Вы находитесь на странице: 1из 23

ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut

FORMULASI KEBIJAKAN SISTEM


TRANSPORTASI LAUT

POLICY FORMULATION OF SEA


TRANSPORTATION SYSTEM

Muh. Kadarisman Yuliantini Suharto Abdul Majid


Universitas Muhammadiyah
STMT Trisakti STMT Trisakti
Jakarta
kadarisman.bkn@gmail.com stmt @indosat.net.id stmt @indosat.net.id

ABSTRACT

The aims of this research is to analyze the policy of sea transport in the realization of modern
sea toll transportation and development. The research uses descriptive-qualitative. The
result shows: 1) government’s policy regarding sea toll is to ship transport, guarantee
the availability of goods, reduce disparity cost and ensure continuity service transport
of goods to regional, remote, outermost and border; 2) sea transport development
policy is to enhance the role of national shipping leet both domestic and export-import
transportation by imposing cabotage principle; abolish unoficial charges in ports
through improved coordination of all relevant institutions and the process of loading
and unloading goods that meet international shipping standards and the implementation
of the International Ship and Port Security; restructure shipping legislation and its
implementation, as well as institutional sub-sector of sea transport in order to create
conditions that will attract private investment in the construction of sea transportation
infrastructure; 3) sea transportation policy is set to increase nasional development to
transport people, goods and information. This policy functions as supporting system to
achieve the optimum allocation of economic resources in order to provide equitable, and
affordable purchasing power services.

Keywords: policy formulation, sea transportation system, national development.

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 161
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menganalisis kebijakan transportasi laut dalam mewujudkan


angkutan tol laut modern dan peningkatan pembangunan. Penelitian menggunakan
metode deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian sebagai berikut: 1) kebijakan Pemerintah
mengenai tol laut adalah untuk melayari angkutan barang, menjamin ketersediaan barang,
mengurangi disparitas harga dan menjamin kelangsungan pelayanan penyelenggaraan
angkutan barang ke daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan; 2) kebijakan
pembangunan transportasi laut diarahkan di antaranya meningkatkan peran armada
pelayaran nasional baik angkutan dalam negeri maupun ekspor-impor dengan
memberlakukan azas cabotage; menghapuskan pungutan tidak resmi di pelabuhan
melalui peningkatan koordinasi bagi semua instansi terkait proses bongkar muat barang
dan memenuhi standar pelayaran internasional serta pelaksanaan International Ship and
Port Security; merestrukturisasi peraturan perundangan pelayaran dan pelaksanaannya,
serta kelembagaan di subsektor transportasi laut guna menciptakan kondisi yang mampu
menarik minat swasta dalam pembangunan prasarana transportasi laut; 3) kebijakan
transportasi laut ditetapkan sebagai urat nadi peningkatan pembangunan nasional untuk
kelancaran arus manusia, barang, maupun informasi. Kebijakan ini merupakan penunjang
tercapainya pengalokasian sumber-sumber perekonomian secara optimal, sehingga jasa
transportasi laut cukup tersedia merata dan terjangkau daya beli masyarakat.

Kata Kunci: formulasi kebijakan, sistem angkutan laut, pembangunan nasional.

162 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut

PENDAHULUAN ekonomis tersebut, terdapat pula tujuan


yang bersifat non-ekonomis yaitu untuk
Transportasi atau pengangkutan,
mempertinggi integritas bangsa, dan
merupakan bidang kegiatan yang sangat
meningkatkan pertahanan serta keamanan
penting dalam kehidupan masyarakat
nasional. Hal tersebut menunjukkan arti
Indonesia bahkan dunia. Pentingnya
pentingnya tranportasi di Indonesia,
transportasi bagi masyarakat Indonesia
sehingga pembangunan dan peningkatan
disebabkan oleh beberapa faktor antara
kualitas pelayanan transportasi atau
lain keadaan geograis Indonesia yang
pengangkutan mutlak diperlukan.
terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar
Mengingat penting dan strategisnya
(archipelago); perairan yang terdiri atas
peran lalu lintas dan angkutan jalan yang
sebagian besar laut; sungai dan danau yang
menguasai hajat hidup orang banyak,
memungkinkan pengangkutan dilakukan
maka kepentingan masyarakat umum
melalui darat dan perairan serta udara guna
sebagai pengguna jasa transportasi perlu
menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
mendapatkan prioritas dan pelayanan yang
Dengan demikian, Indonesia merupakan
optimal baik dari pemerintah maupun
negara kepulauan terbesar di dunia,
penyedia jasa transportasi (Hobbs, 2008).
dengan wilayah laut seluas 2/3 dari total
luas teritorialnya (Herdiyeni, dkk, 2014). Terkait penyelenggaraan lalu lintas
Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya dan angkutan laut juga perlu dilakukan
akan kebutuhan alat transportasi adalah secara berkesinambungan, dan terus
kebutuhan kenyamanan, keamanan, dan ditingkatkan agar lebih luas jangkauan dan
kelancaran pengangkutan yang menunjang pelayanannya kepada masyarakat. Dengan
pelaksanaan pembangunan yang berupa tetap memperhatikan kepentingan umum,
penyebaran kebutuhan pembangunan, kemampuan masyarakat, kelestarian
pemerataan pembangunan, dan distribusi lingkungan, dan ketertiban masyarakat
hasil pembangunan di berbagai sektor ke dalam penyelenggaraan lalu lintas dan
seluruh pelosok tanah air misalnya sektor angkutan laut, sekaligus mewujudkan
industri, perdagangan, pariwisata, dan sistem transportasi nasional yang handal
pendidikan (Aminah, 2006). dan terpadu. Dengan adanya transportasi,
pendistribusian barang dan hasil-hasil
Secara umum, transportasi
produksi dapat dilakukan ke seluruh
memegang peranan penting dalam dua
daerah secara merata, sehingga dapat
hal, yaitu pembangunan ekonomis dan
meningkatkan pendapatan regional dan
pembangunan non-ekonomis. Tujuan yang
membuka daerah yang terisolir, serta
bersifat ekonomis misalnya peningkatan
menambah pemasukan bagi daerah dan
pendapatan nasional, mengembangkan
negara secara makro (Ilham, 2015).
industri nasional dan menciptakan serta
memelihara tingkat kesempatan kerja
bagi masyarakat. Sejalan dengan tujuan

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 163
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721

Sesuatu hal apa pun itu pasti memiliki aturan, bahwa angkutan domestik antar
permasalahan, sama halnya dengan sistem pulau di Indonesia harus dilakukan oleh
transportasi laut. Permasalahan seperti kapal berbendera Indonesia. Sedikit banyak
lambatnya pengadaan dan perbaikan ini sangat membantu para pelaku bisnis
sarana dan prasarana transportasi laut perkapalan Indonesia untuk bisa berdiri di
atau ketersediaan infrastruktur yang kaki mereka sendiri, dan menjadikan ini
sangat terbatas, keterlambatan (delay) sebagai modal dasar untuk berkembang
dan pencemaran perairan, polusi udara menjadi perusahaan pelayaran besar tidak
merupakan sebagian dari sekian banyak hanya di Indonesia tetapi juga di tingkat
permasalahan yang dihadapi berkaitan internasional.
dengan masalah transportasi laut tersebut.
Dalam angkutan laut modern,
Sebagai negara kepulauan terbesar di
jenis pelabuhan dan jenis kapal harus
dunia dengan 17.508 pulau, angkutan laut
disesuaikan dengan jenis dan volume
sudah tentu menjadi urat nadi dari sistem
barang yang diangkut. Dengan demikian
transportasi di Indonesia. Kebutuhan
diperlukan adanya cetak biru dan
barang dan jasa harus didistribusikan
mempersiapkan infrastruktur yang
ke penduduk yang membutuhkan, yang
dibutuhkan dalam rangka pembangunan tol
mendiami kurang lebih 6.000 pulau di
laut tersebut. Berdasarkan perhitungan
Nusantara. Transportasi udara sangat
sementara yang dilakukan Badan
mahal dan terbatas, mengandalkan
Perencanaan Pembangunan Nasional
100% pada transportasi darat juga tidak
(Bappenas), anggaran yang diperlukan
memungkinkan, karena hampir mustahil
untuk merealisasikan tol laut mencapai
Indonesia dapat menghubungkan semua
Rp. 424 triliun. Angka tersebut dihitung
pulau dengan jembatan yang ada.
berdasarkan jumlah pelabuhan yang
Di samping itu, secara ilmiah, akan dikembangkan, menjadi pelabuhan
dengan kapasitas daya angkut yang sangat berskala internasional. Rencananya, ada 6
besar, transportasi laut adalah moda (enam) pelabuhan, yaitu Belawan, Tanjung
angkut yang paling murah, efektif dan Priok, Tanjung Perak, Makassar, Sorong,
eisien dari semua moda yang ada. Dengan Bitung, dan Kuala Tanjung yang akan
kebutuhan tersebut, maka sangat jelas dikembangkan berkelas internasional.
letak pentingnya pembangunan maritim Lebih lanjut dijelaskan, bahwa selain untuk
di dalam program unggulan pemerintah. pengembangan, anggaran juga dihitung
Bahkan program “Pelita” pemerintah Orde berdasarkan jumlah pelabuhan yang akan
Baru yang menekankan Indonesia sebagai dibangun sebagai penghubung daerah
negara agraris yang menuju negara industri, dengan keenam pelabuhan utama tersebut.
ternyata juga tanpa menyentuh fakta
Secara keseluruhan, total pelabuhan
bahwa Indonesia adalah negara maritim.
yang akan dikembangkan berjumlah 24
Cabotage Law telah memberlakukan
pelabuhan. Hitungan itu juga didasarkan

164 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut

pada pengembangan dermaga di Tanjung masyarakat pengguna (stake holder).


Priok, bahwa di tempat tersebut untuk Pengolahan serta analisis data melalui
menambah satu dermaga diperlukan dana proses triangulasi (triangulation), dan
Rp25 triliun (Ariin, 2015). Oleh karena Focus Group Discussion (FGD), sehingga
itu, penelitian ini bertujuan menganalisis menghasilkan penelitian secara utuh dan
efektivitas formulasi kebijakan sistem menyeluruh (think description).
transportasi laut dalam rangka mewujudkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
angkutan tol laut modern dan peningkatan
pembangunan di Indonesia. Penelitian ini 1. Aspek Efektivitas Formulasi
dilakukan di Kementerian Perhubungan Kebijakan Transportasi Laut
khususnya di Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut, Badan Perencanaan Terkait bahasan ini, berikut
Pembangunan Nasional (Bappenas), dan ditunjukkan hasil wawancara mendalam
PT Pelayaran Nasional Indonesia (PT terhadap para informan yang menjelaskan
Pelni). Metode penelitian yang digunakan bahwa formulasi kebijakan sistem
adalah deskriptif-kualitatif. Metode ini transportasi tol laut di Indonesia
lebih menekankan pada indept interview, merupakan bagian dalam proses kebijakan
proses triangulasi, focus group discussion publik dan tahap ini adalah yang paling
(FGD), pendekatan emic, dan ethic serta krusial, karena implementasi dan evaluasi
verstahen (Creswell, 2002). kebijakan sebagai tahap selanjutnya hanya
dapat dilaksanakan dengan efektif apabila
Dalam penelitian ini penentuan tahap formulasi kebijakan telah selesai
informan dilakukan secara purposive atau dengan baik. Di samping itu, kegagalan
pemilihan informan dilakukan dengan suatu kebijakan atau program sistem
sengaja dengan kriteria tertentu sesuai transportasi tol laut di Indonesia dalam
dengan kapasitas dasar kompetensi yang mencapai tujuan-tujuannya, sebagian
dimiliki. Dalam penelitian kualitatif besar bersumber pada ketidaksempurnaan
ini, seorang peneliti adalah juga seorang atau ketidakefektivan pengelolaan tahap
instrumen utama penelitian. Teknik yang formulasi. Policy formulation sama dengan
digunakan adalah partisipan observation pembentukan kebijakan, yaitu kebijakan
yang dilengkapi dengan indepth interview sistem transportasi tol laut di Indonesia yang
dengan key person dan pembuatan catatan merupakan serangkaian tindakan pemilihan
harian mengenai peristiwa-peristiwa yang berbagai alternatif yang dilakukan dan di
ditemui di lapangan. Dalam penelitian ini dalamnya termasuk pembuatan keputusan.
terdapat 12 informan, yaitu dari kalangan
instansi pemerintah yang dalam hal ini Penjelasan tersebut diperkuat hasil
dari Kementerian Perhubungan, khususnya FGD bahwa efektivitas proses pembuatan/
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut formulasi kebijakan negara (publik) di
dan lembaga/instansi terkait lainnya/ bidang transportasi laut, dapat dipandang
dalam 2 (dua) macam kegiatan. Kegiatan

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 165
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721

pertama, adalah memutuskan secara umum Guna melengkapi data primer


apa yang harus dilakukan, atau dengan tersebut, maka dilakukan observasi di lapang
kata lain perumusan sistem transportasi penelitian bahwa memang diperlukan
tol laut yang diarahkan untuk memperoleh reformasi angkutan laut yang bersifat
kesepakatan tentang suatu alternatif komprehensif dan terintegrasi. Revitalisasi
kebijakan yang dipilih, suatu keputusan sarana dan prasarana, organisasi, serta
yang menyetujui adalah hasil dari proses regulasi menjadi tombak pembaharuan
seluruhnya. Kegiatan selanjutnya, diarahkan guna mengoptimalkan aksesibilitas
pada bagaimana keputusan-keputusan pelayanan dengan memindahkan beban
kebijakan dibuat, dalam hal ini suatu angkutan berbasis jalan raya menuju
keputusan kebijakan mencakup tindakan ke laut. Ditegaskan bahwa penyusunan
oleh seseorang pejabat atau lembaga resmi dan pemberlakuan regulasi di Direktorat
atau yang berwenang menanganinya yaitu Perhubungan Laut memang tergolong yang
Kementerian Perhubungan RI, khususnya paling responsis bagi banyak pihak. Sebab
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, laut sebagai pintu masuk negara memang
untuk menyetujui, mengubah atau menolak menjadi tulang punggung dari beragam
suatu alternatif kebijakan yang tengah segmen mulai dari pelaku logisitik, industri,
dipilih. manufaktur dan perdagangan. Begitu
banyaknya stakeholder yang terlibat,
Proses triangulasi antar para
baik dari segi kepelabuhan, logistik,
Informan dengan fakta-fakta outentik
serta penumpang, memang tak jarang
yang ada berupa ketentuan terkait,
menimbulkan gesekan dalam menjalankan
menegaskan bahwa formulasi kebijakan
regulasi di perhubungan laut.
sistem transportasi tol laut terbagi
ke dalam tahap perumusan masalah Lebih lanjut dijelaskan bahwa isu
kebijakan, penyusunan agenda pemerintah, kepentingan setiap stakeholder bukanlah
perumusan usulan kebijakan, pengesahan satu hal yang harus selalu dikedepankan
kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan masing-masing pihak, karena pihak
penilaian kebijakan. Perumusan masalah Kementerian Perhubungan (khususnya
kebijakan, pada prinsipnya, walaupun suatu Direktorat Jenderal Perhubungan Laut)
peristiwa, keadaan dan situasi tertentu sebagai pihak yang paling berkompeten
dapat menimbulkan satu atau beberapa dalam pembuatan regulasi, memiliki peran
problem, tetapi agar hal itu menjadi dan tanggung jawab untuk melindungi
masalah publik tidak hanya tergantung dari semuanya. Dilema dalam membangun
dimensi obyektifnya saja, tetapi juga secara pelabuhan baru atau memperbesar
subyektif, baik oleh masyarakat maupun pelabuhan yang ada, merupakan sebuah
para pembuat keputusan, dipandang sebagai tuntutan yang harus dilihat bagaimana
suatu masalah yang patut dipecahkan atau landasan serta fungsinya ke depan. Terkait
dicarikan jalan keluarnya. hal ini, Aldha, (2015) mengemukakan

166 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut

bahwa adanya pembangunan pelabuhan kebijakan (khususnya pihak Kementerian


baru, tentu bisa memberi potensi persaingan Perhubungan/ Direktorat Jenderal
tarif yang nantinya bisa mengurangi ongkos Perhubungan Laut dan Bappenas serta
biaya logistik. Namun, di lain sisi ada hal Sekretariat Negara), dan mereka bersedia
lain yang harus diperhitungkan terkait memperjuangkan problem umum sistem
potensi pelabuhan ke depan. transportasi tol laut itu menjadi problem
kebijakan, memasukannya ke dalam
Hal yang perlu dielaborasi adalah
agenda pemerintah dan mengusahakannya
apabila banyak pelabuhan dibangun,
menjadi kebijakan publik di bidang sistem
namun kapal yang datang minim, maka
transportasi tol laut.
pembangunan yang dihasilkan tersebut
akan sia-sia. Oleh karena itu, diperlukan Di antara langkah tersebut
penciptaan iklim koordinasi yang lebih bahwa pembuat kebijakan sistem
baik, maka masukan-masukan yang transportasi tol laut dan stakeholders-
konstruktif perlu didengar dan melakukan nya mengidentiikasikan problem yang
instrospeksi sistem yang dibangun, dan akan dipecahkan, kemudian membuat
selanjutnya melakukan perbaikan serta perumusan yang sejelas-jelasnya terhadap
penyempurnaan regulasi terkait. Oleh problem tersebut (Dunn, 2013). Masalah-
karena itu, regulasi yang dibangun lebih masalah khusus atau isu-isu politis yang
untuk menentukan kesesuaian dengan timbul dalam masyarakat terkait sistem
peraturan yang mendukung keselamatan, transportasi tol laut, sehingga menarik
semakin besar tingkat kesesuaiannya perhatian media massa dan menjadikannya
semakin baik tingkat keselamatan kapal sebagai sorotan. Hal tersebut dapat
penyeberangan. Keselamatan merupakan menyebabkan masalah atau isu tersebut
syarat utama dalam perancangan (design) semakin menonjol, sehingga lebih banyak
bagi moda angkutan penyeberangan. lagi perhatian masyarakat dan para pembuat
Namun dibutuhkan interaksi berbagai pihak kebijakan di bidang sistem transportasi tol
terkait, baik unsur pemerintah, swasta serta laut tertuju pada masalah atau isu tersebut.
masyarakat umum dalam mencapai tingkat
keselamatan yang tinggi (Ilham, 2015). 2. Prinsip Musyawarah dalam
Penetapan Formulasi Kebijakan
Lebih lanjut ditegaskan bahwa suatu
Transportasi Laut
problem sistem transportasi tol laut untuk
bisa berubah menjadi problem umum, tidak Terkait bahasan ini, berikut
hanya cukup dihayati oleh banyak orang dijelaskan hasil wawancara di lapang
sebagai sesuatu masalah yang perlu segera penelitian dengan para Informan bahwa
diatasi, tetapi masyarakat perlu memiliki untuk memperoleh kesepakatan tentang
political will untuk memperjuangkannya sistem transportasi tol laut seperti apa yang
dan yang lebih penting lagi. Problem diinginkan tersebut, maka terdapat faktor-
tersebut ditanggapi positif oleh pembuat faktor yang berpengaruh terhadap proses

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 167
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721

kesepakatan dalam formulasi kebijakan Dalam era reformasi yang


sistem transportasi tol laut, di antaranya mensyaratkan adanya proses demokratis
adalah adanya pengaruh tekanan-tekanan dalam pengambilan keputusan, peranserta
dari luar. Walaupun ada pendekatan masyarakat (public participation) adalah
formulasi kebijakan tol laut dengan nama suatu elemen yang sangat penting
“rationale comprehensive” yang berarti (Kadarisman, et al, 2015). Selanjutnya,
administrator sebagai pembuat keputusan, dilakukan proses pengesahan kebijakan
harus mempertimbangkan alternatif-sistem tol laut. Landasan utama untuk
alternatif yang akan dipilih tidak hanya melakukan pengesahan adalah variabel-
berdasarkan penilaian rasional semata. Hal variabel sosial seperti sistem nilai
ini berarti bahwa proses dalam formulasi masyarakat, ideologi negara, sistem politik
kebijakan tol laut tersebut tidak dapat dan sebagainya. Proses pengesahan suatu
dipisahkan dari dunia nyata (dassain), kebijakan biasanya diawali dengan kegiatan
sehingga adanya tekanan dari luar dapat persuasion dan bargaining. Persuasion
berpengaruh pula terhadap proses formulasi diartikan sebagai usaha-usaha untuk
kebijakan. meyakinkan orang lain tentang sesuatu
kebenaran atau nilai kedudukan seseorang,
Hasil triangulasi menunjukkan bahwa
sehingga mereka mau menerimanya
untuk memperoleh kesepakatan tentang
sebagai milik sendiri.
sistem transportasi tol laut, maka setelah
problem publik tersebut dimasukkan ke Bargaining diterjemahkan sebagai
dalam agenda pemerintah, para pembuat suatu proses dua orang atau lebih yang
keputusan memprosesnya ke dalam fase- mempunyai kekuasaan atau otoritas
fase: problem deinition agenda, yaitu hal- mengatur/menyesuaikan setidak-tidaknya
hal (problem) terkait sistem transportasi sebagian tujuan-tujuan yang tidak
tol laut yang memperoleh penelitian dan mereka sepakati agar dapat merumuskan
perumusan secara aktif dan serius dari para serangkaian tindakan yang dapat diterima
pembuat keputusan; proposal agenda, yaitu bersama meskipun itu tidak terlalu ideal
hal-hal (problem) yang telah mencapai bagi mereka. Dalam kaitan ini yang
tingkat diusulkan, telah terjadi perubahan termasuk ke dalam kategori bargaining
fase merumuskan masalah ke dalam adalah perjanjian (negotiation), saling
fase memecahkan masalah; bargaining memberi dan menerima (take and give) dan
agenda, yaitu usulan-usulan kebijakan tadi kompromi (compromise). Baik persuasion
ditawarkan untuk memperoleh dukungan maupun bargaining, ke dua-duanya
secara aktif dan serius; dan continuing saling melengkapi, sehingga penerapan
agenda, yaitu hal-hal (problem) yang kedua kegiatan atau proses tersebut akan
didiskusikan/dibahas dan dinilai secara dapat memperlancar proses pengesahan
terus menerus. kebijakan. Sebagai suatu proses, maka tahap
formulasi kebijakan terdiri atas beberapa

168 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut

komponen yang saling berhubungan secara komitmen terhadap aturan main, yang
resiprokal sehingga membentuk pola pada mulanya dirumuskan secara bersama-
sistemik berupa input – proses – output – sama oleh semua aktor. Pada tataran ini
feedback (Nugroho, 2008). komitmen para aktor akan menjadikan
mereka mematuhi aturan atau norma
Hasil observasi menjelaskan bahwa
bersama. Selain itu, kepatuhan terhadap
untuk memperoleh kesepakatan tentang
norma ini bahkan menjadi keharusan,
sistem transportasi tol laut, maka terdapat
karena diasumsikan bahwa pencapaian
beberapa komponen atau unsur yang terkait
tujuan sistem akan terwujud jika semua
di dalamnya, di antaranya adalah adanya
aktor mematuhi norma bersama.
tindakan, tepatnya tindakan kebijakan
adalah tindakan disengaja yang selalu Oleh karena itu, aktor-aktor yang
dilakukan secara terorganisasi dan berulang berperan dalam formulasi kebijakan tidak
atau ajeg guna membentuk pola-pola hanya berfungsi menciptakan adanya
tindakan tertentu, sehingga pada akhirnya keseimbangan di antara kepentingan-
akan menciptakan norma-norma bertindak kepentingan yang berbeda (muddling
bagi sistem kebijakan. Berikutnya adalah through or balancing interests), tetapi juga
adanya aktor, yaitu orang atau pelaku harus berfungsi sebagai penilai (valuer),
yang terlibat dalam proses formulasi yakni mampu menciptakan adanya nilai yang
kebijakan akan memberikan dukungan dapat disepakati bersama yang didasarkan
maupun tuntutan serta menjadi sasaran pada penilaian-penilaian rasional (rational
dari kebijakan yang dihasilkan oleh sistem judgements) guna pencapaian hasil yang
kebijakan. Adanya aktor yang paling maksimal (Supriyanto, 2015).
dominan dalam tahap perumusan kebijakan
3. Adanya Alternatif Formulasi
di bidang sistem transportasi tol laut dengan
Kebijakan Transportasi Laut
tuntutan yang bersifat intern, dalam artian
mempunyai kekuasaan atau wewenang Hasil penelitian tentang hal
untuk menentukan isi dan memberikan ini ditunjukkan dengan jawaban atas
legitimasi terhadap rumusan kebijakan pertanyaan yang diajukan kepada para
tersebut, disebut pembuat kebijakan (policy informan juga dalam proses triangulasi
maker). sebagai berikut. Bahwa terkait alternatif
kebijakan yang dipilih dalam formulasi
Uraian tersebut dipertegas dengan
kebijakan sistem transportasi tol laut,
hasil FGD bahwa aktor yang mempunyai
tahap perumusan usulan kebijakan, tahap
kualiikasi atau karakteristik lain dengan
ini merupakan kegiatan menyusun dan
tuntutan ekstern, dikenal sebagai kelompok-
mengembangkan serangkaian tindakan
kelompok kepentingan, partai politik,
yang perlu untuk memecahkan masalah,
pimpinan elit profesi dan lain-lain. Untuk
meliputi identiikasi alternatif dilakukan
dapat tetap bertahan bermain di dalam
untuk kepentingan pemecahan masalah.
sistem tersebut, mereka harus memiliki

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 169
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721

Terhadap problem yang hampir sama atau yang memuaskan atau yang paling
memungkinkan
mirip, dapat saja dipakai alternatif kebijakan untuk dilaksanakan
yang pernah dipilih, tetapi terhadap problem barulah dapat dilakukan setelah pembuat
yang sifatnya baru, maka para pembuat kebijakan berhasil dalam melakukan
kebijakan dituntut untuk secara kreatif penilaian terhadap alternatif kebijakan.
menemukan dan mengidentiikasi alternatif Suatu alternatif yang telah dipilih secara
kebijakan baru. Dengan demikian, masing- memuaskan akan menjadi suatu usulan
masing alternatif jelas karakteristiknya kebijakan yang telah diantisipasi untuk
karena pemberian identiikasi yang benar dapat dilaksanakan dan memberikan
dan jelas pada setiap alternatif kebijakan dampak positif. Tahap pemilihan alternatif
akan mempermudah proses perumusan yang memuaskan selalu bersifat obyektif
alternatif. dan subyektif, dalam artian bahwa pembuat
kebijakan akan menilai alternatif kebijakan
Tahap kedua adalah mendeinisikan
sesuai dengan kemampuan rasio yang
dan merumuskan alternatif, bertujuan
dimilikinya, dengan didasarkan pada
agar masing-masing alternatif yang telah
pertimbangan terhadap kepentingan pihak-
dikumpulkan oleh pembuat kebijakan itu
pihak yang akan memperoleh pengaruh
jelas pengertiannya, sebab semakin jelas
sebagai konsekwensi dari pilihannya.
alternatif itu diberi pengertian, maka akan
semakin mudah pembuat kebijakan menilai Hasil observasi menunjukkan bahwa
dan mempertimbangkan aspek positif dan sasaran pembangunan transportasi laut,
negatif dari masing-masing alternatif antara lain meliputi peningkatan pangsa
tersebut. Tahap ketiga yaitu menilai pasar armada pelayaran nasional untuk
alternatif, yakni kegiatan pemberian bobot angkutan laut dalam negeri dan ekspor-
pada setiap alternatif, sehingga jelas bahwa impor; meningkatnya kinerja dan eisiensi
setiap alternatif mempunyai nilai bobot pelabuhan; meningkatnya kecukupan
kebaikan dan kekurangannya masing- dan kehandalan sarana bantu navigasi
masing, sehingga dengan mengetahui pelayaran; meningkatnya peran swasta
bobot yang dimiliki oleh masing-masing dalam berinvestasi di bidang prasarana
alternatif maka para pembuat keputusan pelabuhan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
dapat memutuskan alternatif mana yang arah kebijakan pembangunan transportasi
lebih memungkinkan untuk dilaksanakan/ laut, antara lain adalah meningkatkan
dipakai. peran armada pelayaran nasional baik
untuk angkutan dalam negeri maupun
Untuk dapat melakukan penilaian
ekspor-impor dengan memberlakukan
terhadap berbagai alternatif dengan
asas cabotage; menghapuskan pungutan-
baik, maka dibutuhkan kriteria tertentu
pungutan tidak resmi di pelabuhan melalui
serta informasi yang relevan. Tahap ke
peningkatan koordinasi bagi semua
empat yaitu memilih alternatif yang
instansi yang terkait dalam proses bongkar
memuaskan. Proses pemilihan alternatif

170 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut

muat barang; memenuhi standar pelayaran Telah diyakini bahwa perdagangan


internasional yang dikeluarkan oleh IMO lewat laut yang terpadat adalah melalui
(International Maritime Organisation) mau Selat Malaka atau melalui jalur alternatif
pun IALA (International Association of ALKI I, II, III. Berikut dimensi Politik.
Lighthouse Authorities) serta pelaksanaan Perubahan dimensi politik dari lingkungan
ISPS (International Ship and Port Security) maritim berkembang sangat tajam
Code. semenjak tahun 1970-an. Bagi sejumlah
besar Negara pantai, khususnya bagi dunia
Selanjutnya, merestrukturisasi
ketiga, perairan yang berbatasan dengan
peraturan perundang-undangan (revisi
pantai memberikan prospek satu- satunya
UU No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran
untuk perluasan. Tuntutan kedaulatan
dan peraturan pelaksanaannya) serta
sering merupakan tindakan politik untuk
kelembagaan di subsektor transportasi laut
mendapatkan konsekuensi ekonomi
guna menciptakan kondisi yang mampu
daripada sekedar perhitungan jangka
menarik minat swasta dalam pembangunan
panjang tentang untung dan ruginya.
prasarana transportasi laut. Menyerahkan
Perselisihan atas perbatasan laut seringkali
secara bertahap aset pelabuhan regional
lebih dimotivasi oleh simbol politik
dan lokal yang dikelola Unit Pelaksana
dari perhitungan biaya dan manfaatnya.
Teknis/Satuan Kerja kepada Pemerintah
Dimensi Hukum. Basis dimensi hukum
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
dalam lingkungan maritim adalah Konvensi
Pemutakhiran tatanan kepelabuhanan
PBB tentang Hukum Laut Internasional.
nasional mengacu pada Sistranas.
Terakhir, melanjutkan pelayanan angkutan Kecenderungan dari penekanan
laut perintis. Uraian di atas dipertajam hukum di laut sekarang lebih banyak
dengan hasil FGD bahwa hal yang difokuskan pada masalah lingkungan
perlu dipertimbangkan terkait alternatif hal mana dapat berakibat pembatasan
kebijakan sistem transportasi laut tersebut, gerakan kapal dan mengurangi hak Negara
bahwa lingkungan laut atau maritim juga bendera, di samping itu ada kebutuhan
mempunyai lima dimensi strategi militer untuk penertiban lebih efektif atas rezim
yang saling berhubungan, yaitu dimensi yang ada khususnya yang berhubungan
ekonomi. Penggunaan laut sebagai masalah perikanan dan perdagangan
media perhubungan, transportasi dan narkoba secara ilegal. Di laut dimensi
perdagangan telah dimanfaatkan sejak militer selalu berkembang mengikuti
dahulu hingga sekarang, dan hampir 99,5 perkembangan teknologi, sehingga
% pergerakan roda perekonomian di dunia profesionalisme angkatan laut suatu negara
adalah melewati jalur laut, volume muatan selalu dikaitkan dengan penguasaan dan
meningkat delapan kali sejak tahun 1945 penggunaan teknologi yang mutakhir.
dan kecenderungan semakin meningkat Filosoi Angkatan Laut adalah “senjata
sampai sekarang. yang diawaki”, berbeda dengan ilosoi

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 171
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721

“manusia yang dipersenjatai”. Pemahaman menghasilkan beberapa ketentuan di


terhadap lingkungan isik menyeluruh antaranya adalah diterbitkan Peraturan
dimana kekuatan maritim akan beroperasi Presiden Nomor 106 Tahun 2015 tentang
sangat penting, seperti kondisi geograi, Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan
hidro oseanograi. Publik Untuk Angkutan Barang Dalam
Rangka Pelaksanaan Tol Laut, yang diikuti
Daerah operasi kekuatan maritim
dengan terbitnya beberapa ketentuan,
mulai dari perairan dalam laut bebas
di antaranya adalah Peraturan Menteri
(blue waters) ke perairan yang lebih
Perhubungan Nomor PM. 161 Tahun
dangkal (green waters) sampai ke perairan
2015 tentang Penyelenggaraan Kewajiban
pedalaman, muara dan sungai (brown
Pelayanan Publik Untuk Angkutan Barang
waters). Corong strategis berbatasan atau
di Laut, yang menugaskan BUMN PT Pelni
dimiliki oleh negara-negara pantai yang
(Persero) untuk melayari trayek yang telah
berdekatan. Seperti selat Malaka, dimiliki
ditetapkan. Berikut, Peraturan Menteri
oleh Indonesia, Malaysia dan Singapura.
Perhubungan Nomor 168 Tahun 2015
Oleh karena itu konsep “Joint Security”
tentang Tarif Angkutan Barang Dalam
akan mudah diterima dan diterapkan di
Negeri dan Bongkar Muat Dalam Rangka
antara negara-negara pantai tersebut. Dari
Pelaksanaan Tol Laut.
berbagai dimensi tersebut di atas, apabila
disinergikan secara baik maka akan Juga, Keputusan Direktur Jenderal
dapat menciptakan suatu kekuatan laut Perhubungan Laut Nomor AL.108/6/2/
yang tangguh (sea power), parameternya DJPL-15 tanggal 26 Oktober 2015
mengarah pada tiga elemen operasional tentang Jaringan Trayek Penyelenggaraan
yaitu unsur kekuatan militer (ighting Kewajiban Pelayanan Publik untuk
instruments), penggerak roda perekonomian Angkutan Barang Dalam Rangka
di laut (merchant shipping) dan pangkalan Pelaksanaan Tol Laut Tahun Anggaran 2015.
atau pelabuhan (bases). Paparan tersebut, Hasil proses triangulasi dapat dikemukakan
tentu bisa dipertimbangkan dalam bahwa dalam rangka menindaklanjuti
penetapan kebijakan dari berbagai alternatif program Presiden mengenai pelaksanaan
pilihan yang ada. tol laut, Kementerian Perhubungan
dalam hal ini Direktorat Jenderal
4. Keputusan Akhir Proses Formulasi
Perhubungan Laut telah menindaklanjuti
Kebijakan Sistem Transportasi Laut
dengan mengeluarkan Trayek Liner Non
Berdasarkan jawaban atas Komersial. Trayek tersebut ditugaskan
pertanyaan-pertanyaan kepada para kepada PT Pelni (Persero) untuk melayari
informan, dapat dijelaskan bahwa dengan diberikan penugasan kewajiban
dengan adanya keputusan menyetujui pelayanan publik untuk angkutan barang
hasil dari proses seluruhnya tentang dalam rangka pelaksanaan tol laut,
sistem transportasi tol laut, sehingga maksud pelaksanaan tersebut dalam

172 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut

rangka menjamin ketersediaan barang dan – Fak fak – Tual –Tg Perak (KM. Caraka
untuk mengurangi disparitas harga bagi Jaya Niaga III - 32); 2. Kode Trayek T- 4 :
masyarakat serta menjamin kelangsungan Tg. Priok – Biak – Serui – Nabire –Wasior
pelayanan penyelenggaraan angkutan – Manokwari – Wasior- Nabire – Serui –
barang ke daerah tertinggal, terpencil, Biak – Tg Priok. (KM. Caraka Jaya Niaga
terluar, dan perbatasan. III – 22); 3. Kode Trayek T – 6 : Tg. Priok –
Kijang – Natuna – Kijang – Tg Priok (KM.
Hasil observasi menunjukkan
Caraka Jaya Niaga III - 4).
bahwa dalam kaitan ini, di Kementerian
Perhubungan telah diusulkan anggaran Bahasan di atas dipertegas dengan
biaya kewajiban pelayanan publik untuk hasil FGD bahwa dalam penetapan trayek
angkutan barang dalam rangka pelaksanaan tersebut memang terlihat adanya beberapa
tol laut untuk pelaksanaan program tol laut trayek yang sudah dilayari oleh kapal-
melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran kapal niaga, namun kunjungan singgahnya
(DIPA) Nomor SP DIPA–Nomor SP DIPA masih tergantung tersedianya muatan.
– 022.04.1.439454/2015 Revisi ke 06 Dengan demikian, maka disparitas harga
tanggal 20 Oktober 2015, melalui beberapa masih saja tetap terjadi, oleh karena itu
tahapan sebagai berikut. Berdasarkan perlu dilayari dengan kapal secara tetap
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan teratur sebagaimana yang telah
Nomor SP DIPA–Nomor SP DIPA – ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan.
022.04.1.439454/2015 Revisi ke 06 tanggal Pelaksanaan kewajiban pelayanan publik
20 Oktober 2015. Besaran kewajiban untuk angkutan barang dalam rangka
pelayanan publik untuk angkutan barang pelaksanaan tol laut akan dilaksanakan
dalam rangka pelaksanaan tol laut sebesar mulai 2 November 2015 sampai dengan
Rp. 257,907,959,000,- (Dua ratus lima 31 Desember 2015 sesuai kontrak, secara
puluh tujuh miliar Sembilan ratus tujuh bersamaan pula di pelabuhan Tanjung Perak
juta Sembilan ratus lima puluh Sembilan ikut diluncurkan secara perdana. Jumlah
ribu rupiah) dalam periode 1 (satu) tahun muatan yang diangkut dalam peluncuran
dengan 6 unit kapal. perdana hari ini sebanyak 40 TEUS untuk
pelabuhan Tanjung Priok dan 39 TEUS
Namun demikian keterbatasan waktu
untuk pelabuhan Tanjung Perak.
yang tinggal 2 (dua) bulan dan ketersediaan
armada PT Pelni, maka tahun ini hanya Adanya keputusan menyetujui hasil
dapat direalisasikan 3 (tiga) unit kapal dari proses seluruhnya tentang sistem
untuk 3 (tiga) ruas trayek dengan nilai transportasi tol laut tersebut, juga terkait
subsidi sebesar Rp. 30,000,000,000,- (Tiga dengan masalah ketahanan nasional di
puluh miliar rupiah). Susunan trayek dan laut. Ketahanan nasional dapat diatasi
nama kapal tersebut adalah sebagai berikut. dengan baik oleh bangsa Indonesia,
1. Kode Trayek T – 1 : Tg. Perak – Tual maka tercapailah suatu keadaan yang
– Fak fak – Kaimana – Timika – Kaimana dinamakan ketahanan nasional untuk

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 173
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721

mencapai keadaan tersebut, terdapat suatu industri nasional dan menciptakan serta
pemahaman yang dinamakan “geostrategi” memelihara tingkat kesempatan kerja
secara umum, geostrategi merupakan bagi masyarakat. Sejalan dengan tujuan
upaya untuk memperkuat ketahanan di ekonomis tersebut ada pula tujuan yang
berbagai bidang yaitu bidang ideologi, bersifat non-ekonomis yaitu untuk
politik, ekonomi, sosial, budaya, militer, mempertinggi integritas bangsa, serta
kehidupan beragama dan pembangunan meningkatkan pertahanan dan keamanan
(Meyer, 2007). nasional. Hal tersebut menunjukkan arti
pentingnya tranportasi di Indonesia,
5. Moda Angkutan Kapal Barang
sehingga pembangunan dan peningkatan
(Kargo) Tol Laut
kualitas pelayanan transportasi atau
Terkait moda angkutan kapal pengangkutan mutlak diperlukan. Suatu
barang (cargo) tol laut tersebut, berikut pembangunan dinilai baik dan berkualitas
dikemukakan hasil wawancara mendalam tidak hanya mengenai peningkatan
dengan para informan, bahwa transportasi mutu sarananya saja, tetapi juga harus
atau pengangkutan tol laut merupakan menyangkut pembangunan aspek hukum
bidang kegiatan angkutan di antaranya transportasi sendiri (Nasution, 2006).
adalah angkutan barang yang sangat penting
Hasil triangulasi menunjukkan
dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
bahwa permasalahan seperti keterlambatan
Pentingnya angkutan kargo dalam sistem
(delay), polusi udara, dan pemborosan
transportasi laut bagi masyarakat Indonesia
energi merupakan sebagian dari sekian
disebabkan oleh beberapa faktor antara
banyak permasalahan yang dihadapi suatu
lain, keadaan geograis Indonesia yang
kota berkaitan dengan masalah transportasi.
terdiri atas ribuan pulau kecil dan besar
Permasalahan ini berkaitan erat dengan
(archipelago), perairan yang terdiri
pola tata guna lahan, karena sektor ini
atassebagian besar laut, sungai dan danau
sangat berperan dalam menentukan
yang memungkinkan pengangkutan
kegiatan dan aktivitas pergerakan yang
dilakukan melalui darat, perairan, dan
terjadi. Permasalahan ini bila tidak segera
udara guna menjangkau seluruh wilayah
ditangani dengan suatu sistem dan solusi
Indonesia.
yang tepat, akan dapat memperbesar
Hal tersebut didukung dengan hasil dampak dan permasalahan yang
observasi dan FGD bahwa secara umum ditimbulkan serta pemborosan penggunaan
angkutan barang dalam transportasi laut energi yang sia-sia. Untuk memberikan
memegang peranan penting dalam dua alternatif pemecahan yang tepat, maka
hal yaitu pembangunan ekonomis dan diperlukan suatu sistem pendekatan yang
pembangunan non-ekonomis. Tujuan yang tepat pula yang mencakup seluruh aspek
bersifat ekonomis misalnya peningkatan yang terkait (Haryadi, et al., 2007). Seiring
pendapatan nasional, mengembangkan dengan perubahan iklim (climate change),

174 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut

transportsi berkelanjutan menjadi sesuatu perdana penyelenggaraan pelayanan


hal yang wajib dipatuhi dalam setiap publik untuk angkutan barang dalam
perencanaan sistem transportasi. rangka pelaksanaan tol laut anggaran
2015. Diluncurkannya program tol laut
Sistem transportasi berkelanjutan
ini memberikan perubahan besar bagi
(sustainable transportasion) menjadi
distribusi logistik antarpulau yang selama
sebuah jawaban dari tantangan yang
ini memakan biaya sangat mahal, terutama
dihadapi planner dan menjadi trend dalam
penyaluran atau pun distribusi logistik ke
dewasa ini, perkembangan kota biasanya
Indonesia bagian Timur.
dibarengi dengan masalah lalu-lintas dan
polusi udara. Strategi apa yang harus Hasil FGD menjelaskan bahwa
ditempuh untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah juga mengoperasikan tiga
merupakan perdebatan yang panjang. trayek tol laut dari enam trayek yang sudah
Hal ini diperkuat dengan hasil FGD yang ditetapkan atau pun diatur dalam Keputusan
menegaskan bahwa penyelenggaraan lalu Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor
lintas dan angkutan laut juga perlu dilakukan AL.108/6/2/DJPL-15 tentang Jaringan
berkesinambungan dan terus ditingkatkan Trayek Penyelenggaraan Kewajiban
agar lebih luas jangkauan dan pelayanannya Pelayanan Publik Untuk Angkutan Barang
kepada kepadatan kota bukan merupakan Dalam Rangka Pelaksanaan Tol Laut
kebijakan transportasi, tetapi kebijakan Tahun Anggaran 2015. Bahkan tol laut ini
ini mempunyai dampak langsung dan tak- juga diprediksi bisa memangkas disparitas
langsung, terhadap sistem transportasi harga hingga 30%, dan tentunya ini akan
suatu daerah. Masalahnya menjadi menarik membuat suatu perubahan yang besar
bukan semata-mata karena hubungannya bagi dunia logistik Indonesia yang selama
dengan sistem transportasi saja, tetapi ini cenderung mahal. Besaran kewajiban
lebih karena dampaknya terhadap sistem pelayanan publik untuk angkutan barang
pembangunan berkelanjutan secara umum dalam rangka pelaksanaan tol laut sebesar
(Wibawa, 2006). Rp 257, 907 miliar dengan enam unit kapal.
Namun sehubungan dengan ketersediaan
6. Moda Angkutan Kapal Penumpang
armada PT Pelni, untuk saat ini baru
Tol Laut
dioperasikan tiga trayek dari total enam
Dalam bahasan tentang moda trayek dengan nilai subisidi mencapai Rp
angkutan kapal penumpang, para informan 30 miliar.
menjelaskan bahwa Kementerian
Terobosan lain yang baru-baru ini
Perhubungan (Kemenhub) pada tanggal
dilaksanakan pihak Kemenhub dalam
4 November 2015, resmi meluncurkan
rangka mendukung tol laut adalah merilis
program tol laut yang merupakan program
Kapal Motor Mutiara III yang melayani
utama pemerintah. Realisasi proyek tol laut
rute pelayaran Bandar Lampung-Surabaya.
tersebut dilaksanakan dengan peluncuran
Angkutan ini merupakan feeder yang

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 175
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721

nantinya diharapkan mampu memindahkan logistik di Indonesia terasa cukup mahal.


beban jalan dari darat dipindahkan ke Diluncurkannya tol laut tersebut makin
laut. Diharapkan Lampung ke Surabaya menimbulkan harapan yang sangat
bisa ditempuh selama 40 jam, dan ini besar akan komitmen pemerintah dalam
lebih cepat di banding dengan angkutan mewujudkan Indonesia sebagai poros
menggunakan truk yang mencapai 4 maritim dunia.
hari. Dalam waktu dekat, akan ada
Pertumbuhan ekonomi yang terpusat
tiga kapal feeder semi kontainer yang
di Pulau Jawa mengakibatkan transportasi
melewati pelabuhan sekitarnya dengan
laut Indonesia tidak eisien dan mahal karena
kurun waktu tiga hari sekali. Dengan
tidak adanya muatan balik dari wilayah-
beroperasinya short sea shipping, akan
wilayah yang wilayahnya rendah dalam
meningkatkan eisiensi logistik. Mungkin,
pertumbuhan ekonominya. Hasil observasi
secara biaya menggunakan transportasi
menunjukkan bahwa pada prinsipnya,
darat sama besarnya, namun secara waktu
tol laut ini secara praktis dan eisien akan
menggunakan kapal jauh lebih cepat. Untuk
membuat ketimpangan harga logistik yang
mendukung program ini, dalam waktu
terjadi selama ini bisa diselesaikan dengan
dekat Kemenhub akan melelang lima rute
cepat, karena kapal-kapal berukuran besar
perintis kepada pengusaha (INSA) atau
menghubungkan pelabuhan-pelabuhan
pun Pelni (Aldha, 2015).
disertai feeder dari Sumatera hingga
Rencana Pemerintah dalam hal Papua. Wilayah Indonesia bagian timur
pelayaran termasuk menyempurnakan yang selama ini sudah menanggung beban
sistem penyeberangan antar pulau, tapi biaya logistik yang sangat mahal, akibat
kini masih dilakukan penyempurnaan di terjadinya pemusatan ekonomi di Pulau
lini sabuk utara yang belum terhubung Jawa. Dengan direalisasikannya program
antara Tanjung Pinang ke Sintete, dan nasional tol laut tersebut diharapkan agar
proyek ini akan diselesaikan Kemenhub dapat memberikan kontribusi yang besar,
antara 2017-2019. Terobosan regulasi terus khususnya mengenai ketersediaan barang
dilakukan termasuk kebijakan pengadaan dan jasa guna memenuhi dan mencukupi
kapal oleh pemerintah dan pembentukan kebutuhan masyarajat yang tinggal di
Otorita Pelabuhan Penyeberangan (Aldha, paling Timur Indonesia, termasuk pula
2015). Keterangan tersebut diperkuat dapat menekan atau mencapai kesetaraan
dengan hasil triangulasi bahwa peluncuran harga, agar masyarakat di Indonesia Timur
program nasional tol laut tersebut adalah juga dapat merasakan diperlakukan adil
bagian konkret pemerintah dalam mengatsi oleh pemerintah dan negara.
ketimpangan harga dalam hal logistik
Selain itu, PT Pelni juga sudah
barang dan jasa, terutamanya penyaluran
ditunjuk oleh pemerintah, dalam hal
logisitik dari Indonesia barat ke Indonesia
ini Kementerian Perhubungan sebagai
Timur yang selama ini membuat sistem
operator program tol laut, yang menjadi

176 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut

tugas utama PT Pelni adalah menyediakan Jakarta, Surabaya, Nusa Tenggara, Maluku,
sumber daya manusia (SDM) yang sampai Papua. Konsep ini membutuhkan
profesional dan moda angkutan barang pengembangan kapasitas pelabuhan
yang prima dan eisien. Sebagai pelaksana kecil menjadi lebih besar lagi. Sementara
atau operator tol laut, PT Pelni akan distribusi barang dari pelabuhan utama
menerima PSO dari pemerintah sekitar akan dilakukan menggunakan kapal kecil,
27 miliar untuk operasional tol laut disisa kereta api, dan transportasi darat. Tol
tahun 2015. Penggunaan PSO ini terpisaah laut ini diharapkan dapat mempercepat
dari PSO angkutan penumpang yang rutin pemerataan ekonomi Indonesia. Hal lain,
diterima oleh Pelni. Jadi, penyediaan tol laut itu membantu pengiriman barang
tol laut untuk pemerataan ekonomi di melalui jalan darat yang semakin macet,
seluruh Indonesia telah didistribusikan ke sehingga biaya logistik bisa lebih murah.
sejumlah kementerian. Transportasi lintas
7. Aspek Formulasi Kebijakan Tol Laut
pelabuhan ini membutuhkan keterlibatan
dan Peningkatan Pembangunan
banyak pihak. Kementerian Perhubungan
hanya katalisator, operator tol lautnya ini Terkait bahasan tentang hal ini,
banyak. Untuk membangun Indonesia itu para informan menjelaskan bahwa
harus dilakukan banyak pihak. Dibutuhkan transportasi merupakan urat nadi
sarana transportasi multimoda untuk dapat peningkatan pembangunan nasioanal
menunjang keberhasilan program itu. untuk melancarakan arus manusia, barang
Tujuannya memperlancar arus pengiriman mau pun informasi sebagai penunjang
barang di Indonesia melalui laut, sehingga tercapainya pengalokasian sumber-sumber
transportasi publik untuk manusia itu perekonomian secara optimal. Untuk itu
prioritas. jasa transportasi harus cukup tersedia
secara merata dan terjangkau daya beli
Apabila kapasitasnya ditingkatkan,
masyarakat. Transportasi yang banyak
mestinya bisa jalan bersamaan antara
digunakan oleh masyarakat di Indonesia
barang dan manusia. Namun, tidak
adalah salah satunya adalah transportasi
cukup membangun pelabuhan saja tanpa
laut. Pertambahan penduduk dan luas kota
penyediaan jalan dan angkutan umum
menyebabkan jumlah lalu lintas angkutan
lain. Konektivitas antar moda transportasi
laut juga meningkat. Sistem lalu lintas
diperlukan, seperti kereta api atau bus
mendekati jenuh, sehingga bertambahnya
yang bisa mengakomodasi perjalanan
jumlah lalu lintas berpengaruh besar
barang atau orang dari transportasi laut.
terhadap lingkungan.
Dalam kaitan ini perlu disediakan sistem
distribusi logistik menggunakan kapal Hasil triangulasi menunjukkan
besar yang menghubungkan pelabuhan di bahwa transportasi merupakan tolok ukur
jalur utama Nanggroe Aceh Darussalam, dalam interaksi ke ruangan antarwilayah

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 177
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721

transformasi masyarakat, dan sangat transportasinya menggunakan laut. Selain


penting peranannya dalam menunjang pelabuhan, 96 trayek akan dibuka dalam
proses perkembangan suatu wilayah mendukung keperintisan. Saat ini terdapat
antarpulau. Di bidang transportasi laut, 2.155 pelabuhan umum di Indonesia
pembangunan sarana dan prasarana, yang terdiri dari 114 pelabuhan di bawah
seperti pelabuhan, kapal, dll telah pengoperasian PT Pelindo. Pelabuhan
meningkatkan jasa pelayanan produksi nonPelindo mencapai 2041 unit, dan
dan distribusi yang penting dan banyak terdapat 934 unit terminal khusus untuk
berperan dalam menunjang pertumbuhan kepentingan sendiri (TUKS). Dalam
ekonomi nasional, mendorong terciptanya kerangka pelayanan Kemenhub, nantinya
pemerataan pembangunan antarwilayah 116 pelabuhan di lingkungan Kemenhub
dan stabilitas nasional, serta meningkatkan akan diubah dari Unit Pelayanan Terpadu
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. (UPT) menjadi Badan Layanan Umum
(BLU) yang tertuang dalam Peraturan
Hasil observasi menunjukkan
Pemerintah (PP) No. 11 Tahun 2015. BLU
bahwa keberhasilan pembangunan sangat
ini merupakan terobosan dari Pemerintah
dipengaruhi oleh peran transportasi sebagai
untuk meningkatkan aksesibilitas anggaran
urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial
dalam rangka merintis kepelabuhan
budaya, dan pertahanan keamanan. Sistem
sebelum dikomersialkan baik kepada
jaringan transportasi dapat dilihat dari segi
pihak swasta ataupun Pelindo. Diharapkan
efektivitas, dalam arti selamat, aksesibilitas
akan terdapat perputaran dana yang cepat
tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi,
dan mandiri. Jadi, ke depan pengelolaan
teratur, lancar dan cepat, mudah dicapai,
pelabuhan akan memiliki pengaturan
tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib,
manajemen yang lebih baik dan berdampak
aman, rendah polusi serta dari segi eisiensi
pada kesejahteraan pegawai atau pun
dalam arti beban publik rendah dan utilitas
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)
tinggi dalam satu kesatuan jaringan sistem
(Aldha, 2015).
transportasi. Misalnya, sepanjang tahun
2015 Kemenhub menargetkan membangun 8. Transportasi Laut dan
sebanyak 163 pelabuhan. Pembangunan Perkembangan Keadaan dalam
tersebut merupakan program prioritas Pembangunan
yang dalam setahun (2015) selesai.
Terkait bahasan tentang ini, para
Pembangunan pelabuhan tersebut lebih
informan menjelaskan bahwa kemajuan
difokuskan di wilayah Indonesia Timur,
transportasi akan membawa peningkatan
seperti NTT, Maluku, dan Papua.
dan perkembangan pembangunan,
Uraian di atas diperkuat hasil FGD misalnya mobilitas manusia, mobilitas
bahwa pembangunan pelabuhan tersebut faktor-faktor produksi dan mobilitas hasil
sebagai bentuk konektivitas antarkawasan olahan yang dipasarkan. Makin tinggi
terutama wilayah terpencil yang akses mobilitas yang dilakukan, semakin cepat

178 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut

gerakan distribusi serta lebih singkat Hasil triangulasi menunjukkan bahwa


waktu yang diperlukan dalam mengolah transportasi juga dapat memajukan
bahan dan memindahkannya dari tempat kesejahteraan ekonomi masyarakat,
dimana bahan tersebut yang semula kurang menciptakan dan meningkatkan tingkat
bermanfaat ke lokasi yang manfaatnya aksesibilitas dari potensi-potensi sumber
lebih besar. Peningkatan produktivitas, alam dan luas pasar. Sumber alam
karena transportasi ini merupakan motor yang semula tidak termanfaatkan akan
utama penggerak kemajuan ekonomi yang terjangkau dan dapat diolah. Prasarana
mampu mengembangkan keadaan dalam transportasi berperan sebagai alat bantu
pembangunan. untuk mengarahkan pembangunan dan
sebagai prasarana bagi pergerakan manusia
Hasil observasi menunjukkan
dan atau barang akibat adanya kegiatan
bahwa ekonomi yang berkembang akan
ekonomi di daerah tersebut. Sebagai contoh
ditunjukkan oleh adanya mobilitas yang
suatu kawasan permukiman baru yang
tinggi, dengan ditunjang transportasi
hendak dipasarkan, tidak akan pernah ada
yang memadai dan lancar. Seperti halnya
peminatnya apabila di lokasi tersebut tidak
negara-negara maju, mereka memiliki
disediakan prasarana transportasi.
transportasi yang mendukung dalam setiap
aktivitas yang mereka lakukan. Dengan Hasil FGD menegaskan bahwa
transportasi yang baik, akan memudahkanmakin tinggi mobilitas yang dilakukan,
semakin cepat gerakan distribusi serta
terjadinya interaksi antara penduduk lokal
lebih singkat waktu yang diperlukan dalam
dan dunia luar. Keterisolasian merupakan
masalah pertama yang harus ditangani. mengolah bahan dan memindahkannya
Transportasi berfungsi sebagai jembatandari tempat bahan tersebut yang semula
yang menghubungkan produsen dengan kurang bermanfaat ke lokasi yang manfaat
konsumen. Transportasi dan perkembangannya lebih besar. Peningkatan produktivitas,
wilayah memiliki dimensi persoalan karena transportasi ini merupakan motor
dengan rentang yang luas dan kompleks. utama penggerak kemajuan ekonomi.
Oleh karena itu untuk dapat memahami Ekonomi yang berkembang akan
ditunjukkan oleh adanya mobilitas yang
pola kerja transportasi dan aksesibilitas,
dituntut untuk memiliki pandangan yang tinggi, dengan ditunjang transportasi yang
memadai dan lancar. Seperti halnya negara-
luas tidak hanya pada satu bidang kajian
ilmu saja. negara maju, mereka memiliki transportasi
yang mendukung dalam setiap aktivitas
Transportasi dan perkembangan
yang mereka lakukan. Dengan transportasi
wilayah merupakan hal yang sangat
yang baik, akan memudahkan terjadinya
erat hubungannya, dikarenakan dalam
interaksi antara penduduk lokal dengan
pengembangan wilayah haruslah
dunia luar. Keterisolasian merupakan
memiliki transportasi yang mendukung.

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 179
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721

masalah pertama yang harus ditangani. menuju wilayah lain diperlukan sarana
Transportasi berfungsi sebagai jembatan transportasi. Sarana transportasi yang
yang menghubungkan produsen dengan memungkinkan untuk membantu
konsumen. mobilitas berupa angkutan umum. Dalam
menyelenggarakan kehidupannya, manusia
9. Hasil Pembangunan Transportasi
mempergunakan ruang tempat tinggal
Laut dan Tata Masyarakat yang
yang disebut permukiman yang terbentuk
Dicita-citakan
dari unsur-unsur working, opportunities,
Dalam bahasan tentang hal ini, para circulation, housing, recreation, and other
informan mengemukakan pendapatnya living facilities. Unsur circulation adalah
bahwa transportasi tol laut merupakan jaringan transportasi dan komunikasi yang
tolok ukur interaksi antarwilayah. ada dalam permukiman. Sistem transportasi
Suatu wilayah tertentu bergantung pada dan komunikasi meliputi sistem internal
wilayah lain. Demikian juga wilayah lain dan eksternal.
memiliki ketergantungan pada wilayah
Jenis yang pertama membahas
tertentu, sehingga semakin mendekatkan
sistem jaringan yang ada dalam kesatuan
pada masyarakat yang diinginkan. Di
permukiman itu sendiri. Jenis yang
antara wilayah-wilayah tersebut, terdapat
kedua membahas keadaan kualitas dan
wilayah-wilayah tertentu yang memiliki
kuantitas jaringan yang menghubungkan
kelebihan dibanding yang lain, sehingga
permukiman satu dengan permukiman
wilayah tersebut memiliki beberapa
lainnya di dalam satu kesatuan permukiman.
fasilitas yang mampu melayani kebutuhan
Perpindahan manusia dan barang dari satu
penduduk dalam radius yang lebih luas,
tempat ke tempat lain selalu melalui jalur-
sehingga penduduk pada radius tertentu
jalur tertentu. Tempat asal dan tempat
akan mendatangi wilayah tersebut untuk
tujuan dihubungkan satu sama lain dengan
memperoleh kebutuhan yang diperlukan,
suatu jaringan (network) dalam ruang.
dan seterusnya, hingga menuju masyarakat
Jaringan tersebut dapat berupa jaringan
dinamis dalam berbagai aspek.
jalan, yang merupakan bagian dari sistem
Hasil observasi menunjukkan bahwa transportasi. Transportasi merupakan hal
akibat adanya perbedaan tingkat pemilikan yang penting dalam suatu sistem, karena
sumber daya dan keterbatasan kemampuan tanpa transportasi perhubungan antara satu
wilayah dalam mendukung kebutuhan tempat dengan tempat lain tidak terwujud
penduduk suatu wilayah, menyebabkan secara baik. Bahwa interaksi antarwilayah
terjadinya pertukaran barang, orang dan tercermin pada keadaan fasilitas transportasi
jasa antarwilayah. Pertukaran ini diawali serta aliran orang, barang, maupun jasa.
dengan proses penawaran dan permintaan.
Hasil proses triangulasi menunjukkan
Sebagai alat bantu proses penawaran
bahwa transportasi merupakan tolok ukur
dan permintaan yang perlu dihantarkan
dalam interaksi ke ruangan antarwilayah

180 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut

dan sangat penting peranannya dalam penggudangan juga memungkinakan


menunjang proses perkembangan suatu barang disimpan sampai dengan waktu
wilayah. Wilayah dengan kondisi geograis dibutuhkan dan ini berarti memberi manfaat
yang beragam memerlukan keterpaduan waktu. Dengan adanya pembangunan suatu
antar jenis transportasi dalam melayani jalur transportasi, maka akan mendorong
kebutuhan masyarakat. Pada dasarnya, tumbuhnya fasilitas-fasilitas lain yang
sistem transportasi dikembangkan untuk tentunya bernilai ekonomis.
menghubungkan dua lokasi guna lahan
Peranan transportasi dalam
yang mungkin berbeda. Transportasi
pembangunan wilayah, transportasi
digunakan untuk memindahkan orang
umumnya berfokus pada jaringan
atau barang dari satu tempat ke tempat
transportasi, lokasi, struktur, arus, dan
lain sehingga mempunyai nilai ekonomi
signiikansi serta pengaruh jaringan
yang lebih meningkat. Dengan transportasi
terhadap ruang ekonomi yang berkaitan
yang baik, akan memudahkan terjadinya
dengan pengembangan wilayah dengan
interaksi antara penduduk lokal dengan
prinsip ketergantungan antara jaringan
dunia luar. Keterisolasian merupakan
dan ruang ekonomi sebagaimana
masalah pertama yang harus ditangani.
perubahan aksesibilitas. Dalam hal ini
Transportasi berfungsi sebagai jembatan
semakin baik suatu jaringan transportasi
yang menghubungkan produsen dengan
maka aksesibilitasnya juga semakin baik
konsumen dan meniadakan jarak di
sehingga kegiatan ekonomi juga semakin
antara keduanya. Jarak tersebut dapat
berkembang pada masyarakat yang maju,
dinyatakan sebagai jarak waktu mau pun
sebagaimana yang dicita-citakan bersama.
jarak geograis. Jarak waktu timbul karena
barang yang dihasilkan hari ini mungkin
SIMPULAN
belum dipergunakan sampai besok.
Dalam rangka menindaklanjuti
Dari hasil FGD menunjukkan bahwa
program Pemerintah mengenai pelaksanaan
jarak atau kesenjangan ini dijembatani
tol laut, Kementerian Perhubungan dalam
melalui proses penggudangan dengan teknik
hal ini Direktorat Jenderal Perhubungan
tertentu untuk mencegah kerusakan barang
Laut telah mengeluarkan Trayek Liner Non
yang bersangkutan. Transportasi erat sekali
Komersial. Trayek tersebut ditugaskan
dengan penggudangan atau penyimpanan
kepada PT Pelni (Persero) untuk melayari
karena keduanya meningkatkan manfaat
dengan diberikan penugasan kewajiban
barang. Angkutan menyebabkan barang
pelayanan publik untuk angkutan barang
dapat dipindahkan dari satu tempat ke
dalam rangka pelaksanaan tol laut,
tempat lain sehingga bisa dipergunakan
guna menjamin ketersediaan barang
di tempat barang itu tidak didapatkan.
dan mengurangi disparitas harga bagi
Dengan demikian menciptakan manfaat
masyarakat serta menjamin kelangsungan
tempat, di samping itu penyimpanan atau

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 181
Muh Kadarisman, Yuliantini, Suharto Abdul Majid ISSN 2355-4721

pelayanan penyelenggaraan angkutan tersebut. Kerugian yang akan dirasakan


barang ke daerah tertinggal, terpencil, yaitu terhadap ekosistem laut. Hal ini
terluar, dan perbatasan. dikarenakan jika pelabuhan-pelabuhan
di Indonesia diperbesar bisa dipastikan
Kebijakan pembangunan
akan merusak ekosistem di sekitar pesisir
transportasi laut, diarahkan antara lain
tersebut. Tidak terkecuali hutan-hutan
untuk meningkatkan peran armada
bakau ataupun mangrove di sekitar
pelayaran nasional baik untuk angkutan
pesisir yang berfungsi sebagai pemecah
dalam negeri mau pun ekspor-impor
ombak, kemungkinan besar akan terancam
dengan memberlakukan azas cabotage;
ekosistemnya. Tentunya hal ini bisa saja
menghapuskan pungutan-pungutan tidak
mengakibatkan banjir maupun abrasi
resmi di pelabuhan melalui peningkatan
oleh air laut sewaktu-waktu. Kapal-kapal
koordinasi bagi semua instansi yang terkait
tersebut juga membutuhkan kedalaman
proses bongkar muat barang dan memenuhi
laut yang lebih, yang bisa merusak terumbu
standar pelayaran internasional yang
karang yang ada di jalur tol laut tersebut
dikeluarkan oleh International Maritime
karena dangkalnya pelabuhan di Indonesia,
Organisation, International Association of
sehingga akan berdampak pada komoditas
Lighthouse Authorities serta pelaksanaan
ikan di Indonesia karena telah rusaknya
International Ship and Port Security.
habitat mereka dan akan berpengaruh pada
Selanjutnya, merestrukturisasi pendapatan para nelayan kecil di Indonesia.
peraturan perundang-undangan tentang Oleh karena itu, disarankan agar kebijakan
pelayaran dan peraturan pelaksanaannya, pembangunan tol laut tersebut tetap
serta kelembagaan di subsektor transportasi memperhatikan hal-hal tersebut, sehingga
laut guna menciptakan kondisi yang dampak negatif kebijakan tersebut dapat
mampu menarik minat swasta dalam diminimalisasi.
pembangunan prasarana transportasi laut.
Dengan adanya tol laut sangat
Transportasi laut merupakan urat nadi
membantu transpor barang di Indonesia,
peningkatan pembangunan nasioanal untuk
tetapi jika direncanakan lebih matang
melancarakan arus manusia, barang maupun
lagi apakah nantinya pembangunan di
informasi melalui laut sebagai penunjang
Indonesia bisa berkelanjutan (sustainable
tercapainya pengalokasian sumber-sumber
development). Karena pembangunan yang
perekonomian secara optimal. Untuk itu
berkelanjutan harus mempertimbangkan
jasa transportasi laut harus cukup tersedia
3 pilar aspek yaitu aspek lingkungan,
secara merata dan terjangkau daya beli
aspek ekonomi, dan aspek sosial. Aspek
masyarakat
lingkungan yang berupa kelestarian
SARAN terhadap lingkungan dengan adanya
pembangunan. Aspek ekonomi yang
B a n yak anggapan terhada p berpengaruhnya terhadap pendapatan
kerugian yang ditimbulkan dari tol laut

182 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016
ISSN 2355-4721 Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut

dari pulau-pulau yang menjadi tujuan tol Hobbs, FD. 2008. Perencanaan dan teknik
laut, dan aspek sosial yang merupakan lalu lintas. Yogyakarta: Gajah Mada
aspek pendukung untuk meningkatkan University Press.
kepercayaan masyarakat terhadap tol laut
Ilham, Chairul Insani, & Wawan Darwan.
tersebut. Dengan demikian, disarankan
2015. Keseimbangan antara
agar ketiga hal yang saling berpengaruh
Pendapatan dan Biaya Operasional
satu sama lain tersebut harus seimbang.
Kapal Penyeberangan Lintas Jangkar-
Kalianget. Jurnal Manajemen
DAFTAR PUSTAKA
Transportasi & Logistik 2 (1); 26-35.
Aldha, Nurul, 2015. Merevitalisasi Sektor
Kadarisman, Muh., Aang Gunawan, &
Pelayaran. Majalah Transportasi
Ismiyati, 2015. Policy Implementation
Indonesia. Edisi 13, 5 Juli-5 Agustus
Of Land Transportation System and
2015: 14-15.
Its Impact Towards Social Welfare
Aminah, Siti. 2006. Transportasi Public In Jakarta. Jurnal Manajemen
dan Aksesibilitas Masyarakat Transportasi & Logistik 2 (1): 62-68.
Perkotaan. Universitas Airlangga.
Meyer & Miller. 2007. Urban
Surabaya.
Transportation Planning. Singapura:
Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis McGraw-Hill International.
Kebijakan Publik (terj. Samodra
Nasution, MN. 2006. Manajemen
Wibawa, Diah Asitasani, Agus HH,
Transportasi. Jakarta: Ghalia
Erwan Agus P). Yogyakarta: Gadjah
Indonesia.
Mada University Press, Cet, Ke
empat. Nugroho, Adi Lanugranto. 2008. Konsumen
dan Jasa Transportasi. Surakarta:
Haryadi, Bambang dan Bambang
Universitas Muhammadiyah
Riyanto, 2007. Kepadatan Kota
Surakarta.
dalam Perspektif Pembangunan
Transportasi Berkelanjutan. Jurnal Supriyanto. 2015. 4 Transportasi Umum
Teknik Sipil dan Perencanaan 9 (2): Idaman. [terhubung berkala]
89-97. http://www.aipse.org/de/artikel/4-
transportasi-umum-idaman.html. [16
Herdiyeni, Yeni., Mahmud Zuhud, Ervizal
April 2015].
Amir, & Rudi Heryanto. 2014.
Development of Mangrove Database
for Biodiversity Informatics of IPB
Biopharmaca. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia 19 (3): 197-203.

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 183

Вам также может понравиться