Вы находитесь на странице: 1из 14

NTEGRASI NASIONAL DAN

GLOBALISASI
PKN64_2016

EMA FAWZIYAH ULFAH – 142010101029

Indonesia merupakan negara multikultural, dimana beragam suku, agama, ras, budaya dan
golongan hidup bersama dalam satu atap yaitu NKRI. Keberagaman tersebut merupakan
suatu kekayaan yang luar biasa yang dianugrahkan Tuhan, namun keberagaman tersebut bisa
menjadi potensi konflik yang besar, manakala prinsip Bhinneka Tunggal Ika tidak diterapkan
oleh kita semua. Ketika komflik terjadi, maka ancaman disintegrasi nasional akan mudah
terjad seperti yang pernah terjadi di ujung barat Indonesia tepatnya di kota Aceh dan masih
banyak lagi daerah-daerah di Indonesia yang terjadi konflik antar warga baik suku, ras,
maupun agama. Dengan adanya kesadaran seluruh warga bangsa Indonesia telah menjadi
kekuatan yang sangat besar dan sudah terbukti dengan segala hal yang mengganggu
ketentraman bangsa indonesia.

Berkaitan dengan Indonesia yang beranekaragam, sangatlah penting bagi kita untuk
mengetahui Integrasi/keutuhan nasional. Integrasi nasional berarti menggabungkan seluruh
bagian menjadi sebuah keseluruhan dan tiap-tiap bagian diberi tempat, sehingga membentuk
kesatuan yang harmonis dalam kesatuan Negara Republik Indonesia (NKRI) yang
bersemboyang “Bhineka Tunggal Ika”. Integrasi Nasional berasal dari 2 kata, yakni Integrasi
dan Nasional. Integrasi ini berasal dari Bahasa Inggris (integrate) yang memiliki arti
menyatupadukan, mempersatukan atau menggabungkan. Pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), Integrasi memiliki arti pembauran sehingga menjadi satu kesatuan yang
bulat dan utuh.
Integrasi nasional dalam masyarakat akan bisa terwujud apabila ada faktor-faktor sebagai
berikut :

1. Adanya rasa toleransi, saling menghormati dan tenggang rasa.


2. Terjadinya perkawinan campuran antara suku
3. Makin pesatnya komunikasi dan transportasi antar daerah
4. Meningkatnya solidaritas sosial yang dipengaruhi intensifnya kerja sama kelompok
dalam masyarakat menghadapi kejadian bersama.
5. Fungsi pemeintahan yang makin berjalan baik dan bijaksana terutama yang
menyentuh masyarakat bawah.

Adapun faktor penghambat integrasi nasional sebagai berikut :

1. masyarakat Indonesia yang beraneka ragam dalam faktor-faktor kesukubangsaan


dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras
dan sebagainya.
2. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan pulau yang dikelilingi oleh lautan
luas.
3. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang
merongrong keutuhan, kesatuan dan persatun bangsa, baik yang berasal dari
dalam maupun dari luar negri.
4. Masih besarnya ketimpangan dan tidak meratanya pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan yang menimbulkan rasa tidak puas.
5. Adanya paham etnosentrime diantara beberapa suku bangsa yang menonjolkan
kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
6. Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa, akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, baik melewati kontak lansung maupun tidak
lansung.

Sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita harus memiliki rasa integrasi nasional yaitu
suatu sikap kepedulian terhadap sesama serta memiliki rasa persatuan yang tinggi baik
terhadap bangsa negara, agama serta keluarga. Untuk meningkatkan integritas nasional dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

1. Membangun dan menghidupkan komitmen, kesadaran dan kehendak untuk bersatu.


2. Membangun kelembagaan di masyarakat yang berakarkan pada nilai dan norma yang
menyuburkan persatuan dan kesatuan bangsa serta tidak memandang perrbedaan
suku, agama, ras, keturunan, etnis dan perrbedaan-perbedaan lainnya, yang
sebenarnya tidak perlu diperdebatkan.
3. Meningkatkan integrasi bangsa, yaitu penyatuan berbagai macam kelompok sosial
budaya dalam satu kesatuan wilayah dan dalam satu identitas nasional.
4. Mengembangkan prilaku integratif di Indonesia dengan upaya bekerja sama dalam
berorganisasi dan berprilaku sesuai dengan cara yang dapat membantu tujuan
organisasi.
5. Meningkatkan integritasi nilai diantara masyarakat dan integrasi nilai Indonesia ada
dalam Pancasila dan UUD 1945 sebagai sistim nilai bersama.

Berbicara tentang integrasi nasional yang kini mulai terancam dengan adanya era globalisasi.
Era globalisasi telah menimbulkan banyak perubahan dalam segala bidang kehidupan
manusia, antara lain terciptanya kehidupan dengan arus informasi yang super cepat dan
terbentuknya suatu dunia tanpa dimana batas-batas politik, ekonomi dan budaya antar bangsa
menjadi samar. Perubahan tersebut telah menimbulkan dampak dimana seluruh
ketergantungan dan hubungan antar bangsa menjadi transparan, yang pada akhirnya telah
menciptakan implikasi yang luas terhadap seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Era globalisasi memiliki dampak yang berbeda-beda terhadap setiap negara, dimana
penerimaan globalisasi ini sangat tergantung dengan SDM yang berkualitas agar negara dapat
beradaptasi dengan perubahan yang amat cepat ini. SDM tidak hanya berbicara tentang
intelektual tetapi juga pola pikir dimana segala tindakan dan keputusan yang diambil dapat
memberikan perubahan yang bermanfaat bagi bangsa, bukan malah sebaliknya.

Namun dengan kondisi SDM yang masih rendah, masyarakat Indonesia seolah “latah”
sehingga tidak mampu mengambil sikap serta posisi yang jelas di era globalisasi. Bangsa
Indonesia justru terlena dibawa arus globalisasi sehingga mengakibatkan kesadaran sebagai
sebuah bangsa yang berdaulat menjadi semakin terkikis. Konsekuensi dari keadaan ini adalah
semakin memudarnya rasa senasib sebagai satu bangsa dan satu tanah air pada masyarakat
Indonesia.

Idealnya ketika arus globalisasi semakin deras bergulir, yang harus dijadikan penangkal
terhadap dampak negatif globalisasi tersebut adalah dengan meningkatkan semangat
nasionalisme pada diri setiap warga bangsa. Namun kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya
dimana rasa nasionalime kita justru semakin memudar. Mungkin kita harus lebih banyak
belajar pada negara-negara lain yang telah menunjukkan kemampuannya dalam
mengantisipasi dan bersaing di tengah arus globalisasi.

Apabila kondisi bangsa ini tidak segera diperbaiki, maka seluruh permasalahan sebagaimana
telah disebutkan diatas akan berakumulasi dan menimbulkan dampak negatif yaitu semakin
memudarnya rasa dan semangat nasionalisme pada masyarakat Indonesia, yang secara
langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap innegara kesatuan Republik
Indonesia.

Peran Integrasi Nasional di Era Globalisasi


“This country, the Republic of Indonesia, does not belong to any group,

nor to any religion, nor to any ethnic group, nor to any group with customs and traditions,

but the property of all of us from Sabang to Merauke!”


― Sukarno

Materi kuliah pada hari Selasa, 20 September 2016 lalu bertitik berat pada suatu proses
penyatuan bangsa di atas segala perbedaan yang ada demi tercapainya suatu keserasian dan
keselarasan, yang kemudian kita sebut sebagai Integrasi Nasional. Integrasi Nasional sendiri
bermula dari rasa cinta sekaligus sikap rela berkorban demi kepentingan tanah air yang
kemudian terproyeksi pada suatu momentum penting pada tanggal 28 Oktober 1928 yakni
Sumpah Pemuda.

Sumpah Pemuda dinilai sebagai tonggak sejarah yang amat penting bagi Bangsa Indonesia,
ini merupakan bukti otentik bahwasanya pada tanggal 28 Oktober Bangsa Indonesia telah
dilahirkan.
Proses kelahiran Bangsa Indonesia ini adalah buah dari perjuangan rakyat yang selama
ratusan tahun tertindas dan tersiksa di bawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu.
Kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada kala itu untuk
membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia. Tekad kuat
inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai
kemerdekaannya pada tgl 17 Agustus 1945.

Gerakan separatisme, seperti yang telah diperlihatkan pada beberapa video yang diputar pada
awal pertemuan kedua lalu, merupakan sebuah gerakan untuk mendapatkan kedaulatan
dengan cara memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia satu sama lain. Gerakan
Aceh Merdeka (GAM) dan Gerakan Papua Merdeka (GPM) merupakan dua contoh nyata
dari gerakan separatisme di Indonesia. Menurut saya, separatisme bukan hanya meresahkan
masyarakat dan negara, tetapi juga merupakan sebentuk pengkhianatan mutlak kepada
Sumpah Pemuda dan Pancasila.

Sejalan dengan waktu, nasionalisme yang semula begitu melekat dalam setiap jiwa dan raga
rakyat Indonesia perlahan-lahan memudar. Ada banyak hal yang mendasari terjadinya hal
tersebut, satu di antaranya yang paling mungkin adalah karena adanya proses globalisasi.
Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan
dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Di Indonesia sendiri,
dampak globalisasi sudah sangat terasa. Kemajuan teknologi yang berujung pada
meningkatnya kehidupan sosial-ekonomi-transportasi, mudahnya arus informasi baik
domestik atau mancanegara, pun berkembang pesatnya turisme dan pariwisata merupakan
beberapa contoh dari dampak positif globalisasi. Nah, lalu apa sebenarnya kaitan antara topik
yang sedang kita bahas (Integrasi Nasional) dengan proses globalisasi?

Seiring dengan dampak positif globalisasi, ada pula dampak negatif globalisasi terhadap
nasionalisme yang jelas-jelas merugikan. Globalisasi secara tidak langsung dapat membuat
masyarakat Indonesia meyakini bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan
kemakmuran. Keyakinan tersebut akan memungkinkan perubahan arah dari ideologi
Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi, rasa nasionalisme bangsa akan
hilang. Dari segi ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena
banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut, dll.) yang
membanjiri diIndonesia. Hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan
gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.

Masyarakat kita, khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa
Indonesia. Gaya hidup anak muda cenderung meniru budaya barat dengan dalih kekinian dan
tidak ketinggalan zaman. Globalisasi pun dapat mengakibatkan adanya kesenjangan sosial
yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi
ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang
dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. Yang tidak kalah meresahkan adalah
munculnya sikap individualisme yang nantinya akan menimbulkan ketidakpedulian
antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli
dengan kehidupan bangsa.
Pengaruh-pengaruh tersebut di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap
nasionalisme, namun secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap
bangsa menjadi berkurang atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala
masyarakat secara global. Apa yang di luar negeri dianggap baik dan memberi aspirasi
kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Jika hal tersebut terjadi, maka akan
menimbulkan dilema. Bila aspirasi tersebut dipenuhi, belum tentu sesuai di Indonesia, tapi
bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga
mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa
(yang dapat pula menimbulkan berbagai gerakan separatisme seperti yang telah disebutkan
sebelumnya).

Di tengah arus globalisasi yang kian hari kian dahsyat, di sinilah kekuatan Integrasi Nasional
Indonesia seolah diuji. Setelah memperinci kajian mengenai dampak globalisasi, jelaslah bila
kita bertanya-tanya tentang; seberapa hebatkah integrasi nasional kita dalam menghadapi
globalisasi?

Integrasi mengindikasikan adanya kekuatan yang menggerakkan setiap individu untuk hidup
bersama sebagai kelompok (bangsa, Negara). Dengan integrasi yang tangguh, yang tercermin
dari rasa cinta, bangga, hormat, dan loyal kepada Negara, cita-cita kemerdekaan dapat
terwujud. Nah, pernyataan ini membuktikan bahwa, untuk menjaga keutuhan bangsa
Indonesia, hal yang pertama harus diperbaiki adalah diri rakyat sendiri, mulai dari
kesadarannya dalam menumbuhkan cinta terhadap negara sampai berperan penting dalam
mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
Secara politis, integrasi nasional memiliki arti bahwa penyatuan berbagai kelompok budaya
dan sosial dalam kesatuan wilayah nasional akan membentuk suatu identitas nasional. Secara
antropologi, integrasi Nasional berarti bahwa terdapat proses penyesuaian di antara unsur-
unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu kesatuan fungsi di dalam
kehidupan masyarakat.

Dari pernyataan tersebut di atas pun, kita dapat menyimpulkan bahwa integrasi nasional erat
kaitannya dengan identitas nasional. Bagaimana bisa? Nah, telah kita ketahui pada pertemuan
awal kuliah KWN, bahwa identitas nasional merupakan suatu ciri yang dimiliki oleh suatu
bangsa, yang secara filosofis mampu membedakannya dengan bangsa lain. Dalam hal ini,
Indonesia terdisi atas berbagai macam suku yang disatukan melalui persatuan di bawah
bendera merah putih dan Bhinneka Tunggal Ika. Nah, melalui proses ini, terjadilah proses
integrasi nasional dimana segala perbedaan yang ada dapat dipersatukan hingga tercipta
keselarasan. Persatuan dari kemajemukan suku ini yang menjadi salah satu ciri khas bangsa
Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain. Karenanya, perkuat identitas bangsa
kita! Karena dengan itu, integrasi nasional akan tetap dijunjung tinggi, kita jadi tidak mudah
terasuki oleh ideologi-ideologi asing yang dapat merobohkan persatuan bangsa, sehingga
akhirnya keselarasan nasional pun dapat terus terjaga dan cita-cita kemerdekaan Indonesia
dapat tercapai.

Dan semuanya dapat kita awali dari diri kita sendiri sebagai rakyat Indonesia yang loyal
terhadap negara. Mulai sekarang, tumbuhkan rasa cinta terhadap NKRI!

7 Faktor Pendorong dan Penghambat


Integrasi Nasional di Indonesia
Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman. Keberagaman itu tersebar dari Sabang
sampai Merauke yang terwujud dalam beberapa aspek seperti suku, agama, ras, dan
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia
merupakan salah satu kebanggaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh negara lain. Oleh karena
itu, pendahulu kita yaitu tokoh perumusan Pancasila sebagai dasar negara telah menetapkan
Pancasila sebagai dasar negara yang memiliki salah satu fungsi untuk menjadi pegangan
hidup bermasyarakat di tengah-tengah keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia.

Integrasi nasional merupakan usaha yang dilakukan oleh pemerintah negara Indonesia untuk
mempersatukan segala bentuk perbedaan yang ada di masyarakat Indonesia. Integrasi
nasional yang dilakukan oleh pemerintah juga merupakan salah satu cara merawat
kemajemukan bangsa Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah baik itu pemerintah pusat
maupun daerah. Kedua pemerintah ini saling bersinergi untuk mewujudkan integrasi nasional
sebagai salah satu syarat masyarakat madani di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam
usahanya mewujudkan integrasi nasional, terdapat beberapa faktor pendorong dan
penghambat terjadinya integrasi nasional. Melalui artikel ini, faktor pendorong dan
penghambat integrasi nasional dibahas secara lebih lanjut.
Baca juga:

 Tujuan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia


 Cara Merawat Kemajemukan Bangsa Indonesia
 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
 Ciri-Ciri Masyarakat Tradisonal dan Modern

Faktor Pendorong

Faktor pendorong dan penghambat integrasi nasional yang dibagi dalam faktor pendorong
merupakan faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu proses atau tindakan tertentu yang
dilakukan oleh seseorang maupun kelompok. Dalam mewujudkan integrasi nasional, terdapat
beberapa faktor yang mendorong terwujudnya integrasi nasional di Indonesia. Adapun faktor
pendorong tersebut diantaranya:

1. Rasa Senasib-Seperjuangan

Indonesia telah mengalami sejarah yang kelam di masa lalu, terutama zaman dimana
Indonesia dijajah oleh bangsa lain selama bertahun-tahun. Dalam sejarah kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1945, perjuangan yang dilakukan oleh setiap elemen masyarakat untuk
memperoleh kemerdekaan bukanlah sesuatu yang sifatnya main-main. Berbagai perbedaan
yang ada dimiliki oleh masyarakat saat itu dikesampingkan demi memperjuangkan
terwujudnya kemerdekaan Indonesia. Rasa senasib seperjuangan di masa lalu yang terbawa
sampai dengan masa sekarang menjadi salah satu faktor pendorong untuk mewujudkan
integrasi nasional. Jika di masa lalu rasa senasib seperjuangan digunakan untuk memujudkan
kemerdekaan Indonesia, di era sekarang ini rasa senasib seperjuangan digunakan untuk
memperkuat stabilitas nasional demi terwujudnya persatuan Indonesia dalam integrasi
nasional.

2. Pemaknaan Ideologi Nasional

Ideologi nasional negara kita Indonesia adalah Pancasila. Sebagai ideologi nasional,
Pancasila tidak dapat digantikan oleh ideologi manapun. Walalupun Indonesia terdiri dari
banyak kepercayaan, arti penting dan fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia tidak bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Pemaknaan ideologi
nasional yaitu Pancasila dilakukan melalui implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan integrasi nasional di Indonesia. Melalui pemaknaan
ideologi nasional yaitu Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, integrasi nasional akan lebih
mudah untuk diwujudkan.

3. Keinginan Untuk Bersatu

Perbedaan dan kemajemukan di Indonesia bukanlah salah satu alasan untuk dijadikan faktor
penyebab konflik sosial yang terjadi di kalangan masyarakat. Justru perbedaan inilah yang
membuat masyarakat Indonesia mempunyai keinginan untuk mempersatukan perbedaan di
dalam satu kesatuan bangsa yang utuh. Baik di dalam masyarakat tradisonal dan modern,
keinginan untuk mempersatukan perbedaan di dalam kehidupan sehari-hari tentunya ada.
Dalam kehidupan berbangsa negara dan berbangsa Indonesia, keinginan untuk
mempersatukan bangsa merupakan salah satu perwujudan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai
dasar negara.
Indonesia yang merupakan negara kepulauan dimana memiliki banyak pulau yang tersebar di
wilayah Indonesia tentunya membutuhkan strategi tersendiri untuk mempersatukan setiap
pandangan yang berkembang di masyarakat pulau tersebut. Salah satu pendorong untuk
mempersatukan seluruh nusantara yang memiliki karakteristik masing-masing daerah adalah
lahirnya Sumpah Pemuda. Sumpah pemuda yang lahir pada 28 Oktober 1928 adalah tonggak
awal timbulnya persatuan Indonesia dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Bagi pelajar di
Indonesia, Sumpah Pemuda yang menjadi pendorong untuk mempersatukan Indonesia
mempunyai makna tersendiri agar para pelajar di Indonesia memiliki semangat untuk
menyatukan perbedaan yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. (baca juga: Makna
Sumpah Pemuda)

Baca juga:

 Nilai-Nilai Luhur Pancasila


 Bahaya Globalisasi dan Modernisasi
 Membangun Karakter Bangsa

4. Antisipasi Ancaman Dari Luar

Walupun Indonesia sudah merdeka selama 71 tahun, bukan tidak mungkin ancaman dari luar
itu masuk ke Indonesia. Ancaman-ancaman dari luar di era globalisasi sekarang ini tidak
dapat diartikan sebagai ancaman yang menjajah seperti pada masa kemerdekaan Indonesia.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi ancaman dari luar dalam kaitannya dengan bahaya
globalisasi dan modernisasi, integrasi nasional perlu diwujudkan di setiap lapisan masyarakat
yang ada tinggal di wilayah Indonesia.

Faktor Penghambat

Faktor pendorong dan penghambat integrasi nasional yang dibagi menjadi faktor lainnya.
Selain faktor pendukung yang telah dijelaskan, terdapat juag faktor penghambat dalam
mewujudkan integrasi nasional di Indonesia. Faktor penghambat sendiri merupakan suatu
penghalang untuk melakukan tindakan secara individu maupun kelompok. Beberapa faktor
penghambat terwujudnya integrasi nasional diantaranya:

1. Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan

Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah suku dan kebudayaan terbanyak di dunia.
Namun sayangnya, ada beberapa pandangan masyarakat terhadap pemerintah tentang
keberagaman ini. Ada beberapa kemajemukan yang terdapat di dalam masyarakat yang
kurang diperhatikan oleh pemerintah terutama yang berkaitan dengan kebudayaan setempat.
Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang dilakukan oleh pemerintah maupun
masyarakat Indonesia sendiri membuat kemajemukan itu terkikis secara perlahan-lahan.

2. Kurangnya Toleransi

Kurangnya toleransi terhadap keberagaman dan kemajemukan yang ada di masyakat menjadi
salah satu penyebab konflik sosial. Dampak akibat konflik sosial yang terjadi di dalam
masyarakat terutama dalam hal yang berkaitan dengan toleransi akan mengurangi rasa
persatuan dan kesatuan bangsa. Selain itu, kurangnya toleransi terhadap perbedaan yang
terjadi secara terus-menerus akan membuat sebuah bangsa hancur akan sendirinya sehingga
integrasi nasional tidak akan pernah terwujud.

Kemajemukan yang dimiliki oleh Indonesia ditanggapi serius oleh pemerintah pusat dengan
adanya penetapan otonomi daerah. Pemerintah pusat memberlakukan otonomi daerah bukan
semata-mata untuk memajukan setiap wilayah yang ada di Indonesia, tetapi juga untuk
menjaga kemajemukan yang ada di daerah tersebut. Melalui otonomi daerah, fungsi
pemerintah daerah dalam pembangunan dan pengembangan potensi daerah menjadi lebih
maksimal karena pemerintah daerahlah yang lebih tahu bagaimana cara untuk
memaksimalkan pembangunan dan pengembangan potensi yang ada. Pemberlakukan
otonomi daerah yang sesuai dengan asas-asas pemerintahan daerah menurut UU No. 32
Tahun 2004 merupakan salah satu cara yang ditempuh oleh pemerintah pusat dalam rangka
untuk mewujudkan integrasi nasional.

3. Kurangnya Kesadaran Diri

Kurangnya kesadaran diri dalam diri masyarakat untuk menjaga persatuan dan kesatuan juga
menjadi salah satu faktor yang mengambat terwujudnya integrasi nasional. Di era globalisasi,
masyarakat menjadi lebih individualistis dan cenderung tidak memperdulikan kondisi dan
situasi yang ada di sekitarnya. Jika tidak dicegah, rasa kesadaran diri yang berkurang sebagai
dampak globalisasi akan makin mempersulit terwujudnya integrasi nasional. Oleh karena itu,
diperlukan kiat-kiat untuk membangun karakter bangsa di era globalisasi untuk meningkatkan
kesadaran diri masyarakat untuk mewujudkan rasa persatuan dan kesatuan demi terwujudnya
integrasi nasional bangsa.

Itulah beberapa penjelasan mengenai faktor pendorong dan penghambat terwujudnya


integrasi nasional di negara kita Indonesia. Kita sebagai warga negara Indonesia yang
berpegang teguh pada Pancasila sebaiknya ikut mendorong perwujudan integrasi nasional
melalui perkataan dan perilaku kita di dalam kehidupan sehari-hari. Semoga artikel ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sekalian.

7 Faktor Pendorong dan Penghambat


Integrasi Nasional di Indonesia
Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman. Keberagaman itu tersebar dari Sabang
sampai Merauke yang terwujud dalam beberapa aspek seperti suku, agama, ras, dan
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia
merupakan salah satu kebanggaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh negara lain. Oleh karena
itu, pendahulu kita yaitu tokoh perumusan Pancasila sebagai dasar negara telah menetapkan
Pancasila sebagai dasar negara yang memiliki salah satu fungsi untuk menjadi pegangan
hidup bermasyarakat di tengah-tengah keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia.

Integrasi nasional merupakan usaha yang dilakukan oleh pemerintah negara Indonesia untuk
mempersatukan segala bentuk perbedaan yang ada di masyarakat Indonesia. Integrasi
nasional yang dilakukan oleh pemerintah juga merupakan salah satu cara merawat
kemajemukan bangsa Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah baik itu pemerintah pusat
maupun daerah. Kedua pemerintah ini saling bersinergi untuk mewujudkan integrasi nasional
sebagai salah satu syarat masyarakat madani di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam
usahanya mewujudkan integrasi nasional, terdapat beberapa faktor pendorong dan
penghambat terjadinya integrasi nasional. Melalui artikel ini, faktor pendorong dan
penghambat integrasi nasional dibahas secara lebih lanjut.

Baca juga:

 Tujuan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia


 Cara Merawat Kemajemukan Bangsa Indonesia
 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
 Ciri-Ciri Masyarakat Tradisonal dan Modern

Faktor Pendorong

Faktor pendorong dan penghambat integrasi nasional yang dibagi dalam faktor pendorong
merupakan faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu proses atau tindakan tertentu yang
dilakukan oleh seseorang maupun kelompok. Dalam mewujudkan integrasi nasional, terdapat
beberapa faktor yang mendorong terwujudnya integrasi nasional di Indonesia. Adapun faktor
pendorong tersebut diantaranya:

1. Rasa Senasib-Seperjuangan

Indonesia telah mengalami sejarah yang kelam di masa lalu, terutama zaman dimana
Indonesia dijajah oleh bangsa lain selama bertahun-tahun. Dalam sejarah kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1945, perjuangan yang dilakukan oleh setiap elemen masyarakat untuk
memperoleh kemerdekaan bukanlah sesuatu yang sifatnya main-main. Berbagai perbedaan
yang ada dimiliki oleh masyarakat saat itu dikesampingkan demi memperjuangkan
terwujudnya kemerdekaan Indonesia. Rasa senasib seperjuangan di masa lalu yang terbawa
sampai dengan masa sekarang menjadi salah satu faktor pendorong untuk mewujudkan
integrasi nasional. Jika di masa lalu rasa senasib seperjuangan digunakan untuk memujudkan
kemerdekaan Indonesia, di era sekarang ini rasa senasib seperjuangan digunakan untuk
memperkuat stabilitas nasional demi terwujudnya persatuan Indonesia dalam integrasi
nasional.

2. Pemaknaan Ideologi Nasional

Ideologi nasional negara kita Indonesia adalah Pancasila. Sebagai ideologi nasional,
Pancasila tidak dapat digantikan oleh ideologi manapun. Walalupun Indonesia terdiri dari
banyak kepercayaan, arti penting dan fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia tidak bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Pemaknaan ideologi
nasional yaitu Pancasila dilakukan melalui implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan integrasi nasional di Indonesia. Melalui pemaknaan
ideologi nasional yaitu Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, integrasi nasional akan lebih
mudah untuk diwujudkan.

3. Keinginan Untuk Bersatu

Perbedaan dan kemajemukan di Indonesia bukanlah salah satu alasan untuk dijadikan faktor
penyebab konflik sosial yang terjadi di kalangan masyarakat. Justru perbedaan inilah yang
membuat masyarakat Indonesia mempunyai keinginan untuk mempersatukan perbedaan di
dalam satu kesatuan bangsa yang utuh. Baik di dalam masyarakat tradisonal dan modern,
keinginan untuk mempersatukan perbedaan di dalam kehidupan sehari-hari tentunya ada.
Dalam kehidupan berbangsa negara dan berbangsa Indonesia, keinginan untuk
mempersatukan bangsa merupakan salah satu perwujudan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai
dasar negara.

Indonesia yang merupakan negara kepulauan dimana memiliki banyak pulau yang tersebar di
wilayah Indonesia tentunya membutuhkan strategi tersendiri untuk mempersatukan setiap
pandangan yang berkembang di masyarakat pulau tersebut. Salah satu pendorong untuk
mempersatukan seluruh nusantara yang memiliki karakteristik masing-masing daerah adalah
lahirnya Sumpah Pemuda. Sumpah pemuda yang lahir pada 28 Oktober 1928 adalah tonggak
awal timbulnya persatuan Indonesia dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Bagi pelajar di
Indonesia, Sumpah Pemuda yang menjadi pendorong untuk mempersatukan Indonesia
mempunyai makna tersendiri agar para pelajar di Indonesia memiliki semangat untuk
menyatukan perbedaan yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. (baca juga: Makna
Sumpah Pemuda)

Baca juga:

 Nilai-Nilai Luhur Pancasila


 Bahaya Globalisasi dan Modernisasi
 Membangun Karakter Bangsa

4. Antisipasi Ancaman Dari Luar

Walupun Indonesia sudah merdeka selama 71 tahun, bukan tidak mungkin ancaman dari luar
itu masuk ke Indonesia. Ancaman-ancaman dari luar di era globalisasi sekarang ini tidak
dapat diartikan sebagai ancaman yang menjajah seperti pada masa kemerdekaan Indonesia.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi ancaman dari luar dalam kaitannya dengan bahaya
globalisasi dan modernisasi, integrasi nasional perlu diwujudkan di setiap lapisan masyarakat
yang ada tinggal di wilayah Indonesia.

Faktor Penghambat

Faktor pendorong dan penghambat integrasi nasional yang dibagi menjadi faktor lainnya.
Selain faktor pendukung yang telah dijelaskan, terdapat juag faktor penghambat dalam
mewujudkan integrasi nasional di Indonesia. Faktor penghambat sendiri merupakan suatu
penghalang untuk melakukan tindakan secara individu maupun kelompok. Beberapa faktor
penghambat terwujudnya integrasi nasional diantaranya:

1. Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan

Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah suku dan kebudayaan terbanyak di dunia.
Namun sayangnya, ada beberapa pandangan masyarakat terhadap pemerintah tentang
keberagaman ini. Ada beberapa kemajemukan yang terdapat di dalam masyarakat yang
kurang diperhatikan oleh pemerintah terutama yang berkaitan dengan kebudayaan setempat.
Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang dilakukan oleh pemerintah maupun
masyarakat Indonesia sendiri membuat kemajemukan itu terkikis secara perlahan-lahan.
2. Kurangnya Toleransi

Kurangnya toleransi terhadap keberagaman dan kemajemukan yang ada di masyakat menjadi
salah satu penyebab konflik sosial. Dampak akibat konflik sosial yang terjadi di dalam
masyarakat terutama dalam hal yang berkaitan dengan toleransi akan mengurangi rasa
persatuan dan kesatuan bangsa. Selain itu, kurangnya toleransi terhadap perbedaan yang
terjadi secara terus-menerus akan membuat sebuah bangsa hancur akan sendirinya sehingga
integrasi nasional tidak akan pernah terwujud.

Kemajemukan yang dimiliki oleh Indonesia ditanggapi serius oleh pemerintah pusat dengan
adanya penetapan otonomi daerah. Pemerintah pusat memberlakukan otonomi daerah bukan
semata-mata untuk memajukan setiap wilayah yang ada di Indonesia, tetapi juga untuk
menjaga kemajemukan yang ada di daerah tersebut. Melalui otonomi daerah, fungsi
pemerintah daerah dalam pembangunan dan pengembangan potensi daerah menjadi lebih
maksimal karena pemerintah daerahlah yang lebih tahu bagaimana cara untuk
memaksimalkan pembangunan dan pengembangan potensi yang ada. Pemberlakukan
otonomi daerah yang sesuai dengan asas-asas pemerintahan daerah menurut UU No. 32
Tahun 2004 merupakan salah satu cara yang ditempuh oleh pemerintah pusat dalam rangka
untuk mewujudkan integrasi nasional.

3. Kurangnya Kesadaran Diri

Kurangnya kesadaran diri dalam diri masyarakat untuk menjaga persatuan dan kesatuan juga
menjadi salah satu faktor yang mengambat terwujudnya integrasi nasional. Di era globalisasi,
masyarakat menjadi lebih individualistis dan cenderung tidak memperdulikan kondisi dan
situasi yang ada di sekitarnya. Jika tidak dicegah, rasa kesadaran diri yang berkurang sebagai
dampak globalisasi akan makin mempersulit terwujudnya integrasi nasional. Oleh karena itu,
diperlukan kiat-kiat untuk membangun karakter bangsa di era globalisasi untuk meningkatkan
kesadaran diri masyarakat untuk mewujudkan rasa persatuan dan kesatuan demi terwujudnya
integrasi nasional bangsa.

Itulah beberapa penjelasan mengenai faktor pendorong dan penghambat terwujudnya


integrasi nasional di negara kita Indonesia. Kita sebagai warga negara Indonesia yang
berpegang teguh pada Pancasila sebaiknya ikut mendorong perwujudan integrasi nasional
melalui perkataan dan perilaku kita di dalam kehidupan sehari-hari. Semoga artikel ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Вам также может понравиться