Вы находитесь на странице: 1из 24

Pengaruh Debt to Equity Ratio dan Current Ratio Terhadap Dividend

Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa


Efek Indonesia

Ayu Isra Noviyanuarti

Prof. Dr. H. Hasbudin, SE. M.Si. Ak. QIA. CA


Nitri Mirosea, SE. M.Si. MAAC. CFE

ABSTRACT
This study aims to determine the influence of Debt Equity Ratio and
Current Ratio toward Dividend Payout Ratio in Manufacturing Companies
listed on Indonesia Stock Exchange either partially or simultaneously.
The analysis tool using multiple linear regression of twenty seven
manufacturing companies with purposive sampling in Indonesian Stock
Exchange through secondary data obtained at the Indonesian Stock
Exchange’s website or www.idx.co.id with the observation period from
2008 until 2011. Regression analysis was used after the model free of the
symptoms of classical assumption of multicollinearity, autocorrelation,
heteroskedasity, and normality.
Based on the analysis results can be concluded that the partially,
the variable of Current Ratio has a positive and significant influence on
Dividend Payout Ratio, and the variable of Debt Equity Ratio is not
significant to Dividend Payout Ratio. Where Debt Equity Ratio by value
tcount = 1,956 > ttable = 1,659 and the Current Ratio to the value tcount =
1,996 > ttable = 1,659. Simultaneously, Debt Equity Ratio and Current Ratio
have a significant influence on Dividend Payout Ratio to the value F count =
4,514> Ftable =3,08 and Rsquare = 28,9%.

Keywords : Debt to Equity Ratio, Current Ratio, Dividend Payout Ratio.

I. PENDAHULUAN
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang dalam bentuk ekuitas dan hutang
yang jatuh tempo lebih dari satu tahun. Dalam pasar modal, dana yang
dimiliki setiap orang dapat ditanamkan dalam berbagai investasi, seperti
investasi pada proyek, investasi perdagangan pada valuta asing, obligasi
maupun investasi saham. Investasi pada saham merupakan salah satu
alternatif investasi yang cukup menarik karena seorang investor
mempunyai tujuan utama untuk memperoleh pendapatan atau tingkat
kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen (dividen
yield) atau keuntungan modal (capital gain) (Marlina dan Danica, 2009).
Dividen yield merupakan pendapatan laba bersih perusahaan
kepada pemegang saham sedangkan capital gain merupakan selisih
terhadap harga belinya. Dalam hubungannya dengan pendapatan dividen,
para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif
stabil, karena dengan stabilitas dividen dapat meningkatkan kepercayaan

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


1
investor dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan. Sementara
manajemen perusahaan mengharapkan adanya pertumbuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan sekaligus memberikan
kesejahteraan kepada para pemegang saham. Sehingga perusahaan
perlu membuat keputusan mengenai dividen.
Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada
pemegang saham sebagai “cash dividend” disebut dividend payout ratio.
Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah
laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai
sumber pendanaan. Apabila laba perusahaan yang ditahan dalam jumlah
besar, berarti laba yang dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil.
Sebaliknya jika perusahaan lebih memilih untuk membagikan laba sebagai
dividen maka hal tersebut akan mengurangi porsi laba yang ditahan dan
mengurangi sumber dana intern namun tentu saja akan meningkatkan
kesejahteraan para pemegang saham.
Indikator faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen untuk
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia dalam penelitian ini
adalah debt to equity ratio (DER) dan current ratio (CR).
Suatu perusahaan akan memperoleh hutang baru untuk membiayai
perluasan usahanya. Sebelumnya sudah harus direncanakan terlebih
dahulu kebutuhan dana untuk membayar kembali hutang tersebut. Hutang
dapat dilunasi pada saat jatuh tempo dengan mengganti hutang tersebut
dengan hutang baru. Alternatif lain adalah perusahaan harus
menyediakan dana sendiri yang berasal dari keuntungan untuk melunasi
hutang tersebut.
DER merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban yang ditujukan beberapa bagian modal sendiri yang digunakan
untuk membayar hutang. Perusahaan yang mempunyai leverage tinggi
memiliki kewajiban yang semakin besar, sehingga berdampak pada
pembagian dividen lebih kecil dikarenakan laba yang diperoleh digunakan
untuk menutupi kewajiban dimasa lalu.
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam
banyak kebijakan dividen. Kashmir (2010:111) mengungkapkan bahwa
current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo
pada saat ditagih secara keseluruhan. Perusahaan yang mampu
memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih berarti perusahaan
tersebut dalam keadaan likuid, sebaliknya jika perusahaan tidak mampu
memenuhi kewajiban finansialnya pada saat ditagih maka perusahaan
tersebut dalaam keadaan tidak likuid.
Perusahaan yang memiliki likuiditas baik yang akan membagikan
labanya kepada pemegang saham dalam bentuk tunai. Adapun rasio
likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio. Current
ratio merupakan rasio perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang
lancar. Semakin tinggi current ratio maka semakin besar kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajibannya. Tingginya current ratio
berarti semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam membayar
dividen.

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


2
Berdasarkan uraian di atas, rumusan permasalahan dalam
penelitian ini adalah apakah debt to equity ratio dan current ratio
berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap
dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
debt to equity ratio dan current ratio berpengaruh signifikan baik secara
parsial maupun simultan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dilihat dari dua sisi
yang pertama dari segi manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi peneliti dan peneliti selanjutnya sebagai sarana untuk
melatih berfikir secara ilmiah dengan berdasar pada disiplin ilmu dan juga
dapat menambah khasanah bahan pustaka dengan tambahan referensi.
Yang kedua dari segi manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan atau bahan pertimbangan bagi perusahaan,
investor dan calon investor.

II. KAJIAN TEORI


1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Jensen dan Meckling (1976) dalam Kumalasari (2007),
mengungkapkan bahwa teori keagenan menjelaskan hubungan antara
agen (manajemen perusahaan) dan principal (pemegang saham).
Perusahaan memiliki beberapa kontrak, contohnya kontrak kerja antara
perusahaan dengan manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan
dengan kreditor. Kedua kontrak ini seringkali dibuat berdasarkan angka
laba bersih (income), oleh karena itu kontrak tersebut berpengaruh
terhadap akuntansi.
Hubungan antara agen dan prinsipal biasanya dalam situasi
asimetri informasi. Hal ini dapat terjadi karena disebabkan oleh adanya
pihak yang mempunyai informasi lebih (agen) dibandingkan dengan pihak
lain (prinsipal). Agen lebih banyak memperoleh informasi karena
berhubungan langsung dengan operasional perusahaan. Dengan asumsi
individu mempunyai kepentingan untuk dirinya sendiri, maka dengan
adanya asimetri informasi akan mendorong agen menyembunyikan
informasi yang tidak dimiliki oleh principal.
Dividen dapat digunakan untuk memperkecil masalah keagenan
antara manajer dan pemegang saha. Semakin banyak dividen yang ingin
dibayarkan oleh suatu perusahaan, semakin besar kemungkinan
berkurangnya laba ditahan. Hal ini menyebabkan perusahaan dihadapkan
pada dilema, apakah akan membagikan dividen kepada pemegang
saham, atau menahan laba untuk kegiatan investasi kembali dalam
rangka pengembangan usaha (Wicaksana, 2012).
Di sisi lain pembagian dividen yang tinggi kurang disukai oleh
manajemen karena akan mengurangi utilitas manajemen yang disebabkan
oleh semakin kecil dana yang berada dalam pengendaliannya (Putra dan
Ratnadi, 2008). Pembayaran dividen juga berperan dalam mekanisme
monitoring karena membuat manajer harus menyediakan dana yang

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


3
mungkin diperoleh dari luar perusahaan yang tentunya akan dapat
mengurangi biaya keagenan (Ambarwati, 2010).

2. Teori Kebijakan Dividen


Ada berbagai pendapat atau teori tentang kebijakan dividen.
Menurut Atmaja (2008:285-288) terdapat lima teori kebijakan diantaranya
adalah :
1. Irrelevance Theory
2. Bird in The Hand Theory
3. Tax Differential Theory
4. Signaling Hypothesis Theory
5. Clientele Effect Theory
Adapun penjelasan dari kelima teori kebijakan tersebut diuraikan
sebagai berikut :
a. Irrelevance Theory
Menurut Modigliani dan Miller (1961) dalam Sartono (2010)
dividend payout ratio tidak mempunyai pengaruh pada harga saham
perusahaan atau biaya modalnya. Modigliani dan Miller menyatakan
bahwa dividend payout ratio adalah tidak relevan, selanjutnya nilai
perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan.
Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan
dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai
perusahaan. Untuk membuktikan teorinya, Modigliani dan Miller (1961)
mengemukakan berbagai asumsi sebagai berikut :
1. Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan
2. Tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi.
3. Kebijakan penganggaran modal perusahaan independen terhadap
dividend payout ratio.
4. Investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang
kesempatan investasi di masa yang akan datang
5. Distribusi pendapatan diantara dividend dan laba ditahan tidak
berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh
investor

b. Bird In The Hand Theory


Teori ini dikemukakan oleh Gordon dan Lintner (1956) dalam
Ambarwati (2010) yang menganggap dividen yang diterima merupakan
sesuatu yang sudah pasti di tangan sehingga memiliki risiko yang leboh
rendah dibandingkan dengan capital gain. Gordon dan Lintner (1956) juga
berpendapat bahwa investor lebih menyukai dividen karena lebih pasti
pendapatannya daripada mengharapkan return yang belum pasti jika
menginvestasikan kembali dividen pada investasi tertentu.

c. Tax Differential Theory


Capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada
pajak atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi
menjadi lebih menarik. Sebaliknya jika capital gain dikenai pajak yang
sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


4
menjadi berkurang, namun demikian pajak atas dividen karena pajak
atas capital gain baru dibayar setelah saham dijual, sementara pajak
atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen.
Periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor jika
investor hanya membeli saham untuk jangka waktu satu tahun, maka
tidak ada bedanya antara pajak atas capital gain dan pajak atas dividen.
Investor akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi
terhadap saham yang memiliki dividen yield yang tinggi daripada saham
dengan dividen yield yang rendah. Oleh karena itu, teori ini
menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan dividen payout
ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen (Litzenberger
dan Ramaswamy, 1979) dalam Puspita (2009).

d. Dividend Signalling Theory


Teori yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam kebijakan
dividen adalah teori signaling dikembangkan untuk memperhitungkan
kenyataan bahwa orang dalam (insider) perusahaan pada umumnya
memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat berkaitan dengan
kondisi terbaru dari perusahaan, serta prospek perusahaan di masa yang
akan datang dibandingkan dengan investor luar. Dividend Signalling
Theory pertama kali dicetuskan oleh Bhattacharya pada tahun 1979 dalam
Pramastuti (2007:8). Teori ini mendasari dugaan bahwa perubahan cash
dividend mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan
munculnya reaksi harga saham.
Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang cash dividend yang
dibayarkan dianggap investor sebagai sinyal prospek perusahaan di masa
mendatang. Adanya anggapan ini disebabkan terjadinya asymmetric
information antara manajer dan investor, sehingga para investor
menggunakan kebijakan dividen sebagai sinyal tentang prospek
perusahaan. Apabila terjadi peningkatan dividen akan dianggap sebagai
sinyal positif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang baik,
sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang positif. Sebaliknya, jika
terjadi penurunan dividen akan dianggap sebagai sinyal negatif yang
berarti perusahaan mempunyai prospek yang tidak begitu baik, sehingga
menimbulkan harga saham yang negatif (Pramastuti, 2007:8).

e. Clientele Effect
Clientele Effect ialah kecenderungan perusahaan untuk menarik
jenis investor yang menyukai kebijakan dividennya. Menurut argumen ini,
kebijakan dividen seharusnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
segmen investor tertentu. Sebagai contoh, kelompok investor dengan
tingkat pajak yang tinggi akan menghindari dividen karena dividen
memiliki tingkat pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain.
Sebaliknya, kelompok investor dengan pajak yang rendah akan menyukai
dividen.

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


5
3. Dividen
Menurut Sundjaja dan Barlin (2010:379), laba ditahan merupakan
pendapatan yang tidak dibagikan sebagai dividen karena merupakan
bentuk pembiayaan intern. Artinya, hanya perusahaan yang membukukan
laba yang dapat membagikan dividen karena dividen diambil dari
keuntungan perusahaan. Dividen dapat berupa uang tunai maupun
saham. Perusahaan secara sadar hanya akan membagikan beberapa
persen dari laba bersih yang diperoleh sebagai dividen. Apabila tidak
dibagi maka laba tersebut akan masuk ke dalam saldo laba dan/atau
dana cadangan.
Riyanto (2008:265) mendefinisikan dividen merupakan aliran kas
yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau “equity investors”.
Keputusan dividen dapat mempengaruhi secara signifikan kebutuhan
pembiayaan eksternal perusahaan. Dengan kata lain, jika perusahaan
membutuhkan pembiayaan, maka semakin besar dividen tunai yang
dibayarkan, semakin besar jumlah pembiayaan yang harus diperoleh dari
eksternal melalui pinjaman atau melalui penjualan saham biasa atau
saham preferen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dividen adalah
pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya
saham yang dimiliki.
Menurut Sundjaja dan Barlin (2010:379), terdapat 4 jenis dividen,
yaitu:
1) Dividen tunai (kas)
Dividen tunai ini dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk uang tunai.
Adapun pengertian dividen tunai adalah sumber dari arus kas untuk
pemegang saham yang memberikan informasi tentang kinerja
perusahaan saat ini dan akan datang.
2) Dividen saham (stock dividend)
Dividen saham adalah pembayaran dividen dalam bentuk saham.
Stock dividend bukan merupakan dividen yang sebenarnya karena
tidak dibayarkan dalam bentuk tunai
3) Property dividend
Dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain selain kas atau
saham, misalnya aktiva tetap dan surat-surat berharga.
4) Liquiditing dividend
Dividen yang diberikan kepada pemegang saham sebagai akibat
dilikuidasinya perusahaan. Dividen yang dibagikan adalah selisih nilai
realisasi aset perusahaan dikurangi dengan semua kewajibannya.
Sedangkan dalam pembayaran dividen terdapat beberapa tahapan
atau prosedur menurut Sundjaja dan Barlin (2010:382), yaitu:
1. Tanggal pengumuman (date of declaration)
Tanggal pengumuman merupakan tanggal keputusan untuk
membagikan dividen pada RUPS, atau tanggal pada saat direksi
perusahaan mengumumkan rencana pembayaran dividen.
2. Cum-dividend date
Cum-dividend date merupakan tanggal hari terakhir perdagangan
saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen.
3. Tanggal pencatatan pemegang saham (date of record)

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


6
Date of record adalah tanggal dimana pemiik saham ditentukan,
sehingga dapat diketahui kepada siapa dividen dibagikan. Pemegang
saham yang mencatatkan dirinya pada tanggal ini adalah pemegang
saham yang memperoleh dividen pada tanggal pembayaran.
4. Tanggal pemisahan dividen (ex-dividend date)
Sebelum tanggal pencatatan, perusahaan sudah harus diberitahukan
apabila terjadi transaksi jual beli atas saham tersebut. Oleh sebab itu,
pada bursa internasional disepakati adanya exdividend date yaitu 3
(tiga) hari sebelum tanggal pencatatan (date of record). Setelah
pencatatan, saham tersebut tidak lagi memliki hak atas dividen pada
tanggal pembayaran.
5. Tanggal pembayaran (date of payment)
Pada tanggal ini, dividen dibayarkan kepada para pemegang saham.
Setelah memegang dividen, kas didebet dan piutang dieliminasi.
Pembayaran dividen akan dikenakan pemotongan pajak penghasilan.

4. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan rencana tindakan yang harus diikuti
dalam membuat keputusan dividen. Kebijakan dividen harus
diformulasikan untuk dua dasar tujuan dengan memperhatikan
maksimalisasi kekayaan dari pemilik perusahaan dan pembiayaan yang
cukup. Kedua tujuan tersebut saling berhubungan dan harus memenuhi
berbagai faktor hukum, perjanjian, internal, pertumbuhan, hubungan
dengan pemilik, hubungan dengan pasar yang membatasi alternatif
kebijakan (Sundjaja dan Barlin, 2010:388).
Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian
pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan
kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan
dalam perusahaan, yang berarti laba tersebut harus ditahan didalam
perusahaan (Riyanto, 2008:265).
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat dilihat bahwa
kebijakan dividen dipengaruhi dengan dua kepentingan yang saling
bertolak belakang yaitu kepentingan pemegang saham dengan dividennya
serta kepentingan perusahaan untuk melakukan reinvestasi dengan
menahan laba dalam perusahaan. Dari sisi pemegang saham, dividen
merupakan salah satu motivator untuk menanamkan dana di pasar modal.
Pemegang saham lebih memilih dividen yang berupa kas dibandingkan
dengan capital gain.
Sedangkan dari sisi perusahaan, kebijakan dividen sangat penting
karena jika perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen
maka akan mengurangi laba yang ditahan dalam perusahaan dan
selanjutnya akan mengurangi total sumber dana intern atau internal
financing. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang
diperoleh maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin
besar.

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


7
5. Kebijakan Pembagian Dividen
Macam-macam kebijakan dividen menurut Sundjaja dan Barlin
(2010:388), yaitu:
1) Kebijakan Dividen Rasio Pembayaran Konstan
Kebijakan ini didasarkan dengan persentase tertentu dari
pendapatan. Dimana rasio pembayaran dividen adalah persentase
dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan kepada pemilik dalam
bentuk tunai, dihitung dengan membagi dividen kas per saham dengan
laba per saham. Masalah dengan kebijakan ini adalah jika pendapatan
perusahaan turun atau rugi pada suatu periode tertentu, maka dividen
menjadi rendah atau tidak ada. Karena dividen merupakan indikator
dari kondisi perusahaan yang akan datang maka mungkin dapat
berdampak buruk terhadap harga saham.
2) Kebijakan Dividen Teratur
Kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen
dengan rupiah yang tetap dalam setiap periode. Kebijakan yang
teratur seringkali digunakan dalam memakai target rasio pembayaran
dividen. Dimana target rasio pembayaran dividen adalah kebijakan
dimana perusahaan mencoba membayar dividen dalam persentase
tertentu seperti dividen yang dinyatakan dalam rupiah serta
disesuaikan terhadap target pembayaran yang membuktikan terjadinya
peningkatan hasil.
3) Kebijakan Dividen Rendah Teratur dan Ditambah Ekstra
Kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen rendah
yang teratur, ditambah dengan dividen ekstra jika ada jaminan
pendapatan. Jika pendapatannya lebih tinggi dari biasanya pada
periode tertentu, perusahaan boleh membayar tambahan dividen yang
disebut dividen ekstra.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen


Menurut Rodoni dan Ali (2010:123) faktor-faktor yang
mempengaruhi pembayaran dividen suatu perusahaan adalah sebagai
berikut:
1) Posisi likuiditas, yaitu apabila laba yang ditahan diinvestasikan dalam
bentuk aktiva tetap, seperti mesin, peralatan, bahan habis pakai,
persediaan dan barang-barang lainnya, maka hal tersebut dapat
menunjukkan posisi likuiditas perusahaan yang rendah dan terdapat
kemungkinan perusahaan tidak mampu lagi membayarkan dividennya.
2) Profitabilitas, adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aset maupun modal sendiri.
Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat
berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi
pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan
diterima dalam bentuk dividen. Faktor profitabilitas juga berpengaruh
terhadap kebijakan dividen karena dividen adalah laba bersih yang
diperoleh perusahaan, oleh karena itu dividen akan dibagikan apabila
perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak
dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


8
perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan
pajak.
3) Leverage, faktor ini mencerminkan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal
sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio
ini menunjukkan semakin besar kewajibannya. Semakin rendah rasio
ini akan menunjukkan semakin tingginya kemampuan perusahaan
memenuhi kewajibannya.

7. Dividend Payout Ratio


Salah satu indikator yang menunjukkan besarnya nilai dividen yang
dibagikan oleh perusahaan kepada investor adalah dividend payout ratio
(DPR). Dividend payout ratio adalah perbandingan antara dividen yang
dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan
dalam bentuk persentase.
Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan pihak
investasi, tetapi pada pihak perusahaan akan memperlemah internal
financial, karena memperkecil laba ditahan. Namun sebaliknya dividend
payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham
(investor) tetapi internal financial perusahaan semakin kuat (Parica dkk,
2013). Dividend payout ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
dividen per lembar saham
Dividen Payout Ratio (DPR) =
laba per lembar saham
Sumber : Atmaja (2008)
Dividend payout ratio merupakan perbandingan antara DPS
dengan EPS, jadi perspektif yang dilihat adalah pertumbuhan dividend per
share (DPS). Jika semakin besar dividen yang dibagikan maka akan
semakin besar dividend payout rationya. Dividen yang terlalu besar bukan
tidak diinginkan oleh investor tetapi menjaga agar tidak terjadi kesulitan
likuiditas keuangan pada perusahaan di waktu mendatang.

8. Debt to Equity Ratio


Debt to equity ratio (DER) masuk di dalam rasio leverage atau
solvabilitas. Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut
dilikuidasi. Debt to equity ratio (DER) adalah rasio yang menunjukkan
persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi
pinjaman (Darsono dan Ashari, 2010:54-55).
Sedangkan pengertian debt to equity ratio menurut Kashmir
(2010:123) yaitu debt to equity ratio (DER) menunjukkan perbandingan
antara hutang dengan modal sendiri. Berdasarkan pengertian yang
dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa rasio DER merupakan
rasio yang digunakan untuk mengindikasi besarnya dana dalam mengukur
tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholder’s
equity atau modal sendiri yang dimiliki perusahaan.
Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi
kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajibannya. Semakin

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


9
besar penggunaan hutang maka dapat berdampak pada financial distress
dan kebangkrutan. Berdasarkan dampak ini bila perusahaan memiliki
hutang yang tinggi, hal tersebut akan mengurangi pembayaran dividen
untuk menghindari transfer kekayaan dari kreditur kepada pemegang
saham.
Penggunaan hutang yang tinggi akan menyebabkan penurunan
dividen karena sebagian besar keuntungan dialokasikan sebagai
cadangan pelunasan utang. Sebaliknya pada tingkat penggunaan hutang
yang rendah, perusahaan mengalokasikan dividen tinggi sehingga
sebagian besar keuntungan yang digunakan untuk kesejahteraan
pemegang saham. Peningkatan dividen memberi kesempatan untuk emisi
saham baru sebagai subsitusi atau pengganti atas penggunaan hutang.
Rumus untuk menghitung debt to equity ratio (DER) yaitu :
Total Kewajiban
Debt to Equity Ratio (DER) =
Total Ekuitas
Sumber : Kashmir (2010 : 124)
Total liability atau total hutang (kewajiban) yang dimaksud dalam
rumus perhitungan diatas adalah seluruh total hutang perusahaan baik
hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang dalam satu periode
akuntansi. Semakin tinggi debt to equity ratio (DER) ini semakin
menunjukkan kinerja yang buruk bagi perusahaan. Maka perusahaan
harus berusaha agar DER bernilai rendah atau berada di bawah standar
industri yaitu 90% (Kasmir, 2008:164).
Debt to equity ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa
bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh
karena itu, semakin rendah rasio DER akan semakin tinggi kemampuan
perusahaan untuk membayar semua kewajibannya. Jika beban hutang
tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan
semakin rendah, sehingga debt to equity ratio mempunyai hubungan
negatif dengan dividend payout ratio (Marlina dan Danica, 2009).

9. Current Ratio
Menurut Fred Weston dalam Kasmir (2009:129) yang menyebutkan
bahwa rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
Posisi likuiditas perusahaan pada kemampuannya membayar dividen
sangat berpengaruh karena dividen dibayarkan dengan kas dan tidak
dengan laba ditahan, perusahaan harus memiliki kas tersedia untuk
pembayaran dividen.
Likuiditas merupakan indikator kemampuan perusahaan untuk
membayar atau melunasi kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo
dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas merupakan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya
yang segera harus dipenuhi (Riyanto, 2008:25). Terkait dengan penelitian
ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah current ratio.

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


10
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan
hutang lancar. Current ratio yang tinggi memberikan indikasi jaminan yang
baik bagi kreditor jangka pendek dalam arti setiap saat memiliki
kemampuan untuk melunasi kewajiban finansial jangka pendeknya
(Martono dan Harjito, 2005:55). Menurut Kasmir (2008:143) standar
industri current ratio adalah sebanyak 2 kali. Current ratio dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
Aktiva lancar
Current Ratio (CR) = x 100%
Kewajiban Lancar
Sumber : Kashmir (2010 :119)
Variabel likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan
dividen, berarti semakin besar posisi likuiditas suatu perusahaan maka
semakin besar kemampuannya untuk membayarkan dividen (Wahyudi
dan Baidori, 2007).

10. Hubungan Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio


Kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang didanai
oleh modal sendiri dapat diukur dengan menggunakan debt to equity ratio
(DER). Dimana DER merupakan bagian setiap rupiah dari modal sendiri
yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Semakin tinggi DER
suatu perusahaan menggambarkan bahwa perusahaan tersebut memiliki
proporsi modal sendiri yang lebih sedikit dari proporsi hutang.
Hubungannya yaitu peningkatan utang akan mempengaruhi tingkat
pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin
tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan
perusahaan dalam membayar dividen.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Riyanto (2008:267) yang
mengatakan bahwa apabila perusahaan menetapkan pelunasan utangnya
akan diambilkan dari laba ditahan berarti perusahaan harus menahan
sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang
berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan yang dapat
dibayarkan sebagai dividen.
Pernyataan diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Handayani (2010) dan Samarthagani (2013) bahwa debt to equity ratio
berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio, yang berarti kenaikan
tingkat hutang yang diukur dengan debt to equity ratio akan menurunkan
kemampuan perusahaan dalam membayar dividen pemegang saham.

11. Hubungan Current Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio


Current ratio adalah salah satu rasio likuiditas yang mengukur
kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya
pada saat ditagih. Likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor
penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk
menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang
saham. Sehingga dapat dikatakan bahwa makin kuat posisi likuiditas
suatu perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana diwaktu-waktu

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


11
mendatang, maka makin tinggi dividend payout ratio-nya (Riyanto,
2008:267)
Ukuran likuiditas dalam penelitian ini adalah current ratio. Current
ratio merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang
lancar. Rasio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar adalah sekian
kalinya hutang jangka pendek (Munawir, 2007:72), atau dengan kata lain,
semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, termasuk
didalamnya kewajiban membayar dividen.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Samarthagani (2013)
menunjukkan hal yang serupa bahwa current ratio berpengaruh signifikan
positif terhadap dividend payout ratio.

12. Paradigma Penelitian


Paradigma dalam penelitian ini yang menjelaskan pengaruh debt to
equity ratio dan current ratio terhadap dividend payout ratio, secara
sederhana dapat digambarkan sebagai berikut

Skema 1. Paradigma Penelitian

DEBT TO EQUITY RATIO


(X1)
DIVIDEN PAYOUT RATIO
CURRENT RATIO (Y)
(X2)

= Parsial

= Simultan

= Error

13. Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian ini adalah debt to equity ratio dan current ratio
berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio baik secara parsial
maupun secara simultan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia.

III. METODE PENELITIAN


Obyek dalam penelitian ini adalah dividend payout ratio sebagai
variabel dependen (Y), sedangkan variabel independennya yaitu debt to
equity ratio (X1) dan current ratio (X2), pada perusahaan-perusahaan
industri manufaktur yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia periode
2008-2011. Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data
kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Populasi

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


12
dalam penelitian ini adalah seluruh Perusahaan Manufaktur yang
membayar dividen selama kurun waktu 2008-2011 yang terdapat dalam
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan telah menerbitkan laporan keuangan
secara periodik.
Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode purposive sampling, yaitu adalah teknik penetapan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria yang digunakan dalam
penentuan sampel adalah :
a. Perusahaan yang diambil sebagai sampel adalah perusahaan
manufaktur yang go public dan listing di Bursa Efek Indonesia selama
4 tahun terakhir sejak tahun 2008 sampai 2011 dan menerbitkan
laporan keuangan secara kontinyu selama kurun waktu tersebut.
b. Perusahaan manufaktur yang masuk kategori ini adalah perusahaan
yang membayar dividen secara terus-menerus selama periode
penelitian yaitu dari tahun 2008-2011 serta memiliki kelengkapan data
yang dibutuhkan untuk pengukuran variabel dalam penelitian ini yang
meliputi debt to equity ratio dan current ratio.
c. Tidak dilikuidasi atau delisting pada tahun penelitian.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka perusahaan yang memenuhi
persyaratan berjumlah 27 perusahaan.

Tabel 1. Daftar Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang


menjadi Sampel Penelitian
Kode
No. Nama Perusahan
Emiten
1 Astra International Tbk. ASII
2 Astra Otoparts Tbk. AUTO
3 Berlina Tbk. BRNA
4 Darya-Varia Laboratoria Tbk. DVLA
5 Delta Djakarta Tbk. DLTA
6 Goodyear Indonesia Tbk. GDYR
7 Gudang Garam Tbk. GGRM
8 HM Sampoerna Tbk. HMSP
9 Indo Kordsa Tbk. BRAM
10 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. INTP
11 Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF
12 Kalbe Farma Tbk. KLBF
13 Kimia Farma (Persero) Tbk. KAEF
14 Lion Metal Works Tbk. LION
15 Lionmesh Prima Tbk. LMSH
16 Malindo Feedmill Tbk. MAIN
17 Mandom Indonesia Tbk. TCID
18 Mustika Ratu Tbk. MRAT
19 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. TKIM
20 Selamat Sempurna Tbk. SMSM
21 Semen Indonesia (persero) Tbk. SMGR
22 Sepatu Bata Tbk. BATA

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


13
23 Sorini Agro Asia Corporindo Tbk. SOBI
24 Sumi Indo Kabel Tbk. IKBI
25 Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk. SCCO
26 Tempo Scan Pacific Tbk. TSPC
27 Unilever Indonesia Tbk. UNVR
Sumber : Data Diolah

Definisi Operasional :
1. Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan rasio perbandingan antara
dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan.
2. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk
menilai total hutang dengan total ekuitas.
3. Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau hutang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Penelitian
Adapun hasil penelitian yang peneliti ambil dari laporan tahunan
perusahaan mengenai dana tanggung jawab sosial perusahaan, serta
hasil perhitungan koefisien respon laba tiap perusahaan, dapat dilihat
sebagai berikut :

a. Gambaran Variabel Dividend Payout Ratio


Dividend payout ratio (DPR) merupakan perbandingan antara
dividend per share dengan earning per share dimana secara perspektif
yang dilihat adalah pertumbuhan dividend per share terhadap
pertumbuhan earning per share. Melalui pembayaran dividen yang terus
menerus, perusahaan ingin menunjukkan bahwa perusahaan mampu
menghadapi gejolak perekonomian dan mampu memberikan hasil kepada
para pemegang saham. Berikut perkembangan dividend payout ratio pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode tahun 2008-2011:

Tabel 2. Perkembangan Dividend Payout Ratio pada Perusahaan


Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-
2011
KODE Dividend Payout Ratio RATA-
NO PERUSAHAAN
EMITEN 2008 2009 2010 2011 RATA
1 Astra International Tbk. ASII 0.38 0.33 0.13 0.38 0.31
2 Astra Otoparts Tbk. AUTO 0.40 0.60 0.40 0.37 0.44
3 Berlina Tbk. BRNA 0.58 0.59 0.36 0.26 0.45
4 Darya-Varia Laboratoria Tbk. DVLA 0.36 0.35 0.30 0.29 0.33
5 Delta Djakarta Tbk. DLTA 0.67 1.20 1.20 1.16 1.06
6 Goodyear Indonesia Tbk. GDYR 3.03 0.08 0.15 0.29 0.89
7 Gudang Garam Tbk. GGRM 0.36 0.36 0.41 0.39 0.38

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


14
8 HM Sampoerna Tbk. HMSP 0.12 0.66 1.12 0.95 0.71
9 Indo Kordsa Tbk. BRAM 0.59 0.78 0.42 1.23 0.76
Indocement Tunggal
10 INTP 0.32 0.30 0.30 0.30 0.31
Prakarsa Tbk.
Indofood Sukses Makmur
0.38
11 Tbk. INDF 0.40 0.39 0.40 0.31
12 Kalbe Farma Tbk. KLBF 0.18 0.27 0.55 0.63 0.41
13 Kimia Farma (Persero) Tbk. KAEF 0.25 0.30 0.20 0.20 0.24
14 Lion Metal Works Tbk. LION 0.19 0.19 0.27 0.30 0.24
15 Lionmesh Prima Tbk. LMSH 0.06 0.12 0.07 0.09 0.09
16 Malindo Feedmill Tbk. MAIN 0.32 0.25 0.18 0.21 0.24
17 Mandom Indonesia Tbk. TCID 0.53 0.52 0.52 0.53 0.53
18 Mustika Ratu Tbk. MRAT 0.25 0.20 0.20 0.54 0.30
Pabrik Kertas Tjiwi Kimia
19 TKIM 0.05 0.04 0.05 0.26 0.10
Tbk.
20 Selamat Sempurna Tbk. SMSM 1.57 0.98 0.53 0.98 1.02
Semen Indonesia (persero)
21 SMGR 0.51 0.55 0.50 0.50 0.52
Tbk.
22 Sepatu Bata Tbk. BATA 0.07 0.53 0.28 0.28 0.29
Sorini Agro Asia Corporindo
23 SOBI 0.39 0.31 0.32 0.32 0.34
Tbk.
24 Sumi Indo Kabel Tbk. IKBI 0.39 0.34 0.67 0.72 0.53
Supreme Cable
25 Manufacturing & Commerce SCCO 0.55 0.33 0.30 0.32 0.38
Tbk.
26 Tempo Scan Pacific Tbk. TSPC 1.05 0.44 0.92 0.58 0.75
27 Unilever Indonesia Tbk. UNVR 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
RATA-RATA 0.54 0.44 0.43 0.49
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata dividend
payout ratio pada perusahaan manufaktur mengalami perubahan
bervariasi dari waktu ke waktu periode pengamatan. Perusahaan
manufaktur yang memiliki DPR tertinggi adalah perusahaan Delta Jakarta
Tbk, dengan rata-rata DPR sebesar 1,06. Sedangkan perusahaan
manufaktur yang memiliki DPR yang terendah adalah perusahaan Pabrik
Kertas Tjiwi Kimia Tbk, dengan rata-rata DPR sebesar 0,10.

b. Gambaran Variabel Debt to Equity Ratio


Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengindikasi besarnya dana dalam mengukur tingkat leverage
(penggunaan hutang) terhadap total shareholder’s equity atau modal
sendiri yang dimiliki perusahaan. Semakin besar penggunaan hutang
maka dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan.
Berdasarkan dampak ini bila perusahaan memiliki hutang yang
tinggi, hal tersebut akan mengurangi pembayaran dividen untuk
menghindari transfer kekayaan dari kreditur kepada pemegang saham.
Hal ini kepentingan kreditur tetap diperhatikan karena keuntungan

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


15
disimpan untuk pelunasan hutang. Proksi kebijakan hutang menggunakan
debt to equity ratio yaitu total liability dibagi total equity. Berikut gambaran
debt to equity ratio pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan konsisten membagikan dividen selama periode tahun
2008-2011 :

Tabel 3. Perkembangan Debt to Equity Ratio pada Perusahaan


Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011
KODE Debt to Equity Ratio RATA-
NO PERUSAHAAN
EMITEN 2008 2009 2010 2011 RATA
1 Astra International Tbk. ASII 1.21 1.00 1.10 1.02 1.08
2 Astra Otoparts Tbk. AUTO 0.45 0.39 0.38 0.47 0.42
3 Berlina Tbk. BRNA 1.27 1.7 1.62 1.53 1.53
4 Darya-Varia Laboratoria Tbk. DVLA 0.26 0.41 0.33 0.28 0.32
5 Delta Djakarta Tbk. DLTA 0.34 0.27 0.2 0.22 0.26
6 Goodyear Indonesia Tbk. GDYR 2.45 1.71 1.76 1.77 1.92
7 Gudang Garam Tbk. GGRM 0.55 0.48 0.44 0.59 0.52
8 HM Sampoerna Tbk. HMSP 1,00 0.69 1.01 0.90 0.90
9 Indo Kordsa Tbk. BRAM 0.48 0.23 0.26 0.38 0.34
Indocement Tunggal Prakarsa
10 INTP 0.33 0.24 0.17 0.15 0.22
Tbk.
11 Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF 3.11 2.45 1.34 0.70 1.90
12 Kalbe Farma Tbk. KLBF 0.38 0.39 0.23 0.27 0.32
13 Kimia Farma (Persero) Tbk. KAEF 0.53 0.57 0.49 0.43 0.51
14 Lion Metal Works Tbk. LION 0.26 0.19 0.17 0.21 0.21
15 Lionmesh Prima Tbk. LMSH 0.64 0.83 0.67 0.71 0.74
16 Malindo Feedmill Tbk. MAIN 17.66 6.35 2.75 2.15 7.23
17 Mandom Indonesia Tbk. TCID 0.12 0.13 0.1 0.11 0.12
18 Mustika Ratu Tbk. MRAT 0.17 0.16 0.14 0.18 0.16
19 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. TKIM 2.65 2.63 2.45 2.46 2.55
20 Selamat Sempurna Tbk. SMSM 0.63 0.80 0.96 0.70 0.77
Semen Indonesia (persero)
21 SMGR 0.30 0.26 0.29 0.35 0.30
Tbk.
22 Sepatu Bata Tbk. BATA 0.47 0.38 0.46 0.46 0.44
Sorini Agro Asia Corporindo
23 SOBI 0.72 0.83 0.95 0.78 0.82
Tbk.
24 Sumi Indo Kabel Tbk. IKBI 0.25 0.14 0.22 0.22 0.21
Supreme Cable Manufacturing
25 SCCO 2.15 1.77 1.72 1.80 1.86
& Commerce Tbk.
26 Tempo Scan Pacific Tbk. TSPC 0.29 0.34 0.36 0.40 0.35
27 Unilever Indonesia Tbk. UNVR 1.1 1.02 1.15 1.85 1.28
RATA-RATA 1.51 0.98 0.80 0.78
Semakin tinggi debt to equity ratio (DER) semakin menunjukkan
kinerja yang buruk bagi perusahaan. Maka perusahaan harus berusaha

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


16
agar DER bernilai rendah atau berada di bawah standar industri yaitu
90%. Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata debt to equity
ratio pada perusahaan manufaktur mengalami perubahan bervariasi dari
waktu ke waktu periode pengamatan.
Perusahaan Manufaktur yang memiliki rata-rata DER tertinggi
adalah perusahaan Malindo Feedmill Tbk, dengan rata-rata DER sebesar
7,23. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja
yang kurang baik dalam mengelola hutang-hutangnya, sebab total
kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan lebih besar dari total ekuitas
yang dimiliki oleh perusahaan. Sedangkan perusahaan manufaktur yang
memiliki rata-rata DER yang terendah adalah perusahaan Mandom
Indonesia Tbk, dengan rata-rata DER sebesar 0,12. Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mampu mengelola dan
menjamin hutang-hutangnya dengan baik sebab total ekuitasnya lebih
besar daripada total hutang yang dimiliki oleh perusahaan.

c. Gambaran Variabel Current Ratio


Current ratio merupakan rasio perbandingan antara aktiva lancar
dengan hutang lancar. Current ratio yang tinggi memberikan indikasi
jaminan yang baik bagi kreditor jangka pendek dari perusahaan. Dengan
kata lain, perusahaan setiap saat memiliki kemampuan untuk melunasi
kewajiban finansial jangka pendeknya.
Bagi perusahaan, likuid merupakan masalah yang sangat penting
karena mewakili kepentingan perusahaan dalam berhubungan dengan
pihak lain, baik pihak intern maupun pihak ekstern. Semakin besar Current
ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya, termasuk didalamnya kewajiban
membayar dividen. Berikut gambaran current ratio pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun
2008-2011 :

Tabel 4. Perkembangan Current Ratio pada Perusahaan Manufaktur


yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011
KODE Current Ratio RATA-
NO PERUSAHAAN
EMITEN 2008 2009 2010 2011 RATA
1 Astra International Tbk. ASII 132.17 136.88 126.18 136.4 132.91
2 Astra Otoparts Tbk. AUTO 213.34 217.39 175.73 135.48 185.49
3 Berlina Tbk. BRNA 236.05 151.2 133.16 100.93 155.34
4 Darya-Varia Laboratoria Tbk. DVLA 413.4 305.02 371.67 483.04 393.28
5 Delta Djakarta Tbk. DLTA 378.94 470.36 633.08 600.9 520.82
6 Goodyear Indonesia Tbk. GDYR 148.79 90.48 86.42 85.34 102.76
7 Gudang Garam Tbk. GGRM 221.74 246 270.08 224.48 240.58
8 HM Sampoerna Tbk. HMSP 144.43 188.06 161.25 174.93 167.17
9 Indo Kordsa Tbk. BRAM 219.28 343.74 401.76 278.88 310.92
Indocement Tunggal Prakarsa
10 INTP 178.57 300.55 555.37 698.54 433.26
Tbk.

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


17
11 Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF 89.77 116.09 203.65 190.95 150.12
12 Kalbe Farma Tbk. KLBF 333.35 298.7 439.36 365.27 359.17
13 Kimia Farma (Persero) Tbk. KAEF 211.32 199.84 242.55 274.75 232.12
14 Lion Metal Works Tbk. LION 568.68 796.33 944.11 710.28 754.85
15 Lionmesh Prima Tbk. LMSH 275.48 212.49 244.45 235.49 241.98
16 Malindo Feedmill Tbk. MAIN 116.64 132.19 142.3 139.88 132.75
17 Mandom Indonesia Tbk. TCID 93.53 65.89 94.5 99.42 944.71
18 Mustika Ratu Tbk. MRAT 631.06 717.88 761.34 627.07 684.34
19 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. TKIM 258.49 236.7 219.34 192.38 226.73
20 Selamat Sempurna Tbk. SMSM 181.79 158.7 217.41 271.58 207.37
Semen Indonesia (persero)
21 SMGR 338.58 357.63 29.17 264.65 247.51
Tbk.
22 Sepatu Bata Tbk. BATA 220.79 235.2 20.85 212.77 172.40
Sorini Agro Asia Corporindo
23 SOBI 175.33 180.78 167.23 153.55 169.22
Tbk.
24 Sumi Indo Kabel Tbk. IKBI 410.26 718.33 500.69 521.26 537.64
Supreme Cable Manufacturing
25 SCCO 118.6 120.29 126.47 129.1 123.62
& Commerce Tbk.
26 Tempo Scan Pacific Tbk. TSPC 383.06 346.84 336.85 308.3 343.76
27 Unilever Indonesia Tbk. UNVR 100.39 104.17 85.13 68.67 89.59
RATA-RATA 278.15 300.30 320.89 324.41
Current ratio yang tinggi memberikan indikasi jaminan yang baik
bagi kreditor jangka pendek dalam arti setiap saat memiliki kemampuan
untuk melunasi kewajiban finansial jangka pendeknya. Standar industri
current ratio adalah sebanyak 2 kali. Berdasarkan tabel 4. menunjukkan
bahwa rata-rata current ratio pada perusahaan manufaktur mengalami
perubahan bervariasi dari waktu ke waktu periode pengamatan.
Rata-rata perusahaan manufaktur diatas memiliki nilai CR lebih dari
1 atau 100%. Perusahaan manufaktur yang memiliki rata-rata CR tertinggi
adalah perusahaan Mandom Indonesia Tbk, dengan rata-rata CR sebesar
944,71, hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan tersebut
mempunyai jaminan yang sangat besar terhadap hutang-hutang jangka
pendeknya, namun hal itu juga sebenarnya kurang baik, sebab itu
menandakan bahwa banyak asset lancar yang tidak dimanfaatkan dalam
perusahaan. Sedangkan perusahaan manufaktur yang memiliki rata-rata
CR yang terendah adalah perusahaan Unilever Indonesia, dengan rata-
rata CR sebesar 89,59. Hal ini mengindikasikan bahwa hutang lancar
perusahaan lebih besar dari nilai total aset lancar yang dimiliki.

d. Hasil Uji Asumsi Klasik


- Uji Multikolinearitas
Uji ini dapat dilakukan salah satunya dengan cara melihat besarnya
nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai tolerance. Berdasarkan
menunjukkan bahwa nilai VIF lebih kecil dari 10 yaitu 1,019 (X1) dan 1,019
(X2) sedangkan nilai tolerancenya mendekati angka 1 yaitu 0,982 ((X1)

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


18
dan 0,982 (X2). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
multikolinearitas dalam model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.
- Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 dengan menggunakan uji Durbin-
Watson. Hasil autokorelasi variabel penelitian menujukkan bahwa hasil
DW adalah sebesar 1,674 dan berada pada daerah No Autocorelation,
yaitu nilai D-W berada di antara -2 sampai +2. Hal ini menunjukkan bahwa
pada penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.
- Uji Heterokedastisitas
Hasil pengamatan dengan menggunakan grafik Scatterplot dapat
diketahui bahwa terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tidak
membentuk pola tertentu atau tidak teratur, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heterokesdastisitas pada model regresi penelitian ini.
- Uji Normalitas
Hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot pada
penelitian ini menunjukkan titik-titik data berada disekitar garis diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
data dalam penelitian ini sudah terdistribusi dengan normal atau sudah
memenuhi asumsi normalitas.

e. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda


Berdasarkan data hasil penelitian pada deskripsi penelitian dapat
digunakan Analisis regresi linear berganda yang diolah dengan
menggunakan SPSS. Dari nilai analisis program statistik SPSS maka
diperoleh nilai sebagaimana yang tercantum dalam tabel dibawah ini
sebagai berikut:
Tabel 5. Analisis Hasil Regresi

Model B
Konstanta 1.284
1 Debt to Equity Ratio -.101
Current Ratio .001
Sumber: Output SPSS

Berdasarkan tabel diatas, maka model persamaan regresinya


adalah sebagai berikut :

Y = 1,284 – 0,101Debt to Equity Ratio + 0,001Current Ratio

Persamaan regresi linear berganda diatas dapat diuraikan sebagai


berikut :
1. Nilai konstan bernilai positif yaitu sebesar 1,284, hal ini berarti bahwa
jika variabel bebas yaitu debt to equity ratio dan current ratio memiliki
nilai yang konstan atau sama dengan nol, maka ini berarti bahwa rasio

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


19
pembayaran dividen (Y) akan tetap sebesar 1,284 meskipun tidak
terdapat variabel debt to equity ratio dan current ratio.
2. Koefisien regresi untuk variabel debt to equity ratio adalah -0,101 yang
dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara debt to
equity ratio terhadap dividend payout ratio, sehingga dapat diartikan
bahwa apabila variabel debt to equity ratio mengalami kenaikan 1
satuan dan variabel bebas yang lain diasumsikan konstan, maka
dividend payout ratio akan mengalami penurunan sebesar 0,101
satuan.
3. Koefisien regresi untuk variabel current ratio adalah 0,001 yang dapat
diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara current ratio
terhadap dividend payout ratio, sehingga dapat diartikan bahwa
apabila variabel current ratio mengalami kenaikan 1 satuan dan
variabel bebas yang lain diasumsikan konstan, maka dividend payout
ratio akan mengalami peningkatan sebesar 0,001 satuan.

f. Hasil Pengujian Hipotesis


Untuk membuktikan apakah debt to equity ratio (X1) dan current
ratio (X2) memiliki pengaruh terhadap dividend payout ratio (Y) maka
dilakukan pengujian hipotesis dengan tujuan untuk melihat pengaruh
variabel X terhadap variabel Y baik secara parsial maupun secara
simultan dengan menggunakan uji t dan uji F sebagai berikut :

a) Uji Parsial (Uji t)


Pembuktian hipotesis ini dilakukan dengan cara membandingkan
antara nilai thitung dengan ttabel dan juga membandingkan probabilitas yang
ditetapkan (0,05) dengan tujuan mengetahui besarnya pengaruh debt to
equity ratio dan current ratio secara parsial terhadap dividend payout ratio.
1. Variabel Bebas X1 (Debt to Equity Ratio)
Pada tabel 4.4 diketahui nilai thitung untuk variabel debt to equity
ratio (X1) sebesar thitung = 1,956 > ttabel = 1,659 dengan tingkat
signifikansi 0,053 yang berarti lebih besar dari probabilitas yang
ditetapkan (0,05). Hal ini berarti bahwa debt to equity ratio secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Variabel Bebas X2 (Current Ratio)
Pada tabel 4.4 diketahui nilai thitung untuk variabel current ratio
(X2) sebesar thitung = 1,996 > ttabel = 1,659 dengan tingkat signifikansi
0,049 yang berarti lebih kecil dari probabilitas yang ditetapkan (0,05).
Hal ini berarti bahwa variabel current ratio secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b) Uji Simultan (Uji F)


Pembuktian hipotesis ini dilakukan dengan cara membandingkan
antara nilai Fhitung dengan Ftabel dengan tingkat signifikansi α = 0,05.
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda bahwa Fhitung = 4,514 >
Ftabel = 3,08. Hal ini berarti bahwa debt to equity ratio dan current ratio

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


20
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Pembahasan
a. Pembahasan secara parsial
Pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh
masing-masing variabel debt to equity ratio dan current ratio terhadap
dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2008-2011 dengan menggunakan analisis regresi
linear berganda. Adapun pengaruh masing-masing variabel terhadap
dividend payout ratio.
a) Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio
Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity ratio
berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap dividend payout
ratio. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Rejeki (2011) dan Pasadena (2013) yang menyatakan bahwa debt to
equity ratio berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap dividend
payout ratio.
Pengaruh negatif dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
perusahaan yang rata-rata rasio hutangnya tinggi akan memberikan
dividen yang rendah. Namun pengaruh tersebut tidak signifikan, dalam
artian pengaruh DER tidak begitu berarti, namun jika dibiarkan lama-
kelamaan bisa memberikan dampak terhadap kestabilan keuangan
perusahaan.
Pengaruh tidak signifikan itu karena perusahaan-perusahaan
manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011
memiliki struktur permodalan yang tidak hanya terdiri dari kreditor
melainkan juga dari pemegang saham, sehingga perusahaan tidak hanya
mengutamakan kepentingan debt holder berupa pelunasan kewajiban
tetapi juga memperhatikan kepentingan shareholder dengan tetap
membagikan dividen.
Hal itu juga menunjukkan bahwa hutang perusahaan yang tinggi
tidak berarti pembagian dividen juga akan rendah bahkan tidak ada. Hal
tersebut terjadi karena jika perusahaan tidak memiliki dana internal yang
cukup untuk melakukan investasi guna melakukan perluasan ekspansi,
perusahaan menggunakan dividen yang tetap dibagikan sebagai sinyal
yang bertujuan untuk menarik investor menanamkan modalnya kedalam
perusahaan.
Hasil temuan tersebut sejalan dengan teori dividend signalling yang
menjelaskan bahwa informasi tentang cash dividend yang dibayarkan
dianggap investor sebagai sinyal prospek perusahaan dimasa mendatang.
Adanya anggapan ini disebabkan karena terjadi asymetric information
antara manajer dan investor sehingga para investor menggunakan
kebijakan dividen sebagai sinyal tentang prospek perusahaan.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya data empiris dimana
terdapat perusahaan, diantaranya Malindo Feedmill. Tbk dengan DER
tinggi sebesar 17,66 namun tetap membagikan dividen dengan rasio
sebesar 32,21, juga pada Goodyear Indonesia Tbk, dengan DER sebesar

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


21
2,45 membagikan dividen dengan rasio 302,88, serta beberapa
perusahaan lain dimana ketika DER naik malah diikuti rasio DPR yang ikut
naik dari tahun sebelumnya.

b) Pengaruh Current Ratio terhadap Dividend Payout Ratio


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa current ratio berpengaruh
positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Samarthagani (2013) yang
menemukan bahwa variabel current ratio memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap dividend payout ratio.
Pengaruh yang positif dan signifikan menunjukkan bahwa semakin
tinggi current ratio maka dividend payout ratio juga akan semakin tinggi,
begitu pula sebaliknya. Pengaruh signifikan mengindikasikan bahwa rata-
rata perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
mampu menjamin hutang-hutangnya yang jatuh tempo kurang dari satu
tahun, termasuk pembayaran dividen kepada para pemegang saham.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh Riyanto yang mengatakan bahwa makin kuat posisi likuiditas suatu
perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana diwaktu mendatang maka
makin tinggi dividend payout rationya. Likuiditas dalam penelitian ini
adalah current ratio dimana semakin tinggi current ratio maka semakin
besar kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya.
Tingginya rata-rata current ratio berarti rata-rata hutang lancar
perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode
2008-2011 dapat dijamin oleh aset lancar yang dimiliki perusahaan,
sehingga kemampuan perusahaan dalam membayar dividen kepada para
pemegang saham juga semakin tinggi.

b. Pembahasan Secara Simultan


Berdasarkan hasil analisis pengaruh debt to equity ratio dan current
ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dengan menggunakan analisis regresi linear berganda terbukti bahwa
kedua variabel ini secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
dividend payout ratio. Besarnya kontribusi pengaruh variabel debt to
equity ratio dan current ratio terhadap variabel terikat dividend payout ratio
adalah 28,9% dan sisanya yaitu sebesar 71,1% merupakan pengaruh dari
variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini memberikan bukti empirik bahwa dividend
payout ratio suatu perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan
dalam mengelola total hutangnya yang dibandingkan dengan total ekuitas
yang dimiliki (DER) dan kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajiban jangka pendeknya yang kurang dari satu tahun (CR).
Kemampuan manajemen dalam mengelola kedua hal tersebut tentunya
dapat memberikan pengaruh terhadap dividend payout ratio.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) secara parsial, variabel
debt to equity ratio (X1) memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


22
terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia; (2) Secara parsial, variabel current ratio
(X2) secara memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap dividend
payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia; (3) Secara simultan, variabel Debt Equity Ratio dan Current
Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Bagi
pihak manajemen perusahaan disarankan untuk dapat mengelola dan
menggunakan aset, hutang-hutang dan modal yang dimiliki baik yang
jangka pendek maupun hutang secara keseluruhan, karena debt to equity
ratio dan current ratio dapat mempengaruhi dividend payout ratio; (2)
Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan judul yang sama
sebaiknya dalam mengukur dividend payout ratio dapat memperhatikan
juga faktor-faktor lain yang mempengaruhi dividend payout ratio sehingga
dalam penelitian yang baru mampu menjelaskan variabel mana yang
paling berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Ambarwati, Sri Dwi Ari. 2010. Manajemen Keuangan Lanjutan. Graha Ilmu
Atmaja, Lukas Setya. 2008. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : Andi.
Chasanah, Amalia Nur. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend
Payout Ratio (DPR) Pada Perusahaan Yang Listed di Bursa Efek
Indonesia. Belum dipublikasikan. Diakses pada www.google.com
Darsono, Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan.
Yogyakarta : Andi.
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM
SPSS 20. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanafi, Mamduh M. 2004. Manajemen Keuangan Edisi 2004/2005.
Yogyakarta : BPFE Yogyakarta
Kashmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta : Prenada
Media Grup.
Marlina. L, Danica. C. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to
Equity Ratio dan Return On Asset Terhadap Dividend Payout Ratio.
Jurnal Manajemen Bisnis. Vol.2 (1), Hal. 1-6
Martono, D. Agus dan Harjito. 2005. Manajemen Keuangan. Yogyakarta :
Ekonisia
Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan Edisi Keempat. Yogyakarta
: Liberty
Parica, Roni dkk. 2013. Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi,
Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen pada
Perusahaan Automotive dan Allied Product yang terdaftar di BEI.
Jurnal Akuntansi Universitas Riau Vol.2 No.1.
Pramastuti, Suluh. 2007. Analisis Kebijakan Dividen : Pengujian Signalling
Theory dan Rent Extraction Hypothesis. Belum dipublikasikan.
Diakses pada www.google.com
Puspita, Fira. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Dividend Payout Ratio (Studi Kasus Pada Perusahaan yang

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


23
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007). Belum
dipublikasikan. Diakses pada www.google.com
Putra, A.A.G.P Widana dan Ratnadi Ni Made Dwi. 2008. Pengaruh
Kebijakan Dividend dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kos
Keagenan. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 3 No. 2
Rejeki, Sutari Sri. 2011. Pengaruh Debt To Equity Ratio, Net Profit Margin,
Asset Growth, Firm Size, Dan Current Ratio Terhadap Dividend
Payout Ratio. (Studi Kasus Pada Perusahaan Non Financial Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009). Belum
dipublikasikan. Diakses pada www.google.com
Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi
4. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali, 2010. Manajemen Keuangan Edisi
Pertama. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Rusdin. 2006. Pasar Modal. Bandung : Alfabeta.
Sartono. Agus. 2010. Manajemen Keuangan “Teori dan Aplikasi” Edisi
keempat. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
Sjahrial, Dermawan. 2009. Kumpulan Pembahasan Soal-Soal Manajemen
Keuangan Edisi 2. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Sugiyono, 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlin. 2010. Manajemen Keuangan, Edisi 6.
Jakarta : Literata Lintas Media.
Toto Prihadi. 2010. 7 Analisis Rasio Keuangan Deteksi Cepat Kondisi
Keuangan, Jakarta : Ppm Manajemen.
Wahyudi, Eko dan Baidori. 2008, Pengaruh Insider Ownership,
Collateralizable Assets, Growth In Net Assets, dan Likuiditas
Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur yang
Listing di BEI Periode 2002-2006. Jurnal Aplikasi Manajemen Vol.6
No.3 Desember 2008 : Universitas Negeri Surabaya
Wicaksana, I Gede Ananditha. 2012. Pengaruh Cash Ratio, Debt To
Equity Ratio, dan Return On Asset Terhadap Kebijakan Dividen Pada
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Belum
dipublikasikan. Diakses pada www.google.com.
www.google.com
www.idx.co.id (Maret 2014)

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis : UHO


24

Вам также может понравиться