Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRACT
This study aims to determine the influence of Debt Equity Ratio and
Current Ratio toward Dividend Payout Ratio in Manufacturing Companies
listed on Indonesia Stock Exchange either partially or simultaneously.
The analysis tool using multiple linear regression of twenty seven
manufacturing companies with purposive sampling in Indonesian Stock
Exchange through secondary data obtained at the Indonesian Stock
Exchange’s website or www.idx.co.id with the observation period from
2008 until 2011. Regression analysis was used after the model free of the
symptoms of classical assumption of multicollinearity, autocorrelation,
heteroskedasity, and normality.
Based on the analysis results can be concluded that the partially,
the variable of Current Ratio has a positive and significant influence on
Dividend Payout Ratio, and the variable of Debt Equity Ratio is not
significant to Dividend Payout Ratio. Where Debt Equity Ratio by value
tcount = 1,956 > ttable = 1,659 and the Current Ratio to the value tcount =
1,996 > ttable = 1,659. Simultaneously, Debt Equity Ratio and Current Ratio
have a significant influence on Dividend Payout Ratio to the value F count =
4,514> Ftable =3,08 and Rsquare = 28,9%.
I. PENDAHULUAN
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang dalam bentuk ekuitas dan hutang
yang jatuh tempo lebih dari satu tahun. Dalam pasar modal, dana yang
dimiliki setiap orang dapat ditanamkan dalam berbagai investasi, seperti
investasi pada proyek, investasi perdagangan pada valuta asing, obligasi
maupun investasi saham. Investasi pada saham merupakan salah satu
alternatif investasi yang cukup menarik karena seorang investor
mempunyai tujuan utama untuk memperoleh pendapatan atau tingkat
kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen (dividen
yield) atau keuntungan modal (capital gain) (Marlina dan Danica, 2009).
Dividen yield merupakan pendapatan laba bersih perusahaan
kepada pemegang saham sedangkan capital gain merupakan selisih
terhadap harga belinya. Dalam hubungannya dengan pendapatan dividen,
para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif
stabil, karena dengan stabilitas dividen dapat meningkatkan kepercayaan
e. Clientele Effect
Clientele Effect ialah kecenderungan perusahaan untuk menarik
jenis investor yang menyukai kebijakan dividennya. Menurut argumen ini,
kebijakan dividen seharusnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
segmen investor tertentu. Sebagai contoh, kelompok investor dengan
tingkat pajak yang tinggi akan menghindari dividen karena dividen
memiliki tingkat pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain.
Sebaliknya, kelompok investor dengan pajak yang rendah akan menyukai
dividen.
4. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan rencana tindakan yang harus diikuti
dalam membuat keputusan dividen. Kebijakan dividen harus
diformulasikan untuk dua dasar tujuan dengan memperhatikan
maksimalisasi kekayaan dari pemilik perusahaan dan pembiayaan yang
cukup. Kedua tujuan tersebut saling berhubungan dan harus memenuhi
berbagai faktor hukum, perjanjian, internal, pertumbuhan, hubungan
dengan pemilik, hubungan dengan pasar yang membatasi alternatif
kebijakan (Sundjaja dan Barlin, 2010:388).
Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian
pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan
kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan
dalam perusahaan, yang berarti laba tersebut harus ditahan didalam
perusahaan (Riyanto, 2008:265).
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat dilihat bahwa
kebijakan dividen dipengaruhi dengan dua kepentingan yang saling
bertolak belakang yaitu kepentingan pemegang saham dengan dividennya
serta kepentingan perusahaan untuk melakukan reinvestasi dengan
menahan laba dalam perusahaan. Dari sisi pemegang saham, dividen
merupakan salah satu motivator untuk menanamkan dana di pasar modal.
Pemegang saham lebih memilih dividen yang berupa kas dibandingkan
dengan capital gain.
Sedangkan dari sisi perusahaan, kebijakan dividen sangat penting
karena jika perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen
maka akan mengurangi laba yang ditahan dalam perusahaan dan
selanjutnya akan mengurangi total sumber dana intern atau internal
financing. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang
diperoleh maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin
besar.
9. Current Ratio
Menurut Fred Weston dalam Kasmir (2009:129) yang menyebutkan
bahwa rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
Posisi likuiditas perusahaan pada kemampuannya membayar dividen
sangat berpengaruh karena dividen dibayarkan dengan kas dan tidak
dengan laba ditahan, perusahaan harus memiliki kas tersedia untuk
pembayaran dividen.
Likuiditas merupakan indikator kemampuan perusahaan untuk
membayar atau melunasi kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo
dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas merupakan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya
yang segera harus dipenuhi (Riyanto, 2008:25). Terkait dengan penelitian
ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah current ratio.
= Parsial
= Simultan
= Error
Definisi Operasional :
1. Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan rasio perbandingan antara
dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan.
2. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk
menilai total hutang dengan total ekuitas.
3. Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau hutang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
Model B
Konstanta 1.284
1 Debt to Equity Ratio -.101
Current Ratio .001
Sumber: Output SPSS
2. Pembahasan
a. Pembahasan secara parsial
Pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh
masing-masing variabel debt to equity ratio dan current ratio terhadap
dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2008-2011 dengan menggunakan analisis regresi
linear berganda. Adapun pengaruh masing-masing variabel terhadap
dividend payout ratio.
a) Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio
Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity ratio
berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap dividend payout
ratio. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Rejeki (2011) dan Pasadena (2013) yang menyatakan bahwa debt to
equity ratio berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap dividend
payout ratio.
Pengaruh negatif dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
perusahaan yang rata-rata rasio hutangnya tinggi akan memberikan
dividen yang rendah. Namun pengaruh tersebut tidak signifikan, dalam
artian pengaruh DER tidak begitu berarti, namun jika dibiarkan lama-
kelamaan bisa memberikan dampak terhadap kestabilan keuangan
perusahaan.
Pengaruh tidak signifikan itu karena perusahaan-perusahaan
manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011
memiliki struktur permodalan yang tidak hanya terdiri dari kreditor
melainkan juga dari pemegang saham, sehingga perusahaan tidak hanya
mengutamakan kepentingan debt holder berupa pelunasan kewajiban
tetapi juga memperhatikan kepentingan shareholder dengan tetap
membagikan dividen.
Hal itu juga menunjukkan bahwa hutang perusahaan yang tinggi
tidak berarti pembagian dividen juga akan rendah bahkan tidak ada. Hal
tersebut terjadi karena jika perusahaan tidak memiliki dana internal yang
cukup untuk melakukan investasi guna melakukan perluasan ekspansi,
perusahaan menggunakan dividen yang tetap dibagikan sebagai sinyal
yang bertujuan untuk menarik investor menanamkan modalnya kedalam
perusahaan.
Hasil temuan tersebut sejalan dengan teori dividend signalling yang
menjelaskan bahwa informasi tentang cash dividend yang dibayarkan
dianggap investor sebagai sinyal prospek perusahaan dimasa mendatang.
Adanya anggapan ini disebabkan karena terjadi asymetric information
antara manajer dan investor sehingga para investor menggunakan
kebijakan dividen sebagai sinyal tentang prospek perusahaan.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya data empiris dimana
terdapat perusahaan, diantaranya Malindo Feedmill. Tbk dengan DER
tinggi sebesar 17,66 namun tetap membagikan dividen dengan rasio
sebesar 32,21, juga pada Goodyear Indonesia Tbk, dengan DER sebesar