Вы находитесь на странице: 1из 3

PENATALAKSANAAN GIGITAN ULAR

Sebelum penderita dibawa ke fasilitas kesehatan:


1. Penderita diistirahatkan dalam posisi horizontal terhadap luka gigitan

2. Jangan memanipulasi daerah gigitan

3. Penderita dilarang berjalan dan dilarang minum minuman yang mengandung
alkohol
4. Apabila gejala timbul secara cepat, sementara belum tersedia antibisa, ikat
daerah proksimal dan distal dari gigitan. Tindakan mengikat ini kurang
berguna jika dilakukan lebih dari 30 menit pasca gigitan. Tujuan ikatan
adalah untuk menahan aliran limfe, bukan menahan aliran vena atau arteri.

Setelah penderita tiba di fasilitas kesehatan:


1. Penatalaksanaan jalan napas
dan fungsi pemapasan
2. Penatalaksanaan sirkulasi: beri infus cairan knstaloid
3. Beri pertolongan pertama pada luka gigitan : verban ketat dan luas di atas
luka, imobilisasi (dengan bidai)
4. Ambil 5-10 ml darah untuk pemeriksaan: waktu protrombin, APTT, D-Dimer,
fibrinogen dan Hb, leukosit, trombosit, kreatinin, urea N, elektrolit (terutama
K), CK. Periksa waktu pembekuan, jika >10 menit, menunjukkan
kemungkinan adanya koagulopati

5. Apus tempat gigitan dengan venom detection
6. Beri SABU (Serum Anti Bisa Ular, serum kuda yang dikebalkan) polivalen
1ml berisi :
 10-50 LD50 bisa Ankystrodon
 25-50 LDSO bisa Bungarus
 25-50 LD50 bisa Naya Sputarix
 Feno1 0.25% v/v

Pedoman terapi SABU Teknik pemberian:


 2 vial @5 ml intra vena
Derajat Tindakan dalam 500 ml NaCl
0 dan 1 tidak diperlukan SABU; evaluasi 0,9% atau Dextrose 5%
dalam 12jam, jika derajat meningkat dengan kecepatan 40-80
maka diberikan SABU tetes/ menit. Maksimal
2 3-4 vial SABU
 100 ml (20 vial).
3 5-15 vial SABU  Infiltrasi lokal pada luka
4 Berikan penambahan 6-8 vial SABU tidak dianjurkan.

Jika gatal atau timbul urtikaria, gelisah, demam, batuk atau kesulitan bernapas,
hentikan pemberian antibisa dan berikan epinefrin 0.01 ml/kg larutan 1/1000 atau
0.1 ml/kg 1/10.000 SK. Difenhidramin 1.25 mg/kgBB/kali IM, bisa diberikan
sampai 4 kali perhari (maksimal 50 mg/kali atau 300 mg/hari).
Referensi
1. Djunaedi D. Penatalaksanaan Gigitan Ular Berbisa. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi 8. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2008. Hal 280-283.
2. Guidelines for the Clinical Management of Snakes bites in the South-East
Asia Region, World Health Organization, 2005.
PENATALAKSANAAN RABIES

Sebelum dibawa ke fasilitas kesehatan:


1. Luka bekas gigitan segera dibersihkan dengan sabun/deterjen lalu bilas
dengan air bersih mengalir selama 5-10 menit
2. Keringkan luka dengan kain bersih, lalu berikan antiseptik betadin/alkohol
70%.
3. Segera bawa ke puskesmas/rabies center/RS

Penanganan di fasilitas kesehatan:


1. Ulangi membersihkan luka bekas gigitan dengan sabun/deterjen lalu bilas
dengan air bersih mengalir selama 5-10 menit, keringkan dan beri antiseptik
2. Eksplorasi luka dan bersihkan dengan NaCl 0,9% atau H2O2 3%,
3. Hecting situasi jika perlu

Hewan penggigit tidak bisa Hewan penggigit dapat ditangkap &


ditangkap atau mati diobservasi 10-14 hari

Luka risiko Luka risiko Luka risiko Luka risiko


tinggi rendah tinggi rendah

Segera beri Segera beri Segera beri Segera beri


VAR & SAR VAR VAR & SAR VAR

Jika tidak
diperiksa, Spesimen otak Hewan Hewan Hewan
lanjutkan VAR dapat diperiksa sehat mati sehat

Stop Beri/ Tidak


Positif Negatif VAR lanjutkan di
Lanjutkan VAR Stop VAR VAR VAR

DOSIS VAR Spesimen otak


0,5ml IM (deltoid) pada hari ke-0 dapat diperiksa
(2x), hari ke-7 (1x), hari ke-14 (1x)

Positif Negatif
Lanjutkan VAR Stop VAR
DOSIS SAR
 Serum heterolog 40 IU/kgBB Referensi
1. Subdit penanggulangan
 Serum homolog 20 IU/kgBB
zoonosis, DIT PPBD, DITJEN
 Suntikkan infiltrasi sekitar luka
PP&PL KEMENKES RI 2011
sebanyak mungkin & sisanya IM
2. WHO. Guide for post-exposure
pada hari ke-0 bersamaan dengan
prophylaxis. [tersedia di
VAR
http://www.who.int/rabies/huma
 Lakukan skin test terlebih dahulu n/postexp/en/]
PENATALAKSANAAN TETANUS
 Oksigen, pernapasan buatan dan trakeostomi bila perlu. Pengawasan, agar
tidak ada hambatan fungsi respirasi.
 Lakukan debridemen dan eksisi luka

Eradikasi Clostridium tetani Bila kejang


 Prokain penisilin 1,2 juta unit  Diazepam 0,5 mg /kgBB /kali IV
IM/IV setiap 6 jam selama 10 perlahan (dosis optimum 10mg /kali)
hari. atau diulang setiap kejang.
 Tetrasiklin, 500 mg PO/IV  Dilanjutkan Diazepam PO (sonde
setiap 6 jam selama 10 hari lambung) 0,5mg /kgBB/kali sehari
(alergi penisilin) diberikan 6 kali. Maks 240 mg/hari.

Profilaksis Tetanus
Riwayat Luka minor, bersih Luka lain
Imunisasi TT Tig/ATS TT Tig/ATS
Tetanus
Tidak Ya Tidak Ya Ya
diketahui / <3
dosis
Lengkap, ≥3 Ya jika dosis Tidak Ya jika dosis Tidak
dosis terakhir >10 tahun terakhir >5 tahun
 Pemberian Tetano Immunoglobulin (Tig) dengan dosis 3000-6000 Unit
IM gluteus. Jika tidak tersedia maka dapat digunakan antitoksin tetanus
(ATS) 50.000 IU secara IM diikuti dengan 50.000 unit dengan infus IV
lambat. Lakukan skin test untuk ATS terlebih dahulu.
 Jika pembedahan eksisi luka memungkinkan, sebagian antitoksin dapat
disuntikkan di sekitar luka.
 Tetanus Toksoid (TT) 0,5 ml IM dalam 24 jam, dilakukan pada sisi
yang berbeda dengan antitoksin. Dilanjutkan sampai imunisasi dasar
terhadap tetanus selesai.

Bila ada komplikasi:  Rawat di ruang isolasi yang redup dan
 Tetrasiklin: 30-50 mg/kgBB/hari hindari rangsang luar seperti suara.
dalam 4 dosis.  Mengatur keseimbangan cairan dan
 Eritromisin: 50 mg/kgBB/hari elektrolit.
dalam 4 dosis, selama 10 hari.  Diet cukup kalori dan protein 3500-
 Metronidazol loading dose 15 4500 kalori per hari dengan 100-150
mg/KgBB/jam selanjutnya 7,5 gram protein.
mg/KgBB tiap 6 jam.

Referensi
1. Ismanoe G. Tetanus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 8. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI. 2008. Hal 282911-2920.
2. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,
Edisi Revisi 2014.

Вам также может понравиться