Вы находитесь на странице: 1из 13

Definisi Risiko

Risiko (Risk) dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan ketidapastian


tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang
diambil berdasarkan pertimbangan pada saai ini. (Fahmi, 2013).
Risiko berbeda dengan ketidakpastian, berikut akan menjelaskan
perbedaanrisiko dan ketidakpastian:
Risiko => probabilitas hasil sudah diketahui.
Ketidakpastian => probabilitas hasil tidak diketahui dan masih berupa dugaan.
Risiko => adanya data.
Ketidakpastian => tidak adanya data.
Risiko timbul karena adanya ketidakpastian, yang berarti ketidakpastian
adalah merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko, karena
mengakibatkan keragu-raguan seorang mengenai kemampuannya untuk
meramalkan kemungkinan terhadap hasil-hasil yang akan terjadi di masa
mendatang. Dimana kondisi yang tidak pasti itu karena berbagai sebab, antara
lain:
1. Tenggang waktu antara perencanaan suatu kegiatan sampai kegiatan itu
berakhir / menghasilkan, dimana makin panjang tenggang waktunya
makin besar ketidakpastiannya.
2. Keterbatasan informasi yang tersedia yang diperlukan dalam penyusunan
rencana.
3. Keterbatasan pengetahuan / kemampuan / teknik pengambilan keputusan
dari perencana.(Hanafi, 2009).
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang
atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu
yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau
merugikan.menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan
menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (Opportunity), sedangkan
ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah
risiko (Risk).
Pengertian Manajemen Risiko
Secara sederhana pengertian manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-
fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi
oleh organisasi / perusahaan, keluarga dan masyarakat.Jadi mencakup kegiatan
merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin / mengkoordinir dan
mengawasi (termasuk mengevaluasi) program penanggulangan risiko. Dalam
pengertian lain Manajemen Risiko dapat diartikan suatu bidang ilmu yang
membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam
memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai
pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis (Fahmi,2010).

Peran manajemen risiko dalam agribisnis


Kegiatan memanajemen risiko pada usaha agribisnis dapat membeikan
informasi yang diperlukan manajer dalam menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi besar-kecilnya risiko kegagalan usaha yang mungkin akan
dihadapi usaha. Selain itu kegiatan manajemen risiko juga berperan dalam
memberikan landasan dalam perumusan langkah-langkah yang perlu diantisipasi
untuk bisa keluar dari risiko kegagalan usaha.
Faktor-faktor penyebab timbulnya risiko itu pada umumnya berasal dari dua
sumber yakni sumber intern dan sumber ekstern. Sumber intern pada umumnya
memiliki risiko lebih kecil karena masalah intern itu umumnya lebh mudah
dikendalikan dan bersifat pasti, artinya hampir semua data dan fakta sudah
tersedia.dipihak lain, sumber ekstern umumnya jauh diluar kendali pihak pembuat
keputusan, antara lain muncul dari pasar, politik suatu negara, perkembangan
teknologi, perubahan sosial budaya suatu daerah atau negara dan lainnya (Sofyan,
2005).

Tipe Risiko
Dari sudut pandang akademisi ada banyak jenis risiko namun secara umum
risiko itu hanya dikenal dalam 2 (dua) tipe saja, yaitu risiko murni (pure risk) dan
risiko spekulatif (speculative risk). Adapun kedua bentuk risiko tersebut adalah:
a. Risiko murni (pure risk), dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tipe risiko
yaitu:
1. Risiko aset fisik, merupakan risiko yang berakibat timbulnya kerugian
pada asset fisik suatu perusahaan/organisasi. Contoh: kebakaran, banjir,
gempa, tsunami, gunung meletus, dll.
2. Risiko karyawan, merupakan risiko karena apa yan dialami oleh
karyawan yang bekerja di perusahaan/organisasi tersebut. Contoh:
kecelakaan kerja sehingga aktivitas perusahaan terganggu.
3. Risiko legal, merupakan risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan
atau kontrak tidak berjalan sesuai dengan rencana. Contoh: perselisihan
dengan perusahaan lain sehingga adanya persoalan seperti ganti rugi.
b. Risiko spekulatif (speculative risk), risiko spekulatif ini dapat
dikelompokkan kepada empat tipe risiko yaitu:
1. Risiko pasar, merupkan risiko yang terjadi dari pergerakan harga di pasar.
Contoh: harga saham mengalami penurunan sehingga menimbulkan
kerugian.
2. Risiko kredit, merupakan risiko yang terjadi karena counter party gagal
memenuhi kewajibannya kepada perusahaan. Contoh: timbulnya kredit
macet, persentase piutang meningkat.
3. Risiko likuiditas, merupakan risiko karena ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan kas. Contoh: kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu
membayar hutang secara tepat menyebabkan perusahaan harus menjual
asset yang dimilikinya.
4. Risiko operasional, merupakan risiko yan disebabkan pada kegiatan
operasional yang tidak berjalan dengan lancar. Contoh: terjadi kerusakan
pada computer karena berbagai hal termasuk virus (Fahmi, 2010).

Mengelola Risiko

Menurut Djojosoedarso (1999) Ada beberapa cara yang dapat dilakukan


(perusahaan) untuk meminimalkan risiko kerugian, antara lain:
a. Mengadakan pencegahan dan pengurangan terhadap kemungkinan
terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian, misalnya membangun
gedung dengan bahan-bahan yang anti terbakar untuk mencegah biaya
kebakaran, memagari mesin-mesin untuk menghindari kecelakaan kerja,
melakukan pemeliharaan dan penyimpanan yang baik terhadap bahan dan
hasil produksi untuk menghindari risiko kecurian dan kerusakan,
megadakan pendekatan kemanusiaan untuk mencegah terjadinya
pemogokan, sabotase, dan pengacauan.
b. Melakukan retensi, artinya mentolelir terjadinya kerugian, membiarkan
terjadinya kerugian dan untuk mencegah terganggunya operasi perusahaan
akibat kerugian tersebut disediakan sejumlah dana untuk
menanggulanginya (contoh: pos biaya lain-lain atau tidak terduga dalam
anggaran perusahaan).
c. Melakukan pengendalian terhadap risiko, contoh melakukan hedging
(perdagangan berjangka) untuk menanggulangi risiko kelangkaan dan
fluktuasi harga bahan baku/pembantu yang diperlukan.
d. Mengalihkan/memindahkan risiko kepada pihak lain, yaitu dengan cara
mengadakan kontrak pertanggungan (asuransi) dengan perusahaan
asuransi terhadap risiko tertentu, dengan membayar sejumlah premi
asuransi yang telah ditetapkan, sehingga perusahaan asuransi akan
mengganti kerugian bila betul terjadi kerugian yang sesuai dengan
perjanjian.

Ruang lingkup Manajemen resiko


Ruang lingkup Manajemen Risiko Berisi Tahap-tahap dalam melaksanakan
manajemen risiko yang meliputi :
Untuk mengimplementasikan manajemen risiko secara komprehensif ada
beberapa tahap yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan, yaitu :
1. Identifikasi Risiko
Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan melakukan tindakan berupa
mengindentifikasi setiap bentuk risiko yang dialami perusahaan, termasuk
bentuk-bentuk risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan. Identifikasi
ini dilakukan dengan cara melihat potensi-potensi risiko yang sudah terlihat
dan yang akan terlihat.
2. Mengidentifikasi Bentuk-Bentuk Risiko
Pada tahap ini diharapkan pihak manajemen perusahaan telah mampu
menemukan bentuk dan format risiko yang dimaksud. Bentuk-bentuk risiko
yang diidentifikasi di sini telah mampu dijelaskan secara detail, seperti ciri-
ciri risiko dan faktor-faktor timbulnya risiko tersebut. Pada tahap ini pihak
manajemen perusahaan juga sudah mulai mengumpulkan dan menerima
berbagai data-data baik bersifat kualitatif dan kuantitatif.
3. Menempatkan Ukuran-Ukuran Risiko
Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan sudah menempatkan ukuran
atau skala yang dipakai, termasuk rancangan model metedologi penelitian
yang akan digunakan. Data-data yang masuk juga sudah dapat diterima, baik
yang berbentuk kualitatif dan kuantitatif serta pemilihan data dilakukan
berdasarkan pendekatan metedologi yang digunakan. Dengan kepemilikan
rancangan metodologi penelitian yang ada diharapkan pihak manajemen
perusahaan telah memiliki fondasi kuat guna melakukan pengolahan data.
Untuk dipahami bahwa penggunaan ukuran dengan berdasarkan format
metedologi penelitian yang digunakan harus dilakukan dengan sangat hati-hati
dan penuh kecermatan karena jika salah atau tidak sesuai dengan kasus yang
ditangani maka hasil yang akan diperoleh nantinya juga dianggap tidak akan
akurat.
4. Menempatkan Alternatif-Alternatif
Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan telah melakukan pengolahan
data. Hasil pengolahan kemudian dijabarkan dalam bentuk kualitatif dan
kuantitatif beserta akibat-akibat atau pengaruh-pengaruh yang akan timbul jika
keputasan-keputusan tersebut diambil. Berbagai bentuk penjabaran yang
dikemukakan tersebut dipilah dan ditempatkan sebagai alternatif-alternatif
keputusan.
5. Menganalisis Setiap Alternatif
Pada tahap ini dimana setiap alternatif yang ada selanjutnya dianalisis
dan dikemukakan berbagai sudut pandang serta efek-efek yang mungkin
timbul. Dampak yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka
panjang dipaparkan secara komprehensif dan sistematis dengan tujuan utama
diperoleh suatu gambaran secara tegas dan jelas. Kejelasan dan ketegasan
sangat penting guna membantu pengambilan keputusan secara tepat.
6. Memutuskan Satu Alternatif
Pada tahap ini setelah berbagai alternatif dipaparkan dan dijelaskan baik
dalam bentuk lisan dan tulisan oleh para manajemen perusahaan maka
diharapkan pihak manajer perusahaan sudah memiliki pemahaman secara
khusus dan mendalam. Pemilihan satu alternatif dari berbagai alternatif yang
ditawarkan artinya mengambil alternatif yang terbaik dari berbagai alternatif
yang ditawarkan termasuk dengan menolak berbagai alternatif lainnya.
Dengan pemilihan satu alternatif sebagai solusi dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan diharapkan pihak manajer perusahaan sudah memiliki fondasi
kuat dalam menugaskan pihak manajemen perusahaan untuk bekerja
berdasarkan konsep dan koridor yang ada.
7. Melaksanakan Alternatif yang Dipilih
Pada tahap ini setelah alternatif dipilih dan ditegaskan serta dibentuk tim
untuk melaksanakan ini, maka artinya menejer sudah mengeluarkan Surat
Keputusan (SK) yang dilengkapi dengan rincian biaya. Rincian biaya yang
dialokasikan tersebut telah disetujui oleh bagian keuangan serta otoritas
pengambil penting lainnya.
8. Mengontrol Alternatif yang Dipilih Tersebut
Pada tahap ini alternatif yang dipih telah dilaksanakan dan pihak tim
manajer beserta manajer perusahaan. Tugas utama manajer perusahaan adalah
melakukan control yang maksimal guna menghindari timbulnya berbagai
risiko yang tidak diinginkan.
9. Mengevaluasi Jalannya Alternatif yang Dipilih
Pada tahap ini setelah alternatif dilaksanakan dan control dilakukan maka
selanjutnya pihak tim manajemen secara sistematis melaporkan kepada pihak
manajer perusahaan. Pelaporan tersebut berbentuk data-data dan bersifat
fundamental dan teknikal serta dengan tidak mengesampingkan informasi
yang bersifat lisan. Tujuan melakukan evaluasi dari alternatif yang dipilih
tersebut adalah bertujuan agar pekerja tersebut dapat terus dilaksanakan sesuai
dengan yang direncanakan.

Strategi alternatif untuk manajer menghadapi risiko dan ketidakpastian.


Menurut Downey terdapat Empat Strategi alternatif dasar telah di
kembangkan untuk menuntun perencanaan manajer dalam keadaan tidak pasti,
yaitu:
1. Wald – strategi maksimim
2. Hurwicz - strategi alfa
3. Savage – strategi ketidak beruntungan minimaks
4. Laplace atau bayesian – strategi probabilitas berimbang.
Wald strategi ini sering disebut sebagai strategi ketidakpastian yang paling
pesimistik. Pengambilan keputusan ini sangat konservatif atau liberalisme dan
cenderung mendorong perusahaan untuk mengutamakan keterjaminan karena
mengandaikan bahwa kejadian buruk yang mungkin akan selalu terjadi.
Kaidah pengambilan keputusan dalam menghitung hasil taruhan yang di
harapkan untuk strategi wald boleh di katakan sederhana. Pertama, kita harus
menentukan hasil terburuk dari setiap tindakan, kemudian memilih yang terbaik
dari antara yang terburuk tersebut.

E1 E2 E3 KEMUNGKINAN TERBURUK
A1 12 6 1 1
A2 8 10 -1 -1
A3 4 3 7 3

Tindakan A3 akan di pilih karena memberikan hasil taruhan tertinggi jika hasil
terburuk yang mungkin terjadi. Jelaslah strategi ini sangat konservatif dan
mungkin sangat cocok untuk perusahaan yang kurang mampu memanfaatkan
peluang-peluang yang ada.

Hurwicz strategi hurwicz atau kriteria alfa mengambil sudut pandang lain
dari proses pengambilan keputusan dalam keadaan tidak pasti. Pengambil
keputusan diminta untuk memilih koefisien optimisme berkenaan dengan hasil
taruhan maksimum untuk setiap tindakan dan koefisien pessimisme yang terkait
dengan hasil taruhan minimum untuk setiap tindakan. Sekali lagi, pengambilan
keputusan yang menggunakan strategi ini sangat subyektif. Jelaslah, manajer yang
optimistik akan memilih tindakan yang sangat berbeda dari tindakan yang dipilih
oleh manajer yang sangat konservatif jika di tinjau dari segi keuangan.
Rata-rata tertimbang dari hasil taruhan tertinggi dan terendah untuk setiap
tindakan di hitung, dan pilihan di jatuhkan pada rata-rata tertimbang yang
terbesar. Dengan menerapkan kriteria hurwicz pada matriks taruhan, kita akan
memperoleh hasil berikut :
Anggaplah bahwa koefisien optimisme adalah 0,6
Dengan demikian, koefisien pessimisme adalah 0,4

A1 = 0,6 (12) + 0,4 (1) = 7,6


A2 = 0,6 (10) +0,4 (-1) = 6,4
A3 = 0,6 (7) + 0,4 (3) = 5,4

Tindakan A1 akan di pilih karena memberikan hasil taruhan terbesar jika di ukur
menurut rata-rata tertimbang.

Savage kriteria ini menetapkan kriteri “ ketidak beruntungan “ yang


merupakan biaya kesempatan (opertunity cost). Ketidak beruntungan di
definisikan sebagai perbedaan absolut antara hasil taruhan tertinggi yang trdapat
pada keadaan perekonomian tertentu. Setelah menghitung ketidak beruntungan
maksimum untuk semua tindakan, manajer harus memilih tindakan yang
menghasilkan ketidak beruntungan terkecil di antara yang maksimum.
MATRIKS KETIDAK
BERUNTUNGAN
E1 E2 E3 E1 E2 E3 KETIDAK BERUNTUNGAN
MAKSIMUM
A1 12 6 1 0 4 6 6
A2 8 10 -1 4 0 8 8
A3 4 3 7 8 7 0 8

Matriks ketidak beruntungan di hitung dari setiap kolom pada matriks


taruhan. Jadi, sekiranya keadaan perekonomian E1 terjadi, tindakan A1 akan
memberikan hasil taruhan terbesar. Tindakan A2 dabn A3 harus di evaluasi dalam
kaitannya dengan tindakan terbaik yang mungkin A1. Perbedaan hasil
taruhan antara A2 dan A3 dan antara A3 dan A1 dalam keadaan perekonomian
yang sama, yaitu E1, merupakan biaya kesempatan. Jika E1 terjadi dan A1 di
pilih, tidak ada biaya kesempatan. Tindakan terbaik telah di pilih, akan tetapi, jika
A2 di pilih sebagi pasangan E3, perusahaan akan menanggung biaya kesempatan
sebesar 4.
Berdasarkan matriks taruhan dan ketidak beruntungan dari biaya
kesempatan di atas, kriteria savage akan memilih tindakan A1 dalam upayah
meminimisasi risiko bagai perusahaan. Strategi ini sangat tepat untuk
pengambilan keputusan jangka panjang atau evaluasi proyek, di mana keadaan
perekonomian yang di hadapi perusahaan bisa berubah secara dramatis.

Bayesian dan La Place strategi terkhir dalam menghadapi keidak


pastian sebenarnya hanya merupakan penjabaran lain dari strategi untuk keadaan
beresiko.Kriteria ini disebut juga kriteria equal likelihood. Strategi ini
mengasumsikan bahwa probabilitas dari setiap keadaan perekonomian adalah
berimbang.Menurut kriteria ini, pengambilan keputusan mengasumsikan bahwa
probabilitas terjadinya berbagai kondisi adalah sama besarnya.
Pada kiriteria ini, pengambil keputusan tidak dapat mementukan/mengetahui
probabilitas terjadinya berbagai hasil, sehingga diasumsikan bahwa semua
kejadian mempunyai kemungkinan yang sama untuk terjadinya atau setiap hasil
memiliki probabilitas yang sama. Hasil yang dipilih adalah yang memiliki nilai
tertimbang tertinggi
Contoh:
E ( A1 ) = 0,33 (12) + 0,33 (6) + 0,33 (1) = 6,33
E ( A2 ) = 0,33 (8) + 0,33 (10) + 0,33( -1) = 5,67
E ( A3 ) = 0,33 (4) + 0,33 (3) + 0,33 (7) = 4,67
Terlihat bahwa setiap keadaan perekonomian di kenakan probabilitas sebesar
0,33. Hasil taruhan yang di harapkan untuk setiap tindakan di hitung dengan
menggunakan metode yang serupa dengan menghitung hasil taruhan untuk
keadaan brisiko. Dalam contoh di atas, tindakan A1 akan di pilih karena
menghasilkan hasil taruhan terbesar.
Studi Kasus 1
Perendaman menyebabkan Kualitas lada rendah
1. Identifikasi resiko
Kami mengidentifikasi resiko terhadap perendaman pada lada dimana
proses perendaman akan mempengaruhi tingkat kualitas lada.
Perendaman dilakukan pada air bekas galian timah atau kolong yang
menyebabkan lada terserang bakteri e-coli dan salmonella.
2. Menempatkan Ukuran-Ukuran Risiko
Ukuran resiko pada perendaman ini sangat besar, sebab kualitas lada
akan mempengaruhi harga dipasaran dan permintaan terhadap lada itu
sendiri, karena akan menimbulkan dampak besar terhadap kesehatan
konsumen, akibat adanya kandungan bakteri di lada tersebut.
3. Menganalisis Setiap Alternatif
Kami membuat alternatif terhadap resiko ini, yaitu perendaman
terhadap lada dilakukan pada air mengalir dan pengupasan menggunakan
mesin, serta penjemuran lada di lokasi yang bersih.
4. Memilih satu alternatif
Kami mengambil satu strategi, yaitu strategi Hurwicz yaitu strategi
manajer yang optimis yang akan melhat keuntungan terhadap alternatif
yang telah diambil, meskipun alternatif tersebut memerlukan dana yang
besar untuk pengadaannya.
5. Mengevaluasi Strategi yang dipilih
Dari hasil penyediaan air perendaman dan mesin pengupas kulit lada
serta tempat penjemuran yang bersih di perusahaan kami, ternyata ini
dapat membantu petani dalam meningkatkan kualitas lada, dapat
mempermudah para petani dalam perendaman dan pengupasan kulit lada,
menghilangkan rasa kekwatiran terhadap pencurian dan dapat
menghematkan waktu perendaman lada. Dengan ini, alternatif yang kami
pilih dinilai baik untuk diterapkan, agar lada yang diproduksi mempunyai
harga yang tinggi dipasaran dunia.
Studi Kasus 2

Perusahaan Eksportir Lada

Kami berencana membuat suatu perusahaan eksportir lada untuk daerah


Bangka Belitung, namun kami melihat beberapa Risiko, oleh karena itu kami
melakukan tahap-tahap managemen Risiko, yang meliputi :
1. Identifikasi Risiko
kami mengidentifikasi adanya Risiko Pasokan Lada yang tidak kontinu karena
Lada bersifat musiman, kemungkinan sidikitnya petani yang menjual Lada ke
perusahaan kami dan kualitas lada yang kurang dari petani.
2. Menempatkan Ukuran-Ukuran Risiko
Kami menilai ukuran risiko ini sangat besar bagi perusahaan kami karena
berasal dari luar perusahaan kami.
3. Menganalisis Setiap Alternatif
Kami menemukan 2 strategi yang dapat dipilih, strategi 1 adalah memberikan
pelatihan kepada petani Lada dengan perkiraan dana yang dikeluarkan kecil
namun dengan penghasilan yang tidak terlalu besar dan strategi 2 adalah
melakukan mitra denga petani yang membutuhkan dana yang besar namun jika
berhasil akan mendapatkan keuntungan yang besar.
4. Memilih satu alternatif
Kami disini mengambil strategi Hurwicz yaitu merupakan strategi bagi
manager yang optimis yang akan melihat keuntungan terbesar, oleh karena itu
kami memilih strategi 2, maka kami melakukan percobaan kemitraan terhadap 10
orang petani dengan luas lahan lahan 1 Ha perorang.
5. Mengevaluasi Strategi yang dipilih
Dari 10 petani yang menjadi mitra kami, ternyata 9 diantaranya berhasil,
mereka menjual lada mereka kepada perusahaan kami dan memiliki kualitas yang
baik dan dapat diterima pasar internasional, jadi kami menyimpulkan strategi ini
sudah berhasi dan akan kami memperbanyak kemitraan denga petani.
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Irham. 2010. Manajemen Risiko: Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung:
Penerbit Alfabeta
Fahmi, Irham. (2013). Manajemen Risiko. Bandung: ALFABETA.
Hanafi, M. M. (2009). Manajemen Risiko. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN.
Sofyan, I. (2005). Manajemen Risiko. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wulandari, Suci. 2013. Rancang Bangun Model Manajemen Risiko Pada Investasi
Agroindustri Lada.Institut Pertanian Bogor. Bogor
Djojosoedarso, Soeisno. 1999. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi.
Jakarta: Salemba Empat.
Downey & Ericson. 1987. Manajemen Agribisnis. Jakarta. Erlangga

Вам также может понравиться