Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRACT
The aims of this research is to analyze the policy of sea transport in the realization of modern
sea toll transportation and development. The research uses descriptive-qualitative. The
result shows: 1) government’s policy regarding sea toll is to ship transport, guarantee
the availability of goods, reduce disparity cost and ensure continuity service transport
of goods to regional, remote, outermost and border; 2) sea transport development
policy is to enhance the role of national shipping leet both domestic and export-import
transportation by imposing cabotage principle; abolish unoficial charges in ports
through improved coordination of all relevant institutions and the process of loading
and unloading goods that meet international shipping standards and the implementation
of the International Ship and Port Security; restructure shipping legislation and its
implementation, as well as institutional sub-sector of sea transport in order to create
conditions that will attract private investment in the construction of sea transportation
infrastructure; 3) sea transportation policy is set to increase nasional development to
transport people, goods and information. This policy functions as supporting system to
achieve the optimum allocation of economic resources in order to provide equitable, and
affordable purchasing power services.
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 161
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721
ABSTRAK
162 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 163
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721
Sesuatu hal apa pun itu pasti memiliki aturan, bahwa angkutan domestik antar
permasalahan, sama halnya dengan sistem pulau di Indonesia harus dilakukan oleh
transportasi laut. Permasalahan seperti kapal berbendera Indonesia. Sedikit banyak
lambatnya pengadaan dan perbaikan ini sangat membantu para pelaku bisnis
sarana dan prasarana transportasi laut perkapalan Indonesia untuk bisa berdiri di
atau ketersediaan infrastruktur yang kaki mereka sendiri, dan menjadikan ini
sangat terbatas, keterlambatan (delay) sebagai modal dasar untuk berkembang
dan pencemaran perairan, polusi udara menjadi perusahaan pelayaran besar tidak
merupakan sebagian dari sekian banyak hanya di Indonesia tetapi juga di tingkat
permasalahan yang dihadapi berkaitan internasional.
dengan masalah transportasi laut tersebut.
Dalam angkutan laut modern,
Sebagai negara kepulauan terbesar di
jenis pelabuhan dan jenis kapal harus
dunia dengan 17.508 pulau, angkutan laut
disesuaikan dengan jenis dan volume
sudah tentu menjadi urat nadi dari sistem
barang yang diangkut. Dengan demikian
transportasi di Indonesia. Kebutuhan
diperlukan adanya cetak biru dan
barang dan jasa harus didistribusikan
mempersiapkan infrastruktur yang
ke penduduk yang membutuhkan, yang
dibutuhkan dalam rangka pembangunan tol
mendiami kurang lebih 6.000 pulau di
laut tersebut. Berdasarkan perhitungan
Nusantara. Transportasi udara sangat
sementara yang dilakukan Badan
mahal dan terbatas, mengandalkan
Perencanaan Pembangunan Nasional
100% pada transportasi darat juga tidak
(Bappenas), anggaran yang diperlukan
memungkinkan, karena hampir mustahil
untuk merealisasikan tol laut mencapai
Indonesia dapat menghubungkan semua
Rp. 424 triliun. Angka tersebut dihitung
pulau dengan jembatan yang ada.
berdasarkan jumlah pelabuhan yang
Di samping itu, secara ilmiah, akan dikembangkan, menjadi pelabuhan
dengan kapasitas daya angkut yang sangat berskala internasional. Rencananya, ada 6
besar, transportasi laut adalah moda (enam) pelabuhan, yaitu Belawan, Tanjung
angkut yang paling murah, efektif dan Priok, Tanjung Perak, Makassar, Sorong,
eisien dari semua moda yang ada. Dengan Bitung, dan Kuala Tanjung yang akan
kebutuhan tersebut, maka sangat jelas dikembangkan berkelas internasional.
letak pentingnya pembangunan maritim Lebih lanjut dijelaskan, bahwa selain untuk
di dalam program unggulan pemerintah. pengembangan, anggaran juga dihitung
Bahkan program “Pelita” pemerintah Orde berdasarkan jumlah pelabuhan yang akan
Baru yang menekankan Indonesia sebagai dibangun sebagai penghubung daerah
negara agraris yang menuju negara industri, dengan keenam pelabuhan utama tersebut.
ternyata juga tanpa menyentuh fakta
Secara keseluruhan, total pelabuhan
bahwa Indonesia adalah negara maritim.
yang akan dikembangkan berjumlah 24
Cabotage Law telah memberlakukan
pelabuhan. Hitungan itu juga didasarkan
164 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 165
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721
166 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 167
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721
168 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut
komponen yang saling berhubungan secara komitmen terhadap aturan main, yang
resiprokal sehingga membentuk pola pada mulanya dirumuskan secara bersama-
sistemik berupa input – proses – output – sama oleh semua aktor. Pada tataran ini
feedback (Nugroho, 2008). komitmen para aktor akan menjadikan
mereka mematuhi aturan atau norma
Hasil observasi menjelaskan bahwa
bersama. Selain itu, kepatuhan terhadap
untuk memperoleh kesepakatan tentang
norma ini bahkan menjadi keharusan,
sistem transportasi tol laut, maka terdapat
karena diasumsikan bahwa pencapaian
beberapa komponen atau unsur yang terkait
tujuan sistem akan terwujud jika semua
di dalamnya, di antaranya adalah adanya
aktor mematuhi norma bersama.
tindakan, tepatnya tindakan kebijakan
adalah tindakan disengaja yang selalu Oleh karena itu, aktor-aktor yang
dilakukan secara terorganisasi dan berulang berperan dalam formulasi kebijakan tidak
atau ajeg guna membentuk pola-pola hanya berfungsi menciptakan adanya
tindakan tertentu, sehingga pada akhirnya keseimbangan di antara kepentingan-
akan menciptakan norma-norma bertindak kepentingan yang berbeda (muddling
bagi sistem kebijakan. Berikutnya adalah through or balancing interests), tetapi juga
adanya aktor, yaitu orang atau pelaku harus berfungsi sebagai penilai (valuer),
yang terlibat dalam proses formulasi yakni mampu menciptakan adanya nilai yang
kebijakan akan memberikan dukungan dapat disepakati bersama yang didasarkan
maupun tuntutan serta menjadi sasaran pada penilaian-penilaian rasional (rational
dari kebijakan yang dihasilkan oleh sistem judgements) guna pencapaian hasil yang
kebijakan. Adanya aktor yang paling maksimal (Supriyanto, 2015).
dominan dalam tahap perumusan kebijakan
3. Adanya Alternatif Formulasi
di bidang sistem transportasi tol laut dengan
Kebijakan Transportasi Laut
tuntutan yang bersifat intern, dalam artian
mempunyai kekuasaan atau wewenang Hasil penelitian tentang hal
untuk menentukan isi dan memberikan ini ditunjukkan dengan jawaban atas
legitimasi terhadap rumusan kebijakan pertanyaan yang diajukan kepada para
tersebut, disebut pembuat kebijakan (policy informan juga dalam proses triangulasi
maker). sebagai berikut. Bahwa terkait alternatif
kebijakan yang dipilih dalam formulasi
Uraian tersebut dipertegas dengan
kebijakan sistem transportasi tol laut,
hasil FGD bahwa aktor yang mempunyai
tahap perumusan usulan kebijakan, tahap
kualiikasi atau karakteristik lain dengan
ini merupakan kegiatan menyusun dan
tuntutan ekstern, dikenal sebagai kelompok-
mengembangkan serangkaian tindakan
kelompok kepentingan, partai politik,
yang perlu untuk memecahkan masalah,
pimpinan elit profesi dan lain-lain. Untuk
meliputi identiikasi alternatif dilakukan
dapat tetap bertahan bermain di dalam
untuk kepentingan pemecahan masalah.
sistem tersebut, mereka harus memiliki
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 169
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721
Terhadap problem yang hampir sama atau yang memuaskan atau yang paling
memungkinkan
mirip, dapat saja dipakai alternatif kebijakan untuk dilaksanakan
yang pernah dipilih, tetapi terhadap problem barulah dapat dilakukan setelah pembuat
yang sifatnya baru, maka para pembuat kebijakan berhasil dalam melakukan
kebijakan dituntut untuk secara kreatif penilaian terhadap alternatif kebijakan.
menemukan dan mengidentiikasi alternatif Suatu alternatif yang telah dipilih secara
kebijakan baru. Dengan demikian, masing- memuaskan akan menjadi suatu usulan
masing alternatif jelas karakteristiknya kebijakan yang telah diantisipasi untuk
karena pemberian identiikasi yang benar dapat dilaksanakan dan memberikan
dan jelas pada setiap alternatif kebijakan dampak positif. Tahap pemilihan alternatif
akan mempermudah proses perumusan yang memuaskan selalu bersifat obyektif
alternatif. dan subyektif, dalam artian bahwa pembuat
kebijakan akan menilai alternatif kebijakan
Tahap kedua adalah mendeinisikan
sesuai dengan kemampuan rasio yang
dan merumuskan alternatif, bertujuan
dimilikinya, dengan didasarkan pada
agar masing-masing alternatif yang telah
pertimbangan terhadap kepentingan pihak-
dikumpulkan oleh pembuat kebijakan itu
pihak yang akan memperoleh pengaruh
jelas pengertiannya, sebab semakin jelas
sebagai konsekwensi dari pilihannya.
alternatif itu diberi pengertian, maka akan
semakin mudah pembuat kebijakan menilai Hasil observasi menunjukkan bahwa
dan mempertimbangkan aspek positif dan sasaran pembangunan transportasi laut,
negatif dari masing-masing alternatif antara lain meliputi peningkatan pangsa
tersebut. Tahap ketiga yaitu menilai pasar armada pelayaran nasional untuk
alternatif, yakni kegiatan pemberian bobot angkutan laut dalam negeri dan ekspor-
pada setiap alternatif, sehingga jelas bahwa impor; meningkatnya kinerja dan eisiensi
setiap alternatif mempunyai nilai bobot pelabuhan; meningkatnya kecukupan
kebaikan dan kekurangannya masing- dan kehandalan sarana bantu navigasi
masing, sehingga dengan mengetahui pelayaran; meningkatnya peran swasta
bobot yang dimiliki oleh masing-masing dalam berinvestasi di bidang prasarana
alternatif maka para pembuat keputusan pelabuhan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
dapat memutuskan alternatif mana yang arah kebijakan pembangunan transportasi
lebih memungkinkan untuk dilaksanakan/ laut, antara lain adalah meningkatkan
dipakai. peran armada pelayaran nasional baik
untuk angkutan dalam negeri maupun
Untuk dapat melakukan penilaian
ekspor-impor dengan memberlakukan
terhadap berbagai alternatif dengan
asas cabotage; menghapuskan pungutan-
baik, maka dibutuhkan kriteria tertentu
pungutan tidak resmi di pelabuhan melalui
serta informasi yang relevan. Tahap ke
peningkatan koordinasi bagi semua
empat yaitu memilih alternatif yang
instansi yang terkait dalam proses bongkar
memuaskan. Proses pemilihan alternatif
170 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 171
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721
172 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut
rangka menjamin ketersediaan barang dan – Fak fak – Tual –Tg Perak (KM. Caraka
untuk mengurangi disparitas harga bagi Jaya Niaga III - 32); 2. Kode Trayek T- 4 :
masyarakat serta menjamin kelangsungan Tg. Priok – Biak – Serui – Nabire –Wasior
pelayanan penyelenggaraan angkutan – Manokwari – Wasior- Nabire – Serui –
barang ke daerah tertinggal, terpencil, Biak – Tg Priok. (KM. Caraka Jaya Niaga
terluar, dan perbatasan. III – 22); 3. Kode Trayek T – 6 : Tg. Priok –
Kijang – Natuna – Kijang – Tg Priok (KM.
Hasil observasi menunjukkan
Caraka Jaya Niaga III - 4).
bahwa dalam kaitan ini, di Kementerian
Perhubungan telah diusulkan anggaran Bahasan di atas dipertegas dengan
biaya kewajiban pelayanan publik untuk hasil FGD bahwa dalam penetapan trayek
angkutan barang dalam rangka pelaksanaan tersebut memang terlihat adanya beberapa
tol laut untuk pelaksanaan program tol laut trayek yang sudah dilayari oleh kapal-
melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran kapal niaga, namun kunjungan singgahnya
(DIPA) Nomor SP DIPA–Nomor SP DIPA masih tergantung tersedianya muatan.
– 022.04.1.439454/2015 Revisi ke 06 Dengan demikian, maka disparitas harga
tanggal 20 Oktober 2015, melalui beberapa masih saja tetap terjadi, oleh karena itu
tahapan sebagai berikut. Berdasarkan perlu dilayari dengan kapal secara tetap
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan teratur sebagaimana yang telah
Nomor SP DIPA–Nomor SP DIPA – ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan.
022.04.1.439454/2015 Revisi ke 06 tanggal Pelaksanaan kewajiban pelayanan publik
20 Oktober 2015. Besaran kewajiban untuk angkutan barang dalam rangka
pelayanan publik untuk angkutan barang pelaksanaan tol laut akan dilaksanakan
dalam rangka pelaksanaan tol laut sebesar mulai 2 November 2015 sampai dengan
Rp. 257,907,959,000,- (Dua ratus lima 31 Desember 2015 sesuai kontrak, secara
puluh tujuh miliar Sembilan ratus tujuh bersamaan pula di pelabuhan Tanjung Perak
juta Sembilan ratus lima puluh Sembilan ikut diluncurkan secara perdana. Jumlah
ribu rupiah) dalam periode 1 (satu) tahun muatan yang diangkut dalam peluncuran
dengan 6 unit kapal. perdana hari ini sebanyak 40 TEUS untuk
pelabuhan Tanjung Priok dan 39 TEUS
Namun demikian keterbatasan waktu
untuk pelabuhan Tanjung Perak.
yang tinggal 2 (dua) bulan dan ketersediaan
armada PT Pelni, maka tahun ini hanya Adanya keputusan menyetujui hasil
dapat direalisasikan 3 (tiga) unit kapal dari proses seluruhnya tentang sistem
untuk 3 (tiga) ruas trayek dengan nilai transportasi tol laut tersebut, juga terkait
subsidi sebesar Rp. 30,000,000,000,- (Tiga dengan masalah ketahanan nasional di
puluh miliar rupiah). Susunan trayek dan laut. Ketahanan nasional dapat diatasi
nama kapal tersebut adalah sebagai berikut. dengan baik oleh bangsa Indonesia,
1. Kode Trayek T – 1 : Tg. Perak – Tual maka tercapailah suatu keadaan yang
– Fak fak – Kaimana – Timika – Kaimana dinamakan ketahanan nasional untuk
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 173
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721
mencapai keadaan tersebut, terdapat suatu industri nasional dan menciptakan serta
pemahaman yang dinamakan “geostrategi” memelihara tingkat kesempatan kerja
secara umum, geostrategi merupakan bagi masyarakat. Sejalan dengan tujuan
upaya untuk memperkuat ketahanan di ekonomis tersebut ada pula tujuan yang
berbagai bidang yaitu bidang ideologi, bersifat non-ekonomis yaitu untuk
politik, ekonomi, sosial, budaya, militer, mempertinggi integritas bangsa, serta
kehidupan beragama dan pembangunan meningkatkan pertahanan dan keamanan
(Meyer, 2007). nasional. Hal tersebut menunjukkan arti
pentingnya tranportasi di Indonesia,
5. Moda Angkutan Kapal Barang
sehingga pembangunan dan peningkatan
(Kargo) Tol Laut
kualitas pelayanan transportasi atau
Terkait moda angkutan kapal pengangkutan mutlak diperlukan. Suatu
barang (cargo) tol laut tersebut, berikut pembangunan dinilai baik dan berkualitas
dikemukakan hasil wawancara mendalam tidak hanya mengenai peningkatan
dengan para informan, bahwa transportasi mutu sarananya saja, tetapi juga harus
atau pengangkutan tol laut merupakan menyangkut pembangunan aspek hukum
bidang kegiatan angkutan di antaranya transportasi sendiri (Nasution, 2006).
adalah angkutan barang yang sangat penting
Hasil triangulasi menunjukkan
dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
bahwa permasalahan seperti keterlambatan
Pentingnya angkutan kargo dalam sistem
(delay), polusi udara, dan pemborosan
transportasi laut bagi masyarakat Indonesia
energi merupakan sebagian dari sekian
disebabkan oleh beberapa faktor antara
banyak permasalahan yang dihadapi suatu
lain, keadaan geograis Indonesia yang
kota berkaitan dengan masalah transportasi.
terdiri atas ribuan pulau kecil dan besar
Permasalahan ini berkaitan erat dengan
(archipelago), perairan yang terdiri
pola tata guna lahan, karena sektor ini
atassebagian besar laut, sungai dan danau
sangat berperan dalam menentukan
yang memungkinkan pengangkutan
kegiatan dan aktivitas pergerakan yang
dilakukan melalui darat, perairan, dan
terjadi. Permasalahan ini bila tidak segera
udara guna menjangkau seluruh wilayah
ditangani dengan suatu sistem dan solusi
Indonesia.
yang tepat, akan dapat memperbesar
Hal tersebut didukung dengan hasil dampak dan permasalahan yang
observasi dan FGD bahwa secara umum ditimbulkan serta pemborosan penggunaan
angkutan barang dalam transportasi laut energi yang sia-sia. Untuk memberikan
memegang peranan penting dalam dua alternatif pemecahan yang tepat, maka
hal yaitu pembangunan ekonomis dan diperlukan suatu sistem pendekatan yang
pembangunan non-ekonomis. Tujuan yang tepat pula yang mencakup seluruh aspek
bersifat ekonomis misalnya peningkatan yang terkait (Haryadi, et al., 2007). Seiring
pendapatan nasional, mengembangkan dengan perubahan iklim (climate change),
174 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 175
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721
176 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut
tugas utama PT Pelni adalah menyediakan Jakarta, Surabaya, Nusa Tenggara, Maluku,
sumber daya manusia (SDM) yang sampai Papua. Konsep ini membutuhkan
profesional dan moda angkutan barang pengembangan kapasitas pelabuhan
yang prima dan eisien. Sebagai pelaksana kecil menjadi lebih besar lagi. Sementara
atau operator tol laut, PT Pelni akan distribusi barang dari pelabuhan utama
menerima PSO dari pemerintah sekitar akan dilakukan menggunakan kapal kecil,
27 miliar untuk operasional tol laut disisa kereta api, dan transportasi darat. Tol
tahun 2015. Penggunaan PSO ini terpisaah laut ini diharapkan dapat mempercepat
dari PSO angkutan penumpang yang rutin pemerataan ekonomi Indonesia. Hal lain,
diterima oleh Pelni. Jadi, penyediaan tol laut itu membantu pengiriman barang
tol laut untuk pemerataan ekonomi di melalui jalan darat yang semakin macet,
seluruh Indonesia telah didistribusikan ke sehingga biaya logistik bisa lebih murah.
sejumlah kementerian. Transportasi lintas
7. Aspek Formulasi Kebijakan Tol Laut
pelabuhan ini membutuhkan keterlibatan
dan Peningkatan Pembangunan
banyak pihak. Kementerian Perhubungan
hanya katalisator, operator tol lautnya ini Terkait bahasan tentang hal ini,
banyak. Untuk membangun Indonesia itu para informan menjelaskan bahwa
harus dilakukan banyak pihak. Dibutuhkan transportasi merupakan urat nadi
sarana transportasi multimoda untuk dapat peningkatan pembangunan nasioanal
menunjang keberhasilan program itu. untuk melancarakan arus manusia, barang
Tujuannya memperlancar arus pengiriman mau pun informasi sebagai penunjang
barang di Indonesia melalui laut, sehingga tercapainya pengalokasian sumber-sumber
transportasi publik untuk manusia itu perekonomian secara optimal. Untuk itu
prioritas. jasa transportasi harus cukup tersedia
secara merata dan terjangkau daya beli
Apabila kapasitasnya ditingkatkan,
masyarakat. Transportasi yang banyak
mestinya bisa jalan bersamaan antara
digunakan oleh masyarakat di Indonesia
barang dan manusia. Namun, tidak
adalah salah satunya adalah transportasi
cukup membangun pelabuhan saja tanpa
laut. Pertambahan penduduk dan luas kota
penyediaan jalan dan angkutan umum
menyebabkan jumlah lalu lintas angkutan
lain. Konektivitas antar moda transportasi
laut juga meningkat. Sistem lalu lintas
diperlukan, seperti kereta api atau bus
mendekati jenuh, sehingga bertambahnya
yang bisa mengakomodasi perjalanan
jumlah lalu lintas berpengaruh besar
barang atau orang dari transportasi laut.
terhadap lingkungan.
Dalam kaitan ini perlu disediakan sistem
distribusi logistik menggunakan kapal Hasil triangulasi menunjukkan
besar yang menghubungkan pelabuhan di bahwa transportasi merupakan tolok ukur
jalur utama Nanggroe Aceh Darussalam, dalam interaksi ke ruangan antarwilayah
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 177
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721
178 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 179
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721
masalah pertama yang harus ditangani. menuju wilayah lain diperlukan sarana
Transportasi berfungsi sebagai jembatan transportasi. Sarana transportasi yang
yang menghubungkan produsen dengan memungkinkan untuk membantu
konsumen. mobilitas berupa angkutan umum. Dalam
menyelenggarakan kehidupannya, manusia
9. Hasil Pembangunan Transportasi
mempergunakan ruang tempat tinggal
Laut dan Tata Masyarakat yang
yang disebut permukiman yang terbentuk
Dicita-citakan
dari unsur-unsur working, opportunities,
Dalam bahasan tentang hal ini, para circulation, housing, recreation, and other
informan mengemukakan pendapatnya living facilities. Unsur circulation adalah
bahwa transportasi tol laut merupakan jaringan transportasi dan komunikasi yang
tolok ukur interaksi antarwilayah. ada dalam permukiman. Sistem transportasi
Suatu wilayah tertentu bergantung pada dan komunikasi meliputi sistem internal
wilayah lain. Demikian juga wilayah lain dan eksternal.
memiliki ketergantungan pada wilayah
Jenis yang pertama membahas
tertentu, sehingga semakin mendekatkan
sistem jaringan yang ada dalam kesatuan
pada masyarakat yang diinginkan. Di
permukiman itu sendiri. Jenis yang
antara wilayah-wilayah tersebut, terdapat
kedua membahas keadaan kualitas dan
wilayah-wilayah tertentu yang memiliki
kuantitas jaringan yang menghubungkan
kelebihan dibanding yang lain, sehingga
permukiman satu dengan permukiman
wilayah tersebut memiliki beberapa
lainnya di dalam satu kesatuan permukiman.
fasilitas yang mampu melayani kebutuhan
Perpindahan manusia dan barang dari satu
penduduk dalam radius yang lebih luas,
tempat ke tempat lain selalu melalui jalur-
sehingga penduduk pada radius tertentu
jalur tertentu. Tempat asal dan tempat
akan mendatangi wilayah tersebut untuk
tujuan dihubungkan satu sama lain dengan
memperoleh kebutuhan yang diperlukan,
suatu jaringan (network) dalam ruang.
dan seterusnya, hingga menuju masyarakat
Jaringan tersebut dapat berupa jaringan
dinamis dalam berbagai aspek.
jalan, yang merupakan bagian dari sistem
Hasil observasi menunjukkan bahwa transportasi. Transportasi merupakan hal
akibat adanya perbedaan tingkat pemilikan yang penting dalam suatu sistem, karena
sumber daya dan keterbatasan kemampuan tanpa transportasi perhubungan antara satu
wilayah dalam mendukung kebutuhan tempat dengan tempat lain tidak terwujud
penduduk suatu wilayah, menyebabkan secara baik. Bahwa interaksi antarwilayah
terjadinya pertukaran barang, orang dan tercermin pada keadaan fasilitas transportasi
jasa antarwilayah. Pertukaran ini diawali serta aliran orang, barang, maupun jasa.
dengan proses penawaran dan permintaan.
Hasil proses triangulasi menunjukkan
Sebagai alat bantu proses penawaran
bahwa transportasi merupakan tolok ukur
dan permintaan yang perlu dihantarkan
dalam interaksi ke ruangan antarwilayah
180 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 181
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721
182 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut
dari pulau-pulau yang menjadi tujuan tol Hobbs, FD. 2008. Perencanaan dan teknik
laut, dan aspek sosial yang merupakan lalu lintas. Yogyakarta: Gajah Mada
aspek pendukung untuk meningkatkan University Press.
kepercayaan masyarakat terhadap tol laut
Ilham, Chairul Insani, & Wawan Darwan.
tersebut. Dengan demikian, disarankan
2015. Keseimbangan antara
agar ketiga hal yang saling berpengaruh
Pendapatan dan Biaya Operasional
satu sama lain tersebut harus seimbang.
Kapal Penyeberangan Lintas Jangkar-
Kalianget. Jurnal Manajemen
DAFTAR PUSTAKA
Transportasi & Logistik 2 (1); 26-35.
Aldha, Nurul, 2015. Merevitalisasi Sektor
Kadarisman, Muh., Aang Gunawan, &
Pelayaran. Majalah Transportasi
Ismiyati, 2015. Policy Implementation
Indonesia. Edisi 13, 5 Juli-5 Agustus
Of Land Transportation System and
2015: 14-15.
Its Impact Towards Social Welfare
Aminah, Siti. 2006. Transportasi Public In Jakarta. Jurnal Manajemen
dan Aksesibilitas Masyarakat Transportasi & Logistik 2 (1): 62-68.
Perkotaan. Universitas Airlangga.
Meyer & Miller. 2007. Urban
Surabaya.
Transportation Planning. Singapura:
Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis McGraw-Hill International.
Kebijakan Publik (terj. Samodra
Nasution, MN. 2006. Manajemen
Wibawa, Diah Asitasani, Agus HH,
Transportasi. Jakarta: Ghalia
Erwan Agus P). Yogyakarta: Gadjah
Indonesia.
Mada University Press, Cet, Ke
empat. Nugroho, Adi Lanugranto. 2008. Konsumen
dan Jasa Transportasi. Surakarta:
Haryadi, Bambang dan Bambang
Universitas Muhammadiyah
Riyanto, 2007. Kepadatan Kota
Surakarta.
dalam Perspektif Pembangunan
Transportasi Berkelanjutan. Jurnal Supriyanto. 2015. 4 Transportasi Umum
Teknik Sipil dan Perencanaan 9 (2): Idaman. [terhubung berkala]
89-97. http://www.aipse.org/de/artikel/4-
transportasi-umum-idaman.html. [16
Herdiyeni, Yeni., Mahmud Zuhud, Ervizal
April 2015].
Amir, & Rudi Heryanto. 2014.
Development of Mangrove Database
for Biodiversity Informatics of IPB
Biopharmaca. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia 19 (3): 197-203.
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 183