Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis ekonomi di Indonesia yang berkepanjangan menyebabkan
terhambatnya upaya peningkatan produksi padi. Penyediaan sarana produksi
terutama pupuk yang sangat dibutuhkan petani mulai terganggu akibat
naiknya harga pupuk, sehingga penggunaan pupuk oleh petani tidak sesuai
dengan rekomendasi. Benih padi terutama varietas hibrida juga belum
tersedia secara kontinu dan harganya mahal sehingga tidak terjangkau
petani. Hal ini menyebabkan sebagian besar usaha tani padi menggunakan
benih kurang bermutu atau benih hasil seleksi petani dari musim tanam
sebelum-nya atau menggunakan benih generasi lanjut (Inpara 1 – 6), dan
seterusnya) yang awalnya adalah benih hibrida. penggunaan sumber daya
yang terbatas yang meliputi lahan, tenaga kerja, modal, dan waktu. Pemilihan
usaha tani secara efisien memerlukan berbagai informasi untuk dijadikan
pedoman, baik informasi hasil-hasil penelitian, maupun informasi
sesaat/insidentil dari pemerintah dan swasta yang bergerak dalam bidang
pertanian (Soekartawi et al., 1984).
Usaha tani padi yang dilakukan petani merupakan pengelolaan
usaha yang mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang dikuasainya
(resources endowment) yang meliputi lahan, tenaga kerja, modal, dan
waktu. Tujuannya adalah menghasilkan produksi untuk memenuhi kebutuhan
pangan keluarga dan memperoleh pendapatan tunai untuk membiayai
keperluan sehari-hari lainnya. Kemampuan sumber daya yang dikuasai ini
sangat menentukan jenis usaha tani yang akan dilaksanakan. Jenis usaha
tani pada dasarnya ditentukan oleh tujuan usaha tani yang dapat
digolongkan menjadi lima tingkatan yaitu: 1) subsisten penuh, 2) subsisten
fakultatif, 3) pra-komersial, 4) semikomersial, dan 5) komersial (Sumarno
dan Suwasik, 1995).
Fenomena lemahnya posisi rebut tawar petani ("bargaining
position") dalam pemasaran hasil menyebabkan harga yang diterima petani
berfluktuasi sesuai ketentuan pedagang. Ini menyebabkan motivasi petani
untuk mengusahakan padi berubah-ubah sehingga terjadi fluktuasi luas
panen setiap musim tanam, terutama pada sentra-sentra produksi padi di
B. Deskripsi Singkat
Bahan ajar ini berisikan unit-unit kompetensi yang berkaitan dengan
analisis usahatani padi yang harus dimiliki oleh Penyuluh pertanian dalam
melakukan tugas penyuluhan kepada petani padi.
Bahan ajar ini memuat serangkaian kegiatan belajar, yang disusun
sedemikian rupa sehingga dapat melayani kegiatan belajar secara individu
dan memudahkan setiap peserta untuk menguasai unit pembelajaran secara
sistematis dan bertahap, guna mencapai tujuan pembelajaran. Bahan ini
digunakan dengan bimbingan pelatih kepada peserta secara bertahap sesuai
urutan atau langkah kegiatan dalam pencapaian tujuan pembelajaran,
sehingga modul ini dilengkapi dengan petunjuk pengajaran bagi pelatih yang
memuat rencana pengajaran modul serta perincian dari kegiatan belajar yang
harus dilakukan oleh peserta dan pelatih.
Pada setiap sub pokok bahasan agar diproses dalam periode waktu
yang berurutan, karena setiap sub pokok bahasan saling mengkait dan
merupakan satu satuan utuh.
Terkait dengan program, proses, hasil, dan umpan balik dalam
pelatihan baik yang berkenaan dengan merumuskan tujuan, merancang
kegiatan belajar dalam pelaksanaan pelatihan, maka pada bahan ajar ini
C. Tujuan Pembelajaram
1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu menganalisa
usahatani padi dengan baik dan benar.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah selesai mempelajari modul ini peserta mampu :
a. memahami karakteristik dan jenis tenaga kerja serta mampu
menghitung efisisensi tenaga kerja, efisisensi teknis dan efisiensi
usahatani padi
b. memahami konsep modal an peralatan dalam usahatani padi serta
mampu menghitung biaya penyusutan dengan baik dan benar
c. mampu menganalisis biaya,pendaatan dan kelayakan usahatani padi.
F. Pelatih : Widyaiswara
G. Metode
I. Waktu : 4 JP x 45 menit
Tenaga Kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani
yang tergantung pada musim seperti halnya padi. Kelangkaan tenaga kerja
1. Sistem Upah
Sistem upah dibedakan atas 3 (tiga) yaitu upah borongan, upah waktu dan
uoah premi. Masing- masing sistem tersebut memepengaruhi prestasi kerja
tenaga luar.
a. Upah borongan
Contoh :
Jumlah produksi padi 5 ton/Ha, Jumlah Jam Kerja Orang (JKO) 500 jam ,
tanpa bantuan mesin.
2. Penerimaan
Penerimaan hari kerja dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Contoh :
Jumlah produksi padi 5 ton/Ha, harga per kg = Rp. 1500, Jumlah Jam
Kerja 750 HOK/ha.
Contoh :
Luas lahan Usahatani Padi 1 (satu) hektar, Dalam setahun dicurahkan
720 HOK .
2. Efisiensi Usaha
Efisiensi usaha adalah mengukur besarnya nilai produksi yang dapat
dicapai atas nilai faktor produksi tertentu.
Contoh :
Jika untuk membrikan tambahan produksi padi sebanyak I ton diperlukan
unsur N sebanyak 60 kg/ha. Kandungan unsur N pada pupuk urea sebesar
46 % dan pada pupuk ZA sebesar 20 %. Harga pupuk urea = Rp 1000/Kg
dan Harga pupuk ZA Rp 800/Kg. Harga padi Rp. 1500/kg.
Koefisien Urea = 60/46% = 130,43 kg
Koefisisen pupuk ZA = 60/20 % = 300 kg
A. Pengertian Modal
Tanah serta alam sekitarnya dan tenaga kerja adalah faktor
produksi asli, sedangkan modal dan peralatan merupakan subtitusi faktor
produksi. Dengan modal dan peralatan faktor produksi tanah dan tenaga
kerja dapat memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi manusia. Dengan
modal dan peralatan maka penggunaan tanah dan tenaga kerja dapat
dihemat. Oleh karena itu modal dapat dibagi menjadi dua yaitu Land saving
Capital dan Labour saving capital.
Modal dikatakan Land saving Capital jika degan modal tersebut
dapat menghemat penggunaan lahan, tetapi produksi dapat dilipatgandakan
tanpa memperluas areal.Contohnya pemakaian benih unggul, pupuk,
pestisida, intensifikasi. Modal dikatakan Labour saving capital jika degan
modal tersebut dapat menghemat penggunaan tenaga kerja. Contohnya
penggunaan traktor untuk mengolah lahan, mesin perontok padi untuk
merontok, dan lain sebagainya.
Dalam ekonomi perusahaan, modal adalah barang ekonomi yang
dapat dipergunakan untuk memproduksi kembali atau modal adalah barang
ekonomi yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan atau
meningkatkan ekonomi. Berdasarkan pengertian tersebut, Tohir (1983)
berpendapat bahwa tanah bukan termasuk faktor modal , tetapi masuk faktor
alam yang memiliki nilai modal dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Tanah adalah karunia alam, bukan benda yang diproduksi manusia
2. Tanah tidak dapa diperbanyak
3. Tanah tidak dapat musnah atau dimusnahkan sehingga tidak ada
penyusutan atas tanah
4. Tanah tidak dapat dipindah-pindahkan
5. Tanah selalu terikat dengan iklim
6. Tanah adalah sumber untuk memproduksi barang-barang ekonomi
Pengertian tanah bukan modal atau modal sebenarnya lebih
difokuskan pada perhitungan biaya usahatani. Jika tanah dihitung sebagai
modal, maka bunga atas tanah dimasukkan dalam perhitungan biaya
usahatani. Namun demikian dalam usahatani keluarga, pengeluaran bunga
atas tanah tidak dimasukkan dalam pendapatan usahatani. Bunga atas tanah
Jenis Bentuk
Bunga Modal Sewa Traktor/bunga bank
Penyusutan Penyusutan
Pemeliharaan Servis dan beli onderdil
Komplementer BBM, Oli, Upah operator
2. Perhitungan Penyusutan
Untuk memperhitungkan penyusutan pada dasarnya bertitik tolak
pada harga perolehan/pembelian (Cost) sampai dengan modal tersebut
dapat memberikan manfaat. Ada empat cara untuk menghitung nilai
penyusutan yaitu sebagai berikut :
a. Garis Lurus (straight line method)
Rumus untuk menghitung penyusutan dengan metode garis lurus
menggunakan rumus :
b. Unit ferformance
Rumus untuk menghitung penyusutan dengan metode Unit
ferformance menggunakan rumus :
Contoh :
Harga Traktor Rp. 10.000.000,-
Jm kerja 10.000 Jam
Nilai sisa Rp. 1.000.000,-
Penyusutan
Tahun 1 =
Tahun 2 =
Tahun 4 =
Tahun 5 =
Penyusutan
Tahun 1 =
Tahun 2 =
Tahun 3 =
Tahun 4 =
Tahun 5 =
A. Fungsi Biaya
Fungsi biaya menggambarkan hubungan antara biaya usahatani dengan
tingkat produksi yang digambarkan dengan garis TC (total cost).pada gambar
1 dibawah ini.
TC
Biaya(co
st)
VC
Produks
Gambar 1. Kurva hubungan biaya dengan tingkat produksi
Biaya (cost) dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :biaya tetap (fix
cost) yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi,
sedangkan biaya variable (Variable cost) adalah biaya yang besarnya
dipengaruhi oleh besarnya produksi. Pada kurva diatas terlihat bahwa
semakin besar produksi maka semakin besar pula biaya variabelnya.
Sementara Total Biaya (TC) merupakan jumlah dari biaya tetap (FC) dan
biaya variable (VC).
Contoh:
Jika dalam usahatani padi tersebut diatas (tabel 2) , petani menggunkan
pinjaman modal kerja sebesar Rp. 5.525.000,- dengan bunga pinjaman
sebesar 2 % per bulan. Siklus tanaman 4 bulan, maka nilai modal yang
harus dikembalikan pada bulan keempat adalah sebesar :
FV = PV (1+i)n
= Rp. 5.525.000 (1+0.02)4
= Rp. 5.525.000 ( 1.02 )4
= Rp. 5.525.000 x 1.0284
= Rp 5.980.000,-
Maka keuntungan petani = Rp 11.700.000 – Rp 5.980.000
= Rp 5.720.000
C. Kelayakan Usaha
Dalam melakukan evalusi kelayakan usaha, semua faktor produksi
diperhitungkan sebagai biaya, demikian pula dengan pendapan. Terdapat
beberapa indicator kelayakan usahatani padi antara lain adalah :
1. Analisis Benefit Cost Rasio (B/C ratio)
Benefit Cost Ratio (B/C) adalah perbandingan antara benefit atau
keuntungan usahatani dengan keseluruhan biaya yang dikeluakan untuk
menghasilkan produk. Usahatani dikatakan layak jika B/C > 1. contoh :
Berdasarkan perhitungan pada tabel 2 diatas diperoleh data sebagai
berikut :
Pendapatan = Rp 6.175.000,- , Total biaya = Rp.5.525.000,-
b. BEP Harga
Untuk menghitung BEP harga digunakan rumus sebagai berikut :
D. Rangkuman
V. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA