Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KATA PENGANTAR………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….. 4
1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………... 5
BAB II PEMBAHASAN DAN KASUS……………………………………… 6
3.1 Pembahasan dan Kajian ……………………………………………… 6
3.1 Kasus…………………………………………………………………... 14
3.2 Analisis Kasus…………………………………………………………. 19
BAB III KESIMPULAN………………………………………………………. 21
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penyusun ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya
lah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Paper dengan judul Etika Bisnis Berbasis
Digital ini disusun untuk memenuhi tugas Etika Bisnis dan Profesi Akuntansi
Para penyusun juga menyampaikan rasa terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada orang tua dan dosen mata kuliah.
Proposal ini di harapkan dapat bermanfaat dan berguna pada saat ini ataupun di kemudian
hari. Para penyusun menyadari masih adanya kekurangan dalam penyusunan paper ini, mudah-
mudahan dengan adanya kekurangan tersebut penulis ataupun pembaca dapat memperbaikinya
dengan memberikan kritik dan saran sehingga akan ada kemajuan yang lebih baik dari
sebelumnya.
Para Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang paper, penulis sudah merangkum beberapa titik fokus
permasalahan :
1. Bagaimana Bisnis di Era Globalisasi?
2. Apa yang dimaksud Teknologi Informasi?
3. Bagaimana Etika Dalam Teknologi Informasi?
4. Apa Saja Bisnis dalam Teknologi Informasi (Digital) ?
5. Apa yang di maksud dengan E-commerce ?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Trade Area) di tahun 2003 dan APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) mulai tahun 2020
memberikan kesempatan para produsen untuk memasarkan produknya secara bebas, (Kwik
Kien Gie dkk, 1996).
Sebagai dampak globalisasi dan perubahan teknologi, situasi pasar saat ini didorong ke
arah keadaan yang berbeda jauh sekali dibandingkan situasi pasar sebelumnya. Perubahan-
perubahan tersebut tampak pada berbagai fenomena, antara lain:
1. Kekuasaan saat ini sudah beralih ke tangan konsumen.
2. Skala produksi yang besar tidak lagi merupakan keharusan.
3. Batasan-batasan negara dan wilayah tidak lagi menjadi kendala.
4. Teknologi dengan cepat dapat dikuasai dan ditiru.
5. Setiap saat akan muncul pesaing-pesaing dengan biaya yang lebih murah.
6. Meningkatnya kepekaan konsumen terhadap harga dan nilai.
1. Pelanggan lebih menuntut kecepatan waktu, dan budaya instant sudah menjadi trend
masa kini. Hal ini menjadikan waralaba yang laris adalah yang dapat menyediakan
makanan cepat saji.
2. Etika-etika dalam bisnis kurang diperhatikan oleh pelaku bisnis yang memang hanya
mengandalkan kekuatan dan kekuasaan saja, sehingga terjadilah pengkotak-kotakan
kepada pelaku bisnis menurut suku, etnis ataupun agama.
3. Pelanggan kini lebih cerdas dan kritis, dalam arti mereka tidak hanya melihat harga
tetapi juga membandingkan dengan mutu atau kualitas produk dan pasti akan
mengklaim jika kecewa terhadap suatu produk yang dibelinya.
4. Ditentukan adanya standar mutu tertentu yang diputuskan secara bersama-sama oleh
suatu komite yang ditunjuk, misalnya ISO.
5. Tingkat ekspansi dan persaingan bisnis sangat tinggi, baik secara domestic maupun
internasional, begitu suatu produk muncul di pasaran dan ‘booming’ , pasti dalam
sekejap ada produk lain yang meniru, entah halal maupun tidak.
7
6. Perubahan yang sangat cepat kadang-kadang tak terduga atau memang sulit diduga,
misalnya setelah terjadi pemboman gedung WTC di AS oleh teroris, pasar modal dunia
menjadi lesu dan bergejolak tak menentu, yang pasti dampaknya ke aspek bisnis yang
sangat mengejutkan bagi setiap pelaku bisnis.
7. Muncul ketidak pastian di sekitar hal-hal yang berkaitan dengan sumberdaya manusia,
misalnya bagaimana memotivasi karyawan dengan bermacam-macam latar belakang
pendidikannya, bagaimana mendapatkan karyawan yang berkualitas, cerdas,
berwawasan luas dalam lingkup domestic dan internasional.
8
2.5 Perlunya Teknologi Informasi
Teknologi Informasi dewasa ini menjadi hal yang sangat penting karena sudah banyak
organisasi yang menerapkan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan organisasi.
Teknologi informasi diterapkan untuk pengelolaan informasi yang dewasa ini menjadi salah
satu bagian penting karena:
1) meningkatnya kompleksitas dari tugas manajemen;
2) pengaruh ekonomi internasional (globalisasi);
3) perlunya waktu tanggap (respon time) yang lebih cepat;
4) tekanan akibat dari persaingan bisnis.
9
dam bahkan membahayakan. Sebuah kasus akibat kesalahan penghapusan nomor keamanan
social dialami oleh Edna Rismeller. Akibatnya, kartu asuransinya tidak bisa digunakan dan
bahkan pemerintah menarik kembali cek pensiun sebesar $672 dari rekening banknya.
Mengingat data dalam sistem informasi menjadi bahan dalam pengambilan keputusan,
keakurasiannya benar-benar harus diperhatikan.
3. Properti, Perlindungan terhadap hak property yang sedang digalakkan saat ini yaitu
dikenal dengan sebutan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Kekayaan Intelektual diatur
melalui 3 mekanisme yaitu hak cipta (copyright), paten, dan rahasia perdagangan (trade secret).
4. Hak cipta adalah hak yang dijamin oleh kekuatan hokum yang melarang penduplikasian
kekayaan intelektual tanpa seijin pemegangnya. Hak cipta biasa diberikan kepada pencipta
buku, artikel, rancangan, ilustrasi, foto, film, musik, perangkat lunak, dan bahkan kepingan
semi konduktor. Hak seperti ini mudah didapatkan dan diberikan kepada pemegangnya selama
masih hidup penciptanya ditambah 70 tahun.
5. Paten merupakan bentuk perlindungan terhadap kekayaan intelektual yang paling sulit
didapat karena hanya akan diberikan pada penemuan-penemuan inovatif dan sangat berguna.
Hukum paten memberikan perlindungan selama 20 tahun.
6. Rahasia Perdagangan. Hukum rahasia perdagangan melindungi kekayaan intelektual
melalui lisensi atau kontrak. Pada lisensi perangkat lunak, seseorang yang menandatangani
kontrak menyetujui untuk tidak menyalin perangkat lunak tersebut untuk diserhakan pada
orang lain atau dijual.
7. Akses. Fokus dari masalah akses adalah pada penyediaan akses untuk semua kalangan.
Teknologi informasi malah tidak menjadi halangan dalam melakukan pengaksesan terhadap
informasi bagi kelompok orang tertentu, tetapi justru untuk mendukung pengaksesan untuk
semua pihak.
10
1) Bisnis di bidang industri perangkat keras.
Bisnis bidang ini merupakan bisnis yang bergerak di bidang rekayasa perangkat-perangkat
keras pembentuk computer. Hal ini seperti yang dilakukan produsen-produsen perangkat keras
seperti IBM, Compaq, Seagate, Cannon, Hewlet Packard dan lain sebagainya
2) Bisnis di bidang rekayasa perangkat lunak.
Bisnis ini begerak di bidang rekayasa perangkat lunak atau perangkat lunak computer. Dalam
lingkup yang kecil, bisnis ini bisa saja dilakukan oleh individu atau seseorang yang menguasai
teknik-teknik rekayasa perangkat lunak. Teknik rekayasa yang dimaksud adalah kegiatan
engineering yang meliputi analis, desain, spesifikasi, implementasi, dan validasi untuk
menghasilkan produk berupa perangkat lunak yang digunakan untuk memecahkan masalah
pada berbagai bidang.
Sedangkan dalam lingkup yang lebih besar, bisnis rekayasa perangkat lunak ini adalah seperti
yang dilakukan oleh perusahaan perangkat lunak raksasa Microsoft, Corel Corporation,
Adobe dan lain sebagainya yang melahirkan perangkat-perangkat lunak utama dalam
operasional computer.
11
5) Bisnis di bidang pemeliharaan teknologi informasi.
Banyak pelaku bisnis yang bergerak di bidang pemeliharaan prodik-produk TI. Pemeliharaan
tersebut bisa saja dilakukan oleh pengembang melalui divisi technical support-nya atau ada juga
yang dilakukan oleh lembaga-lembaga bisnis yang memang memiliki spesialisasi di bidang
maintenance dan teknis.
2.8 E-Commerce
Perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi yang cepat, memberikan tantangan
penegakkan nilai-nilai etika dan moral setiap individu guna mengendalikan kemajuan dan
penerapan teknologi tersebut bagi kemanusiaan.
Perkembangan E-Commerce begitu pesat sehingga sampai saat ini belum ada definisi tunggal
tentang system ini. Kesulitan menentukan definisi tersebut terjadi kerena hampir setiap saat
muncul bentuk-bentuk baru dari E-Commerce, salah satu definisi e-commerce yang sering di
gunakan adalah definisi dari Electronic Commerce Expert Group (ECEG) Australia sebagai
berikut: Electronic Commerce is broad concept the covers any commercial transaction that is
effected via electronic means and would include such means as facsimile, telex, EDI, internet,
and the telephone.
E-Commerce adalah proses pembelian dan penjualan produk, jasa dan informasi yang
dilakukan secara elektronik dengan memanfaatkan jaringan computer. Contohnya jaringan
internet. Definisi E-Commerce ( Electronic Commerce ): E-commerce merupakan suatu cara
berbelanja atau berdagang secara online atau direct selling yang memanfaatkan fasilitas Internet
dimana terdapat website yang dapat menyediakan layanan “get and deliver“. E-commerce akan
merubah semua kegiatan marketing dan juga sekaligus memangkas biaya-biaya operasional
untuk kegiatan trading (perdagangan).
Perkembangan yang sangat pesat dari system perdagangan elektronik tersebut antara lain
di sebabkan oleh:
1. Proses transaksi yang singkat
2. Menjangkau lebih banyak pelanggan
3. Mendorong kreativitas penyediaan jasa
4. Biaya operasional lebih murah
5. Meningkatkan kepuasan pelanggan
12
Proses yang ada dalam E-commerce adalah sebagai berikut:
Presentasi electronis (Pembuatan Web site) untuk produk dan layanan.
Pemesanan secara langsung dan tersedianya tagihan.
Otomasi account pelanggan secara aman (baik nomor rekening maupun nomor Kartu
Kredit).
Pembayaran yang dilakukan secara Langsung (online) dan penanganan transaksi.
13
Kasus Pertama
Karyawan Tokopedia Curang saat Flash Sale, Puluhan Dipecat!
TRIBUN-MEDAN.COM - Perusahaan e-commerce Tokopedia dilaporkan telah
memecat sejumlah karyawan yang diduga melakukan kecurangan.Para karyawan yang
diberhentikan ini diduga karena melakukan kecurangan saat kampanye flash sale saat
peringatan hari ulang tahun Tokopedia ke-9. Berdasarkan laporan yang dikutip
KompasTekno dari Tech in Asia, Senin (27/8/2018), tindak kecurangan ini sangat
merugikan konsumen di mana para pembeli tidak dapat membeli barang murah yang dijual
pada kampanye flash sale secara adil. Bahkan berdasarkan laporan tersebut, jumlah
karyawan yang dipecat mencapai angka puluhan termasuk karyawan senior di Tokopedia.
KompasTekno pun mencoba mengonfirmasi kabar ini pada pihak Tokopedia. Lewat
pernyataan resminya, Head of Corporate Communications Tokopedia, Priscilla Anais tak
memberikan jawaban pasti kabar pemecatan tersebut, namun ia mengatakan bahwa nilai
yang dianut Tokopedia sendiri adalah dengan membangun kepercayaan. "Setiap titipan
kepercayaan adalah sebuah amanah yang harus dijaga bersama oleh seluruh Nakama
(sebutan karyawan Tokopedia, ed.) tanpa terkecuali," tulis Priscilla. Ia pun mengatakan
bahwa karyawan yang tak dapat menjaga kepercayaan dan integritas akan ditindak tegas
sesuai dengan kebijakan perusahaan yang berlaku. "Gagal menjaga kepercayaan artinya
gagal menjaga integritas dan Tokopedia tidak memberikan ruang toleransi untuk individu
yang menyalahgunakan kepercayaan dan/atau gagal menjaga integritas," ungkap Priscilla.
"Setiap individu, yang ditemukan menyalahgunakan kepercayaan dan/atau gagal menjaga
integritas, akan kami tindak sesuai kebijakan perusahaan," lanjutnya. Tokopedia sendiri
menggelar flash sale dalam rangka merayakan hari ulang tahun ke-9 Tokopedia. Flash sale
tersebut berlangsung selama beberapa hari terhitung dari 15 Agustus sampai 17 Agustus
lalu
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Karyawan Tokopedia Curang
saat Flash Sale, Puluhan Dipecat!, http://medan.tribunnews.com/2018/08/27/karyawan-
tokopedia-curang-saat-flash-sale-puluhan-dipecat. Editor: Tariden Turnip
14
Kasus Kedua
Jakarta, CNN Indonesia -- Kondisi politik di era pemerintahan Joko Widodo membuka
peluang tumbuhnya bisnis penyebaran kebencian di dunia maya. Bisnis yang dikenal dengan
istilah e-hate ini bukanlah barang baru. Pelaku bisnis e-hate mengeruk keuntungan dengan
cara memprovokasi lewat berita-berita bohong (hoax) yang secara terus menerus diproduksi
sesuai pesanan. Mereka menyebarkan konten-konten yang menyudutkan suku, agama, ras, atau
pandangan politik yang berlawanan dengan si pemesan. Indonesia, menjadi sasaran empuk
pelaku-pelaku bisnis kebencian yang memiliki daya rusak sangat besar untuk persatuan negara.
Di Indonesia, bisnis kebencian mulai nyata. Pelakunya, sindikat Saracen.
Polisi menangkap tiga orang pengelola Saracen. Lewat media sosial, seperti Facebook, dan
twitter Saracen menyebarkan konten berisi ujaran kebencian. Bahkan, Saracen mengelola situs
berita khusus untuk memuaskan pemesan. Kepolisian membenarkan, konten bermuatan SARA
yang disebarkan sindikat Saracen merupakan pesanan dari pihak tertentu. Mereka tarif puluhan
juta untuk setiap konten yang mereka produksi dan sebarkan. Tak tanggung-tanggung, Saracen
memiliki ratusan ribu akun media sosial yang siap menggerakan konten-konten provokasi itu,
sehingga berseliweran di jagat maya. Menurut pengamat media sosial Nukman Luthfie
menyebut maraknya bisnis kebencian itu, tidak bisa dilepaskan dari panasnya situasi politik di
Indonesia. Nukman berpendapat selalu ada pihak yang tidak suka kepada pihak lagi, bisa
pemerintah, partai politik, tokoh politik, agama, hingga suku tertentu. "Pasar itu ada, kemudian
diisi oleh orang-orang yang berani supply konten-konten yang dipesan sama mereka," kata
Nukman saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (24/8). Menurut Nukman para pembuat
konten ujaran kebencian itu paham betul adanya peluang di pasar tersebut. Nukman
menuturkan, para pembuat konten ujaran kebencian tersebut tidak peduli terhadap latar
belakang pemesan konten. Meski berbeda ideologi, agama, suku, asalkan si pemesan mampu
membayar, mereka akan melayaninya. "Tidak peduli ideologi, bisa sekarang melayani A, pada
saat bersamaan bisa melayani lawan dari A," ucapnya. Selain itu, kata Nukman pembuat konten
juga tidak memiliki kepedulian terhadap efek yang akan ditimbulkan di masyarakat.
Menurutnya, kepedulian para pembuat konten tersebut hanya pada keuntungan yang akan
mereka peroleh setelah membuat dan menyebarkan konten ujaran kebencian sesuai dengan
pesanan. "Enggak tahu moral," ujar Nukman.
15
Dihubungi terpisah, pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Ade Armando
mengatakan sindikat Saracen berhasil memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi untuk
menyebarkan ujaran kebenciaan. Menurut Ade, kemajuan teknologi tersebut seharusnya bisa
digunakan sebagai alat demokratisasi di Indonesia, sehingga masyarakat bisa berkomunikasi
dengan bebas, termasuk dalam mengontrol pemerintah. "Tapi sekarang dimanipulasi, dan
dimanfaatkan untuk kepentingan penyebaran fitnah dan hoax," kata Ade. Ade menuturkan,
munculnya sindikat seperti Saracen tidak bisa dilepaskan dari fenomena politik yang terjadi
sejak 2014 silam. Menurutnya saat itu polarisasi politik menjadi sangat keras, sehingga
mengakibatkan praktik menyebarkan ujaran kebencian dan berita bohong untuk menjatuhkan
lawan politik menjadi praktik yang lazim. "Mentransformasi bukan hanya peluang politik tapi
bisnis secara cerdik, dalam politik, orang bisa melalukan segala cara," ujarnya. Dilihat dari
aspek peluang bisnis, Ade berpendapat pengelola Saracen telah berhasil membuat nilai
ekonomi dari media sosial menjadi sebuah keuntungan.Ade berpendapat, Saracen
menawarkan diri untuk menjadi alat perang bagi kekuatan-kekuatan yang memiliki ideologi
bertentang dengan pemerintah.
Sindikat Saracen, kata dia, tentunya tak sembarangan dalam melayani pesanan. Mereka akan
melihat latar belakang pemesan. Kata dia, jika dilihat dari orang-orang pengelola Saracen
diduga merupakan kelompok anti-Jokowi. "Seandainya ada kubu Jokowi meminta mereka
menyebarkan fitnah untuk menjatuhkan lawan mereka saya yakin itu tidak akan dilakukan
karena mereka punya ideologi," tutur Ade. Lantas, siapa sebenarnya pemesan ujaran
kebencian, kelompok anti-Jokowi, atau kelompok pro-Jokowi?
16
Kasus Ketiga
Kasus Pajak Google Jadi Momentum Menata Kedaulatan "Cyber" RI
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemeriksaan terhadap Google dan perusahaan digital dari luar
negeri lainnya menjadi momentum untuk menata ulang kedaulatan cyber Indonesia. Untuk itu
diperlukan pusat data agar lalu lintas data dan transaksi pembayaran bisa terekam. Ketua
Umum Masyarakat Telematika (Mastel) Indonesia Kristiono yang dihubungi Kompas, Selasa
(20/9) di Jakarta, mendukung langkah Direktorat Jenderal Pajak yang mewajibkan Google
mendirikan bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia. Menurut Kristiono, layanan yang
ditawarkan Google sudah seharusnya memenuhi ketentuan regulasi yang berlaku di Indonesia.
Google memperoleh manfaat ekonomi di Indonesia. Google tercatat sudah menjadi anggota
Mastel Indonesia. Kristiono menyambut positif sikap tegas Direktorat Jenderal Pajak yang
ingin meningkatkan kasus tersebut ke penyidikan tindak pidana jika Google terus menolak
pemeriksaan. ”Ini merupakan momentum yang bagus bagi pemerintah untuk menata ulang
kedaulatan siber Indonesia. Proses pengembangan sistem pencatatan pembayaran nasional
(national payment gateway) perlu dilanjutkan. Pengembangannya harus dilengkapi pusat data
nasional sehingga semua arus lalu lintas data internet ataupun transaksi elektronik dapat
terekam,” ujar Kristiono. Pusat data Sekretaris Jenderal Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) Henri Kasyfi mengatakan, pemerintah seharusnya mendorong penyedia
layanan aplikasi dan konten melalui internet, seperti Google, untuk mematuhi kewajiban
penempatan pusat data di Indonesia. Kewajiban ini sudah tertuang di Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggara Sistem dan Transaksi Elektronik. Hingga
sekarang, PP belum dicabut. Dengan menempatkan pusat data di lokal, Henri menganggap lalu
lintas transaksi elektronik penyedia layanan aplikasi dan konten melalui internet jadi lebih
mudah dideteksi. Pemerintah pun bisa memungut pajak dari transaksi yang dihasilkan. ”Upaya
itu merupakan salah satu kunci keberhasilan guna mengatasi permasalahan piutang pajak
Google ataupun penyedia layanan serupa lainnya. Mereka akan berpikir untuk menghindari
kewajiban pajak atas transaksi yang dihasilkan,” katanya. Peneliti Danny Darussalam Tax
Center, Darussalam, menyatakan, Google hanya menaruh fungsi pemasaran di Indonesia.
Fungsi ini dijalankan PT Google Indonesia. Dengan demikian, Google hanya membayar biaya
operasional dan komisi kepada PT Google Indonesia. ”Jadi, pajak yang dibayarkan Google
hanya dikenai dari komisi itu saja. Sementara Pemerintah Indonesia berkeinginan agar semua
penghasilan yang berasal dari Indonesia dikenai pajak di Indonesia. Di sinilah
pertarungannya,” kata Darussalam. Permasalahannya, nilai pajak dari fungsi pemasaran sangat
17
kecil. Tak sebanding dengan penghasilan yang diperoleh dari Indonesia. ”Kita bisa mencontoh
apa yang terjadi di Inggris. Penyelesaian oleh kedua belah pihak melalui negosiasi. Google
diminta bayar lebih dari sekadar pajak atas fungsi pemasarannya,” kata Darussalam. Secara
terpisah, Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo
menyatakan, pihaknya mendukung upaya penegakan hukum. Namun, mengingat kasus
tersebut spesifik dan berisiko, pemerintah harus berhati-hati. ”Proses hukum bisa panjang. Bisa
tiga tahun. Situasi ini bisa berakhir dengan situasi kalah-kalah untuk kedua pihak. Jalan
tengahnya negosiasi,” katanya. Bisnis besar Bisnis yang dijalankan Google sangat besar.
Mengutip situs eMarketer, belanja iklan digital secara global diperkirakan 170,85 miliar dollar
AS pada tahun 2015. Google menjadi pemain dominan dalam kategori iklan berbasis mesin
pencari. eMarketer memperkirakan persentase kenaikan belanja iklan berbasis mesin pencari
Google adalah 15,7 persen atau bertambah 44,46 miliar dollar AS pada 2015. Managing
Director Mobile Marketing Association on Asia Pacific Limited Rohit Dadwal, dalam temu
media, di Jakarta, menyebutkan sejumlah tren iklan digital yang terjadi di perangkat bergerak.
Salah satunya video iklan yang diputar di Youtube semakin digemari pengguna ponsel pintar.
Perusahaan penyedia aplikasi media sosial terus berkembang membentuk platform. Mereka
tidak lagi menawarkan fitur layanan pesan percakapan. Kini, mereka sudah mempunyai fitur
hiburan dan iklan yang menunjang e-dagang. Project Director of Mobile Marketing
Association di Indonesia Azalea Aina menyebutkan, penyedia layanan aplikasi dan konten
melalui internet kini masif menawarkan layanan pemasangan iklan. Meski porsi iklan digital
di perangkat bergerak masih 1 persen dari total belanja, dia memperkirakan, pengusaha akan
berinvestasi di media baru. Iklan digital memudahkan komunikasi dua arah.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kasus Pajak Google Jadi Momentum
Menata Kedaulatan "Cyber" RI",
https://tekno.kompas.com/read/2016/09/30/20120057/kasus.pajak.google.jadi.momentum.me
nata.kedaulatan.cyber.ri.
Penulis : FX. Laksana Agung S
18
Analisis Kasus Pertama
Dalam kasus ini dapat di analisis dan ditinjau bahwa penipuan yang di lakukan tokopedia
adalah sesuatu hal yang melanggar etika bisnis dalam dunia teknologi informasi (digital)
dimana tokopedia melakukan sebuah penipuan dan kebohongan kepada publik dengan seolah
olah melakukan sebuah flash sale namun pada prakteknya program tersebut sudah di
pergunakan secara tidak bertanggung jawab oleh beberapa karyawan senior Tokopedia
sehingga barang murah yang di jual tidak terdistribusi secara adil kepada masyarakat luas karna
sudah di lakukan kecurangan flash sale oleh para karyawan senior
Tokopedia tersebut. Jika dilihat dari aspek etika bisnis kasus tokopedia telah melanggar prinsip
– prinsip etika bisnis di bidang teknologi yaitu Akurasi dan Akses dimana informasi yang
diberikan tokopedia telah jelas membohongi kepada public bahwa flash sale yang dilakukan
oleh tokopedia tidak akurat karena pada kenyataanya flash sale tersebut sudah di desain
sedemikian rupa oleh para karyawan senior di tokopedia tersebut dan di peruntukan untuk
keuntungan sepihak, jika ditinjau prinsip yang kedua yaitu akses bahwa dalam kasus ini
tokopedia tidak benar-benar memberikan akses yang luas kepada para pelangganya dan hanya
memberikan berita bahwa semua pelanggan dapat mengakses namun pada kenyataannya tidak.
Jadi kasus flas sale tokopedia merupakan salah satu kasus yang sudah melanggar etika bisnis
dalam dunia teknologi dan digital dimana dalam kasus ini hanya menguntungkan sepihak saja
dan tidak menerapkan prinsip etika bisnis dalam teknologi maupun etika secara kontemporer
yaitu kejujuran, kebenaran dan keadilan.
19
sama lain, dalam hal ini kasus Saracen melanggar etika bisnis berbasis digital dimana telah
melanggar payung hukum mengenai UU ITE dan melanggar Prinsip Akurasi dalam
melaksanakan etika bisnis berbasis digital.
20
DAFTAR PUSTAKA
Sonny Keraf, , Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, (Kanisius, Yogyakarta. 1998), h. 45
Kwik Kian Gie, dkk, , Etika Bisnis Cina : Suatu Kajian Terhadap Perekonomian di Indonesia,
(Gramedia, Jakarta. 1996), h. 23
Swastha Basu, Ibnu Sukotjo, , Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi Perusahaan
Modern), (Liberty, Yogyakarta. 1988), h. 32
Fauroni, L., & Nurhasim, A. (2006). Etika Bisnis dalam Al-Qur'an. Yogyakarta: Pustaka
Pesantren.
Prof. Dr. Kees Bertens, M. (2000). Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius.
Ebams.2008.Etika Profesi Bab 8-11 dapat diakses di
http://ebams.wordpress.com/2008/05/26/kode-etik-dan-organisasi-profesi/
https://www.academia.edu/37466621/PEMANFAATAN_TEKNOLOGI_INFORMASI_DA
LAM_DUNIA_BISNIS_E-BUSINNES
http://medan.tribunnews.com/2018/08/27/karyawan-tokopedia-curang-saat-flash-sale-
puluhan-dipecat.
https://tekno.kompas.com/read/2016/09/30/20120057/kasus.pajak.google.jadi.momentum.me
nata.kedaulatan.cyber.ri
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170825093304-20-237190/saracen-dan-bisnis-
kebencian-di-era-jokowi
21
22