilang saat beristirahat. Saat penyakit bertambah buruk gejala mungkin terjadi saat
aktivitas fisik ringan bahkan setiap saat meskipun beristirahat. Pada tahap yang parah kaki dan
tungkai akan menjadi dingin dan kebas. Kulit akan menjadi kering dan bersisik bahkan saat
terkena luka kecil dapat terjadi ulcer karena tanpa suplai darah yang baik maka proses
penyembuhan luka tidak akan berjalan dengan baik. Pada fase yang paling parah saat pembuluh
darah tersumbat akan dapat terbentuk gangren pada area yang kekurangan suplai darah. Pada
beberapa kasus penyakit vaskular perifer terjadi secara mendadak hal ini terjadi saat ada emboli
yang menyumbat pembuluh darah. Pasien akan mengalami nyeri yang tajam diikuti hilangnya
sensasi di area yang kekurangan suplai darah. Tungkai akan menjadi dingin dan kebas serta
terjadi perubahan warna menjadi kebiruan.4
Tatalaksana
Terapi Fisik. Umumnya latihan dilakukan 3 kali seminggu selama 3 bulan dengan durasi 20-60
menit. Dilakukan secara progresif dan berkelanjutan. Dengan latihan fisik diharapkan adanya
peningkatan aliran darah kolateral, perbaikan fungsi vasodilator endotel, respon inflamasi,
metabolisme musculoskeletal dan oksigenasi jaringan dan perbaikan viskositas darah.3
Terapi Farmakologi. Obat yang paling banyak terbukti adalah Citostazol 100 mg 3kali/hari dan
Naftrigrofuryl 600 mg/hari. Obat terbukti dapat menurunkan gejala kalau dikasih seperti
Pentoxifyllin (1,2 gram/hari), Carnitine, Buflamedil, obat penurun lipid dan antiplatelet.3
Terapi Endovaskular. Teknologi balon perifer yang bersalut obat telah banyak dikembangkan
walau masih memerlukan penelitian lanjutan. Beberapa kasus, teknik endovascular dapat
melakukan implantasi stent perifer. Tujuan utama prosedur pemasangan stent adalah untuk
meningkatkan patensi jangka panjang atau meningkatkan hasil primer tindakan endovascular
yang kurang memuaskan seperti stenosis residual ataurekoil. Pemasangan stent diupayakan
menjauhi daerah lipatan seperti lutut dan segmen-segmen yang nantinya potensial dapat
digunakan untuk lokasi bypass bila tindakan operasi diperlukan.3
Terapi bedah vascular. Metode paling umum adalah dengan bypass. Material yang digunakan
dapat berupa graft autolog, protetik ataupun autolog. Pasien dengan gangren yang tidak dapat
dikembalikan, amputasi merupakan pilihan yang terakhir.3
Prognosis
Analisis tabel kehidupan menunjukkan bahwa pasien dengan klaudikasio mempunyai tingkat
daya tahan hidup 5 tahun sebanyak 70% dan 10 tahun sebanyak 50%, kurang lebih 70% pasien
non diabetes yang datang dengan keluhan klaudikasio ringan sampai sedang tetap stabil secara
simtomatik. Prognosis buruk pada pasien yang tetap merokok atau menderita diabetes melitus.3
Pencegahan
Modifikasi gaya hidup fokus pada penghentian merokok, olahraga teratur 30 menit/hari,
normalisasi indeks massa tubuh (≤23kg/m2) dan diet mediteranian. Terapi farmakologis dapat
ditambahkan untuk mengontrol tekanan daah dan mengontrol kolesterol.3
Kesimpulan
Pasien laki-laki 50 tahun ini menderita PAD (peripher arterial disease) yaitu penyakit yang
berpunca dari masalah sirkulasi umum di mana arteri menyempit mengurangi aliran darah ke
kaki. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti merokok, diabetes melitus, hipertensi,
serta faktor usia yang juga berpengaruh. PAD dapat menimbulkan gejala seperti sensasi lelah
pada otot yang terpengaruh karena pada umumnya penyakit ini terjadi pada kaki maka sensasi
terasa saat berjalan dan biasanya menghilang saat pasien istirahat. Pasien diterapi dengan
melakukan modifikasi faktor resiko untuk mencegah terjadinya perburukan serta potensi
kejadian kardiovaskular yaitu dengan cara berhenti merokok, menurunkan kadar lipid, serta
mengontrol hipertensi dan gula darahnya.
Daftar pustaka
1. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta : EGC; 2009.
2. Gleadle, Jonathan. Pengambilan anamnesis. Dalam : At a glance anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2007.
3. Sudoyo AW, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK, Siti S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid
2. Edisi 6. Jakarta: Internal Publishing; 2014.
4. Hanafi M. Penyakit pembuluh darah perifer . In: Rilantono LI, Baraas F, Karo SK,eds. Buku
Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2003.
5. Utama H : Buerger Disease. RSUD Arjawinagun Cirebon, 2010.
6. Nurtamin T. Penyakit Buerger. Diunduh dari
http://www.kalbemed.com/Portals/6/10_221Penyakit%20Buerger.pdf . Pada, Sabtu 22
September 2018 pukul 20.29 WIB.
7. Husin W, Hudaja O, Kristianto Y. Oklusi Arteri Perifer pada Ekstrimitas Inferior. 2006. JKM
6(1): 40-53.
8. Artritis gout dan asam urat. Di unduh dari http://www.reumatologi.or.id/var/berita/Gout
%20Artritis.pdf . Pada, Sabtu 22 September 2018 pukul 21.48 WIB.
9. The Merck Manual Of Diagnosis And Therapy - 19th Ed. 2011.