Вы находитесь на странице: 1из 1

World Health Organization(WHO) mendefinisikan diabetes melitus sebagai

suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah
faktor di mana terdapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi
insulin yang berhubungan dengan aterosklerosis yang dipercepat dan merupakan
predisposisi untuk terjadinya kelainan mikrovaskular spesifik seperti terjadinya
retinopati, nefropati dan neuropati. Hal ini berkaitan dengan makin bertambahnya
harapan hidup, gaya hidup, aktivitas fisik yang kurang dan pola makan yang tidak
proporsional (Sugiono,2007).
Hiperglkemia dan resistensi insulin yang dialami penderita diabetes mellitus
(DM) secara berkepanjangan akan menyebabkan peningkatan aktivitas jalur poliol
(polyol pathway) dalam hal ini sorbitol, peningkatan sintesis Advance Glycosilation
End Produts (AGEs), aktivasi Protein Kinase C (PKC) dan pelepasan sitokin oleh
jaringan adiposa. Aktivitas berbagai jalur seluler ini akan menimbulkan gangguan
fisiologi dan kerusakan pada endotel pembuluh darah (Beckmen, 2008). Disfungsi
endotel didefinisikan sebagai ketidak seimbangan antara faktor-faktor relaksasi dan
kontraksi, antara mediator prokoagulan dan antikoagulan atau antara zat-zat yang
menghambat dan mendorong pertumbuhan (Pribadi dkk., 2008).
Perubahan fungsi endotel pada penderita DM telah banyak dibuktikan baik
secara invitro maupun invivo. Penelitian oleh Jansson et al (2009), pada penderita
Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi disfungsi endotel yang ditandai dengan adanya
peningkatan produksi berbagai senyawa yang bersifat protrombotik dan vasokontriksi
antara lain Tissue Factor (TF), Von Willebrand Factor (vWF), Platelet Activation Factor
(PAF), endotelin, Tromboxan A2, Plasminogen Activator Inhibitor-1 (PAI-1).Sejalan
dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti(2012), pada penderita PJK
dengan dan tanpa diabetes mellitus menunjukkan terjadi penurunan produksi
senyawa yang bersifat antitrombotik dan vasodilatasi seperti Nitric Oxide (NO),
trombomodulin, dan Tissue Plasminogen Activator (tPA).Diduga peran NO pada
proses terjadinya PJK akibat aterosklerosis melalui mekanisme disfungsi endotel,
dimana NO merupakan mediator yang penting yang dapat bertindak sebagai radikal
bebas dan dapat berubah menjadi peroxinitrit yang dibentuk oleh sel neuronal yang
memodulasi neurotransmisi pada sel endotel dan merangsang relaksasi / dilatasi
pembuluh darah. Penurunan kadar NO terjadi karena sintesa NO yang menurun atau
akibat degradasi yang meningkat sehingga berlebihannya produksi anion superoksid
yang berakibat terjadi penurunan penghambatan proses aterogenik dan trombogenik
dan penurunan kemampuan dilatasi arteri koroner (Zieman SJ, 2008). Meskipun
penelitian oleh Kumar V et al, 2009 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar
NO pada penderita PJK namun di sisi lain beberapa ahli berpendapat bahwa kadar
NO lebih berperan sebagai petanda adanya disfungsi endotel dan bukan merupakan
faktor risiko koroner yang independen (Paulus W et al, 2011).
Penderita DM diharapkan melakukan pemeriksaan dan pengobatan secara rutin untuk
memantau status metaboliknya. Sebagai pedoman untuk memonitor terapi DM
terkontrol apabila kadar HbA1c <7%. Menurut TheDiabetes Control and Complications
Trial (DCCT), dengan adanya control glikemik yang baik dapat memperlambat
perkembangan komplikasi dini

Вам также может понравиться