Вы находитесь на странице: 1из 11

LAPORAN PENUGASAN INDIVIDU POPULASI 3

“INDIKATOR KESEHATAN LINGKUNGAN”

Kelompok 12
Anggota kelompok :
Mochamad Bagus Ferdiawan (H1A016053)
Mochamad Fauzi Aulia Akbar (H1A016054)
Nikita Andini Putri (H1A016066)
Nurekayani Rahayuningrum (H1A016070)
Subula Robbiki Zulula (H1A016082)

Dosen pembimbing : dr. Lina Nurbaiti, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MATARAM

2019
INDIKATOR KESEHATAN LINGKUNGAN MENURUT DIREKTORAT KESEHATAN
LINGKUNGAN TAHUN 2015-2019

Pada Tahun 2016 Direktorat Kesehatan Lingkungan memiliki 7 indikator kinerja sasaran
kesehatan lingkungan yang meliputi :
1. Persentase Kabupaten/Kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan
2. Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM
3. Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan
4. Persentase Tempat- Tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan
5. Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar
6. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan
7. Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
Dalam melaksanakan 7 indikator kinerja kegiatan Penyehatan Lingkungan memiliki 4
kegiatan pokok yaitu Penyehatan air minum & sanitasi dasar, Penyehatan Pangan, Penyehatan
udara, tanah dan kawasan, serta Pengamanan limbah dan radiasi. Berikut beberapa indicator
yang mewakili keempatnya :

1. Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat)

Desa yang melakukan STBM adalah desa/kelurahan yang sudah melakukan pemicuan,
mempunyai tim kerja masyarakat atau natural leader, dan telah mempunyai rencana kerja
masyarakat.

Tujuan kegiatan sanitasi dasar berhubungan dengan kegiatan penyehatan air untuk
mengatasi masalah sanitasi dan kecukupan kebutuhan air minum. Direktorat Kesehatan
Lingkungan, khususnya Subdit Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar (PASD) melakukan berbagai
kegiatan Pengawasan Kualitas Air Minum dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Hal
tersebut tertuang dalam 2 indikator yang menjadi target pelaksanaan kegiatan Subdit PASD
yang meliputi jumlah desa yang melaksanakan STBM dan persentase sarana air minum yang
dilakukan pengawasan. Dimana desa yang melaksanakan STBM adalah desa atau kelurahan
yang sudah melakukan pemicuan, mempunyai tim kerja masyarakat atau natural leader, dan
telah mempunyai rencana kerja masyarakat. Dalam pelaksanaanya dapat bermitra dengan MUI
untuk pembangunan Pendayagunaan Harta Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf agar dapat
membangun sarana air bersih dan sanitasi bagi masyarakat.

Rumus : jumlah desa per kelurahan yang melaksanakan STBM / jumlah seluruh desa pada
kelurahan tersebut.

2. Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan

Kualitas air minum adalah kualitas air minum yang memenuhi syarat secara
fisik/kimia/mikrobiologi sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010. Sedangkan tengtang pengawasan kualitas air minum diatur oleh
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736/MENKES/PER/IV/2010 tentang Tata Laksana dan
Pengawasan Kualitas Air Minum, bahwa pengawasan internal dilakukan penyelenggara air
minum komersial dan pengawasan eksternal oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Pengawasan kualitas air minum adalah penyelenggara air minum yang diawasi kua;itas
hasil produksinya secera eksternal oleh Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dan KKP
yang dibuktikan dengan jumlah sample pengujian kualitas air. Penyelenggara air minum adalah
PDAM/BPAM/PT yang terdaftar di Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia
(Perpamsi), sarana air minum perpipaan non PDAM, dan Sarana air minum bukan jaringan
perpipaan komunal.

Pengawasan sarana air minum bertujuan oleh Direktorat Kesehatan Lingkungan,


khususnya Subdit Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar (PASD) dengan melakukan berbagai
kegiatan Pengawasan Kualitas Air Minum dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
bertujuan untuk mengatasi masalah kecukupan kebutuhan air minum. Hal tersebut tertuang
dalam indikator yang menjadi target pelaksanaan kegiatan Subdit PASD yaitu mengenai
persentase pengawasan sarana air minum yang diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana dan Pengawasan Kualitas Air Minum,
bahwa pengawasan Internal dilakukan oleh penyelenggara air minum komersial dan
pengawasan Eksternal oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dibuktikan dengan jumlah
sampel pengujian kualitas air. Kualitas air minum adalah kualitas air minum yang memenuhi
syarat secara fisik/kimia/mikrobiologi sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010. Penyelenggara air minum adalah PDAM/BPAM/PT yang terdaftar
di Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi), sarana air minum
perpipaan non PDAM, dan sarana air minum bukan jaringan perpipaan komunal

Rumus : jumlah sarana yang memenuhi syarat/ jumlah keseluruhan sarana yang ada

3. Persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan

TTU yang memenuhi syarat kesehatan adalah tempat dan fasilitas umum minimal
sarana pendidikan dan pasar tradisional yeng memenuhi syarat kesehatan berdasarkan hasil
inspeksi Kesehatan Lingkungan sesuai standar di wilayah kab/kota dalam kurun waktu 1 tahun.
TTU dinyatakan sehat apabila memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan dapat
mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni, dan masyarakat sekitarnya serta
memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya masalah kesehatan.

Tujuan kegiatan penyehatan udara, tanah, dan kawasan sehat adalah terpenuhinya
persyaratan fisiologis, psikologis, dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna,
penghuni, dan masyarakat sekitarnya serta memenuhi persyaratan dalam pencegahan
terjadinya masalah kesehatan. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana, serta kegiatan
khusus atau kesling tertentu yang sebagian besar dari keseluruhan kegiatan tersebut
berorientasi pada pemberdayaan masyarakat yang diharapkan dapat terjadi pada
Kabupaten/Kota Sehat, Pasar Sehat, Pelabuhan/Bandara Sehat, Sekolah Sehat, Kantor Sehat.
Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat sendiri merupakan kegiatan pemerintah daerah yang
ditujukan untuk meningkatkan kondisi lingkungan di wilayahnya kearah yang lebih baik
sehingga masyarakatnya dapat hidup dengan aman, nyaman, bersih dan sehat. Selain itu,
penyelenggaraan Kab/Kota Sehat juga merupakan pelaksanaan berbagai kegiatan dalam
mewujudkan kab/kota sehat berbasis masyarakat yang berkesinambungan, melalui forum yang
difasilitasi oleh pemerintah kab/kota. Kab/kota yang menyelenggarakan kawasan sehat adalah
kab/kota yang menyelenggarakan pendekatan Kab/Kota Sehat dengan membentuk Tim
Pembina dan Forum Kab/Kota Sehat yang menerapkan minimal 2 Tatanan dari 9 Tatanan
Kawasan Sehat yaitu kawasan permukiman, sarana, dan prasarana umum; kawasan sarana
lalu lintas tertib dan pelayanan transportasi; kawasan pertambangan sehat; kawasan hutan
sehat; kawasan industri dan perkantoran sehat; kawasan pariwisata sehat; ketahanan pangan
dan gizi; kehidupan masyarakat yang mandiri; dan kehidupan sosial yang sehat.
Rumus : jumlah TTU yang memenuhi syarat / jumlah TTU yang ada

4. Persentase Rumah Sakit yang melakukan pengolahan limbah medis sesuai standar

RS yang melakukan pengelolaan limbah medis adalah RS yang melakukan pemilahan dan
pengolahan limbah medis sesuai aturan. Pemilahan adalah telah memisahkan antara limbah
medis dan non medis. Pengolahan adalah proses pengolahan akhir limbah yang dilakukan
sendiri atau melalui jalur pihak ketiga yang berizin.

Pencemaran lingkungan dapat juga diakibatkan oleh manusia dan pada akhirnya
dampaknya juga dapat dirasakan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Dampak limbah buangan hasil aktifitas manusia bila tidak dikelola dengan serius akan menjadi
sumber penularan penyakit sehingga dapat menimbulkan permasalahan tersendiri bagi
masyarakat. Penyelenggaraan kegiatan pengamanan limbah, udara, dan radiasi bertujuan
untuk mengendalikan risiko terjadinya pencemaran dan dampaknya terhadap kesehatan
lingkungan yang berfokus pada pengelolaan limbah medis fasyankes dan Analisis Dampak
Kesehatan Lingkungan (ADKL). Jumlah layanan kesehatan yang bertambah dapat
meningkatkan jumlah limbah medis yang harus dikelola. Agar limbah medis tidak berdampak
pada masyarakat maka limbah medis perlu dikelola dengan aman dan benar sesuai standar
karena limbah medis merupakan bahan berbahaya dan beracun. Fasilitas pelayanan kesehatan
yang tersebar di Indonesia menjadi ancaman kesehatan apabila limbah medis tidak dikelola
dengan benar. Terkait kegiatan ini terdapat indikator yang mendukung yaitu indikator
persentase RS yang melaksanakan pengelolaan limbah medis sesuai standar. RS yang
melakukan pengelolahan limbah medis adalah RS yang melakukan pemilahan dan pengolahan
limbah medis sesuai aturan. Pemilahan adalah telah memisahkan antara limbah medis dan non
medis. Pengolahan adalah proses pengolahan akhir limbah yang dilakukan sendiri atau melalui
pihak ketiga yg berizin.

Rumus : jumlah rumah sakit yang melakukan pengolahan limbah medis sesuai standar per
kab/kota / seluruh rumah sakit yang ada

5. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan


TPM yang memenuhi syarat kesehatan adalah TPM yang memenuhi persyaratan
hygiene sanitasi yang dibuktikan dengan sertifikat baik hygiene sanitasi. TPM adalah Tempat
Pengelolaan Makanan siap saji yang terdiri dari Rumah Makan/Restoran, Jasa Boga, Depot Air
Minum, Sentra Makanan Jajanan, Kantin Sekolah.

Pelaksanaan kegiatan higiene sanitasi pangan merupakan salah satu aspek yang
bertujuan untuk menjaga keamanan pangan yang harus dilaksanakan secara terstruktur dan
terukur dengan kegiatan, sasaran dan ukuran kinerja yang jelas, salah satunya dengan
mewujudkan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan. TPM
yang memenuhi syarat kesehatan adalah TPM yang memenuhi persyaratan hygiene sanitasi
yang dibuktikan dengan sertifikat laik hygiene sanitasi. TPM adalah Tempat Pengelolaan
Makanan (TPM) siap saji yang terdiri dari rumah makan/restoran, jasa boga, depot air minum,
sentra makanan jajanan, kantin sekolah.

Rumus : jumlah TPM yang memenuhi syarat / jumlah keseluruhan TPM yang ada

6. Persentase Kabupaten/Kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan

Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat sendiri merupakan kegiatan pemerintah


daerah yang ditujukan untuk meningkatkan kondisi lingkungan di wilayahnya kearah yang lebih
baik sehingga masyarakatnya dapat hidup dengan aman, nyaman, bersih dan sehat.
Penyelenggaraan Kab/Kota Sehat adalah juga merupakan pelaksanaan berbagai kegiatan
dalam mewujudkan kab/kota sehat berbasis masyarakat yang berkesinambungan, melalui
forum yang difasilitasi oleh pemerintah kab/kota. Kab/kota yang menyelenggarakan kawasan
sehat adalah kab/kota yang menyelenggarakan pendekatan Kab/Kota Sehat dengan
membentuk Tim Pembina dan Forum Kab/Kota Sehat yang menerapkan minimal 2 Tatanan dari
9 Tatanan Kawasan Sehat yaitu kawasan permukiman, sarana, dan prasarana umum; kawasan
sarana lalu lintas tertib dan pelayanan transportasi; kawasan pertambangan sehat; kawasan
hutan sehat; kawasan industri dan perkantoran sehat; kawasan pariwisata sehat; ketahanan
pangan dan gizi; kehidupan masyarakat yang mandiri; dan kehidupan sosial yang sehat.

Tujuan pemenuhan kualitas kesehatan lingkungan dengan melakukan Penyelenggaraan


Kabupaten/Kota Sehat adalah untuk meningkatkan kondisi lingkungan di wilayahnya kearah
yang lebih baik sehingga masyarakatnya dapat hidup dengan aman, nyaman, bersih dan sehat.
Rumus : jumlah kabupaten/Kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan / jumlah
Kabupaten/kota secara keseluruhan.

7. Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat

Penyelenggaraan Kab/Kota Sehat adalah juga merupakan pelaksanaan berbagai


kegiatan dalam mewujudkan kab/kota sehat berbasis masyarakat yang berkesinambungan,
melalui forum yang difasilitasi oleh pemerintah kab/kota. Kab/kota yang menyelenggarakan
kawasan sehat adalah kab/kota yang menyelenggarakan pendekatan Kab/Kota Sehat dengan
membentuk Tim Pembina dan Forum Kab/Kota Sehat yang menerapkan minimal 2 Tatanan dari
9 Tatanan Kawasan Sehat yaitu kawasan permukiman, sarana, dan prasarana umum; kawasan
sarana lalu lintas tertib dan pelayanan transportasi; kawasan pertambangan sehat; kawasan
hutan sehat; kawasan industri dan perkantoran sehat; kawasan pariwisata sehat; ketahanan
pangan dan gizi; kehidupan masyarakat yang mandiri; dan kehidupan sosial yang sehat.

Tujuan kegiatan penyehatan udara, tanah, dan kawasan sehat adalah terpenuhinya
persyaratan fisiologis, psikologis, dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna,
penghuni, dan masyarakat sekitarnya serta memenuhi persyaratan dalam pencegahan
terjadinya masalah kesehatan.

Rumus : jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat / jumlah


kab/kota secara keseleruhan.
Indikator Sasaran dan Target Kegiatan Direktorat Kesehatan Lingkungan

No Indikator Tahun (Target) Keterangan

2015 2016 2017 2018 2019

1 % kabupaten /Kota 20 25 30 35 40 Renstra,


yang memenuhi RAP, RAK
kualitas kesehatan ,IKU
lingkungan

2 Jumlah 25000 30000 35000 40000 45000 RPJMN,


Desa/Kelurahan Renstra,
yang RAP, RAK,
melaksanakan IKK
STBM

3 % Sarana air 30 35 40 45 50 RPJMN,


minum yang Renstra
dilakukan ,RAP, IKK
pengawasan

4 % tempat-tempat 50 52 54 56 58 RPJMN,
umum yang Renstra,
memenuhi syarat RAP, IKK
kesehatan

5 % RS yang 10 15 21 28 36 Renstra,
melakukan RAP, RAK,
pengelolaan IKK
limbah medis
sesuai standar

6 % Tempat 8 14 20 26 32 Renstra,
Pengelolaan RAP, RAK,
Makanan (TPM) IKK
yang memenuhi
syarat kesehatan

7 Jumlah Kabupaten 346 356 366 376 386 Renstra,


/ Kota yang RAP, RAK,
menyelenggarakan IKK
tatanan kawasan
sehat

Berdasarkan hasil indikator sasaran yang dilaporkan, tiap indikator yang ditetapkan oleh
Direktorat Kesling tiap tahunnya meningkat. Hal ini didasarkan pada peningkatan pola hidup
dan kebersihan sanitasi lingkungan masyarakat. Dengan melakukan pembangunan, sosialisasi
atau penyuluhan, alat-alat pengelola limbah medis yang memadai di setiap wilayah, dan
dilakukan monitoring secara berkala memicu untuk meningkatkan target wilayah dengan
lingkungan kesehatan yang baik.

Capaian kerja pada indikator 1 dirasa sangat baik. Terdapat peninkatan persentase
Kabupaten/Kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan pada tahun 2016 sebanyak 172
kota, dari target awal 129 kabupaten/kota. Sebuah kabupaten/kota yang dinyatakan meningkat
kualitas kesehatan lingkungannya berdasarkan dari kriteria berikut :

1. Memiliki Desa/kelurahan yang melaksanakan STBM minimal 20%


2. Menyelenggarakan kab/kota sehat
3. Melakukan pengawasan kualitas air minum minimal 30%
4. TPM memenuhi syarat kesehatan minimal 8 %
5. TTU memenuhi syarat kesehatan minimal 30%
6. RS melaksanakan pengelolaan limbah medis minimal 10%

Dasar penetapan kriteria sebanyak 4 dari 6 antara lain berdasarkan analisa data
realisasi indikator pada tahun 2013. Didapatkan hasil bahwa jika 5 dan 6 kriteria yang
ditetapkan maka hanya bisa 2 kab/kota yang memenuhi kriteria tersebut. Selanjutnya dilakukan
analisis kembali untuk mendapatkan jumlah kab/kota yang lebih besar yang dapat memenuhi
kriteria yang ditetapkan. Jika ditetapkan 2 kriteria maka 130 kab/kota yang dapat memenuhi
kriteria, jika ditetapkan 3 kriteria maka 119 kab/kota yang dapat memenuhi kriteria, jika
ditetapkan 4 kriteria maka jumlah kab/kota yang dapat memenuhi kriteria tersebut sebesar 76
kab/kota. Oleh karena itu ditetapkanlah minimal 4 dari 6 kriteria sebagai kriteria indikator
kab/kota yang memenuhi kualitas kesling.

Sebaran Realisasi Indikator Kinerja Kesehatan Lingkungan Per Provinsi pada tahun 2016
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Kesehatan Lingkungan. 2016. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Departemen Kesehatan.

Вам также может понравиться