Вы находитесь на странице: 1из 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu merupakan tolak ukur untuk menilai baik

buruknya pelayanan kebidanan dan sebagai indikator tingkat kesejahteraan

ibu. Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Ratio, MMR) didasarkan pada

risiko kematian ibu berkaitan dengan proses melahirkan, persalinan,

perawatan obstetrik, komplikasi kehamilan dan masa nifas.1,2

Berdasarkan laporan World Health Organization, 2008 angka kematian

ibu di dunia pada tahun 2005 sebanyak 536.000. Kematian ini dapat

disebabkan oleh 25% perdarahan, 20% penyebab tidak langsung, 15%

infeksi, 13% aborsi yang tidak aman, 12% eklampsi, 8% penyulit persalinan,

dan 7% penyebab lainnya. Penyebab perdarahan pada kehamilan yang

penting adalah perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum.2,3

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada saat usia

kehamilan mencapai trimester ke-3 (> 20 minggu) dan sebelum proses

persalinan. Perdarahan obstetric yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga

dan yang terjadi setelah anak plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan

yang berat, dan merupakan kasus gawat darurat sehinnga jika tidak segera

ditangani bisa mendatangkan syok yang fatal dan berujung kematian.

Penyebab utama perdarahan antepartum yaitu plasenta previa dan solusio

plasenta; penyebab lainnya biasanya pada lesi lokal vagina/ serviks. Plasenta

previa merupakan penyulit kehamilan hampir 1 dari 200 persalinan atau 1,7

1
% sedangkan untuk solusio plasenta 1 dalam 155 sampai 1 dari 225

persalinan atau <0,5%. 1,2,3

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,

menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 228 per 100.000

kelahiran hidup pada periode tahun 2003 sampai 2007. Pada tahun 2009

Angka AKI masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup. Dari

hasil survey tersebut terlihat adanya peningkatan angka kematian ibu di

Indonesia. Sedangkan AKI selama tahun 2006 sebanyak 237 per 100.000

kelahiran hidup. Dari total 4.726 kasus plasenta previa pada tahun 2005

didapati kurang lebih 40 orang ibu meninggal akibat plasenta previa itu

sendiri. Sedangkan pada tahun 2006 dari total 4.409 kasus plasenta previa di

dapati 36 orang ibu meninggal akibat plasenta previa.4 Melihat Angka

kematian ibu yang cukup tinggi di Dunia maupun Indonesia, maka

pemahaman mengenai perdarahan antepartum sebagai salah satu penyebab

kematian terbanyak ibu hamil/melahirkan sangat diperlukan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HEMORAGIA ANTEPARTUM

2.1.1 Definisi

Perdarahan kehamilan lanjut atau yang sering dikenal sebagai Hemoragia

Antepartum (HAP) adalah perdarahan dari saluran genitalia yang terjadi

setelah kehamilan 24 minggu dan sebelum persalinan janin. Namun, masih

terdapat teori yang berbeda mengenai batas minggu kehamilan lanjut jika

dilihat dari berat janin dan kemungkinan hidupnya janin diluar uterus. Pada

umumnya perdarahan pada kehamilan lanjut jauh lebih berbahaya dibanding

perdarahan pada kehamilan muda atau abortus. Perdarahan antepartum yang

berbahaya umumnya disebabkan oleh kelainan plasenta (plasenta previa,

solusio plasenta), sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan

plasenta (pada umumnya kelainan serviks) cenderung tidak berbahaya. Oleh

karena itu, pada perdarahan antepartum perlu dipikirkan terlebih dahulu

apakah kemungkinan perdarahan bersumber dari kelainan plasenta.3

Tidak ada definisi yang konsisten mengenai tingkat keparahan dari

perdarahan antepartum, namun Royal College of Obstetricians and

Gynaecologists (RCOG) mengklasifikasikan tingkat keparahan HAP

menjadi3 :

1. Spotting – noda, bercak darah yang ditemukan pada celana dalam atau

pembalut

2. Minor Haemorrhage – perdarahan kurang dari 50mL

3
3. Major Haemorrhage – perdarahan 50-1000 mL, dengan tidak adanya

tanda-tanda syok

4. Massive Haemorrhage – perdarahan lebih dari 1000 mL dan/atau

tanda-tanda syok

2.1.2 Epidemiologi

Beberapa kejadian dilaporkan perdarahan pada pertengahan sampai

awal trimester ketiga. Lipitz dan kawan-kawan melaporkan bahwa 4 dari 65

wanita dengan perdarahan diantara 14 minggu sampai 26 minggu disebabkan

oleh plasenta previa atau solusio plasenta dan 3 dari 65 janin meninggal. The

Canadia Perinatal Network mengatakan 806 wanita dengan perdarahan

diantara kehamilan 22 minggu dan 28 minggu. Solusio plasenta 32%,

plasenta previa 21% dan perdarahan servikal 6.6%. Dinyatakan secara jelas

bahwa perdarahan pada trimester kedua dan ketiga disebabkan oleh

kurangnya diagnosis saat kehamilan. Frekuensi perdarahan antepartum kira-

kira 3% dari seluruh persalinan. Di RS Tjipto Mangunkusumo dilaporkan

14.3% dari seluruh persalinan.4

2.1.3 Penyebab

Perdarahan antepartum yang berbahaya dan paling sering ditemui

umumnya bersumber pada kelainan plasenta (70%), lesi lokal pada saluran

kelamin (25%), dan sisanya penyebab yang tidak diketahui (5%).3

4
Kelainan pada Lesi lokal pada saluran Kelainan

Plasenta Kelamin pemasukan tali

Pusat

Plasenta Previa Show darah Vasa Previa

Solusio plasenta Lesi pada serviks,

servisitis, polyp serviks

Trauma

Vulvovaginal Varicosities

Tumor saluran genital

Infeksi genital

Hematuria

Tabel 1. Penyebab perdarahan antepartum

Pada kasus perdarahan antepartum, perlu dipikirkan kemungkinan

penyebab yang lebih bahaya terlebih dahulu, yaitu perdarahan dari plasenta

5
seperti plasenta previa dan solusio plasenta, karena merupakan kemungkinan

dengan prognosis terburuk dan terberat yang memerlukan penatalaksanaan

gawat darurat segera.

2.1.4 Pencegahan

Pada kasus perdarahan antepartum, pencegahan dapat dilakukan bersama

oleh ibu hamil dan tenaga kesehatan. Ibu hamil disarankan untuk menjalani

pola hidup sehat yang baik dan menjauhi merokok dan penggunaan obat-obat

narkotika karena meningkatkan resikonya perdarahan. Asuhan antenatal yang

teratur juga perlu dijalani agar kondisi baik dari ibu dan janin dapat

diobservasi dengan baik dan ditangani segera jika ditemukan kelainan.

Peran tenaga kesehatan seperti bidan dan dokter juga sangat penting untuk

menilai apakah butuh penanganan segera pada ibu dan janin yang mengalami

perdarahan antepartum. Riwayat yang perlu d itanyakan secara detail pada

kasus perdarahan antepartum adalah, perdarahannya, nyeri perut dan faktor-

faktor resiko dari perdarahan antepartum.

2.1.5 Diagnosis

1. Anamnesis :

a. Perdarahan. Perlu diketahui banyak, warna, konsistensi, dan

karakteristik perdarahan.

b. Nyeri perut. Perlu diketahui letak, waktu terjadinya, frekuensi, berat

dan durasi nyeri. Jika terdapat kontraksi juga perlu dibedakan.

6
c. Tonus uterus. Uterus yang lunak, dan tidak nyeri menunjukkan kesan

sebagai perdarahan dari saluran kelamin dan vasa previa. Jika timbul

uterus yang keras seperti papan menunjukkan solusio plasenta.

d. Faktor pencetus. Perlu ditanyakan faktor pencetus seperti aktivitas

seksual sebelumnya dan trauma.

2. Pemeriksaan fisik. Tekanan darah, nadi, pernafasan, temperatur, saturasi

oksigen dan tingkat kesadaran perlu diobservasi. Pada palpasi dan

Leopold, dicari letak posisi bayi dan tonus uterus.

3. Pemeriksaan dalam. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika

diagnosis plasenta previa telah disingkirkan karena dapat mencetus

perdarahan yang lebih parah. Pemeriksaan dalam berfungsi untuk

mencara letak perdarahan, pembukaan dan kematangan serviks.

4. Pemeriksaan laboratorium. Pada kasus perdaharan, perlu dilakukan tes

laboratorium Full Blood Count, koagulasi, 4 unti Cross-matched, Apt test,

golongan darah dan rhesus. Jika pada wanita dengan rhesus negatif,

disarankan untuk dilanjuti dengan pemeriksaan tes Kleihauer.

Apt Test berfungsi untuk membedakan apakah perdarahan berasal dari

ibu atau janin. Cara Apt test :

Siapkan 2 tabung

Masukkan 5 mL air ke setiap tabung

7
Pada tabung pertama masukkan 5 tetes darah dari perdarahan,

sedangkan tabung kedua dimasukkan darah ibu.

Masukkan 6 tetes 10% NaOH ke setiap tabung dan tunggu selama 2

menit.

Tabung yang berasal dari darah ibu akan berubah warna menjadi

kecoklatan, sedangkan jika perdarahan berasal dari janin maka warna

akan tetap sama.

Kleihauer-Betke test, berfungsi sebagai test untuk menghitung

banyaknya hemoglobin janin yang masuk ke perdaran ibu dan berfungsi

untuk menghitung banyaknya immunoglobulin RhD yang perlu diberikan

pada ibu dengan rhesus negatif.

5. Pemeriksaan Ultrasound. Ultrasonografi sangat membantu untukk

mengecek letak posisi plasenta pada kasus dengan curiga plasenta previa.

Selain itu USG juga dapat mengecek kondisi, berat janin sesuai dengan

usia kehamilan.

2.1.6 Tatalaksana

Tatalaksana Inisial :

1. Periksa Airway, Breathing, Circulation (ABC), tatalaksana emergensi.

2. Tanda-tanda vital dan skala nyeri.

3. Estimasi banyaknya kehilangan darah.

8
4. Periksa kondisi janin dengan kardiotokograf dan doppler untuk

menghitung denyut jantung janin.

Tatalaksana resusitasi jika ibu diindikasikan mengalami tanda-tanda vital

yang tidak stabil karena perdarahan :

1. Pasang akses IV ukuran besar 16 gauge.

2. Monitoring saturasi O2 dan beri oksigen sesuai kondisi.

3. Mengambil darah dan lakukan pemeriksaan darah rutin, koagulasi, cross-

match, Apt test, golongan darah dan rhesus, serta Kleihauer Test jika

rhesus negatif pada ibu.

4. Pemberian cairan untuk mengganti total perdarahan.

5. Pemberian analgesik jika terdapat keluhan nyeri yang hebat.

6. Pemasangan kateter urin untuk memonitor urin output.

7. Persiapan ruang operasi jika diperlukan segera.

8. Memberitahu dokter anastesia, hamatologis dan anak.

2.2 PLASENTA PREVIA

2.2.1 Definisi

Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir sebagaimana

kata “previa” berasal dari kata prae yang artinya didepan dan vias yang

artinya jalan. Secara definisi, plasenta previa adalah plasenta yang

berimplantasi pada segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga menutupi

seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum. Imp lantasi plasenta yang

9
normal adalah plasenta yang berimplantasi pada dinding depan atau belakang

uterus di daerah fundus uteri. Plasenta previa cukup sering dijumpai dan pada

tiap perdarahan antepartum kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan.4

2.2.2 Klasifikasi

Menurut letak plasenta melekat, plasenta previa dapat dibagi menjadi 4 tipe,

yaitu5 :

1. Plasenta previa totalis/komplit : adalah plasenta yang menutupi seluruh

ostium uteri internum.

2. Plasenta previa parsialis : adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium

uteri internum

3. Plasenta previa marginalis : adalah plasenta yang tepinya berada pada

pinggir ostium uteri internum

4. Plasenta letak rendah : adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen

bawah uterus demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak <

2cm dari ostium uteri internum. Jarak yang >2 cm dianggap plasenta letak

normal.

10
Dari klasifikasi plasenta previa tersebut, perlu diketahui bahwa hanya

plasenta previa totalis yang sama sekali tidak dapat melahirkan pervaginam.

2.2.3 Epidemiologi

Menurut data kelahiran pada tahun 2003 di Amerika Serikat, plasenta

previa ditemukan sebesar 1 dari 300 persalinan dan lebih banyak ditemukan

pada kehamilan dengan paritas tinggi dan usia di atas 30 tahun. Di Parkland

Hospital, insiden plasenta previa ditemukan sebesar 1 di antara 390 pada

lebih dari 280.000 persalinan yang terjadi antara tahun 1998 hingga 2006.

Sedangkan di Indonesia, plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 di antara 200

presalinan. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan

insidennya berkisar 1,7% hingga dengan 2,9%. Tingkat insiden plasenta

previa yang jauh lebih tinggi dibanding negara maju disebabkan oleh karena

masih banyaknya angka perempuan hamil dengan paritas tinggi.6

2.2.4 Etiologi

Belum diketahui secara pasti penyebab blastokista berimplantasi pada

segmen bawah uterus, mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa

desidua di daerah segmen bawah uterus tanpa latar belakang lain yang

mungkin. Teori lain mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya adalah

vaskularisasi desidua yang tidak memadai, akibat dari proses radang atau

atrofi.7

11
Berikut beberapa faktor resiko pada plasenta previa :

1. Tingginya usia ibu : Semakin lanjut usia ibu semakin meningkatkan

resiko terjadinya plasenta previa. Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun

memiliki resiko 1,1% untuk mengalami plasenta previa, dibandingkan

dengan wanita berusia kurang dari 35 tahun yang memiliki resiko 0,5%.

2. Multiparitas : Kemungkinan terjadinya plasenta previa meningkat lebih

dari 8x lipat pada perempuan dengan angka paritas lebih dari empat kali.

Semakin jarak antar kehamilan pendek atau singkat, akan meningkatkan

resiko terjadinya plasenta previa karena plasenta yang baru berusaha

mencari tempat untuk mengimplantasi selain dari bekas plasenta

sebelumnya.

3. Kehamilan ganda : Terdapat studi yang melaporkan angka kejadian

plasenta previa 40% lebih tinggi pada kehamilan ganda dibandingkan

dengan kehamilan janin tunggal. Plasenta yang terlalu besar seperti pada

kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan

12
pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah uterus sehingga

menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.

4. Riwayat kelahiran Caesar : Riwayat kelahiran Caesar meningkatkan

resiko terjadinya plasenta previa. Pada penelitian tahun 2006 terhadap

30.132 perempuan, insiden terjadinya plasenta previa ditemukan

sebesar 1,3% pada populasi yang memiliki riwayat satu kali kelahiran

Caesar, dan 3,4% pada mereka yang pernah menjalani dua kali atau

lebih kelahiran Caesar.

5. Merokok : Perempuan perokok memiliki resiko yang tinggi untuk

mengalami plasenta previa. Resikonya terjadinya plasenta previa

meningkat 2x lipat pada perempuan yang merokok. Hipoksemia akibat

karbon monoksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta

menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi. Yang mungkin terkait,

terganggunya vaskularisasi desidua, akibat perubahan atropik atau

peradangan.

2.2.5 Gambaran Klinis

Gejala yang paling menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan

uterus yang keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri. Selain itu

darah yang keluarh melalui vagina umumnya berwarna merah segar.

Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester kedua ke atas.

Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri,

perdarahan akan kembali berulang tanpa sesuatu yang jelasdan bertambah

leih banyak dibanding pertama. Pada plasenta letak rendah, perdarahan

baru terjadi pada waktu mulai persalinan.

13
Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah uterus, maka pada

palpasi abdomen sering ditemui bagian terbawah janin yang masih tinggi

di atas simfisis. Bagian terendah janin yang tinggi disebabkan oleh tidak

dapat nya bagian janin yang dapat masuk ke pintu atas panggul karena

plasenta yang menutupi ostium uteri internum.

Pada perempuan dengan plasenta previa, sering dapat ditemukan

kelainan letak janin. Pada pemeriksaan lepolod, umumnya ditemukan

letak janin tidak dalam letak memanjang dikarenakan janin yang tidak

dapat berotasi leluasa karena adanya hambatan oleh plasenta yang terletak

di bagian bawah uterus. Selain itu pada plasenta previa, palpasi abdomen

tidak akan membuat ibu merasa nyeri dan tidak tegang yang membedakan

plasenta previa dengan solusio plasenta.6

2.2.6 Diagnosis

1. Anamnesis. Terdapat beberapa hal yang perlu ditanyakan kepada ibu

mengenai perdarahan, seperti sejak kapan, banyak, warna, konsistensi,

dan karakteristik dari perdarahan. Informasi mengenai nyeri seperti

letak, sejak kapan, frekuensi, dan keparahan nyeri juga dapat

memperkuat diagnosis. Beberapa pertanyaan seperti faktor pencetus,

misalnya aktivitas seksual sebelumnya dan trauma juga dapat

membantu menyingkirkan diagnosis yang lain.

2. Pemeriksaan luar. Biasa dapat ditemukan posisi terendah janin yang

masih tinggi dan kelainan letak janin melalui pemeriksaan Leopold.

Selain itu, pada palpasi perut perlu diinterpretasikan apakah perut

14
terasa lunak atau tegang dan keras yang sering ditemukan pada solusio

plasenta.

3. Pemeriksaan dalam. Pada ibu janin dengan curiga plasenta previa tidak

boleh dilakukan pemeriksaan dalam karena akan mencetus perdarahan

yang lebih banyak. Oleh karena itu, pemeriksaan dalam hanya boleh

dilakukan di kamar operasi dengan segala persiapan rencana Caesar

jika diindikasikan untuk Sectio Secarea pada plasenta previa totalis.

Pemeriksaan dalam berfungsi untuk mengetahui sumber dari

perdarahan dan juga tipe dari plasenta previa.

4. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG). USG telah menjadi diagnosa gold

standard pada diagnosa plasenta previa. Transabdominal USG

memberikan kepastian diagnosis plasenta previa dengan ketepatan

tinggi hingga 96-98%. Transvaginal USG juga memiliki tingkat

ketepatan diagnosis yang tinggi hingga mencapai 98-100%. Selain

kedua jenis USG tersebut, terdapat transperineal USG yang juga dapat

membantu menegakkan diagnosis dengan tingkat ketepatan 90%.

5. Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI). MRI juga dapat

dipergunakan untuk mendeteksi kelainan pada plasenta termasu

plasenta previa. Namun MRI kalah praktis jika dibandingkan dengan

USG, terlebih dalam suasana yang mendesak. Selain itu, karena

masalah harga dan tidak banyak pusat kesehatan yang memiliki MRI,

USG tetap menjadi alat diagnosa yang dipilih.8

2.2.7 Komplikasi

Komplikasi pada ibu :

15
1. Anemia

Oleh karena pembentukan segmen rahim yang terjadi secara ritmik,

maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat

berulang dan semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak

dapat dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.

2. Kelainan pada perlekatan plasenta

Plasenta previa sering diasosiasikan dengan kelainan pada perlekatan

plasenta, seperti plasenta akreta, inkreta dan perkreta. Oleh karena

plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim yang bersifat

tipis menyebabkan jaringan trofoblas menjadi lebih mudah untuk

invasi menerobos ke dalam miometrium bahkan perimetrium.

Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang pernah seksio

sesarea.

3. Perdarahan

Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah

sangat potensial untuk robek dan disertai oleh perdarahan yang banyak.

Oleh karena itu, harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual.

Komplikasi pada janin :

1. Kelainan letak

Pada plasenta previa lebih sering terjadi kelainan letak janin, hal ini

memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala

konsekuensinya.

2. Kelahiran prematur dan gawat janin

Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian

oleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan

16
dalam kehamilan belum aterm. Pada kehamilan <37 minggu dapat

dilakukan amniosentesis untuk mengetahui kematangan paru janin dan

pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin

sebagai upaya antisipasi. Asfiksia yang bisa disebabkan oleh plasenta

yang terlepas terlalu awal dan adanya kompresi dari tali pusat.

Kematian janin di dalam rahim disebabkan oleh hipovolemia maternal

dan syok.

2.2.8 Tatalaksana

1. Tatalaksana Umum :

Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan intravena

(NaCL 0,9% atau Ringer Laktat).

Lakukan penilaian jumlah perdarahan.

Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan seksio

sesarea tanpa memperhitungkan usia kehamilan.

Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup tetapi

prematur, pertimbangkan terapi ekspektatif.

2. Tatalaksana Khusus :

Terapi Konservatif, agar janin tidak terlahir prematur dan upaya

diagnosis dilakukan secara non-invasif.

Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotika profilaksis.

Lakukan pemeriksaan USG untuk memastikan letak plasenta.

Berikan tokolitik bila ada kontraksi : MgSO4 4g IV dosis awal

dilanjutkan 4g setiap 6 jam, atau Nifedipin 3x20mg/hari.

17
Pemberian tokolitik dikombinasikan dengan betamethason 12 mg

IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.

Perbaiki anemia dengan sulfas ferosus atau ferous fumarat per

oral 60mg selama 1 bulan.

Pastikan tersedianya sarana transfusi.

Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu

masih lama, ibu dapat dirawat jalan dengan pesan segera kembali

ke

rumah sakit jika terjadi perdarahan.

Syarat terapi ekspektatif :

a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian

berhenti dengan atau tanpa pengobatan tokolitik.

b. Belum ada tanda impartu

c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam kadar normal)

d. Janin masih hidup dan kondisi janin baik

Rencanakan terminasi kehamilan jika :

a. Usia kehamilan cukup bulan

b. Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang

mengurangi kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali)

c. Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi

aktif tanpa memandang usia kehamilan

18
Jika terdapat plasenta letak rendah, perdarahan sangat sedikit, dan

presentasi kepala, maka dapat dilakukan pemecahan selaput

ketuban dan persalinan pervaginam masih dimungkinkan. Jika

tidak, lahirkan engan seksio sesarea.

Jika persalinan dilakukan dengan seksio sesarea dan terjadi

perdarahan dari tempat plasenta :

a. Jahit lokasi perdarahan dengan benang.

b. Pasang infus oksitosin 10 unit pada 500 mL cairan IV (NaCL

0,9% atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 60 tetes/menit.

c. Jika perdarahan terjadi pascasalin, segera lakukan

penanganan yang sesuai, seperti ligasi arteri dan histerektomi.

2.3 SOLUSIO PLASENTA

2.3.1 Definisi

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan

maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan

desidua endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir.

Terdapat beberapa istilah untuk penyakit ini yaitu abruptio placentae,

ablatio placentae, dan accidental hemorrhage. Beberapa studi

menyebutkan solusio plasenta ditegakkan bila terdapat perdarahan pada

usia kehamilan di atas 24 minggu dan sebelum kelahiran, namun secara

definitif diagnosisnya baru bisa ditegakkan setelah partus jika terdapat

hematoma pada permukaan maternal plasenta. Solusio plasenta jauh lebih

berbahaya dibanding plasenta previa bagi ibu hamil dan janinnya.6

19
2.3.2 Klasifikasi

Klasifikasi solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta4 :

1. Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.

2. Solusio plasenta parsialis, plasenta terlepas sebagian.

3. Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang

terlepas.

Klasifikasi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan6 :

1. Solusio plaseta dengan perdarahan keluar (revealed hemorrhage).

Biasanya perdarahan yang terjadi akan merembes antara plasenta dan

miometrium untuk seterusnya menyelinap di bawah selaput ketuban

dan akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikaslis dan keluar

melalu vagina.

2. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi (concealed

hemorrhage). Ada kalanya, perdarahan tersebut tidak akan keluar

melalui vagina dan tersembunyi di dalam uterus jika, bagian plasenta

sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim, selaput ketuban

masih melekat pada dinding rahim, perdarahan masuk ke dalam

kanton gketuban setelah selaput ketuban pecah karenanya, dan bagian

terbawah janin umumnya kepala menempel ketat pada segmen bawah

rahim.

2.3.3 Epidemiologi

20
Frekuensi diagnosis solusio plasenta bervariasi karena perbedaan

kriteria tetapi frekuensi rata-rata yang dilaporkan adalah 1 dalam 200

kelahiran. Dalam basis data mengenai 15 juta kelahiran miliki National

Centre For Health Statistic melaprokan insiden solusio plasenta dalam

kelahiran bayi tunggal sebanyak 1 diantara 160 kelahiran. Namun, seiring

ddengan berkurangnya jumlah perempuan dengan paritas tinggi yang

melahirkan dan semakin baniknya transportasi darurat serta tersedianya

asuhan ante natal, frekuensi solusio plasenta menurun hingga mencapai

sekitar 1 diantara 830 kelahiran.9

2.3.4 Etiologi

Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan

jelas. Meskipun demikian, beberapa hal tersebut dibawah ini diduga

merupakan faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadiannya, antara lain10

1. Riwayat solusio plasenta sebelumnya. Hal yang sangat penting dan

menentukan prognosis ibu dnegan riwayat solusio plasenta adalah

resiko berulangnya lebih tinggi dibanding yang tidak memiliki riwayat

tersebut. Resiko relatif 10-25%.

2. Faktor kardio-reno-vaskuler. Glomerulonefritis kronik, hipertensi

essensial, sindroma preeklampsia dan eklampsia meningkatkan resiko

ibu mengalami solusio plasenta. Sebuah studi, menemukan bahwa

pada setengah kasus solusio plasenta berat, seluruh wanita tersebut

menderita hipertensi kronik.

21
3. Faktor usia ibu. Peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan

peningkatan umur ibu, hal ini karena semakin tua umur ibu, semakin

tinggi juga frekuensi hipertensi kronik.

4. Faktor trauma. Trauma yang dapat terjadi antara lain karena

dekompresi uterus pada hidramnion dan gemeli. Selain itu, juga dapat

dicetus dengan tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan

janin, versi luar atau tindakan pertolongan. Trauma langsung juga

dapat mencetuskan terjadinya solusio plasenta.

5. Leiomioma uteri. Dapat menyebabkan resiko solusio plasenta apabila

plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.

6. Faktor merokok dan penggunaan kokain. Kedua zat tersebut dapat

meningkatkan tekanan darah ibu, menyebabkan dinding plasenta

menjadi tipis, dan vasospasme pembuluh darah uterus yang dapat

berakibat terlepasnya plasenta.

2.3.5 Gambaran Klinis

Gambaran klinis penderita solusio plasenta bervariasi sesuai dengan

berat ringannya atau luas permukaan maternal plasenta yang terlepas.

Gejala dan tanda klinis yang klasik dari solusio plasenta adalah terjadinya

perdarahan yang berwarna tua keluar melalui vagina, rasa nyeri perut dan

uterus tegang terus menerus mirip his partus prematurus.9

1. Solusio plasenta ringan

Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25%, atau ada yang

menyebutkan kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar

biasanya <250 mL. Tumpahan darah yang keluar terlihat seperti pada

22
haid bervariasi dari sedikit sampai seperti menstruasi yang banyak.

Gejala-gejala perdarahan sulit dibedakan dari plasenta previa kecuali

warna darah yang kehitaman. Komplikasi terhadap ibu dan janin

belum ada.

2. Solusio plasenta sedang

Luas plasenta yag terlepas telah melebihi 25%, tetapi belum mencapai

separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar 250-1000mL. Umumnya

perdarahan darah terjadi keluar dan kedalam bersama-sama. Gejala-

gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti rasa nyeri pada perut yang

terus menerus, denyut jantung janin menjadi cepat, hipotensi dan

takikardia.

3. Solusio plasenta berat

Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50%, dan jumlah darah

yang keluar telah mencapai 1000mL atau lebih. Pertumpahan darah

bisa terjadi keluar dan kedalam bersama-sama. Gejala- gejala dan

tanda-tanda klinik jelas, keadaan umum penderita buruk disertai syok,

dan hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi koagulopati

dan gagal ginjal yang ditandai pada oliguria biasanya telah ada.

2.3.6 Diagnosis

1. Anamnesis. Pada anamnesis, umumnya dapat ditemukan nyeri perut

yang bersifat tiba-tiba dan diikuti dengan perdarahan pervaginam yang

bersifat banyak, terdapat gumpalan darah dan berwarna kehitaman.

Pergerakan anak mulai hebat awalnya kemudian terasa pelan dan

23
akhirnya berhenti, selain itu pasien sering merasa pusing, lemas, pucat.

Riwayat trauma juga perlu diperhatikan.

2. Pemeriksaan luar. Pasien dapat terlihat tanda-tanda syok, seperti

pucat, sianosis, gelisahh dan berkeringat dingin. Pada saat palpasi

TFU terkadang tidak sesuai dengan usia kehamilan, uterus tegang dan

keras seperti papan, nyeri tekan dan sulit mengenali bagian janin.

3. Pemeriksaan dalam. Pada saat pemeriksaan dalam, serviks dapat telah

terbuka atau masih tertutup, sedangkan plasenta juga dapat teraba

menonjol dan tegang pada pemeriksaan.

4. Pemeriksaan laboratorium. Pada cek lab darah rutin, biasa dapat

ditemukan Hb yang menurun. Periksa golongan darah dan lakukan

cross-match test karena sering terjadi kealinan pembekuan darah

hipofibrinogenemia.

5. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG). Pada USG dapat ditemukan

seperti daerah terlepasnya plasenta, darah, tepian plasenta dan posisi

janin.

2.3.7 Komplikasi

1. Syok perdarahan. Perdarahan pada solusio plasenta hampir tidak dapat

dicegah, kecuali dengan dilakukan persalinan segera. Umumnya,

perdarahan yang terjadi sangat banyak dan hebat menyebabkan ibu

mengalami syok perdarahan yang hebat.

2. Gagal ginjal. Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi

pada penderita solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh

keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Hipovolemi

24
akan menyebabkan perfusi ginjal terganggu dan membuat terjadinya

nekrosis tubuli ginjal. Oliguria dan proteinuria akan terjadi akibat dari

nekrosis tubuli dan korteks ginjal.

3. Kelainan pembekuan darah. Biasa hal ini disebabkan oleh

hipofibrinogenemia. Kadar fibrinogen plasma akan menurun akibat

dari terjadinya perdarahan yang hebat sehingga fungsi pembekuan

darah akan terganggu.

4. Apople uteroplacenta. Biasa disebut sebagai Uterus Couvelaire. Hal

ini dapat terjadi akibat dari perdarahan yang terjadi hingga ke dalam

otot-otot uterus, ligamentum latum yang menyebabkan gangguan

kontraktilitas uterus dan wana uterus akan berubah menjadi biru

keunguan.

2.3.8 Tatalaksana

Pada kasus solusio plasenta tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas

kesehatan dasar, harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.

Jika terjadi perdarahan hebat dengan tanda-tanda syok pada ibu,

lakukan persalinan segera :

a. Jika pembukaan serviks lengkap, lakukan persalinan dengan

ekstraksi vakum

b. Jika pembukaan serviks belum lengkap, lakukan persalinan

dengan seksio sesarea.

Waspadalah terhadap kemungkinan perdarahan pascasalin.

Jika perdarahan ringan atau sedang dan belum tanda-tanda syok,

tindakan bergantung pada denyut jantung janin (DJJ) :

25
a. DJJ normal, lakukan seksio sesarea

b. DJJ tidak terdengar namun nadi dan tekanan darah ibu normal,

pertimbangkan persalinan pervaginam

c. DJJ tidak terdengar dan nadi dan tekanan darah ibu bermasalah,

pecahkan ketuban dengann kokher :

Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin.

Jika serviks kenyal, tebal dan tertutup, lakukan seksio sesarea.

d. DJJ abnormal (kurang dari 100 atau lebih dari 180x/menit),

lakukan persalinan pervaginam segera, atau seksio sesarea bila

persalinan pervaginam tidak memungkinkan.

Beri transfusi darah sesuai kebutuhan ibu, bila terjad i perdarahan

hebat dengan tanda-tanda syok dan kelainan pembekuan darah.

26
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Sampai sekarang perdarahan dalam obstetrik masih sebagai penyebab

utama kematian maternal di dunia, diikuti oleh hipertensi dan infeksi pada

kehamilan. Perdarahan pada kehamilan lanjut atau yang sering dikenal sebagai

perdarahan antepartum adalah salah satu dari penyebab perdarahan pada ibu

hamil. Perdarahan antepartum adalah perdarah dari saluran genitalia yang terjadi

setelah kehamilan 24 minggu dan sebelum persalinan janin. Pada umumnya,

perdarahan pada kehamilan lanjut lebih berbahaya dibanding perdarahan pada

kehamilan muda atau abortus. Perdarahan antepartum lebih berbahaya karena

seringkali mengancam nyawa ibu dan janin. Perdarahan antepartum yang

berbahaya umumnya disebabkan oleh kelainan plasenta (plasenta previa, solusio

previa), ruptur uteri dan vasa previa.

Pada prakteknya, karena gejala yang seringkali tidak khas dan dianggap

tidak berbahaya menyebabkan banyaknya penundaan diagnosis dan pengobatan.

Padahal, kasus perdarahan perlu didiagnosa sesegera mungkin dan diberikan

tatalaksana awal untuk mengurangi resiko pada ibu dan janin. Melakukan deteksi

dini dan asuhan antenatal yang teratur serta pentalaksanaan secara dini dapat

mengurangi angka mortalitas pada ibu hamil. Penggunaan Ultrasonografi (USG)

pada kasus kelainan plasenta (plasenta previa, solusio plasenta) sangat akurat dan

membantu mendiagnosis kelainan letak plasenta segera. Jika terjadi perdarahan

antepartum, perlu ditentukan apakah kehamilan tersebut bisa diterminasi atau

tidak. Menentukan keputusan untuk dilakukan persalinan perlu diputuskan segera

27
mungkin, namun jika tidak, terdapat berbagai hal yang perlu dipersiapkan untuk

menunjang kehamilan agar ibu dan janin dapat diselematkan.

Perdarahan antepartum tidak boleh dianggap sebagai kasus yang remeh

dan prelu dilakukan penanganan yang segera karena menyangkut nyawa ibu

maupun janin. Oleh karena itu diagnosis yang dini dan akurat beserta penanganan/

tatalaksana yang baik dapat sangat membantu menurunkan angka mortalitas ibu

dan anak yang banyak disebabkan oleh perdarahan antepartum.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Khan KS,Wojdyla D, Say L, Gülmezoglu AM,Van Look PF.WHO analysis of


causes of maternal death: a systematic review. Lancet 2006;367:1066–74.
2. Kementerian Kesehatan RI. Mother’s Day, Situasi Kesehatan Ibu. Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2014
3. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Antepartum
Haemorrhage. Green-top Guideline No 63. 2011.
4. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP. 2013.
5. Bauer ST, Bonanno C. Abnormal placentation. Semin Perinatol 2009. 33:88-95.
6. Cunningham G, Leveno JK, Bloom LS, Hauth CJ, Gilstrap L, et al. Williams

Obstetrics. 23rd Edition. The McGraw Hill Companies. United States of


America. 2009.
7. Faiz AS,Ananth CV. Etiology and risk factors for placenta previa: an
overview and meta-analysis of observational studies. J Matern Fetal Neonatal
Med 2003;13:175–90.
8. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Placenta Praevia,
Placenta Praevia Accreta and Vasa Praevia: Diagnosis and Management .
Green-top Guideline No. 27. London: RCOG; 2011.
9. Calleja-Agius J, Custo R, Brincat M, et al. Placental abruption and placenta
praevia. Eur Clin Obstet Gynaecol 2006;2:121-7.
10. Yang Q,Wen SW, Phillips K, Oppenheimer L, Black D,Walker MC.
Comparison of maternal risk factors between placental abruption and placenta
previa. Am J Perinatol 2009;26:279–86.
11. Walfish M, Neuman A, Wlody D. Maternal haemorrhage. British Journal of
Anaesthesia. 2009. 103:47-56.
12. Sinha P, Kuruba N. Ante-partum haemorrhage: An update. Journal of
Obstetrics and Gynaecology. 2008;28(4):377- 81.

29
BAB III
LAPORAN KASUS OBSTETRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Ds
Umur : 22 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Jln. Pipit II No 265 PERUMNAS Mandala
Tanggal Masuk : 10 Desember 2018
Pukul : 18.57 WIB

Nama : Tn. Z
Umur : 23 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Jln. Pipit II No 265 PERUMNAS Mandala

II. ANAMNESA
Ny. Ds, 22 th, G1P0A0, Islam, IRT, SMA i/d Tn.Z, 23 th, Islam, Swasta, SMA, datang ke RS
Haji Medan pada tanggal 10 Desember 2018 pada pukul 18.57 WIB dengan :

Keluhan Utama : Keluar cairan dari kemaluan


Telaah : Pasien datang ke IGD RS Haji Medan dengan keluhan keluar cairan dari
kemaluan. Cairan berwarna jernih dan tidak berbau. Riwayat mules-mules mau melahirkan
(+), Riwayat keluar lendir bercampur darah (+), Riwayat bercampur dengan suami beberapa
hari ini (-), Riwayat Trauma selama hamil (-), Riwayat perut di kusuk (-), BAB dan BAK
dalam batas normal.

a. Perdarahan Antepartum
Kapan mulai :- Perdarahan ke : -
Banyaknya :- Darah beku :-

30
Rasa Nyeri :- Trauma :-

b. Tanda-tanda Keracunan hamil


Edema :- Vertigo :-
Pening :- Gangguan Visus : -
Mual :- Kejang-kejang : -
Muntah :- Koma :-
Nyeri ulu hati :- Icterus :-

c. Riwayat Haid
Menarche : 15 Tahun Hamil Kembar: -
Siklus Haid : Teratur Dysmenorrhea : -
Lama Haid : 3-5 Hari Fluor Albus :-
Volume : 2-3 x ganti duk/hari

d. Riwayat Obstetri
Riwayat Kehamilan : G1P0A0
Haid Terakhir :10-03-2018
T.T.P :17-12-2019
ANC : Bidan 2 x, Dokter Sp.OG 1 x
Menikah : 1 x, Usia 20 tahun
Berobat Mandul :-
Keluarga Berencana : KB suntik

e. Riwayat Persalinan
(-)
III. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
Anemia :-
Hipertensi :-
Peny. Ginjal :-
Diabetes Melitus :-
Tuberculosis :-

31
IV. HASIL PEMERIKSAAN UMUM
Berat Badan :67 Kg
Anemia :-
Tinggi badan : 165 cm
Ikterus :-
Kesadaran : Compos Mentis
Edema :-
Nadi : 80 x /i
Sianosis :-
Suhu : 37° C Dispnea :-
Pernapasan : 20 x/i
TekananDarah : 140/70 mmHg

V. STATUS LOKALIS
Abdomen : Membesarasimetris
Leopold I :Tinggi Fundus Uteri 3 Jari di bawah proccesus
Xyphoideus (37-38 minggu), bagian teratas janin
adalah bokong
Leopod II : Bagian punggung janin sebelah kanan
Leopold III : Bagian terbawah janin adalah kepala
Leopold IV : Polus sefalik sudah masuk jalan lahir (engaged)
S.B.R : Dalam batas normal
Lig.rotundum : Dalam batas normal
Meteorismus : Tidak
D.J.J : (+) 132 x/i (reguler)
Formula Johnsoon : (36 cm – 12) x 155
Taksiran BB Anak : 3720 gr
Osborn :-
HIS :3x40’’/10i
Gerak : (+)

Pemeriksaan Dalam
Tanggal : 10-12-2018
Jam : 19.30 WIB
Indikasi :Inpartu
Pembukaan : 8 cm
Effacement : 100 %
Selaput Ketuban : (-)

32
BagianTerbawah : Kepala
Posisinya : UUK kanan depan
Promontorium : Tidak teraba
Lin. Inominata : Teraba 2/3 anterior
Sacrum : Cekung
S.Ischiadica : Tidak menonjol
Arcus Pubis : Tumpul
Vagina : Dalam Batas Normal
Vulva : Dalam Batas Normal
Sarung Tangan : Lendir, Darah (+), air ketuban (+)
Meconium : (-)
Kesan Panggul : Adekuat
Tanggal : 10-12-2018
Jam : 19.50 WIB
Indikasi : Inpartu
Pembukaan : Lengkap (10 cm)
Cervix : Anterior
Effacement : 100%
Selaput Ketuban : (-)
BagianTerbawah : Kepala
Turunnya : Hodge 4
Posisinya : UUK kanan depan
Promontorium : Tidak teraba
Lin. Inominata : Teraba 2/3 anterior
Sacrum : Cekung
S.Ischiadica : Tidak menonjol
Arcus Pubis : Tumpul
Vagina : Dalam Batas Normal
Vulva : Dalam Batas Normal
SarungTangan : Lendir, darah (+), air ketuban (+)
Meconium : (-)
Perieum : Menonjol
Kesan Panggul : Adekuat

33
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. X – Ray Pelvimetri
Conj. Vera : TidakDilakukanPemeriksaan
Conj. Transversa : TidakDilakukanPemeriksaan
Conj. Oblique : TidakDilakukanPemeriksaan
2. Ro Foto / Sinar Tembus
Thorax : TidakDilakukanPemeriksaan
Abdomen : TidakDilakukanPemeriksaan
3. USG TAS : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
4. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil laboratorium tanggal 10-12-2018
Hematologi
Darah Rutin Nilai NilaiRujukan Satuan
Hemoglobin 12,1 15,2 – 23,6 g/dl
Hitung eritrosit 4,3 3,9 - 5,610*6/µl
Hitung leukosit 17,540 6,000- 20,000 /µl
Hematokrit 37,1 36-47 %
Hitung trombosit 369.000 150,000-450,000 /µl

Index eritrosit
MCV 85,7 98 – 122 fL
MCH 27,9 33 – 41 pg
MCHC 32,6 30 – 34 %

Hitung jenis leukosit


Eosinofil 0 1–3 %
Basofil 0 0–1 %
N.Stab 0 2– 6 %
N. Seg 87 53–75 %
Limfosit 9 20–45 %
Monosit 4 4–8 %

Diagnosa:
Multi Gravida + KDR 39 minggu + Presentasi Kepala + Anak Hidup + Inpartu

34
35
Lapor Supervisor dr. M. HaidirSp.OG
Advice:
R/ Partus Pervaginam hari ini 10/12/18 jam 20.05 WIB
- IVFD RL 20 gtt/i
- Pantau Vital Sign
- Pantau DJJ, HIS

PERIHAL PERSALINAN
LAPORAN PSP
- Tanggal :10 Desember 2018
- Jam :20.05 WIB

Langkah-langkah PSP :
1. Ibu di baringkan di meja Ginekologi dengan posisi Litotomi.
2. Lakukan pembersihan jalan lahir pada vagina meliputi labia mayor dan labia minora.
3. Pada his yang adekuat tampak kepala bayi maju mundur, kemudian menetap.
4. Pada his berikutnya ibu dipimpin mengejan, dan kemudian kepala bayi terus medorong
perineum, setelah itu kepala bayi keluar.
5. Terjadi putar paksi luar, dengan dipegang biparietal kepala di tarik kebawah untuk menarik
bahu depan dan kepala di tarik ke atas untuk melahirkan bahu belakang, kemudian lahir
seluruh tubuh.
6. Lahir bayi laki-laki dengan berat badan lahir 3400 gr, panjang bayi lahir 50 cm, apgar skor
8/10, anus positif pada pukul 20.05 wib.
8 Tali pusat diklem didua tempat dan digunting diantaranya, plasenta lahir spontan dengan
kesan lengkap.
9 Laserasi jalan lahir dilakukan repair dengan menggunakan chromic cat gut no 2.0.
10 Evaluasi jalan lahir tidak ditemukan kelainan
11 Evaluasi perdarahan terkontrol, keadaan ibu post partum baik.
Terapi:
- IVFD RL + oksitosin 10 IU 20 gtt/menit
- Cefadroksil tab mg 500 3x1
- Pondex 3x1
- Vitamin C 3x1
KALA IV POST PSP

36
Kontraksi
Jam Nadi Tek.Darah Tinggi Fundus Uterus
Uterus

20.30 80x/i 120/80 mmhg Kuat 2 jari di Atas pusat

20.45 72x/i 130/90 mmhg Kuat 2 jari diatas pusat

21.00 76x/i 120/90 mmhg Kuat 1 jari diatas pusat

21.15 80x/i 140/90 mmhg Kuat 1 jari diatas pusat

21.45 76x/i 140/80 mmhg Kuat 1 jari diatas pusat

22.15 80x/i 140/80 mmhg Kuat 1 jari di bawah pusat

Tanggal 10 Desember 2018, jam 20.05 WIB


S : Luka heacting masih dikompres kasa + betadin
O: Sensorium : Compos Mentis Anemis : -/-
TD : 120/80 mmHg Ikterik : -/-
HR : 80x/menit Dyspnoe :-
RR : 24x/menit Sianosis :-
T : 37ºC Oedem : -/-
SL: Abdomen : Soepel, peristaltik (+)
TFU :2 jari dibawah umbilicus, kontraksi (+)
P/V :-
BAK : (+),
BAB : (-), flatus (+)
A: Post PSP + Heacting
P: - Cefadroksil tab mg 500 3x1
- Pondex tab 3x1

37
- Vitamin C 3x1
- Luka jahit kompres kasa betadine

Tanggal 11 Desember 2018, jam 06.00 WIB


S : -
O: Sensorium : Compos Mentis Anemis : -/-
TD : 120/80 mmHg Ikterik : -/-
HR : 88 x/menit Dyspnoe :-
RR : 24x/menit Sianosis :-
T : 37ºC Oedem : -/-
SL: Abdomen : Soepel, peristaltik (+)
P/V :-
BAK : (+) Normal
BAB : (-) flatus (+)

A: Post PSP + Heacting

P: - Cefadroksil tab mg 500 3x1


- Pondex tab 3x1
- Vitamin C 3x1
- Luka jahit kompres kasa betadine

38

Вам также может понравиться

  • Klasifikasi Kulit
    Klasifikasi Kulit
    Документ9 страниц
    Klasifikasi Kulit
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Human Immunodeficiency Virus
    Human Immunodeficiency Virus
    Документ17 страниц
    Human Immunodeficiency Virus
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Bab II Tinjauan Pustaka PH Medan
    Bab II Tinjauan Pustaka PH Medan
    Документ18 страниц
    Bab II Tinjauan Pustaka PH Medan
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
    Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
    Документ59 страниц
    Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Human Immunodeficiency Virus
    Human Immunodeficiency Virus
    Документ26 страниц
    Human Immunodeficiency Virus
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Klasifikasi Kulit
    Klasifikasi Kulit
    Документ11 страниц
    Klasifikasi Kulit
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Format Kertas Resep Obatdocx
    Format Kertas Resep Obatdocx
    Документ3 страницы
    Format Kertas Resep Obatdocx
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Документ5 страниц
    Bab I Pendahuluan
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • MPASI
    MPASI
    Документ2 страницы
    MPASI
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Scabies
    Scabies
    Документ1 страница
    Scabies
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Документ64 страницы
    Bab Iii
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Scabies Bagian Belakang
    Scabies Bagian Belakang
    Документ1 страница
    Scabies Bagian Belakang
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Ispa
    Ispa
    Документ2 страницы
    Ispa
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar 2
    Kata Pengantar 2
    Документ1 страница
    Kata Pengantar 2
    Raja Fauzan Fahlevi
    Оценок пока нет
  • Stroke
    Stroke
    Документ2 страницы
    Stroke
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ1 страница
    Daftar Isi
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar 2
    Kata Pengantar 2
    Документ1 страница
    Kata Pengantar 2
    Raja Fauzan Fahlevi
    Оценок пока нет
  • Hematothoraks
    Hematothoraks
    Документ12 страниц
    Hematothoraks
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar 2
    Kata Pengantar 2
    Документ1 страница
    Kata Pengantar 2
    Raja Fauzan Fahlevi
    Оценок пока нет
  • Empiema
    Empiema
    Документ10 страниц
    Empiema
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi em
    Daftar Isi em
    Документ1 страница
    Daftar Isi em
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Ca Mamae
    Ca Mamae
    Документ36 страниц
    Ca Mamae
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar 2
    Kata Pengantar 2
    Документ1 страница
    Kata Pengantar 2
    Raja Fauzan Fahlevi
    Оценок пока нет
  • Profil Puskesmas Teladan 2018
    Profil Puskesmas Teladan 2018
    Документ46 страниц
    Profil Puskesmas Teladan 2018
    prabutirtaa
    67% (3)
  • Cover em
    Cover em
    Документ1 страница
    Cover em
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Lapkas
    Lapkas
    Документ56 страниц
    Lapkas
    prabutirtaa
    Оценок пока нет
  • Ca Mmae
    Ca Mmae
    Документ1 страница
    Ca Mmae
    prabutirtaa
    Оценок пока нет