Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
HIPERTENSI ESENSIAL
Oleh : Kelompok 6
Preseptor
Dr. Masrul Syafri, Sp.PD, Sp.JP (K)
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya sehingga referat yang berjudul “Hipertensi
Esensial” ini dapat kami selesaikan dengan baik.
Referat ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan
klinik senior di bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan referat ini, khususnya kepada Dr. Masrul Syafri,
Sp.PD, Sp.JP (K) sebagai preseptor dan dokter-dokter residen jantung yang telah
bersedia meluangkan waktunya dan memberikan saran, perbaikan dan bimbingan
kepada penulis.
Penulis berharap semoga referat ini dapat menambah wawasan,
pengetahuan dan meningkatkan pemahaman semua pihak tentang hipertensi
esensial.
Penulis
DAFTAR ISI
2.4 Patofisiologi................................................................................................. 13
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah salah satu penyakit yang ditandai dengan tekanan darah
melebihi dari nilai normal. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi
hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial adalah peningkatan
tekanan darah yang diakibatkan oleh sebab yang tidak dapat dijelaskan. Hipertensi
esensial dialami oleh sekitar 90% penderita hipertensi. Hipertensi sekunder adalah
peningkatan tekanan darah yang diakibatkan oleh sebab yang dapat dijelaskan.1
Prevalensi hipertensi saat ini mencapai satu miliar penderita di dunia1. Ini
berarti, satu dari tujuh orang penduduk dunia menderita hipertensi. Data dari
Framingham Heart Study mengindikasikan bahwa 90% dari orang dengan usia di
atas 55 tahun akan mengalami hipertensi dalam kehidupan mereka. Kondisi ini
menggambarkan sebuah permasalahan kesehatan masyarakat karena hipertensi
adalah faktor resiko mayor untuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung,
penyakit ginjal, dan penyakit vaskular perifer.1
Prevalensi hipertensi di Indonesia adalah sebesar 26,5%. Sumatera Barat
memiliki prevalensi hipertensi sebesar 22,6%, yang menjadi faktor resiko yang besar
atas terjadinya penyakit degeneratif lainnya2. Hal ini ditunjukkan dengan semakin
meningkatnya angka kejadian penyakit degeneratif seperti gagal jantung, stroke, dan
gagal ginjal2.
Seseorang dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang
berulang3. Diagnosis hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan
fisik, yang terdiri dari beberapa tahapan pemeriksaan yang harus dijalani sebelum
menentukan terapi atau tatalaksana yang akan diambil. Tatalaksana terdiri dari
tatalaksana non farmakologis dan farmakologis3. Prinsip penatalaksanaan hipertensi
esensial dan sekunder berbeda, sehingga penting bagi seorang dokter untuk
membedakan kedua diagnosis penyakit tersebut1.
2.1 Definisi
Meskipun tidak ada gen yang secara konsisten berhubungan dengan hipertensi
esensial, beberapa lokus sudah menunjukkan hubungan positif. Sebagai contoh, peran
autosomal dominan terhadap kenaikan tekanan darah sudah ditemukan, biasanya
melibatkan defek dari kanal natrium ginjal. Bagaimanapun juga, abnormalitas-
abnormalitas ini langka dan dianggap hanya ditemukan pada sebagian kecil pasien
hipertensi. Gen yang mengatur aksis renin-angiotensin-aldosteron sudah dipelajari
secara mendalam pada kasus hipertensi dikarenakan peran sentral dari sistem ini
dalam menentukan volume intravaskular dan tonus vaskular. Dalam kelompok ini,
polimorfisme tertentu pada gen untuk angiotensinogen berperan dalam peningkatan
resiko hipertensi. Sebagai tambahan, polimorfisme pada gen untuk alpha-adducin,
sebuah protein sitoskeletal, dapat dilibatkan dalam sub kelompok pasien hipertensi
esensial, dimungkinkan dengan peningkatan absorpsi natrium tubular ginjal.
Hipertensi juga berhubungan dengan obesitas, resistensi insulin, dan diabetes1.
2.3 Etiologi
Banyak penyebab yang diduga berperan dalam regulasi tekanan darah pada
hipertensi esensial. Jantung, misalnya, dapat menyebakan hipertensi akibat cardiac
output yang tinggi akibat overaktivitas simpatis. Pembuluh darah dapat berperan
terhadap hipertensi akibat resistensi vaskular perifer dengan konstriksi sabagi respon
terhadap (1) meningkatnya aktivitas simpatis; (2) regulasi abnormal dari tonus
vaskular akibat faktor lokal, termasuk nitrat oksida, endotelin, dan faktor natriuretik;
atau (3) defek kanal ion pada otot polos kontraktil dari pembuluh darah. Ginjal dapat
menyebabkan hipertensi akibat volume dengan menyimpan natrium berlebih dan air
sebagai akibat dari (1) kegagalan untuk mengatur aliran darah ginjal dengan tepat; (2)
defek kanal ion, yang secara langsung menyebabkan retensi natrium; atau (3)
pengaturan hormon yang tidak tepat1.
Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah yang
mempengaruhi rumus dasar:
Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer total.
Curah jantung = volume stroke jantung x denyutan jantung
Volume stroke jantung dipengaruhi kontaksi jantung, venous return jantung (preload)
dan resistan ventrikel kiri untuk mengejeksi darah ke aorta (afterload). Regulasi
tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antaranya adalah curah jantung,
tahanan perifer, kondisi ginjal, serta hormon seperti angiotensin II dan aldosteron.1
Gambar 2.3 Faktor penyebab hipertensi
2) Sistem Renin-Angiotensin
Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume cairan
ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem Renin-Angiotensin merupakan sistem
endokrin yang penting dalam pengontrolan tekanan darah. Renin disekresi oleh
juxtaglomerulus aparantus ginjal sebagai respon glomerulus underperfusion atau
penurunan asupan garam, ataupun respon dari sistem saraf simpatetik.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang
peranan fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi hati, yang oleh hormon renin (diproduksi oleh
ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I (dekapeptida yang tidak aktif). Oleh
ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II
(oktapeptida yang sangat aktif). Angiotensin II berpotensi besar meningkatkan
tekanan darah karena bersifat sebagai vasoconstrictor melalui dua jalur, yaitu:
a. Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga urin
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkan, volume
cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari
bagian instraseluler. Akibatnya volume darah meningkat sehingga
meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan
hormon steroid yang berperan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan
darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko
permasalahan kardiovaskular.Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak
guidelines adalah :
Penurunan berat badan
Penurunan berat badan merupakan rekomendasi utama dan harus dicapai
dengan kombinasi pengurangan konsumsi kalori dan peningkatan aktivitas
fisik. Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayuran
dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan
tekanan darah, sepertimenghindaridiabetesdandyslipidemia. Efek penurunan
tekanan darah dari penurunan berat badan pada pasien dengan kenaikan
tekana darah konsisten dengan efek pada pasien dengan hipertensi, dengan
pengurangan tekanan darah 1mmHg untuk setiap penurunan 1 kilogram berat
badan. Pada pasien yang tetap tidak mencapai target berat badan yang
diinginkan dengan intervensi non farmakologi, dapat dipertimbangkan
farmakoterapi atau terapi invasif minimal. Terapi operasi cenderung lebih
efektif namun terbatas hanya pada pasien dengan obesitas yang berat dan
persisten karena banyaknya komplikasi.
Panduan nutrisi yang tepat dan efektif untuk menurunkan tekanan darah
adalah diet kaya buah – buahan, sayuran dan produk rendah lemak serta
susu. Makanan ini akan meningkatkan konsumsi kalium, kalsium,
magnesium dan serat. Panduan nutrisi ini menurunkan tekanan darah
hingga 11 mmHg pada pasien hipertensi dan 3 mmHg pada pasien non
hipertensi. Lebih baik jika dikombinasikan dengan pengurangan konsumsi
garam dan penurunan berat badan, karena dapat memberikan hasil dua kali
lipat.
Mengurangi asupan garam.
Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan
tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak
menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng,
daging olahan dan sebagainya. Dianjurkan untuk asupan garam
tidakmelebihi1,5gr/hari atau mengurangi 25% konsumsi (sekitar 1000
mg/hari) yang akan memberikan hasil penurunan tekanan darah sistolik rata
– rata 2 mmHg hingga 3 mmHg pada orang tanpa hipertensi. Pengurangan
konsumsi garam pada pasien hipertensi yang sudah mengonsumsi obat
hipertensi akan menurunkan tekana darah sistolik sebesar 3 mmHg. Ketika
di kombinasikan dengan penurunan berat badan, penurunan tekanan darah
dapat berjumlah dua kali lipat. Penurunan konsumsi garam juga dapat
menurunkan tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi resisten yang
mengonsumsi banyak obat – obatan anti hipertensi.
Olahraga
Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30–60 menit/hari,
minimal 3 hari/minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Efek
penurunan tekanan darah dari peningkatan akitivitas fisik telah banyak
dilaporkan, terutama saat olahraga aerobik dinamis serta latihan ketahanan
dinamis dan olahraga isometrik statis. Penurunan tekanan darah rata – rata
mencapai 2 mmHg hingga 4 mmHg pada pasien normotensi dan 5 mmHg
hingga 8 mmHg pada pasien hipertensi. Olahraga aerobik dianjurkan 90 – 100
menit/ minggu dengan target denyut nadi 65 – 75 %. Latihan ketahanan
dinamis dianjurkan selama 90 – 150 menit/ minggu dengan taget denyut nadi
50 – 80 % dalam maksimal 1 pengulangan. Latihan dilakukan dalam 6
periode, dengan 3 set selama 1 periode dan 10 kali pengulangan tiap set.
Latihan isometris dilakukan dengan 4x2 menit hand grip, 1 menit istirahat
diantara latihan, dengan target maksimal kontraksi sadar 30 – 40 %. Latihan
ini dilakukan 3 sesi per minggu selama 8 – 10 minggu. Terhadap pasien yang
tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap
dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga
dalam aktifitas rutin mereka ditempat kerjanya.
Mengurangi konsumsi alcohol. Walaupun konsumsi alcohol belum menjadi
pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi alcohol semakin
hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya
hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas per hari
pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan
darah. Dengan demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alcohol
sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.
Berhenti merokok.
Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat
menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko
utama penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk
berhenti merokok.
2.6.2 Tatalaksana Farmakologis3
Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga
kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu:
Pemberian terapi anti hipertensi dengan satu obat dilaksanakan pada pasien
yang sangat tua atau pasien yang memiliki riwayat hipotensi atau efek samping obat.
1. Mulai penggunaan satu jenis obat, titrasi hingga dosis maksimum kemudian baru
ditambahkan obat kedua, jika tekanan darah yang diinginkan masih belum tercapai.
2. Mulai satu obat, kemudian tambahkan obat kedua sebelum mencapai dosis maksimal
obat pertama. Kemudian kedua obat dititrasikan hingga dosis maksimum.
3. Mulai dengan pemberian 2 obat pada waktu yang bersamaan baik sebagai 2 pil obat
yang berbeda atau diberikan kombinasi satu pil. Diberikan ketika tekanan darah
sistolik lebih dari 160 mmHg dan atau tekanan darah diastolik besar dari 100 mmHg
atau jika tekanan darah sistolik besar dari 20 mmHg diatas target dan atau tekanan
darah diastolik besar dari 10 mmHg diatas target.20
Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangibiaya
Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti pada usia 55
– 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid
Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor(ACE-
i)denganangiotensinIIreceptorblockers(ARBs)18
KESIMPULAN