Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LAPORAN KASUS
DEEP VEIN THROMBOSIS (DVT)
DISUSUN OLEH:
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan petunjuk-Nya sehingga laporan kasus kepaniteraan klinik program
pendidikan profesi dokter ini dapat diselesaikan dengan semaksimal mungkin.
Laporan kasus ini disusun sebagai upaya integrasi pengetahuan biomedik yang
didapat di bangku perkuliahan dengan kenyataan kasus yang terjadi pada pasien di
rumah sakit. Diharapkan dengan penulisan laporan kasus ini, dapat dihasilkan suatu
pemahaman yang utuh, integratif dan aplikatif mengenai seluk-beluk penyakit yang
dibahas dalam laporan kasus ini.
Laporan kasus kali ini mengangkat topik Deep Vein Thrombosis (DVT), suatu
penyakit yang merupakan cakupan divisi Haematologi Ilmu Penyakit Dalam.
Diharapkan dengan membahas kasus ini, diperoleh pula pemahaman yang lebih
kompleks mengenai peran ginjal dalam menjaga homeostasis tubuh.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus kali ini masih jauh dari
sempurna, baik dari segi isi maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan laporan kasus ini kedepannya nanti.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar.................................................................................................. 1
Daftar Isi .......................................................................................................... 2
Bab I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 3
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................... 4
1.4. Manfaat Penulisan ......................................................................... 4
Bab II. Tinjauan Pustaka
2.1. Definisi .......................................................................................... 5
2.2. Faktor Resiko ................................................................................. 5
2.3. Epidemiologi ................................................................................. 6
2.4. Patofisiologi. .................................................................................. 7
2.5. Manifestasi Klinis........................................................................... 9
2.6. Diagnosis........................................................................................ 10
2.7. Differensial Diagnosis................................................................... 11
2.8. Penatalaksanaan ........................................................................... 11
2.9. Prognosis dan Komplikasi ............................................................ 13
Bab III. Kesimpulan dan Saran ....................................................................... 14
Daftar Pustaka ................................................................................................. 15
BAB I
3
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
DVT adalah pembekuan darah di dalam pembuluh darah vena yang menyebabkan
terganggunya aliran darah pada vena yang sebagian besar terjadi pada tungkai bawah. 1,5
5
pada payah jantung adalah sebagai akibat statis aliran darah yang terjadi karena
adanya bendungan dan proses immobilisasi pada pengobatan payah jantung. 1, 5, 6
5. Immobilisasi yang lama dan paralisis ekstremitas.
Immobilisasi yang lama akan menimbulkan statis aliran darah yang mempermudah
timbulnya trombosis vena. 1, 5, 6
6. Obat-obatan kontrasepsi oral
Hormon estrogen yang ada dalam pil kontrasepsi menimbulkan dilatasi vena,
menurunnya aktivitas anti trombin III dan proses fibrinolitik dan meningkatnya
faktor pembekuan darah. Keadaan ini akan mempermudah terjadinya trombosis
vena. 1, 5, 6
7. Obesitas dan varises
Obesitas dan varises dapat menimbulkan statis aliran darah dan penurunan aktivitas
fibrinolitik yang mempermudah terjadinya trombosis vena. 1, 5, 6
8. Proses keganasan
Pada jaringan yang berdegenerasi maligna di temukan tissue thromboplastin-like
activity dan factor X activating yang mengakibatkan aktivitas koagulasi meningkat.
Proses keganasan juga menimbulkan menurunnya aktivitas fibrinolitik dan infiltrasi
ke dinding vena. Keadaan ini memudahkan terjadinya trombosis. Tindakan operasi
terhadap penderita tumor ganas menimbulkan keadaan trombosis 2-3 kali lipat
dibandingkan penderita biasa. (kedokteran andalas) 1, 5, 6
2.3. Epidemiologi
DVT terjadi pada ± 800.000 pasien per tahun, dalam 80% kasus terjadi pada vena
daerah betis. Di Amerika Serikat, dilaporkan 2 juta kasus DVT yang dirawat di rumah
sakit dan diperkirakan pada 600.000 kasus terjadi emboli paru dan 60.000 kasus
meninggal karena proses penyumbatan pembuluh darah. 1, 2, 3, 6
Faktor yang sangat berperan terhadap timbulnya suatu trombosis vena adalah statis
aliran darah dan hiperkoagulasi.
DVT
1. Statis Vena
Aliran darah pada vena cenderung lambat, bahkan dapat terjadi statis terutama pada
daerah-daerah yang mengalami immobilisasi dalam waktu yang cukup lama.
Statis vena merupakan predisposisi untuk terjadinya trombosis lokal karena dapat
menimbulkan gangguan mekanisme pembersih terhadap aktivitas faktor pembekuan
darah sehingga memudahkan terbentuknya trombin. 1, 2, 3, 6
8
mengalami perbaikan secara spontan dan membentuk jaringan parut. Jaringan parut
yang terjadi dapat merusak katup yang terdapat pada pembuluh darah balik di daerah
tungkai bawah. Akibat kerusakan ini maka dapat terjadi pembengkakan pada daerah
tersebut. Pembengkakan biasanya lebih sering terjadi pada saat pagi hingga sore hari
karena darah harus mengalir ke atas, menuju jantung, melawan gaya gravitasi. Pada
malam hari pembengkakan yang terjadi agak berkurang karena posisi tungkai bawah
dalam keadaan horizontal sehingga aliran darah balik dari tungkai bawah ke jantung
lebih baik. Gejala lebih lanjut dari DVT adalah terjadinya perubahan warna pada kulit di
sekitar daerah yang terkena menjadi kecoklatan. Hal ini terjadi karena sel darah merah
akan keluar dari pembuluh darah balik yang bersangkutan dan mengumpul di bawah
kulit. Kulit yang berubah warna menjadi kecoklatan ini sangat rentan terhadap cedera
ringan seperti garukan atau benturan, menimbulkan suatu borok (ulkus). Jika
pembengkakan makin berat dan persisten maka jaringan parut akan memerangkap
cairan di sekitarnya. Akibatnya tungkai akan membengkak permanen dan mengeras
sehingga memudahkan terjadinya ulkus yang sulit sembuh. 4, 7, 8
Pada pemeriksaan fisik, hal yang mungkin didapati adalah: pembengkakan kaki
sebelah, terasa hangat, eritema, kaku pada vena yang terlibat, peningkatan turgor
jaringan, penampakan vena superfisial, sianotik. DVT pada vena iliaka, femoral dan
popliteal ditandai dengan adanya pembengkakan kaki yang unilateral, hangat dan
eritema. Biasanya vena yang terlibat akan mengalami penegangan. Pada DVT dapat
terjadi peningkatan turgor jaringan, distensi vena superfisal. DVT lebih jarang terjadi di
ekstremitas atas dibandingkan dengan ekstremitas bawah. Kaki penderita DVT dapat
mengalami edema yang mungkin disebabkan oleh tekanan jaringan interstisial yang
melebihi tekanan perfusi kapiler, menyebabkan pallor. Hemoglobin yang mengalami
deoksigenasi akan membuat warna ekstremitas yang terlibat menjadi kebiruan. 4, 7, 8
2.6. Diagnosis
Gejala klinis DVT bervariasi dan 90% diantaranya tanpa gejala klinis. Pada
anamnesis rasa nyeri, bengkak, perubahan warna, dan fungsi pada anggota tubuh yang
terkena berkurang. Dari pemeriksaan fisik dijumpai edema, eritema, peningkatan suhu
lokal tempat yang terkena dan pembuluh darah vena teraba. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan peningkatan D-dimer dan penurunan antitrombin. Peningkatan
10
D-dimer merupakan indikator adanya trombosis yang aktif. Pemeriksaan ini spesifik
tetapi tidak sensitif, dan sebenarnya lebih berperan dalam menyingkirkan trombosis jika
hasilnya negatif. Pemeriksaan ini memlilki sensitivitas 93% dan spesifitas 77% dan nilai
prediksi negatif 98% seta untuk DVT daerah betis sensitivitas hanya 70%. 3, 5, 7
Ada 3 jenis pemeriksaan yang akurat, yang dapat menegakkan diagnosis DVT,
yaitu: venografi, sampai saat ini venografi masih merupakan pemeriksaan standar untuk
trombosis vena. Akan tetapi teknik pemeriksaannya relatif sulit, mahal dan bisa
menimbulkan nyeri dan terbentuk trombosis baru sehingga tidak menyenangkan
penderitanya. Prinsip pemeriksaan ini adalah menyuntikkan zat kontras ke dalam di
daerah dorsum pedis dan akan kelihatan gambaran sistem vena di betis, paha, inguinal
sampai ke proksimal ke vena iliaca. Flestimografi impendans, prinsip pemeriksaan ini
adalah mengobservasi perubahan volume darah pada tungkai. Pemeriksaan ini lebih
sensitif pada trombosis vena femoralis dan iliaca dibandingkan vena di betis. Pada akhir
abad ini, penggunaan Ultrasonography (USG) Doppler berkembang dengan pesat,
sehingga adanya trombosis vena dapat dideteksi. Pemeriksaan ini memberikan hasil
sensitivitas 60,6% dan spesifisitas 93,9%. Metode ini dilakukan terutama pada kasus-
kasus trombosis vena yang berulang, yang sukar dideteksi dengan cara objektif lain. 3, 5, 7
harganya relative lebih mahal dibandingkan heparin. Saat ini, preparat yang tersedia di
Indonesia adalah Enoxaparin (Lovenox dan Nandroparin Fraxiparin). Pada pemberian
heparin standar maupun LMWH bisa terjadi efek samping yang cukup serius yaitu
Heparin Induced Thormbocytopenia (HIT). Pada pasien yang mengalami HIT, LMWH
dapat diganti dengan Lepirudin atau Argatroban. Obat antikoagulan oral yang biasa di
pakai adalah Warfarin Cara. 1, 2, 7, 8
Pemberian Warfarin dimulai dengan dosis 6 – 8 mg (dosis tunggal) pada malam
hari. Dosis dapat dinaikan atau dikurangi tergantung dari hasil INR (International
Normolized Ratio). Target INR adalah 2,0 – 3,0. Cara penyesuaian dosis INR:
INR Penyesuaian Dosis
1.1 – 1.4 Naikkan dosis 10-20%. Kontrol 1 minggu.
1.5 – 1.9 Naikkan dosis 5-10%. Kontrol 2 minggu.
2.0 – 3.0 Dosis tetap. Kontrol 1 minggu.
3.0 – 4.0 Turunkan dosis 5-10%. Kontrol 2 minggu.
4.0 – 5.0 Turunkan dosis 10-20%. Kontrol 2 minggu.
> 5.0 Stop pemberian. Dipantau hingga INR turun menjadi 3.
Lama pemberian antikoagulan oral adalah 6 minggu sampai 3 bulan apabila DVT
timbul disebabkan oleh faktor risiko yang reversibel. Sedangkan untuk trombosis vena
idiopatik dianjurkan pemberian antikoagulan oral selama 3-6 bulan, bahkan biasa lebih
lama lagi apabila ditemukan abnormal inherited moleculer. 1, 2, 7, 8
Kontra indikasi pemberian antikoagulan adalah :
1. Hipertensi : sistolik > 200 mmHg, diastolik > 120 mmHg.
2. Perdarahan yang baru di otak.
3. Alkoholisme.
4. Lesi perdarahan traktus digestif.
Pemberian trombolitik selama 12-14 jam dan kemudian diikuti dengan heparin,
akan memberikan hasil lebih baik bila dibandingkan dengan hanya pemberian heparin
tunggal. Peranan terapi trombolitik berkembang dengan pesat pada akhir abad ini,
terutama sesudah dipasarkannya streptokinase, urokinase dan Tissue Plasminogen
Activator (TPA). TPA bekerja secara selektif pada tempat yang ada plasminogen dan
fibrin, sehingga efek samping perdarahan relatif kurang. Brenner menganjurkan
pemberian TPA dengan dosis 4 μgr/kgBB/menit, secara intravena selama 4 jam dan
Streptokinase diberikan 1,5 x 106 unit intravena kontiniu selama 60 menit. Kedua jenis
trombolitik ini memberikan hasil yang cukup memuaskan. Efek samping utama
pemberian heparin dan obat-obatan trombolitik adalah perdarahan dan akan bersifat
13
fatal bila terjadi perdarahan serebral. Untuk mencegah terjadinya efek samping
perdarahan, maka diperlukan monitor yang ketat terhadap waktu tromboplastin parsial
dan waktu protombin, jangan melebihi 2,5 kali nilai kontrol. 1, 2, 7, 8
Penatalaksanaan non-farmakologis, tinggikan posisi ekstremitas yang terkena
15-20° untuk melancarkan aliran darah vena, kompres hangat untuk meningkatkan
sirkulasi mikrovaskular, latihan lingkup gerak sendi (range of motion) seperti gerakan
fleksi-ekstensi, menggenggam, dan lain-lain. Tindakan ini akan meningkatkan aliran
darah di vena-vena yang masih terbuka (patent), pemakaian kaus kaki elastis (elastic
stocking), karena alat ini dapat meningkatkan aliran darah vena. 3, 4, 6
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
1. Deep Vein Thrombosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada
hemostasis
2. Pemeriksaan D-dimer dan ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang penting
dalam penegakan diagnosis Deep Vein Thrombosis
3. Tujuan pengobatan pada Deep Vein Thrombosis adalah mencegah bertambahnya
trombus, menghambat progresivitas pembengkakan pada organ yang terlibat,
melisiskan atau menghancurkan bekuan darah, mencegah disfungsi vena, serta
mencegah terbentuknya emboli.
3.2. Saran
14
Diperlukan penatalaksanaan yang cepat dan tepat pada kasus Deep Vein
Thrombosis untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut serta diperlukan kontrol
yang tepat dalam menilai hasil pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
7. Sukrisman, Lugyantu. 2007. Thrombosis Vena Dalam. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Departemen IPD FK UI: 798 – 780.
8. Tierney, Lawrence M., McPhee, Stephen J., Papadakis, Maxine A. 2008. Current
Medical Diagnosis and Treatment 47th Edition. McGraw-Hill 470 – 473.