Вы находитесь на странице: 1из 13

MASA NIFAS

1. Masa Nifas (peurperium) merupakan masa setelah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali ke keadaan sebelum
hamil, masa ini berlangsung dari 0 hingga hari ke 40 setelah melahirkan (sekitar 6
minggu).

2. Tujuan Masa Nifas


a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b. Mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.

3. Patokan Pemberian Asuhan Kebidanan

Kunjungan Waktu Tujuan


1 2 – 6 jam a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
setelah b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan
persalinan c. Memberikan konseling pd ibu / salah satu anggota
keluarga bagaimana mnecegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan hub. antara ibu dan bayi baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia.
2 6 hari masa a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
nifas berkontraksi, fundus di bawah umbilicus tidak ada
perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda² demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan,
dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dg baik dan tidak
Memperlihatkan tanda² penyulit.
e. Memberikan konseling pd ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan
perawatan bayi sehari-hari
3 6 minggu a. Menanyakan pd ibu tentang penyulit² yg ia alami atau
masa nifas bayinya.
b. Memberikan konseling KB secara dini.
c. Menganjurkan/mengajak ibu membawa bayinya ke
posyandu atau puskesmas untuk penimbangan dan
imunisasi.
4. Proses Penting pada Masa Nifas
a. Masa Involusi atau Pengecilan Rahim
Rahim merupakan salah satu organ tubuh yang spesifik dan unik karena dapat
mengecil serta membesar dengan menambah atau mengurangi jumlah selnya.
Pada perempuan yang tidak hamil, berat rahim sekitar 30gram dengan ukuran
lebih sebesar telur ayam. Selama kehamilan, rahim makin lama akan makin
membesar.

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi.

Involusi TFU Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari di bawah pusat 1000 gr
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gr
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gr
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal seperti sebelum hamil 30 gr

Jadi, secara alamiah rahim akan kembali mengecil perlahan-lahan ke bentuknya


semula. Setelah 6 minggu beratnya sudah sekitar 40-60 gram. Pada saat ini
dianggap bahwa masa nifas sudah selesai. Namun, rahim akan kembali ke posisi
normalnya pada berat 30 gram dalam waktu 3 bulan setalah nifas. Setelah 3
bulan ini, tidak hanya rahim yang dapat kembali normal, tetapi juga kondisi
tubuh ibu secara keseluruhan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat
kontraksi otot-otot polos uterus.

b. Proses Involusio Uteri


1) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
sempat mengendur hingga 10x panjangnya dari semula dan 5x lebar dari
semula selama kehamilan. Cytoplasma cell yang berlebih akan tercerna
sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai
bukti kehamilan.
2) Atrofi Jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar
kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian roduksi
estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Lapisan desidua juga akan
mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan
beregenerasi menjadi endometrium yang baru.
3) Efek Oksitosin (Kontraksi)
Intensitas kontarksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir di duga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterine
yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah
dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uteri akan
mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi
bekas luka tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka
bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.
Selama 1 sampai 2 jam pertama postpartum intensintas kontraksi uterus bias
berkurang dan menjadi teratur. Suntikan oksitosin biasanya diberikan secara
intravena atau intramuskuler segera setelah kepala bayi lahir. Pemberian ASI
segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitosin karena isapan
bayi pada payudara.

c. Bagian bekas implantasi plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta banyak mengandung pembuluh darah
besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas implantasi plasenta, tidak
meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari
pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.(Sulaiman S, 1983:121).
Beberapa hari setelah persalinan ostium esternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada
akhir minggu pertama dapat dilalui 1 jari saja.Vagina yang sangat diregang waktu
persalinan lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3
postpartum ruggae mulai tampak kembali.

d. Afterpain
Rasa sakit yang disebut after pains (meriang atau mules-mules) disebabkan
kontraksi rahim biasanya berlangsung 3-4 hari pasca persalinan (Cunningham,
430). Rasa mulas ini mirip sekali dengan kram waktu periode menstruasi. Kram
ini ditimbulkan oleh karena kontraksi uterus pada waktu mendorong gumpalan
darah dan jaringan yang terkumpul di dalam uterus. Kram demikian tadi
berlangsung tidak lama dan tidak penting (bukan diangga suatu masalah). Kram
atau mulas akan lebih terasa lagi pada saat menyusui bayi oleh karena stimulasi
atau rangsangan puting susu menimbulkan aksi reflex pada uterus. Sementara
itu, kram atau mulas dimana terjadi relaksasi atau kontraksi yang periodek lebih
sering dialami oleh multipara dimana bias menimbulkan nyeri yang bertahan
sepanjang masa awal nifas. Rasa nyeri atau kram setelah melahirkan ini lebih
nyata setelah ibu melahirkan ditempat uterus yang terlalu teregang (misalnya
pada bayi besar atau kembar).

e. Masa Laktasi
Proses ini akan terjadi setelah placenta lepas. Placenta yang mengandung
hormone penghambat prolaktin yang dapat menghambat pembentukan ASI.
Setelah placenta lepas, hormone placenta itu tidak dihasilkan lagi, sehingga ASI
dapat terproduksi dengan lancer. ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun,
hal yang luar biasa adalah sebelumnya di payudara sudah terbentuk kolustrum
yang sangat baik untuk bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan antibody
pembunuh kuman.
5. Kebutuhan Dasar Ibu pada Masa Nifas
a. Nutrisi dan Cairan
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan
vitamin yang cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40
hari pascapersalinan.
5) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI.

b. Ambulasi
Ambulasi dini (early embulation) merupakan tindakan dini untuk membimbing
ibu ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat
mungkin untuk berjalan. Ibu post partum tidak perlu terlentang di tempat tidur
selama 7-14 hari setelah melahirkan, tapi cukup 24-48 jem setelah postpartum
ibu sudah diperbolehkan bangun.
Keuntungannya;
1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
3) Memungkinkan kita untuk mengajarkan ibu cara untuk merawat anaknya
selama ibu masih di rumah sakit.
Namun early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan
penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam dan
sebagainya.

c. Eliminasi
1) Buang Air Kecil
Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sudah berkemih
namun belum melebihi 100cc, maka dilakukan katerisasi. Akan tetapi, jika
pada kenyataannya kandung kemih telah penuh sebelum 8 jam maka
katerisasi dapat dilakukan. Sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih
(retensio urine) pada ibu post partum;
a) Berkurangnya tekanan intraabdominal.
b) Otot-otot perut masih lemah.
c) Edema dan uretra.
d) Dinding kandung kemih kurang sensitif.

2) Buang Air Besar


Diharapkan hari ke 2 setelah postpartum. Jika pada hari ke 3 ibu belum BAB,
paka perlu diberi obat pencahar per oral maupun per rectal. Jika setelah
pemberian obat masih belum bias BAB, maka perlu dilakukan klisma
(huknah).
3) Personal Higiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Olwh
karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.
Kebersihan tubuh, pakaian, temapt tidur, dan lingkungan sangat penting
untuk tetap dijaga.

d. Istirahat dan Tidur


1) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
2) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b) Memperlambat proses involusi uterusdan memperbanyak perdarahan
c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.

6. Perubahan pada Masa Nifas


a. Perubahan Fisik
1) Sistem Reproduksi
a) Uterus
Secara alamiah rahim akan kembali mengecil perlahan-lahan ke
bentuknya semula. Setelah 6 minggu beratnya sudah sekitar 40-60 gram.
Pada saat ini dianggap bahwa masa nifas sudah selesai. Namun, rahim
akan kembali ke posisi normalnya pada berat 30 gram dalam waktu 3
bulan setalah nifas. Setelah 3 bulan ini, tidak hanya rahim yang dapat
kembali normal, tetapi juga kondisi tubuh ibu secara keseluruhan.
b) Lokia
Merupakan cairan / secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina yang
timbul selama masa nifas. Lokia mempunyai reaksi basa atau alkalis yang
dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada vagina
normal. Lokia mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda pada setiap ibu. Lokia mengalami
perubahan karena proses involusi. Selama 2 jam pertama setelah lahir
jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah
maksimal ynag keluar selama menstruasi. Setelah waktu tersebut aliran
lokia yang keluar harus semakin berkurang. Lokia yang berbau tidah
sedap menandakan adanya infeksi. Pengeluaran lokia dapat dibagi
berdasarkan waktu dan warnanya, yaitu:
i) Lokia Rubra / Kruenta (merah)
Merupakan cairan bercampur darah dan sisa-sisa penebalan dinding
rahim (decidua) dan sisa penanaman lacenta (slaput ketuban) berbau
amis, berwarna kemerah-merahan atau merah kehitaman dan keluar
hari pertama sampai ke 3-4. Lokia Rubra terdiri dari darah segar,
jaringan sisa-sisa placenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut
bayi), dan sisa mekuneum.
ii) Lokia Sanginolenta
Berwarna merah kecoklatan dan berlendir dan keluar pada hari ke 4
hingga ke 7. Terdiri dari sisa darah dan bercampur lender.
iii) Lokia Serosa
Berwarna kuning kecoklatan, keluar dari hari ke 7 hingga hari ke 14.
terdiri dari sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari
leukosit dan robekan atau laserasi placenta.
iv) Lokia Alba
Keluar setelah hari ke 14 setelah persalinan. Berwarna putik
mengandung leukosit, sel deciduas dan sel epitel, selaput lender servik
dan serabut jaringan yang mati.
c) Endometrium
Timbulnya thrombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi
placenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2.5mm, mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin.
Setelah 3 hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut
pada bekas implantasi placenta.
d) Serviks
Segera setelah beakhirnya kala TU, servik menjadi sangat lembek, kendur,
dan terkulai. Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti
keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum.
segera setelah postpartum bentuk serviks agak menganga seperti corong.
Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi sedangkan serviks uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah
olah pada perbatasan antara corpus dan serviks uteri terbentuk semacam
cincin. Serviks mengalami infolusi bersama sama uterus. Setelah
persalinan ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan,
setelah 6 minggu persalinan serviks menutup. Warna serviks sendiri
merah kehitam hitaman karena penuh dengan pembuluh darah.
Konsistensinya lunak, kadang kadang terdapat laserasi / permukaan kecil.
Karena robekan kecil yang terjadi selama dilalatasi serviks tidak pernah
kembali pada keadaan sebelum hamil. Gambaran bagian bagian serviks
adalah sebagai berikut :
a) serviks segmen bawah uterus tampak tetap, edema tipis dan rapuh
selama beberapa hari setelah persalinan
b) bagian serviks yang menonjol ke vagina (ekto serviks) terlihat
memar dan tampak sedikit laserasi yang memudahkan terjadinya
infeksi.
c) Muara serviks berdilatasi 10 cm saat melahirkan, menutup secara
bertahap yaitu :
- Pada hari ke-4 sampai ke-6 setelah persalinan masih dapat
dimasukkan 2 jari.
- Akhir minggu ke-2 setelah persalinan, hanya tangkai kuret
terkecil yang dapat dimasukkan.
e) Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan peurpurium merupakan suatu
saluran yang luas berdinding tipis. Pada sekitar minggu ke-3, vagina
mengecil dan timbul rugae kembali sementara labia kembali menonjol.
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap seperti
ukuran sebelum hamil pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah melahirkan.
Estrogen setelah melahirkan sangat berperan dalam penebalan mukosa
vagina dan pembentukan rugae kembali.
f) Payudara
Pada semua perempuan yang telah melahirkan proses laktasi terjadi
secara alami. Dan selama kehamilan payudara disiapkan untuk laktasi
( hormon estrogen dan progesterone ) kolostrum, cairan payudara yang
keluar sebelum produksi susu terjadi pda trimester III dan minggu
pertama postpartum. Pembesaran mammae/payudara terjadi karena
penambahan system vaskuler dan limpatik sekitar mammae. Konsentrasi
hormone ( estrogen, progesterone, human chorionic, gonadotropin,
prolaktin, krotisol dan insulin) yang menstimulasi perkembangan
payudara selama ibu hamil menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
Waktu yang dibutuhkan hormon – hormon ini untuk kembali ke kadar
sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibumenyusui atau tidak .
( Bobak , 1995 )
g ) Perineum
Perineum adalah daerah antara vulva dan anus. Segera setelah melahirkan
perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan
kepala bayi yang bekerja masuk. Pada post natal hari ke-5, perineum
sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap
lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan. Selain itu, biasanya
setelah melahirkan perineum menjadi agak bengkak/edema/memar dan
mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi. Penyembuhan
luka biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah melahirkan.

h ) Rahim
Pasca persalinan rahim akan berkontraksi ( gerakan meremas ) untuk
merapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi
ini yang menimbulkan rasa mules pada perut ibu. Secara bertahap rahim
akan mengecil seperti sebelum hamil, sesaat setelah melahirkan
normalnya rahim teraba keras setinggi 2 jari dibawah pusar, 2 pekan
setelah melahirkan rahim sudah tak teraba dan 6 pekan akan pulih seperti
semula. Biasanya perut ibu masih terlihat buncit dan muncul garis – garis
putih atau coklat berkelok karena peregangan kulit perut yang berlebihan
selama hamil. Senam nifas akan sangat membantu mengencangkan
kembali otot perut.
i ) Organ Otot Panggul
Struktur dan penopang otot uterus dan vagina dapat mengalami cedera
selama waktu melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan relaksasi panggul
yang berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan
permukaan struktur panggul yang menopang uterus, dinding vagina,
rectum, uretra dan kandung kemih. Latihan Kegel dapat
direkomendasikan setelah persalinan untuk membantu memperbaiki
tonus dan fungsi otot vagina dan panggul.

2) System pencernaan
Mual muntah terjadi akibat produksi saliva meningkat pada kehamilan
trimester I,gejala ini terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung kurang
lebih 10 minggu juga terjadi pada ibu nifas. Pada ibu nifas terutama yang
partus lama dan terlantar mudah terjadi ileus paralitkus,yaitu adanya
obstruksi usus akibat tidak adanya peristaltic usus. Penyebabnya adalah
penekanan payudara dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi
gerak peristaltic usus, serta bisa juga terjadi karena pengaruh psikis takut
BAB karena ada luka jahitan perineum. Fungsi usus besar akan kembali
normal pada akhir minggu pertama dimana nafsu makan mulai bertambah
dan rasa tidak nyaman pada perineum sudah menurun. Ibu biasanya lapar
setelah melahirkan sehingga ibu boleh mengkonsumsi makanan ringan dan
setelah benar – benar pulih dari efek keletihan, analgesia dan anestesi
kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Ibu biasanya juga merasa sangat haus
dalam 2 sampai 3 hari pertama melahirkan, kemungkinan karena pertukaran
cairan dalam tubuh berkaitan dengan diuresis. Dengan minum banyak, dapat
membantu mengganti cairan yang hilang pada saat persalinan dalam urine
dan melalui perspirasi ( keringat ).

3) System perkemihan
Pelvis ginjal dan ureter yang tegang dan berdilatasi selama kehamilan
kembali normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan.
Pemeriksaan sistokopik segera setelah melahirkan menujukan tidak saja
edema dan hyperemia dinding kandung kemih tetapi sering kali terdapat
ekstravasasi darah pada submukosa.
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama post partum,
kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher bui – buli sesudah
bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 –
36 jam pasca persalinan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone
estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang
mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan
kembali normal pada dalam jangka waktu 6 minggu.
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah melahirkan,
diperlukan kira – kira 2 – 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan
dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil.
Kurang lebih 40% wanita nifas mengalami proteinuria yang nonpatologis
sejak pascamelahirkan sampai dua hari postpartum agar dapat di
kendalikan.

4) System endokrin

a. Oksitosin

Oksitosin diekskresikan dari kelnjar otak bagian belakang. Selama tahap


ketiga persalinan, hormone oksitosin berperan dalam pelepasan placenta
dan mempertahankan kontraksi sehingga mencegah pendarahan. Isapan
bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut
membantu uterus kembali ke bentuk normal.

b. Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar


pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin. Hormone ini
berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.

c. Estrogen dan progesterone

Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormone


antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Progesterone
mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan
peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat berpengaruh pada saluran
kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva,
serta vagina.

d. Hormon Plasenta

Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon –


hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormone plasenta menurun
dengan cepat setelah persalinan. Penurunan hormone Human Placental
lactogen ( HPL ) , estrogen dan progesterone serta Placental Enzym
Insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula
darah menurun secara bermakna pada masa nifas. Karena perubahan
hormone normal ini membuat masa nifas menjadi suatu periode transisi
untuk metabolism karbohidrat, interpretasi tes toleransi glukosa lebih
sulit pada saat ini. Human Chorionic Gonadotropin ( HCG ) menurun
dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post
partum dan sebagai omset pemenuhan mammae pada hari ke-3 post
partum.

e. Hipotalamik Pituitary Ovarium


Menstruasi pertama kali seringnya bersifat anovulasi yang dikarenakan
rendahnya kadar estrogen dan progesterone. Di antara wanita laktasi
sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah
12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6
minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu.

5) Perubahan tanda-tanda vital

a. Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celcius. Setelah
partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan normal,
namun tidak akan melebihi 8 derajat celcius. Sesudah dua jam pertama
melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih
dari 38 derajat celcius, mungkin terjadi infqwweksi pada klien.

b. Nadi dan pernafasan

Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit setelah partus, dan dapat
terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas
mungkin ada pendarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada
penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan
dengan suhu, sedangkan pernafasan akan semakin meningkat setelah
partus kemudian kembali seperti keadaan semula.

c. Tekanan darah

Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan


menghilang apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang
menyertainya dalam ½ bulan tanpa pengobatan.

6) System hematologi dan kardiovaskuler

Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sampai


sebanyak 150.000 selama persalinan. Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya
selama beberapa hari pertama masa postpartum. Jumlah sel-sel darah putih
tersebut masih bisa naik lebih tinggi lagi hingga 25.000-30.000 tanpa adanya
tanda patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah
haemoglobin dan hematokrit serta eritrosit akan sangat bervariasi pada
awal-awal masa nifas sebagai akibat dari volume darah, volume plasma, dan
volume sel darah yang berubah-ubah.
Daftar Pustaka

Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka


Rihama
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jakarta : Salemba Medika
LAPORAN PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN MASA
NIFAS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Masa Nifas


Dosen Pengampu : Hikmah Sobri, S. Pd, M. Kes

Disusun oleh:
Disusun Oleh:
Kelompok 3B.1
1. Angleng Pralytasari (090105066) 10. Tyas Arintianingsih Y. (090105075)
2. Rosalia Hana S.D (090105067) 11. Anita Desy Kusuma (090105076)
3. Nurjannah Eka Y. (090105068) 12. Feby Dwiantini (090105077)
4. Hasanah Nur L. (090105069) 13. Poppy Erwinasari (090105078)
5. Nova Listia Dewi (090105070) 14. Luh Kharismaning Putri(090105079)
6. Nurul Aryastuti (090105071) 15. Siwi Anggraini Sulistyo (090105080)
7. Nur Aini Fadilah (090105072) 16. Asti Listyani (090105081)
8. Nur Hikmah Setyawati (090105073) 17. Imroatul Mustagfaroh (090105082)
9. Rifqiyatun Najah (090105074)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2009/2010

Вам также может понравиться