Вы находитесь на странице: 1из 41

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Definisi Demam Thyphoid

Demam Thyphoid disebut juga dengan Typus Abdominalis atau Typhoid

fever. Demam tifoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada

saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih

disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan

kesadaran.

Demam Thyphoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada

saluran cerna dan gangguan kesadaran. (Kapita Selekta Kedokteran, 2010).

Demam Thyphoid suatu penyakit infeksi sitemik bersifat akut yang

disebabkan salmonella thypi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,

ditopang dengan bakterimia tanpa ketelirbatan struktur endhothelia atau

endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit

monocolar dari hati, limpa, kelenjar limfe dan payers patch dan menular pada

orang lain melalui makanan atau air yang terkontaminasi. (Sumarmo, 2013). Anak

sekolah merupakan kelompok yang rentan terhadap penularan bakteri dan virus

yang disebarkan melalui makanan atau dikenal dengan food borne diseases. Food

borne disease adalah suatu penyakit karena adanya agen yang masuk kedalam

tubuh manusia melalui proses pencernaan makanan seperti salmonella thypo.

Sehingga rawan munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang seperti

demam typhoid (Sholikhah dalam sendi, 2013).

6
7

2.1.2 Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pencernaan

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pencernaan

(Sumber : Sumarmo, 2013)

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)

adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,

mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam

aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau

merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut,

tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan

anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran

pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.


8

1) Mulut (oral)

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada

hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal

dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan

masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput

lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.

Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman

dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai

macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah

oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih

mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari

makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.

Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah

protein dan menyerang bakteri secara langsung.

2) Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari

bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring

Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang

banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,

disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya

dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.

Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan


9

lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan

perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari:

a) Bagian superior

Bagian yang sangat tinggi dengan hidung. Bagian superior disebut

nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak

dengan ruang gendang telinga

b) Bagian media

Bagian yang sama tinggi dengan mulut. Bagian media disebut

orofaring,bagian ini berbatas

c) Bagian inferior

Bagian yang sama tinggi dengan laring. bagian inferior disebut laring

gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.

3) Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui

sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan

berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering

juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον,

phagus – “memakan”). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang

belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

a) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)

b) Bagian medias (campuran otot rangka dan otot halus)

c) Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).


10

4) Lambung (Gaster

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang

keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu

a) Kardia.

b) Fundus.

c) Antrum.

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk

cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter

menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung

berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk

mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung

menghasilkan 3 zat penting :

1. Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.

Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang

mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.

2. Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan

oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga

berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh

berbagai bakteri.

3. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)


11

5) Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak

di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang

mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus

melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan

pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah

kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan

mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot

memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus halus

terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong

(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

6) Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak

setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus

dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo

duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan

organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.

pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua

belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.

Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua

belas jari.

7) Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian

kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
12

penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8

meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan

digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong

berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas

permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas

jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan

dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit

untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.

Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa

Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang berarti

“kosong”.

8) Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada

sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak

setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki

pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12

dan garam-garam empedu.

9) Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu

dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar

terdiri dari:

a) Kolon asendens (kanan)

b) Kolon transversum

c) Kolon desendens (kiri)


13

4. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

2.1.3 Etiologi

Salmonella typhi adalah bakteri gram negatif, yang mempunyai flagella,

tidak berkapsul, tidak membentuk spora fakultatif anaerob.15

Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu :

1) Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh

kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut

juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak

tahan terhadap formaldehid.

2) Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae atau fili

dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan

terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas di atas 60ºC, asam dan

alkohol.

3) Antigen Vi adalah polimer polisakarida yang bersifat asam yang terletak pada

kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman terhadap

fagositosis.

2.1.4 Manifestasi klinik

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding

dengan penderita dewasa. Masa inkubasi demam tifoid 3 sampai 60 hari dengan

rata-rata antara 10 sampai 14 hari. Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi,

dari gejala klinis ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus sampai dengan

berat sehingga harus dirawat. Setelah masa inkubasi maka ditemukan gejala

prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak

bersemangat.
14

1) Demam

Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris

remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh

berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan

meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus

berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh beraangsur-

angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

2) Gangguan Pada Saluran Pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah

(ragaden) . Lidah ditutupi selaput putih kotor di bagian tengahnya (coated tongue)

dengan ujung dan tepi lidahnya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen

mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa

membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan

tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.

3) Gangguan Kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang

terjadi sopor, koma atau gelisah.

4) Gejala Lain

Rose spot dapat dijumpai pada penderita tifoid, yaitu suatu ruam

makulopapular yang berwarna merah dengan ukuran 2 sampai 4 um seringkali

dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstremitas dan punggung pada orang

kulit putih, jarang terjadi pada anak Indonesia. Kadang-kadang ditemukan

bradikardi pada anak dan mungkin pula ditemukan epistaksis.


15

2.1.5 Patofisiologi

Bakteri Salmonella typhosa masuk melalui makanan / minuman, setelah

melewati lambung kuman mencapai usus halus (ileum) dan setelah menembus

dinding usus sehingga mencapai folikel limfoid usus halus (plaque Peyeri).

Kuman ikut aliran limfe mesenterial ke dalam sirkulasi darah (bakteremia primer).

Mencapai jaringan RES (hepar, lien, sumsum tulang, untuk bermultiplikasi).

Setelah mengalami bacteria sekunder, kuman mencapai sirkulasi darah untuk

menyerang organ lain (intra dan ekstra intestinal). Masa inkubasi 10-14 hari.

(IDAI, 2012)

Salmonella typhosa masuk melalui makanan atau minuman yang tercemar

menuju tempat infeksi ileosekal (usus halus) dan terjadi inflamasi minimal.

Kuman masuk pembuluh darah dan terjadi septicemia primer, kemudian masuk ke

sistem retikuloendotelial untuk berkembang biak (inflamasi local) pada kelenjar

getah bening, hati dan limpa. Kuman kembali ke pembuluh darah (septicemia

sekunder) menuju tempat infeksi utama ileosekal. (Tri Atmadja, 2011)

Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam

lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk usus halus, ke jaringan

limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk

ke peredaran darah (bakteremia primer) dan mencapai sel retikuloendotelial, hati,

limpa dan organ-organ lainnya. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan

berakhir saat sel-sel retikuloendotelial melepaskan kuman ke dalam peredaran

darah dan menimbulkan bakteremia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman

masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa, usus dan kandung

empedu. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks peyer. Ini terjadi
16

pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu ke dua terjadi nekrosis dan pada minggu

ke tiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu ke empat terjadi penyembuhan

ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan,

bahkan sampai perforasi usus. Selain hepar, kelenjar-kelenjar mesenterial dan

limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala

pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus. (Suriadi,

2001)
17

2.1.6 WOC (Web Of Coution)

Kuman salmonella thypi


yang masuk ke gastro
intestinal
Dimusnahkan oleh
Lokasi dari asam lambung asam lambung

Pembuluh limfe
Bakteri masuk ke usus halus

Peredaran darah (bakterimia Masuk retikulo endhothelial (RES)


terutama hati dan limfa
primer)

Berkembang baik di hati dan Masuk kealiran darah


limfa (bakterimia sekunder)

empedu
endotoksin

Rongga usus pada kel.


Limfoid halus Terjadi kerusakan sel

Pembesaran hati Pembesaran limfa Merangsang melepas at


epirogen oleh leokosit

hepatomegali
splenomegali Mempengaruhi pusat
thermolegator di
hipotalamus
Lase plak peyer Penurunan/peningkatan
mobilitas usus
erosi Ketidakefektifan
Penurunan/peningkatanpe termolegasi
Nyeri ristaltic usus

Resiko kekurangan
volume cairan

Konstipasi/diare Peningkatan asam


lambung

Anoreksia mual
muntah

Gambar 2.1 WOC Demam


Typoid Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
(Sumber : Nurarif 2013) kebutuhan tubuh
18

2.1.7 WOC (Web Of Coution) Dampak Hospitalisasi

Dampak hospitalisasi

anak Orang tua

1. Berpisah dengan 1. Takut, cemas


teman-temannya perasaan sedih dan
dan lingkungannya frustasi
yang di sayangkan 2. Kurang
2. Takut akan pengetahuan
prosedur tindakan 3. Pengalaman
3. Tindakan peraawatan
kooperarif dengan sebelumnya yang
petugas kesehatan manyedihkan
4. Sering bertanya 4. Masalah
tanggapan biaya
rumah sakit

Ansietas

Gambar 2.3 WOC (Web Of Coution) Dampak Hospitalisasi

(Sumber : WHO, 2010)


19

2.1.8 Pemeriksaan Laboratorium

Diagnosis klinis perlu ditunjang dengan hasil pemeriksaan

laboratorium.Pemeriksaan tambahan ini dapat dilakukan dengan dan tanpa biakan

kuman.

1) Darah tepi

Pada penderita demam tifoid didapatkan anemia normokromi normositik yang

terjadi akibat perdarahan usus atau supresi sumsum tulang. Terdapat gambaran

leukopeni, tetapi bisa juga normal atau meningkat. Kadang-kadang didapatkan

trombositopeni dan pada hitung jenis didapatkan aneosinofilia dan limfositosis

relatif.Leukopeni polimorfonuklear dengan limfositosis yang relatif pada hari

kesepuluh dari demam, menunjukkan arah diagnosis demam tifoid menjadi jelas.

2) Uji serologis widal

Uji ini merupakan suatu metode serologik yang memeriksa antibodi aglutinasi

terhadap antigen somatik (O).Pemeriksaan yang positif adalah bila terjadi reaksi

aglutinasi.Untuk membuat diagnosis yang dibutuhkan adalah titer zat anti

terhadap antigen O.Titer yang bernilai > 1/200 dan atau menunjukkan kenaikan 4

kali, maka diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan.Titer tersebut mencapai

puncaknya bersamaan dengan penyembuhan penderita.Uji serologis ini

mempunyai berbagai kelemahan baik sensitivitas maupun spesifisitasnya yang

rendah dan intepretasi yang sulit dilakukan.Namun, hasil uji widal yang positif

akan memperkuat dugaan pada penderita demam tifoid.


20

3) Isolasi kuman

Diagnosis pasti demam tifoid dilakukan dengan isolasi Salmonella

Typhi.Isolasi kuman ini dapat dilakukan dengan melakukan biakan dari berbagai

tempat dalam tubuh.Diagnosis dapat ditegakkan melalui isolasi kuman dari

darah.Pada dua minggu pertama sakit , kemungkinan mengisolasi kuman dari

darah pasien lebih besar dari pada minggu berikutnya.Biakan yang dilakukan pada

urin dan feses kemungkinan keberhasilan lebih kecil, karena positif setelah terjadi

septikemia sekunder.Sedangkan biakan spesimen yang berasal dari aspirasi

sumsum tulang mempunyai sensitivitas tertinggi, tetapi prosedur ini sangat invasif

sehingga tidak dipakai dalam praktek sehari-hari.Selain itu dapat pula dilakukan

biakan spesimen empedu yang diambil dari duodenum dan memberikan hasil

yang cukup baik

2.1.9 Penatalaksanaan

1) Hindari tempat yang tidak sehat

2) Hindari daerah endemis demam thyfoid

3) Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih

4) Makanlah makanan bernutrisi lengakap dan seimbang

5) Tingkatkan asupan cairan ntuk mencegah dehidrasi yang diakbatkan demam

dan diare

6) Gunakan air yang sudah direbus untuk minum dan sikat gigi

7) Makanlah makanan yang telah dimasak

8) Mintalah minuman tanpa es kecuali air es sudah didihkan atau dari botol

9) Lalat perlu dicegah menghindari makanan dan minuman

10) Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan


tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
21

11) Jelaskan terapi yang diberikan: dosis dan efek samping

12) penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi

13) Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus

dilakuakan untuk mengatasi gejala tersebut

14) Tekankan untuk melakukan control sesuai waktu yang di tentukan

2.1.10 Komplikasi

1) Komplikasi Intestinal

a) Perdarahan Usus

Pada plak peyeri usus yang terinfeksi (terutama ileum terminalis) dapat terbentuk

tukak/luka berbentuk lonjong dan memanjang terhadap sumbu usus. Bila luka

menembus limen usus dan mengenai pembuluh darah maka terjadi perdarahan.

Selanjutnya bias tukak menembus dinding usus maka perforasi dapat terjadi.

Sekitar 25% penderita demam tifoid dapat mengalami perdarahan minor yang

tidak membutuhkan transfusi darah.

b) Perforasi Usus

Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat. Biasanya timbul pada

minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu pertama. Penderita demam

tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah

kuadran kanan bawah yang kemudian meyebar ke seluruh perut di sertai dengan

tanda-tanda ileus.

2) Komplikasi Ekstraintestinal

a) Hepatitis Tifosa

Hepatitis tifosa asimtomatik dapat dijumpai pada kasus demam tifoid dengan

ditandai peningkatan kadar transaminase yang tidak mencolok. Ikterus dengan


22

atau tanpa disertai kenaikan kadar transaminase, maupun kolesistitis akut juga

dapat dijumpai, sedang kolesistitis kronik yang terjadi pada penderita setelah

mengalami demam tifoid dapat dikaitkan dengan adanya batu empedu dan

fenomena pembawa kuman.

b) Miokarditis
Miokarditis dapat timbul dengan manifestasi klinis berupa aritmia, perubahan

gelombang ST dan gelombang T pada pemeriksaan elektrokardiografi (EKG),

syok kardiogenik, infiltrasi lemak maupun nekrosis pada jantung

c) Miokarditis

Miokarditis dapat timbul dengan manifestasi klinis berupa aritmia, perubahan

gelombang ST dan gelombang T pada pemeriksaan elektrokardiografi (EKG),

syok kardiogenik, infiltrasi lemak maupun nekrosis pada jantung

2.2 Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak

2.2.1 Definisi Pertumbuhan

Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan ukuran tubuh yang dapat diukur

dengan meter atau centimeter untuk berat badan. (WHO, 2013)

Perkembangan sebagai peningkatan keterampilan dan kapasitas anak untuk

berfungsi secara bertahap dan terus menerus.

a) Pertumbuhan dapat diketahui dengan anthropometrik :

(1) Timbang berat badan

(2) Ukur tubuh

(3) Ukur lingkaran kepala

(4) Ukur lingkaran dada

(5) Ukur lingkaran lengan


23

b) Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang :

(1) Faktor herediter :

- Jenis kelamin

- Ras

- Kebangsaan

(2) Faktor Lingkungan

- Lingkungan Pranatal

- Pengaruh Budaya

- Status sosial dan ekonomi keluarga

- Nutrisi

- Iklim atau cuaca

- Olahraga/lat fisik

- Posisi anak dalam keluarga

(3) Faktor Internal

- Kecerdasan

- Pengaruh hormonal

- Pengaruh Emosi

c) Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan

- Periode Prenatal ⇨ Konsepsi sampai dengan lahir

- Periode Infency⇨ Lahir sampai dengan 12 bulan

- Neonatus : lahir sampai dengan 28 hari

- Infanc : 29 hari sampai dengan 12 bulan

- Periode Early Childhood⇨ 1 tahun sampai dengan 6 tahun

 Toddles : 1 tahun sampai dengan 3 tahun


24

 Pra sekolah : 4 tahun sampai dengan 6 tahun

 Periode Middle Childhood⇨ Periode sekolah : 6 tahun

sampai dengan 12 tahun

 Periode Later Childhood ⇨ 12 tahun sampai dengan 18

2.2.2 Definisi Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan yang tidak dapat di ukur

dengan alat ukur.

Tahapan Perkembangan Anak (WHO, 2013), berdasarkan Umur :

a) Usia 0-3 bulan :

(1) Mampu menggerakkan kedua tungkai dan lengan dengan mudah

(2) Memberi reaksi dengan melihat

(3) Mengeluarkan suara

(4) Membalas senyuman

b) Usia 2-6 bulan :

(1) Mengangkat kepala dengan tegag pada posisi telungkup

(2) dapat menggenggam benda yang disentuhkan pada

punggung/ujungjari

(3) Mencari sumber suara yang keras

(4) Membalas senyuman

c) Usia 6-9 bulan :

(1) Bila didudukkan, dapat mempertahankan posisi duduk dengan

kepala tegak

(2) Meraih benda yang menarik

(3) Tertawa/berteriak bila melihat benda yang menarik


25

(4) Takut pada orang lain yang belum dikenal

d) Usia 9-12 bulan :

(1) Mampu berdiri dengan berpegangan

(2) Dapat mengambil benda kecil

(3) Dapat mengatakan “Papa, Mama”

(4) Bermain “ciluk ba”

e) Usia 12-18 bulan :

(1) Berjalan sendiri tanpa jatuh

(2) Dapat mengambil benda kecil sebesar biji jagung, dengan ibu

jari dan telunjuk

(3) Dapat mengucapkan keinginan secara sederhana

(4) Minum dari gelas sendiri tanpa tumpah

f) Usia 18-24 bulan :

(1) Dapat menendang bola

(2) Mencoret-coret dengan alat tulis

(3) Menunjuk bagian tubuh dengan benar

(4) Meniru pekerjaan rumah tangga

g) Usia 2-3 tahun :

(1) Berjalan naik turun tangga

(2) Mampu melepas pakaian sendiri

(3) Menyebut nama sendiri

(4) Makan dan minum sendiri

h) Usia 3-4 tahun :

(1) Berdiri di atas satu kaki


26

(2) Menggambar bentuk lingkaran

(3) Menyebut nama orang lain

(4) BAB dab BAK sendiri pada tempatnya

i) Usia 4-5 tahun :

(1) Melompat dengan satu kaki

(2) Berpakaian sendiri

(3) Bisa bercerita

j) Usia 5-6 tahun :

(1) Menangkap bola

(2) Mengenal dan mematuhi peraturan sederhana

k) Usia 6-12 tahun :

(1) Laki-laki lebih aktif dari pada wanita

(2) Mencari lingkungan yang lebih luas

(3) Belajar di bangku sekolah dan interaksi dengan lingkungan

sekolah

l) Usia 12-18 tahun :

(1) Seluruh system tubuh berkembang dengan sempurna

(2) Bersosialisasi dalam kelompok teman sebaya

(3) Remaja awal ⇨ orang tua masih berperan penting baik fisik,

sosial maupun emosional

(4) Pertengahan remaja ⇨ anak berubah jadi mandiri

(5) Remaja akhir ⇨ anak memperlihatkan peran mandiri dalam

masyarakat/kelompoknya. (WHO, 2010)


27

2.2.3 Konsep Dampak Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam ketika anak

menjalani hospitalisasi karena stressor yang dihadapi dapat menimbulkan

perasaan tidak aman. (WHO, 2010).

Beberapa faktor yang dapat menimbulkan stres ketika anak menjalani

hospitalisasi seperti:

1) Faktor lingkungan rumah sakit

Rumah sakit dapat menjadi suatu tempat yang menakutkan dilihat dari

sudut pandang anak-anak. Suasana rumah sakit yang tidak familiar, wajah-wajah

yang asing, berbagai macam bunyi dari mesin yang digunakan, dan bau yang

khas, dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan baik bagi anaka atau orang

tua.

2) Faktor berpisah dengan orang yang sangat berarti

Berpisah dengan suasana rumah sendiri, benda-benda familiar yang

digunakan setiap hari, juga rutinitas yang biasa dilakukan dan juga berpisah

dengan anggota keluarga lainnya.

3) Faktor kurangnya informasi

Hal ini dimungkinkan mengingat proses hospitalisasi merupakan hal yang

tidak umum dialami oleh semua orang.

4) Faktor kehilangan kebebasan dan kemandirian

Aturan ataupun rutinitas rumah sakit, prosedur medis yang dijalani seperti

tirah baring, pemasangan infus dan lain sebagainya sangat mengganggu

kebebasan dan kemandirian anak yang sedang dalam taraf perkembanga.

5) Faktor pengalam yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan


28

Semakin sering seorang anak berhubungan dengan rumah sakit, maka

semakin kecil bentuk kecemasan atau malah sebaliknya.

6) Faktor perilaku atau interaksi dengan petugas rumah sakit

Khususnya perawat; mengingat anak masih memiliki keterbatasan dalam

perkembangan kognitif, bahasa dan komunikasi.

2.3.1 Meminimalkan Dampak Hospitalisasi

Mempersiapkan anak menghadapi pengalaman rumah sakit dan prosedur

merupakan hal yang dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif yang

ditimbulkan karena hospitalisasi. Semua tindakan atau prosedur di rumah sakit

dilakukan berdasarkan prinsip bahwa ketakutan akan ketidaktahuan (fantasi) lebih

besar daripada ketakutan yang diketahui. Oleh karena itu, mengurangi unsur

ketidaktahuan dapat mengurangi ketakutan tersebut. Perawat memiliki peranan

penting dalam memberikan dukungan bagi anak dan keluarga guna mengurangi

respon stres anak terhadap hospitalisasi. Intervensi untuk meminimalkan respon

stres terhadap hospitalisasi menurut Hockenberry dan Wilson (2012), dapat

dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1) meminimalkanpengaruh perpisahan

2) meminimalkan kehilangan kontrol dan otonomi

3) mencegah atau meminimalkan cedera fisik

4) mempertahankan aktivitas yang menunjang perkembangan

5) bermain

6) memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak

7) mendukung anggota keluarga

8) mempersiapkan anakuntuk dirawat di rumah sakit.


29

Meskipun persiapan untuk hospitalisasi merupakan praktek yang umum, namun

belum ada standar atau program universal yang di anjurkan untuk semua. Tidak

ada kesepakatan yang tegas tentang waktu persiapan tersebut. Proses persiapan

dapat dilakukan dengan:

1) pertunjukan boneka, dan bermain dengan miniatur

peralatan rumah sakit.

2) menggunakan buku-buku, video atau film atau terbatas pada deskripsi singkat

aspek utama tentang dirawat di rumah sakit (Wong, 2010).

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

2.3.1 PENGKAJIAN

1) Identitas

Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no

register, agama, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis dan

penanggung jawab.

2) Alasan Masuk

Biasanya klien masuk dengan alasan demam, perut tersa mual dan kembung,

nafsu makan menurun, diare/konstipasi, nyeri kepala.

3) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada umumnya penyakit pasien typoid adalah demam, anorexia, mual ,

muntah, diare, perasaan tidak enak diperut, pucat, nyeri kepala, nyeri otot, lidah

kotor, gangguan kesadaran berupa samnolen sampai koma.


30

b) Riwayat Kesehatan Dahulu

Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit demam typoid atau

pernah menderita penyakit lainnya?

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah dalam keluarga ada yang pernah menderita penyakit demam

typoid atau penyakit keturunan?

4) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum : Biasanya badan lemah

b) TTV : peningkatan suhu,perubahan nadi, respirasi

c) Kesadaran : Dapat mengalami penurunan kesadaran.

d) Pemeriksaan Head To toe

1. Kepala

Keadaan kepala cukup bersih, tidak ada lesi / benjolan, distribusi rambut

merata dengan warna warna hitam, tipis, tidak ada nyeri tekan.

2. Mata

Kebersihan mata cukup, bentuk mata simetris kiri dan kanan, sclera tidak

ikterik konjungtiva kemerahan / tidak anemis.Reflek pupil terhadap cahaya

baik.

3. Telinga

Kebersihan telinga bersih, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat

peradangan.

4. Hidung
31

Kebersihan hidung cukup, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat tanda-

tanda peradangan pada mocusa hidung.Tidak terlihat pernafasan cuping

hidung taka ada epistaksis.

5. Mulut dan gigi

Kebersihan mulut kurang dijaga, lidah tampak kotor, kemerahan, mukosa

mulut/bibir kemerahan dan tampak kering.

6. Leher

Kebersihan leher cukup, pergerakan leher tidak ada gangguan.

7. Dada

Kebersihan dada cukup, bentuk simetris, ada nyeri tekan.tidak ada sesak.,

tidak ada batuk.

8. Abdomen

Kebersihan cukup ,bentuk simetris,tidak ada benjolan/nnyeri tekan,bising

usus 12x /menit,terdapat pembesaran hati dan limfa

9. Ekstremitas

Tidak ada kelainan bentuk antara kiri dan kanan,atas dan bawah,tidak

terdapat fraktur,genggaman tangan kiri dan kanan sama kuat

5) Data Psikologis

Biasanya pasien mengalami ansietas, ketakutan , perasaan tak berdaya dan

depresi.

6) Pemeriksaan Penunjang

a) Darah

Pada penderita demam tifoid bisa didapatkan anemia, jumlah

leukosit normal, bisa menurun atau meningkat.Penelitian oleh beberapa


32

ilmuwan mendapatkan bahwa hitung jumlah dan jenis leukosit serta laju

endap darah tidak mempunyai nilai sensitivitas, spesifisitas dan nilai ramal

yang cukup tinggi untuk dipakai dalam membedakan antara penderita

demam tifoid atau bukan, akan tetapi adanya leukopenia dan limfositosis

relatif menjadi dugaan kuat diagnosis typoid

b) SGOT, SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal

setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan

penanganan khusus

c) Uji Widal

Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu ke depan, apakah

ada kenaikan

2.3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nursalam dan Nurarif (2013) menyatakan, diagnosa keperawatan yang

dapat timbul pada klien dengan Demam thypoid adalah :

1) Nyeri berhubungan dengan proses peradangan

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat

3) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu

tubuh

4) Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi

2.3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

Nurarif (2013) dan Doenges (2007), menyatakan bahwa rencana tindakan

keperawatan yang dapat disusun untuk setiap diagnose adalah :


33

1) Nyeri berhubungan dengan proses peradangan

Tujuan : nyeri berkurang.

KH :

a) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan

tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).

b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen

nyeri

c) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

e) Tanda vital dalamrentang normal.

Rencana :

a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

b) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan

c) Ajarkan tentang teknik non farmakologi

d) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Rasional :

a) Mengkaji nyeri secara komprehensif dapat mengetahui tingkat nyeri.

b) Mengontrol lingkungan dapat menngurangi nyeri yang disebabkan oleh

lingkungan.

c) Tehnik non farmakologi dapat mengurangi nyeri seperti distraksi dan

relaksasi.
34

d) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik dalam

mengurangi rasa nyeri.

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat

Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat

KH : Berat badan stabil atau meningkat.

Rencana :

a) Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk

meningkatkan kualitas intake nutrisi.

b) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik

porsi kecil tapi sering secara bertahap.

c) Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala

yang sama.

d) Pertahankan kebersihan mulut klien.

e) Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan

penyakit.

Rasional :

a) Mengganti kehilangan vitamin karena malnutrisi/anemia.

b) Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan.

c) Mengawasi penurunan berat badan.

d) Mulut yang bersih meningkatkan selera makan dan pemasukan oral.

e) Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan

penyakit
35

3) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu

tubuh

Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan

KH :

a) Input dan output seimbang

b) Vital sign dalam batas normal

c) Tidak ada tanda presyok

d) Akral hangat

e) Capilarry refill< 3 detik

Intervensi :

a) Awasi vital sign tiap 3 jam

b) Observasi capilarry refill

c) Observasi intake dan output

d) Anjurkan untuk minum 1500-2000ml perhari

e) Kolaborasi : pemberian cairan intravena.

Rasional :

a) Vital sign membantu mengidentifikasi fluktasi cairan intravaskuler

b) Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer

c) Penurunan pengeluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga

dehidrasi

d) Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral

e) Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya

syok (hipovolemik).

4) Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi


36

Tujuan : berkurangnya cemas

KH:

a) klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

b) mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tekhnik untuk

mengontrol cemas

c) vital sign dalam batas normal

d) postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas

menunjukkan berkurangnya kecemasan

intervensi:

a) gunakan pendekatan yang menyenangkan

b) temani pasien untuk mengurangi atau menghilangkan rangsangan

yang menyebabkan kecemasan pada anak

c) identifikasi tingkat kecemasan

d) berikan obat untuk mengurangi rasa takut

rasional:

a) terjalin hubungan percaya antara pasien dan perawat

b) dapat meningkatkan ketenangan pada pasien dan mengurangi tingkat

kecemasannya

c) mengetahui tingkat kecemasan pasien yang di alami

d) mengurangi rasa cemas

2.3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah

kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk


37

mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan

dan diselesaikan. (Perry & Potter, 2012).

1) Tindakan Keperawatan Mandiri

Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan

mendiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang

tenang, mengompres hangat saat klien demam.

1) Tindakan Keperawatan Kolaboratif

Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan

anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama

yang bertahan untuk mengatasi masalah klien.

2.3.5 EVALUASI KEPERAWATAN

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien

terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan.

Evaluasi terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya

adalah pada hasil klien. Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien

mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan

(Perry Potter, 2012).

Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan Demam Thypoid sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang

diharapkan atau perubahan yang terjadi pada pasien. Adapun sasaran evaluasi

pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :

1) Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.


38

2) Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan

sesuai dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.

3) Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien

terpenuhi.

4) Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.

5) Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan

tanda vital dalam batas normal.

6) Infeksi tidak terjadi.

7) Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat

tentang proses penyakitnya.

2. 4 Konsep Ansietas

2.4.1 Definisi

Perasaan tidak nyaman atau ke khawatiran yang samar disertai respon

autonom (sumber yang sering kali tidak spesifik atau tidak di ketahui oleh

individu) perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini

merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya

bahaya dan kemampuan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. (nur arif,

2013).

2.4.2 Batasan Karakteristik

1) perilaku

a) Penurunan produktivitas

b) Gerakan yang irelevan

c) Melihat sepintas

d) Kontak mata yang buruk


39

e) Mengekpresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup

f) Agitasi

g) Mengintai

h) Tampak waspada

2) Affektif

a) Gelisah

b) Kesedihan yang mendalam

c) Ketakutan

d) Peningkatan kewaspadaan

e) Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan

3) Fisiologis

a) Wajah tegang, tremor tangan

b) Peningkatan ketegangan

c) Suara bergetar

4) Simpatik

a) Anoreksia

b) Diare, mulut kering

c) Wajah merah

d) Jantung berdebar-debar

e) Peningkatan frekwensi pernapasan

5) Para simpatik

a) Nyeri abdomen

b) Penurunan tekanan darah

c) Penurunan denyut nadi


40

d) Diare, mual, vertigo

2.4.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan

1) Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pada

interaksi, fungsi peran, status peran)

2) Pemajanan toksin

3) Terkait keluarga

4) Herediter

5) Infeksi atau kontaminasi interpersonal

6) Konflik tidak disadari mengenai tujuan hidup

7) Konflik tidak disadari mengenai nilai yang esensial atau penting

2.4.4 Kriteria Hasil

a) klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

b) mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tekhnik untuk

mengontrol cemas

c) vital sign dalam batas normal

d) postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan

berkurangnya kecemasan

2.5 Konsep Ditraksi

2.5.1 Definisi

Tehnik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke

stimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori

bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. jika seseorang menerima

input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke

otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien). Peredaan nyeri secara
41

umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya

modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh karena

itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif

dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera saja (Tamsuri, 2017).

2.5.2 Jenis-jenis Distraksi

1) Distraksi visual

Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat

pemandangan dan gambar termasuk distraksi visua

2) Distraksi pendengaran

Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta

gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan

musik tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada

lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh

mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.

(Tamsuri, 2007).

3) Distraksi pernafasan

Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus pada satu objek

atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung

dengan hitungan satu sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas

melalui mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat

(dalam hati).

Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap

gambar yang memberi ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk pola

pernafasan ritmik.Bernafas ritmik dan massase, instruksi kan klien untuk


42

melakukan pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan lakukan massase

pada bagaian tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau gerakan

memutar di area nyeri.

Distraksi intelektual Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu,

melakukan kegemaran (di tempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis

cerita.

2..5.3 Tujuan

1) Pengalihan atau menjauhi perhatian yang sedang dihadapi

2) Merasa lebih nyaman, santai, dan merasa berada di situasi yang lebih

menyenangkan

3) Mengurangi rasa cemas dan nyeri

2.5.4 Prosedur Pelaksanaan

1) Tahap pra interaksi

a) Membaca status pasien

b) Mencuci tangan

c) Menyiapkan peralatan : 1) Menggambar : buku gambar, Pensil, Penghapus

2) Bermain puzzle : puzzle

2) Tahap orientasi

a) Memberikan salam kepada pasien

b) Validasi konsi pasien

c) Kontrak waktu

d) Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan pada pasien dan

keluarga

3) Tahap kerja
43

a) Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya jika kurang jelas

b) Tanyakan keluhan pasien

c) Menjaga privacy pasien

d) Mengatur posisi pasien agar rileks

e) Memberikan penjelasan pada pasien tentang distraksi dengan cara

menonton video kartun untuk anak-anak.

f) Menganjurkan pasien tersebut bila terasa nyaman

4) Tahap terminasi

a) Evaluasi hasil kegiatan

b) Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya

c) Cuci tangan

5) Dokumentasi

a) Catat waktu pelaksanaan tindakan

b) Catat respon pasien terhadap tehnik distraksi

c) Paraf dan nama perawat jaga

2.6 Konsep mewarnai Gambar

2.6.1 Pengertia

Menurut Soedarso (dalam Suwarna, 2007: 10) menggambar adalah suatu

pengucapan pengalaman artistik yang ditumpahkan dalam bidang dua dimensional

dengan garis warna. Dengan demikian menggambar merupakan bahasa visual dan

merupakan salah satu media komunikasi yang diungkapkan melalui garis, bentuk,

warna dan teksture. Dijelaskan pula dalam Suwarna (2007: 10) bahwa

menggambar juga merupakan curahan isi jiwa seseorang yang bernuansa estetis,
44

kreatif, harmonis, dan ekspresif, yang tidak terlepas dari sensitivitas, mengandung

pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain yang melihatnya, dan hal ini

dapat menimbulkan sesuatu.

Menurut Affandi (dalam Saiful Haq, 2008: 2) menggambar merupakan

perwujudan bayangan angan-angan ataupun suatu pernyataan perasaan/ekspresi

dan pikiran yang diinginkan. Perwujudan tersebut dapat berupa tiruan objek

ataupun fantasi yang lengkap dengan garis, bidang, warna, dan tekstur dengan

sederhana. Berdasarkan pada pengertian-pengertian tersebut di atas, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa menggambar adalah membuat gambar dengan cara

menggoreskan benda-benda tajam (seperti pensil atau pena) pada bidang datar

(misalnya permukaan papan tulis, kertas, atau dinding) yang merupakan

perwujudan bayangan angan-angan ataupun suatu pernyataan perasaan/ekspresi

dan pikiran yang diinginkan. Perwujudan tersebut dapat berupa tiruan objek

ataupun fantasi yang lengkap dengan garis, bidang, warna, dan tekstur dengan

sederhana.

2.6.2 Tujuan dan Manfaat Menggambar bagi anak

Menurut Hajar Pamadhi (dalam Saiful Haq, 2008: 4) menyatakan bahwa

menggambar memiliki tujuan yang antara lain :

1. Alat untuk mengutarakan/ekspresi isi hati, pendapat maupun gagasan

2. Media fantasi, imajinasi, dan sekaligus sublimasi

3. Stimulasi bentuk ketika lupa atau untuk menumbuhkan gagasan baru


45

4. Alat untuk menjelaskan bentuk serta situasi Menurut Hajar Pamadhi, Evan

Sukardi S, dan Azizah Muis (2010: 2.11) menjelaskan tentang fungsi

menggambar bagi anak. Hal tersebut diuraikan

sebagai berikut :

1. Menggambar sebagai alat bercerita (bahasa visual/bentuk)

2. Menggambar sebagai media mencurahkan perasaan

3. Menggambar sebagai alat bermain

4. Menggambar melatih ingatan

5. Menggambar melatih berfikir komprehensif (menyeluruh)

6. Menggambar sebagai media sublimasi perasaan

7. Menggambar melatih keseimbangan

8. Menggambar mengembangkan kecakapan emosional

9. Menggambar melatih kreativitas anak

10. Menggambar melatih ketelitian melalui pengamatan langsung

2.6.3 Manfaat Menggambar dan Mewarnai

As’adi Muhammad (2009: 15-27) mendeskripsikan bahwa kegiatan menggambar

dan mewarnai memberikan manfaat bagi anak, yakni :

1. Merangsang dan Membangkitkan otak kanan Dengan memberikan

pelajaran atau pelatihan mengenai menggambar dan mewarnai, otak


46

kanan akan terasah yang akhirya akan membuatnya mempunyai

kreativitas yang tinggi.

2. Menumbuhkan kreativitas Lewat menggambar, anak bisa menuangkan

beragam imajinasi yang ada di kepala mereka. Lewat gambar yang

dibuatnya, anak bisa menuangkan segala gagasan dan pendapat-pendapat

yang terpendam. Dengan demikian, tidaklah keliru jika dikatakan bahwa

gambar dapat meningkatkan kreativitas anak.

3. Membuka wawasan Sebagai contoh anak sedang belajar menggambar

seekor kuda yang tengah merumput di kehijauan padang lapang. Dalam

menggambar kuda tersebut, anak pasti akan banyak berusaha mengetahui

apa saja yang ada disekitar hewan tersebut.

4. Lukisan, cermin kreativitas dan kecerdasan anak Apapun hasil lukisan

yang tertuang, merupakan hasil gagasan dan kemampuan anak. Jika anak

mempunyai kreativitas dan kecerdasan yang tinggi, maka lukisan yang

dihasilkan akan baik. Tetapi jikatidak, maka lukisan akan terlihat biasa-

biasa saja, bahkan kualitasnya akan cenderung di bawah standar lukisan

anak pada umumnya.

Вам также может понравиться