Вы находитесь на странице: 1из 19

REFERAT

PREMATURITAS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti

Program Pendidikan Profesi Bagian Obstetri dan Ginekologi

Disusun oleh :

Farin Limanda Mulia

FAA 114 002

Pembimbing :

dr. Yahlenadiharti, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr DORIS SYLVANUS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKARAYA

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Farin Limanda Mulia

NIM : FAA 114 002

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Universitas Palangkaraya

Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter

Periode Kepaniteraan Klinik : Desember 2018

Judul Makalah : Prematuritas

Diajukan : Desember 2018

Pembimbing : dr. Yahlenadiharti, Sp.OG

TELAH DIPERIKSA DAN DISAHKAN TANGGAL :

Disetujui:

Pembimbing Materi

dr. Yahlenadiharti, Sp.OG


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya referat yang berjudul “prematuritas” ini akhirnya dapat diselesaikan.

Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
periode April hingga Juni 2014.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Yahlenadiharti,
Sp.OG selaku pembimbing saya yang juga turut membimbing dan membantu saya
dalam penyusunan referat ini.

Referat ini disusun dengan kemampuan yang terbatas dan masih banyak kekurangan,
untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan dan kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini dapat bermanfaat untuk
kita semua.

Palangka Raya, Desember 2018

Farin Limanda Mulia


FAA 114 002
DAFTAR ISI
Halaman

Lembar Pengesahan ....................................................................................................... i

Kata Pengantar .............................................................................................................. ii

Daftar Isi....................................................................................................................... iii

I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2. Tujuan ................................................................................................................ 1

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi ............................................................................................................... 2

2.2.Masalah persalinan preterm ................................................................................ 2

2.3.Etiologi dan faktor predisposisi .......................................................................... 3

2.4. Patogenesis ........................................................................................................ 5

2.5.Diagnosis ............................................................................................................ 6

2.6.Gambaran fisik bayi prematur ............................................................................ 7

2.7. Penapisan untuk persalinan preterm .................................................................. 7

2.8.Pengelolaan ......................................................................................................... 8

2.9.Cara persalinan ................................................................................................. 11

2.10.Pencegahan ..................................................................................................... 11

2.11. Perawatan neonatus ....................................................................................... 12

III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan .................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15


BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang

Persalinan prematur merupakan salah satu masalah yang paling penting dalam
ilmu kedokteran. Angka kematian neonatus dengan berat lahir rendah sekitar 40 kali
bayi dengan berat badan normal yang lahir cukup bulan. Kejadian serebral palsi yang
menyertai persalinan prematur dapat 10 kali lebih tinggi dan defisiensi mental 5 kali
lebih tinggi dibanding neonatus cukup bulan. Adanya defisit penglihatan dan
pendengaran, gangguan emosional dan gangguan penyesuaian sosial pada bayi
prematur jauh melebihi bayi matur.1

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007, penyebab kematian


bayi baru lahir pada kelompok 0-6 hari di Indonesia yang tertinggi yaitu gangguan
pernapasan sebesar 36,9%, sedangkan prematuritas sebesar 32,4%. Penyebab
kematian bayi pada kelompok umur 7-28 hari adalah yang tertinggi yaitu sepsis
sebesar 20,5% sedangkan prematuritas sebesar 12,8%.2

Penyebab persalinan prematur sering dapat dikenali dengan jelas. Namun


pada banyak kasus penyebab pasti tidak dapat diketahui. Beberapa faktor mempunyai
andil dalam terjadinya persalinan prematur seperti faktor pada ibu, faktor janin dan
plasenta ataupun faktor lain seperti sosioekonomik.3

1.2. Tujuan

Memahami permasalahan, penyebab, patofisiologi, pengelolaan dan pencegahan


persalinan prematur, sehingga dapat mengelola persalinan prematur dengan tepat dan
dapat menurunkan angka kejadian persalinan prematur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Persalinan prematur adalah persalinan yang berlangsung pada umur


kehamilan 20 – 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (ACOG 1995).
Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi prematur adalah bayi yang
lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang. Himpunan Kedokteran
Fetomaternal POGI di Semarang tahun 2005 menetapkan bahwa persalinan preterm
adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu.3

2.2. Masalah persalinan preterm

Angka kejadian persalinan preterm pada umumnya adalah sekitar 6 – 10%.


Hanya 1,5 % persalinan terjadi pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu dan
0,5% pada kehamilan kurang dari 28 minggu. Namun, kelompok ini merupakan
duapertiga dari kematian neonatal. Kesulitan utama dalam persalinan preterm ialah
perawatan bayi preterm, yang semakin muda usia kehamilannya semakin besar
morbiditas dan mortalitas. Penelitian lain menunjukkan bahwa umur kehamilan dan
berat bayi lahir saling berkaitan dengan risiko kematian perinatal. Pada kehamilan
umur 32 minggu dengan berat bayi >1.500 gram keberhasilan hidup sekitar 85%,
sedang pada umur kehamilan sama dengan berat janin <1.500 gram angka
keberhasilan sebesar 80%. Pada umur kehamilan <32 minggu dengan berat lahir
<1.500 gram angka keberhasilan hanya sekitar 59%. Hal ini menunjukkan bahwa
keberhasilan persalinan preterm tidak hanya tergantung umur kehamilan, tetapi juga
berat bayi lahir. 3

Permasalahan yang terjadi pada persalinan preterm bukan saja pada kematian
perinatal, melainkan bayi prematur ini sering pula disertai dengan kelainan, baik
kelainan jangka pendek maupun jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang sering
terjadi adalah RDS (Respiratory Distress Syndrome), perdarahan
intra/periventrikular, NEC (Necrotizing Entero Colitis), displasi bronco-pulmonar,
sepsis dan paten duktus arteriosus. Adapun kelainan jangka panjang sering berupa
kelainan neurologik seperti serebral palsi, retinopati, retardasi mental, juga dapat
terjadi disfungsi neurobehavioral dan prestasi sekolah yang kurang baik. 3

2.3. Etiologi dan Faktor Predisposisi

Persalinan prematur merupakan kelainan proses yang multifaktorial. Kombinasi


keadaan obstetrik, sosiodemografi dan faktor medik mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya persalinan prematur. Kadang hanya risiko tunggal dijumpai seperti distensi
berlebih uterus, ketuban pecah dini atau trauma. Banyak kasus persalinan prematur
sebagai akibat proses patogenik yang merupakan mediator biokimia yang mempunyai
dampak terjadinya kontraksi rahim dan perubahan serviks, yaitu: 3

1. Aktivasi aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal baik pada ibu maupun


janin, akibat stress pada ibu atau janin
2. Inflamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi asenden dari
traktus genitourinaria atau infeksi sistemik
3. Perdarahan desidua
4. Peregangan uterus patologik
5. Kelainan pada uterus atau serviks

Kondisi selama kehamilan yang berisiko terjadinya persalinan preterm adalah: 3

 Janin dan plasenta


- Perdarahan trimester awal
- Perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, vasa previa)
- Ketuban pecah dini (KPD)
- Pertumbuhan janin terhambat
- Cacat bawaan janin
- Kehamilan ganda / gemeli
- Polihidramnion
 Ibu
- Penyakit berat pada ibu
- Diabetes mellitus
- Preeklampsia / hipertensi
- Infeksi saluran kemih / genital / intrauterine
- Penyakit infeksi dengan demam
- Stress psikologik
- Kelainan bentuk uterus/serviks
- Riwayat persalinan preterm / abortus berulang
- Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)
- Pemakaian obat narkotik
- Trauma
- Perokok berat
- Kelainan imunologik / kelainan resus
Persalinan prematur pada ibu yang mengalami ketuban pecah dini mempunyai
peluang 3,7 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak mengalami ketuban pecah
dini. Ibu jarak kehamilan <18 bulan memiliki peluang 1,6 kali persalinan prematur
dibandingkan ibu dengan jarak kehamilan >24 bulan. Ibu primipara memiliki peluang
persalinan prematur sebesar 1,5 kali dibandingkan ibu multipara Ibu usia > 35 tahun
memiliki peluang persalinan prematur 1,9 kali dibandingkan umur 20-30 tahun.
Persalinan prematur pada ibu dengan plasenta previa memiliki peluang 1,9 kali lebih
besar dibandingkan ibu yang tidak mengalami plasenta previa. Persalinan prematur
pada ibu yang mengalami preeklampsi/eklampsi memiliki peluang 3 kali
dibandingkan dengan yang tidak mengalami preeklampsi/eklampsi. Persalinan
prematur pada ibu yang mengalami perdarahan antepartum memiliki peluang 3,6 kali
lebih besar dibandingkan ibu yang tidak mengalami perdarahan antepartum.4
2.4. Patogenesis

Pajanan ke endotoksin bakteri

Pengaktifan sel desidua/leukosit oleh endotoksin

Sekresi berbagai sitokin dan kemokin yang mengaktifkan jenjang reaksi

+ + +

Peradangan Prostaglandin Pengaktifan prematur


jenjang endokrin HPA
janin
Esterogen
+
Sintesis protease
Kortisol
Pematangan Pengaktifan DHEA-S
serviks miometrium
PPROM CRH
plasenta
PERSALINAN
PREMATUR

IBU JANIN

Skema 1. Persalinan prematur akibat infeksi 5

CRH : corticotrophin releasing hormone

DHEA-S: dehidroepiandrosteron sulfat

HPA: Hipotalamus hipofisis adrenal

PPROM: Preterm prematur rupture of the membrane


2.5. Diagnosis

Beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai diagnosis ancaman persalinan


prematur yaitu: 3
1. Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali
dalam waktu 10 menit
2. Adanya nyeri pada punggung bawah
3. Perdarahan bercak
4. Perasaan menekan daerah serviks
5. Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm
dan penipisan 50-80 %
6. Presentasi janin rendah sampai mencapai spina isiadika
7. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan
preterm
8. Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu

Tabel 1. Diagnosis dan penatalaksanaan persalinan kurang bulan berdasarkan


pengamatan kontraksi uterus dan perubahan serviks 1

Kontraksi uterus Penipisan dan Diagnosis Penatalaksanaan


dilatasi serviks
Tidak Tidak Tidak dalam Tidak ada
persalinan
Ya Tidak Persalinan Hidrasi dan sedasi
prematur
Tidak Ya Serviks Tirah baring,
inkompeten pemasangan cincin
serviks
Ya Ya Persalinan Protokol tokolitik
prematur
2.6. Gambaran fisik bayi prematur

Beberapa gambaran fisik bayi prematur, yaitu: 6

 Berat lahir kurang 2500 gram


 Tulang rawan telinga belum terbentuk
 Masih terdapat lanugo (rambut halus pada kulit)
 Refleks masih lemah
 Alat kelamin luar: pada perempuan labium mayus belum menutup labium
minus, pada laki-laki belum terjadi penurunan testis dan kulit testis rata (rugae
testis belum terbentuk)

2.7. Penapisan untuk persalinan preterm

Beberapa indikator dapat dipakai untuk meramalkan terjadinya persalinan preterm,


sebagai berikut.3

1. Indikator klinik
Indikator klinik yang dapat dijumpai seperti timbulnya kontraksi dan
pemendekan serviks (secara manual maupun ultrasonografi). Terjadinya
ketuban pecah dini juga meramalkan akan terjadinya persalinan preterm.
2. Indikator laboratorik
Beberapa indikator laboratorik yang bermakna antara lain adalah: jumlah
leukosit dalam air ketuban (20/ml atau lebih), pemeriksaan CRP (>0,7 mg/ml)
dan pemeriksaan leukosit dalam serum ibu (> 13.000/ml).
3. Indikator biokimia
- Fibronektin janin: peningkatan kadar fibronektin janin pada vagina,
serviks dan air ketuban memberikan indikasi adanya gangguan pada
hubungan antara korion dan desidua. Pada kehamilan 24 minggu atau
lebih, kadar fibronektin janin 50 ng/ml atau lebih mengindikasikan
risiko persalinan preterm.
- Corticotropin releasing hormone (CRH):Peningkatan CRH dini atau
pada trimester 2 merupakan indicator kuat untuk terjadinya persalinan
preterm.
- Sitokin inflamasi: seperti IL-1β, IL-6, IL-8 dan TNF-α telah diteliti
sebagai mediator yang mungkin berperan dalam sintesis prostaglandin.
- Isoferitin plasenta: pada keadaan normal (tidak hamil) kadar isoferitin
sebesar 10 U/ml. kadarnya meningkat secara bermakna selama
kehamilan dan mencapai puncak pada trimester akhir yaitu 54,8 + 53
U/ml. Penurunan kadar dalam serum akan berisiko terjadinya
persalinan preterm.
- Feritin: Rendahnya kadar feritin merupakan indikator yang sensitif
untuk keadaan kurang zat besi. Peningkatan ekspresi feritin berkaitan
dengan keadaan reaksi fase akut termasuk kondisi inflamasi. Beberapa
peneliti menyatakan ada hubungan antara peningkatan kadar feritin
dan kejadian penyulit kehamilan, termasuk persalinan preterm.

2.8. Pengelolaan

Manajemen persalinan preterm bergantung pada beberapa faktor3

1. Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak dihambat bilamana


selaput ketuban sudah pecah.
2. Pembukaan serviks. Persainan akan sulit dicegah bila pembukaan mencapai 4
cm.
3. Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah persalinan
makin perlu dilakukan. Persalinan dapat dipertimbangkan bila TBJ > 2.000
gram atau kehamilan > 34 minggu.
4. Penyebab / komplikasi persalinan preterm.
5. Kemampuan neonatal intensive care facilities.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm, terutama
mencegah morbiditas dan mortalitas neonatus preterm adalah:3
1. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolisis
2. Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid
3. Pencegahan terhadap infeksi

Tokolitik

Pemberian tokolitik bila dijumpai kontraksi uterus yang regular dengan perubahan
serviks. Alasan pemberian tokolitik pada persalinan preterm adalah:3

1. Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur


2. Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulir surfaktan
paru janin
3. Memberi kesempatan transfer intrauterin pada fasilitas yang lebih lengkap

Kriteria pemberian obat tokolitik7

1. Umur kehamilan 24-34 minggu.


2. Minimal terdapat 2 kontraksi dalam 15 menit dengan pemeriksaan KTG.
3. Adanya pengaruh kontraksi rahim yang jelas terhadap serviks (pendataran)
4. Pembukaan serviks kurang dari 3 cm
5. Tidak ada kontra indikasi pemberian obat-obat β adrenergic agonis

Beberapa macam obat yang dapat digunakan sebagai tokolitik adalah:7

1. Salbutamol : Diberikan dengan dosis 10 mg dalam larutan NaCl atau


Ringer Laktat. Dimulai dengan infuse 10 tetes/menit, bila kontraksi masih ada
tingkatkan tetesan infuse 10 tetes/menit setiap 30 menit sampai kontraksi
berhenti atau nadi ibu melebihi 120x/menit. Bila kontraksi berhenti, tetesan
tersebut dipertahankan sampai 12 jam setelah kontraksi berakhir. Sebagai
dosis jaga, diberikan salbutamol per oral 3 x 4 mg per hari selama 7 hari.
2. Isoksuprin : Diberikan per infuse dengan kecepatan 0,25-0,5 mg/menit
(1,5-3 cc/menit) bisa dinaikkan sampai 1 mg/menit. Dua jam setelah kontraksi
menghilang, dilanjutkan dengan pemberian 10 mg/3-6 jam secara i.m, selama
12-24 jam kemudian dilanjutkan dengan pemberian 10-20 mg tablet setiap 6
jam selama 3 hari.
3. Nifedipin : Diberikan dengan dosis 3 x 20 mg per oral per hari sampai
kontraksi berhenti. Perhatikan tekanan darah untuk mencegah keadaan
hipotensi.
4. MgSO4 : Diberikan dengan dosis awal sebanyak 4 gr i.v (MgSO4 20%
20 cc), diikuti dengan pemberian 1-2 gr setiap jam per infus dengan cara 10 gr
MgSO4 dalam 50 cc Ringer Laktat dengan tetesan 20-30 tetes/menit.
Diperhatikan syarat-syarat pemberian MgSO4 dan harus tersedia antidotum
yaitu Calsium Glukonas 10% 10cc.
5. Terbutalin : 250 ug secara i.v dilanjutkan dengan pemberian per infuse 10
ug/menit. Pengobatan dipertahankan sampai 8 jam, kemudian dilanjutkan
dengan pemberian subkutan 250 ug setiap 4 jam selama 24 jam. Pengobatan
dilanjutkan secara oral dengan dosis 2,5 ug/4-6 jam.

Kortikosteroid

Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan paru janin,


menurunkan insidensi RDS, mencegah perdarahan intraventrikular, yang akhirnya
menurunkan kematian neonates. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana usia
kehamilan kurang dari 35 minggu.

Pemberian siklus tunggal kortikosteroid adalah:

Betametason: 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam

Deksametason: 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.3


Antibiotika

Antibiotika hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko


terjadinya infeksi seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per oral, yang dianjurkan
adalah: eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3 x
500 mg selama 3 hari atau dapat menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin. 3

2.9. Cara persalinan

Bila janin presentasi kepala, maka diperbolehkan partus pervaginam. Seksio


sesarea tidak member prognosis yang lebih baik bagi bayi, bahkan merugikan ibu.
Prematuritas janganlah dipakai sebagai indikasi untuk melakukan seksio sesarea.
Oleh karena itu, seksio sesarea hanya dilakukan atas indikasi obstetrik. 3

Pada kehamilan letak sungsang 30-34 minggu, seksio sesarea dapat


dipertimbangkan. Setelah kehamilan lebih dari 34 minggu, persalinan dibiarkan
terjadi karena morbiditas dianggap sama dengan kehamilan aterm. 3

2.10. Pencegahan

Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:8


1. Hindari kehamilan pada ibu terlalu muda (17 tahun)
2. Hindari jarak kehamilan terlalu dekat
3. Menggunakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh pelayanan antenatal
yang baik
4. Anjuran tidak merokok maupun mengonsumsi obat terlarang (narkotik)
5. Hindari kerja berat dan perlu cukup istirahat
6. Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan preterm
7. Kenali dan obati infeksi genital / saluran kencing
8. Deteksi dan pengamanan faktor risiko terhadap persalinan preterm
2.11. Perawatan Neonatus

Untuk perawatan bayi preterm baru lahir perlu diperhatikan keadaan umum,
biometri, kemampuan bernafas, kelainan fisik dan kemampuan minum.
Keadaan kritis bayi prematur yang harus dihindari adalah kedinginan,
pernapasan yang tidak adekuat atau trauma. Suasana hangat diperlukan untuk
mencegah hipotermia pada neonatus (suhu badan dibawah 36,50 C), bila mungkin
bayi sebaiknya dirawat cara kanguru untuk menghindari hipotermia. Kemudian
dibuat perencanaan pengobatan dan asupan cairan.
ASI diberikan lebih sering, tetapi bila tidak mungkin, diberikan dengan sonde
atau dipasang infus. Semua bayi baru lahir harus mendapat nutrisi sesuai dengan
kemampuan dan kondisi bayi.3

Manajemen Umum

Setiap menemukan BBLR lakukan manajemen umum sebagai berikut:6


 Stabilisasi suhu, jaga bayi tetap hangat
 Jaga jalan napas tetap bersih dan terbuka
 Nilai segera kondisi bayi tentang tanda vital: pernapasan, denyut jantung,
warna kulit dan aktifitas
 Bila bayi mengalami gangguan napas, dikelola gangguan napas
 Bila bayi kejang, hentikan kejang dengan anti konvulsan
 Bila bayi dehidrasi, pasang jalur intravena, berikan cairan rehidrasi IV
 Kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya

Pemberian Minum6
 Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan
cara apapun:
 Periksa apakah bayi puas setelah menyusu
 Catat jumlah urin setiap bayi buang air kecil untuk menilai kecukupan
minum (paling kurang 6 kali sehari)
 Periksa pada saat ibu meneteki, apabila satu payudara dihisap, ASI
akan menetes dari payudara yang lain
 Timbang bayi setiap hari, hitung penambahan/pengurangan berat, sesuaikan
pemberian cairan dan susu, serta catat hasilnya.
 Bayi dengan berat 1500-2500 g tidak boleh kehilangan berat lebih 10% dari berat
lahirnya pada 4-5 hari pertama.
 Apabila kenaikan berat badan bayi tidak adekuat, tangani sebagai masalah
kenaikan berat badan tidak adekuat.
 Apabila bayi telah menyusu ibu, perhatikan cara pemberian ASI dan kemampuan
bayi mengisap paling kurang sehari sekali.
 Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
BAB III

PENUTUP

2.1. Kesimpulan

1. Persalinan prematur adalah persalinan yang berlangsung pada umur


kehamilan 20 – 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (ACOG
1995). Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi prematur
adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang.
2. Beberapa faktor mempunyai andil dalam terjadinya persalinan prematur
seperti faktor pada ibu, faktor janin dan plasenta ataupun faktor lain seperti
sosioekonomik
3. Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali
dalam waktu 10 menit, adanya nyeri pada punggung bawah, perdarahan
bercak,perasaan menekan daerah serviks pada usia kehamilan 22-37 minggu
merupakan beberapa gejala persalinan prematur.
4. Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm, terutama
mencegah morbiditas dan mortalitas neonatus preterm adalah:
 Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolisis
 Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid
 Pencegahan terhadap infeksi
5. Cara persalinan pada persalinan prematur apabila presentasi kepala maka
diperbolehkan pervaginam, persalinan prematur bukan merupakan indikasi
untuk seksio sesarea.
6. Untuk perawatan bayi preterm baru lahir perlu diperhatikan keadaan umum,
biometri, kemampuan bernafas, kelainan fisik dan kemampuan minum.
DAFTAR PUSTAKA

1. Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetri & ginekologi. Edisi 9. Jakarta:
EGC; 2008. P 343-348.
2. Kementrian kesehatan RI. Profil kesehatan Indonesia 2008. Jakarta:
Kemenkes RI; 2009.
3. Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH. Ilmu kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. Edisi 4. Cetakan 3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010. P 667-675.
4. Agustiana T. Faktor faktor yang berhubungan dengan persalinan prematur di
Indonesia tahun 2010. [skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2012.
5. Cuningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Obstetri Williams. Edisi 23. Volume 2. Jakarta: EGC; 2012.
6. Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, IDI, Organisasi Profesi. Buku acuan
paket pelatihan pelayanan obstetric dan neonates emergensi dasar (PONED).
Jakarta: JNPKKR, Depkes RI; 2008.
7. Krisnadi SR, Mose JC, Effendi JS. Pedoman diagnosis dan terapi obstetric
dan ginekologi rumah sakit Dr. Hasan Sadikin bagian pertama (obstetri).
Bandung: Bagian obstetri dan ginekologi FK Universitas Padjadjaran RS Dr.
Hasan Sadikin Bandung; 2005.
8. Mochtar R. Sinopsis obstetri obstetri fisiologi obstetri patologi. Edisi 2.
Jakarta: EGC; 1998.

Вам также может понравиться