Вы находитесь на странице: 1из 118

MODEL

PEMBEBANAN GEMPA

1. RUN ANALYSIS AWAL (RUN DINAMIK)


Setelah selesai modelling struktur di pembahasan sebelumnya, maka
untuk mendapatkan nilai waktu getar alami fundamental serta mengetahui
analisis gerak ragam yang berkontribusi kita dapat melakukan Run Analysis
dengan mengecek model terlebih dahulu sebagai berikut :
Pilih menu Analyze – Check Model – beri tanda ceklis untuk semua options
pengecekan – OK.

Gambar 2.1. Check Model

Setelah itu pilih Analyze kembali – Set Active Degrees of Freedom – pilih
Full 3D – OK. Pilih kembali menu Analyze – Set Load Cases to Run – beri tanda
ceklis pada Calculate Diaphragm Centers of Rigidity – Run Now.

Gambar 2.2. Run Analysis


2. ANALISIS MODE RAGAM
Pola gerak ragam fundamental struktur pada mode tertentu dapat dilihat
dengan gerak animasi pada layar komputer dengan cara : pilih menu Display –
Deformed Shape – klik pilihan modal case – pilih Mode Number 1 untuk ragam 1
(ragam pertama) – OK – klik pilihan Start Animations pada bagian kanan bawah.

Gambar 2.3 Gerak Ragam Mode 1

Berdasarkan animasi pada layar komputer, gerak ragam pertama struktur


menunjukan gerak translasi sejajar dengan sumbu-X dan memberikan waktu
getar alami fundamental sebesar TX = 1,451 detik.
Dengan cara yang sama kita dapat melihat gerak ragam di mode ke 2,3,
dst dengan cara yang sama seperti di atas.
Gambar 2.4. Gerak Ragam Mode 2

Berdasarkan animasi pada layar komputer, gerak ragam kedua struktur


menunjukan gerak translasi sejajar dengan sumbu-Y dan memberikan waktu

getar alami fundamental sebesar Ty = 1,394 detik.


Gambar 2.5. Gerak Ragam Mode 3

Pada mode ke-3 ini gerak struktur sudah menunjukan rotasi karena telah
mengalami puntir terhadap sumbu lokal Z.
Selain dari animasi layar komputer, kita juga dapat melihat pola gerak
ragam dari hasil output analisis ETABS dengan cara pilih menu Display – Show
Tables – klik kotak kecil paling kiri dari pilihan Analysis – klik kotak kecil paling
kiri Results – klik kotak kecil paling kiri Modal Results – beri tanda ceklis pada
bagian Modal Participating Mass Ratios dan Modal Load Participation Ratios –
maka pada jendela ETABS akan tampil pilihan tabel tersebut.
Jika ingin mendapatkan output dalam bentuk Microsoft Excel, klik kanan
pada tabel, kemudian pilih Export to Excel. Sehingga hasilnya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Table 2.1. Modal Load Participation Ratios

TABLE: Modal Load Participation Ratios


Case Item Type Item Static Dynamic
% %
Modal Acceleration UX 100 98,3
Modal Acceleration UY 100 98,16
Modal Acceleration UZ 0 0

Table 2.2. Modal Participating Mass Ratios


TABLE: Modal Participating Mass Ratios
Case Mode Period UX UY UZ Sum UX Sum UY Sum UZ RX RY RZ Sum RX Sum RY Sum RZ
sec
Modal 1 1,451 0 0,7851 0 0 0,7851 0 0,2233 0 0 0,2233 0 0
Modal 2 1,394 0,7781 0 0 0,7781 0,7851 0 0 0,231 0 0,2233 0,231 0
Modal 3 1,135 0 0 0 0,7781 0,7851 0 0 0 0,7884 0,2233 0,231 0,7884
Modal 4 0,464 0 0,111 0 0,7781 0,8961 0 0,5026 0 0 0,7259 0,231 0,7884
Modal 5 0,44 0,1147 0 0 0,8928 0,8961 0 0 0,4886 0 0,7259 0,7196 0,7884
Modal 6 0,364 0 0 0 0,8928 0,8961 0 0 0 0,1033 0,7259 0,7196 0,8918
Modal 7 0,258 0 0,0368 0 0,8928 0,9329 0 0,0684 0 0 0,7943 0,7196 0,8918
Modal 8 0,24 0,0386 0 0 0,9314 0,9329 0 0 0,0725 0 0,7943 0,7921 0,8918
Modal 9 0,203 0 0 0 0,9314 0,9329 0 0 0 0,0376 0,7943 0,7921 0,9294
Modal 10 0,174 0 0,0201 0 0,9314 0,953 0 0,0712 0 0 0,8655 0,7921 0,9294
Modal 11 0,159 0,0213 0 0 0,9527 0,953 0 0 0,0724 0 0,8655 0,8645 0,9294
Modal 12 0,135 0 0 0 0,9527 0,953 0 0 0 0,021 0,8655 0,8645 0,9504
Modal 13 0,126 0 0,0128 0 0,9527 0,9658 0 0,031 0 0 0,8964 0,8645 0,9504
Modal 14 0,114 0,0136 0 0 0,9663 0,9658 0 0 0,0337 0 0,8964 0,8982 0,9504
Modal 15 0,097 0 0 0 0,9663 0,9658 0 0 0 0,0137 0,8964 0,8982 0,9641
Modal 16 0,096 0 0,009 0 0,9663 0,9748 0 0,0296 0 0 0,926 0,8982 0,9641
Modal 17 0,086 0,0096 0 0 0,9759 0,9748 0 0 0,0307 0 0,926 0,9288 0,9641
Modal 18 0,075 0 0,0067 0 0,9759 0,9816 0 0,0182 0 0 0,9442 0,9288 0,9641
Modal 19 0,072 0 0 0 0,9759 0,9816 0 0 0 0,0098 0,9442 0,9288 0,9738
Modal 20 0,067 0,0071 0 0 0,983 0,9816 0 0 0,0195 0 0,9442 0,9484 0,9738

Dari hasil tabel 2.1 dapat dilihat bahwa untuk analisis statik partisipasi
massa sudah mencapai 100% di kedua arah orthogonal dan untuk analisis
dinamik partisipasi massa telah mencapai lebih dari 90%, hal ini sudah sesuai
dengan persyaratan. Jika tidak tercapai tambahkan jumlah mode yang
berkontribusi.
Dari hasil tabel 2.2 dapat dilihat bahwa pada mode 1 nilai faktor translasi
UX memberikan angka yang paling besar/dominan yaitu 78,65% hal ini
menunjukan bahwa gerak translasi arah X terjadi pada mode ini sesuai dengan
animasi layar komputer. Pada mode 2 nilai faktor translasi UY memberikan
angka yang paling besar/dominan yaitu 77,82 % hal ini menunjukan bahwa gerak
translasi arah Y terjadi pada mode ini sesuai dengan animasi layar komputer.
Pada mode 3 nilai RZ dominan yaitu 79,86 % hal ini menunjukan bahwa pada
mode ini gerak struktur sudah dominan dalam rotasi. Persyaratan gerak ragam
sudah sesuai.

3. PARAMETER GEMPA RENCANA


Pada perancangan ini akan dibuat gedung perkantoran 12 lantai
yang diasumsikan berlokasi di Kalimantan dan berdiri di atas tanah lunak
Parameter gempa sesuai dengan peraturan gempa terbaru SNI 1726 – 2012 bisa
kita dapatkan di website.

Gambar 2.6. Desain Spektra kalimantan

Pada bagian Jenis Input pilih Nama Kota, kemudian ketik kalimantan lalu
klik kotak Hitung dan klik Lihat Hasil.
Gambar 2.7. Parameter kelas situs SD (Tanah Lunak)

Penentuan klasifikasi jenis tanah diatur pada SNI 1726 – 2012 Pasal 5.3.
klasifikasi kelas situs tanah dibagi menjadi 5, yaitu SA (batuan keras), SB
(batuan), SC (tanah keras), SD (tanah sedang), SE (tanah lunak), dan SF (tanah
khusus) yang didapat berdasarkan perhitungan 3 parameter yaitu kecepatan
rata-rata gelombang geser, tahanan penetrasi standar lapangan rata-rata dan
tahanan penetrasi standar rata-rata untuk lapisan tanah non-kohesif, serta kuat
geser niralir rata-rata. Pada perancangan ini diasumsikan gedung berdiri di atas
tanah lunak di wilayah kalimantan.
Parameter spektral tanah lunak Kalimantan berdasarkan web Desain
Spektra Indonesia adalah :
- PGA (g) 0.056
- SS (g) 0.125
- S1 (g) 0.089
- CRS 1.029
- CR1 1.281
- FPGA 2.500
- FA 2.500
- FV 3.500
- PSA (g) 0.141
- SMS (g) 0.313
- SM1 (g) 0.312
- SDS (g) 0.209
- SD1 (g) 0.208
- T0 (detik) 0.199
- TS (detik) 0.997
Dengan menggunakan web tersebut kita langsung secara otomatis
mendapatkan data lengkap dari parameter spektral yang dibutuhkan untuk
perencanaan gempa. Untuk perhitungan manual, penentuan parameter desain
spektral dijelaskan dalam SNI 1726 – 2012 Pasal 6.1 – Pasal 6.3.

4. PEMBEBANAN GEMPA STATIK MANUAL


Pembebanan gempa mengacu pada peraturan SNI 1726 – 2012 dengan
rincian sebagai berikut (keterangan tabel dalam pembahasan ini disesuaikan
dengan nomor tabel pada SNI 1726-2012) :

4.1 Kategori Risiko Bangunan (Risk Category)


Berdasarkan Pasal 4.1.2, Gedung Perkantoran masuk kedalam kategori
risiko II dengan nilai faktor keutamaan gempa, Ie = 1,0 (Tabel 2-Faktor
Keutamaan Gempa).

4.2 Kategori Desain Seismik (SDC = Seismic Design Category)


Kategori Desain Seismik akan menentukan tingkat keparahan suatu
wilayah gempa. Terdapat 6 jenis kateori desain seismik, yaitu Kategori Desain
Seismik A, B tergolong dalam tingkat risiko kegempaan yang rendah, Kategori
Desain Seismik C tergolong dalam tingkat risiko kegempaan menengah, dan
Kategori Desain Seismik D, E, F tergolong dalam tingkat risiko kegempaan yang
tinggi.
Berdasarkan Pasal 6.5 penentuan tingkat keparahan daerah
gempa/kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan SDS
dan SD1. Nilai SDS = 0,590 dengan kategori risiko II maka sesuai Tabel 6 masuk
dalam Kategori Desain Seismik D. Nilai SD1 = 0,354 dengan kategori risiko II
maka sesuai Tabel 7 masuk dalam Kategori Desain Seismik D. Maka Kategori
Desain Seismik yang digunakan dalam perancangan adalah KDS D, jika didapat
2 jenis KDS dari hasil analisa diatas maka yang dipilih adalah KDS dengan risiko
terparah.
4.3 Sistem Struktur dan Parameternya
Pemilihan sistem struktur berhubungan dengan elemen penahan beban
lateral dan juga Kategori Desain Seismik yang direncanakan. Pada perancangan
ini akan digunakan sistem ganda sebagai penahan beban lateral.
Asumsi pemilihan sistem struktur dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
misalnya berhubungan dengan ketinggian bangunan, untuk bangunan rendah
sampai menengah dibawah 10 lantai biasanya digunakan sistem rangka pemikul
momen. Pada bangunan tinggi untuk mengantisipasi perilaku gempa secara
dinamik biasanya sistem ganda yang merupakan gabungan antara dinding geser
dengan rangka pemikul momen banyak digunakan. Selain dari ketinggian
bangunan, wilayah dimana gedung berdiri juga dapat menjadi pertimbangan.
Pada daerah yang terletak di zona rawan gempa harus memiliki elemen penahan
beban lateral yang lebih baik dibandingkan dengan daerah yang bukan rawan
gempa.
Tabel 2.3. Parameter Sistem Struktur
Pada tabel diatas, terdapat 2 jenis sistem ganda, yaitu sistem ganda yang
menggunakan rangka pemikul momen khusus (point D) dan rangka pemikul
momen menengah (point E). Untuk Kategori Desain Seismik D penggunaan
sistem ganda dengan rangka pemikul momen menengah dan dinding geser
beton bertulang khusus dibatasi sampai 48 m (gedung rencana memiliki tinggi 60
m)
Berdasarkan sistem struktur yang akan digunakan, maka parameter
faktor gempa yang digunakan adalah :
- Koefisien Modifikasi Respons, R = 7
- Faktor Kuat Lebih Sistem, Ω0 = 2,5
- Faktir Pembesaran Defleksi, Cd = 5,5

4.4 Penentuan Periode Desain


Waktu Getar/Perioda alami fundamental struktur merupakan waktu yang
dibutuhkan struktur untuk menempuh satu siklus gerakan yang nilainya
dipengaruhi oleh fungsi massa dan kekakuan. Nilai perioda desain akan
digunakan untuk mendapatkan beban gempa rencana.
Penentuan perioda desain dalam SNI 1726 – 2012 berbeda dengan SNI
1726 – 2002 sebagai peraturan terdahulunya, dalam SNI 1726 – 2002
perioda/waktu getar suatu struktur dibatasi oleh nilai hasil perkalian antara suatu
koefisien berdasarkan zona gempa dengan jumlah lantai tingkatnya. Pada SNI
1726 – 2012 nilai perioda struktur dibatasi oleh batas bawah perioda (perioda
fundamental pendekatan) dengan batas atas perioda (perioda maksimum).
Penentuan perioda diatur dalam pasal 7.8.2.
Perioda Fundamental pendekatan atau batas perioda minimum adalah :
Ta = Cthnx
Keterangan :
hn adalah ketinggian struktur (m) dari taraf penjepitan lateral/lantai dasar sampai
tingkat tertinggi struktur dan koefisien Ct dan x ditentukan dari tabel berikut ini :
Tabel 2.4. Nilai Parameter Perioda Pendekatan

Tipe struktur yang digunakan adalah “Semua Sistem Struktur Lainnya”


karena menggunakan sistem ganda dan ketinggian total dari dasar = 52 m.
Ta = Cthnx
Ta = 0,0488 x 52 0,75
Ta = 0,945 detik . ………. Batas bawah
Jika tidak digunakan analisis struktur dengan bantuan program untuk
mendapatkan waktu getar alami struktur yang akurat, maka nilai perioda
pendekatan diatas dapat digunakan untuk menghitung beban gempa statik
rencana. Jika telah dilakukan analisis struktur dengan program dan mendapatkan
waktu getar yang akurat sesuai massa dan kekakuan struktur, maka harus
dilakukan pengecekan terhadap batas atas perioda, yaitu :
T = CuTa, dengan nilai Cu berdasarkan tabel berikut ini :

Tabel 2.5. Koefisisen Batas Atas Perioda

SD1 = 0,208 (g)

T = 1,5 x 0,945 detik


T = 1,417 detik. ………. Batas atas

Berdasarkan program ETABS, didapat nilai perioda berdasarkan mode


untuk masing-masing arah adalah sebagai berikut :
Tx = 1,451 detik (mode – 1)
Ty = 1,394 detik (mode – 2)
Maka perioda desain yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan
berikut ini :
Jika Tc < Ta, T = Ta,
Jika Ta < Tc < CuTa, T = Tc,
Jika Tc > CuTa, T = CuTa
Keterangan :
T : Perioda Desain
Tc : Perioda hasil analisa komputer/ETABS
Ta : Batas Bawah/Minimum Perioda
CuTa : Batas Atas/Maksimum Perioda

Jadi Perioda Desain yang akan digunakan adalah :


Tx = 1,823 detik > 1,417 detik…… Tx = 1,417 detik
Ty = 1,523 detik > 1,417 detik…… Ty = 1,417 detik

4.5 Penentuan Koefisien Respons Seismik


Perhitungan koefisien respon seismik diatur dalam pasal 7.8.1.1 dengan
perincian sebagai berikut :
- SDS(g) = 0.209
- SD1(g) = 0.208
Karena perioda desain arah x = arah y, maka hanya dilakukan 1 kali
penghitungan Cs, namun jika diperoleh perioda desain yang berbeda maka
dapat dilakukan perhitungan secara terpisah antara arah x dan arah y.
S DS 0.209
CS    0.0298 , nilai Cs yang dihitung tidak perlu
R  7
   
 Ie  1

melebihi
daripada nilai Cs berikut ini :
S D1 0.208
CS    0.0209 , nilai Cs harus tidak kurang dari:
R  7
T   1.417 
 Ie  1

CSmin = 0.044 SDS I e 

CSmin = 0.044 x 0.209 x 1 


CSmin = 0.009196 

Jadi Csx = Csy = 0.009196 (koefisien gaya geser untuk arah x dan y)

Cat : Perbedaan dari SNI 1726 – 2002 sebelumnya dengan SNI 1726 – 2012
yang digunakan sekarang adalah dengan adanya penetapan gaya geser
dasar minimum, peraturan sebelumnya tidak menetapkan nilai gaya geser
minimum suatu bangunan sehingga gedung-gedung dengan perioda panjang
dapat memiliki gaya geser dasar yang kecil, namun tidak pada SNI 1726 –
2012 yang menetapkan gaya geser dasar minimum suatu gedung yang
memiliki perioda panjang, sehingga perlu ada “koreksi darurat” tentang desain
gaya geser gedung-gedung tinggi dengan peraturan terdahulu jika
dibandingkan dengan peraturan sekarang.
Batasan perioda untuk penggunaan nilai gaya geser minimum dapat
diturunkan dengan persamaan berikut ini :

S D1
 0.044S DS I e
R
T  
 Ie 
S D1
I e  0.044S DS I e
TxR
S D1
 0.044 S DS
TxR
S D1 TS S
T  , dengan T  D1
0.044S DS R 0.044 R S DS
4.6 Berat Seismik Efektif
Berat Sesimik Efektif merupakan berat total desain hasil penjumlahan
dari beban mati struktur + beban mati tambahan + beban hidup yang
tereduksi. Berat Seismik per-lantai dapat langsung kita peroleh melalui
program ETABS dengan cara sebagai berikut : pilih menu Display – Show
Tables – Analysis – Results – Structure Results – beri tanda ceklis pada
Centers of Mass and Rigidity – OK – Export to Excel.

Gambar 2.8. Mass Output


Tabel 2.6. Berat Struktur tiap Lantai

TABLE: Centers of Mass and Rigidity


Story Diaphragm Mass X Mass Y XCM YCM Cumulative X Cumulative Y
kg kg m m kg kg
Story13 D1 72174,19 72174,19 16 8 72174,19 72174,19
Story12 D1 113331,03 113331,03 16 8 185505,23 185505,23
Story11 D1 113331,03 113331,03 16 8 298836,26 298836,26
Story10 D1 113331,03 113331,03 16 8 412167,29 412167,29
Story9 D1 113331,03 113331,03 16 8 525498,33 525498,33
Story8 D1 113331,03 113331,03 16 8 638829,36 638829,36
Story7 D1 113331,03 113331,03 16 8 752160,39 752160,39
Story6 D1 113331,03 113331,03 16 8 865491,43 865491,43
Story5 D1 113331,03 113331,03 16 8 978822,46 978822,46
Story4 D1 113331,03 113331,03 16 8 1092153,49 1092153,49
Story3 D1 113331,03 113331,03 16 8 1205484,53 1205484,53
Story2 D1 113331,03 113331,03 16 8 1318815,56 1318815,56
Story1 D1 113331,03 113331,03 16 8 1432146,6 1432146,6

Pada tabel hasil output ETABS di atas, didapat data berat total per-lantai
dari mass source yang sudah dimasukkan sebelumnya. Berat keseluruhan
struktur juga dapat dilihat pada kolom Cumulative. Jadi total berat seismik efektif
untuk desain adalah :

WTOTAL = 1432146,6 Kg

4.7 Gaya Geser Dasar (Base Shear)


V = CsW, dimana :
V = Geser dasar seismik
Cs = Koefisien respons seismik desain
W = Berat seismik efektif total

Vx = 0,009196 x 1432146,6 Kg = 13170,02 Kgf


Vy = 0,009196 x 1432146,6 Kg = 13170,02 Kgf

Gaya Geser Statik


4.8 Distribusi Gaya Gempa Statik Tiap Lantai

Distribusi gaya gempa lateral (F) pada setiap lantai diatur dalam Pasal
7.8.3 dengan rumus seperti dibawah ini :
F= CV x V, dan

Interpolasi nilai k untuk nilai perioda desain pada rentang 0,5 < T < 2,5
adalah :
k= 0,5 T + 0,75
k = 0,5 (1.417) + 0,75
k = 1,4585

Story hi Wi K Wihi^k Cv Fx = Fy
(m) (Kg) (Kgf-m) (Kgf)
Story 13 52 72174,19 5473834,918 0,095955853 10874,77567
Story 12 48 113331,03 7934078,748 0,139083715 15762,50067
Story 11 44 113331,03 7272905,519 0,127493405 14448,95894
Story 10 40 113331,03 6611732,29 0,115903096 13135,41722
Story 9 36 113331,03 5950559,061 0,104312786 11821,8755
Story 8 32 113331,03 5289385,832 0,092722477 10508,33378
Story 7 28 113331,03 1,4585 4628212,603 0,081132167 9194,792055
Story 6 24 113331,03 3967039,374 0,069541857 7881,250333
Story 5 20 113331,03 3305866,145 0,057951548 6567,708611
Story 4 16 113331,03 2644692,916 0,046361238 5254,166889
Story 3 12 113331,03 1983519,687 0,034770929 3940,625167
Story 2 8 113331,03 1322346,458 0,023180619 2627,083444
Story 1 4 113331,03 661173,229 0,01159031 1313,541722
JUMLAH 1432146,55 57045346,78 1 113331,03
4.9 Gaya Geser Statik Tiap Lantai

Gaya geser tiap lantai akibat beban gempa desain dapat dihitung sesuai
pasal 7.8.4 dengan menggunakan persamaan :

, gaya geser merupakan kumulatif dari penjumlahan gaya


gempa static ekivalen tiap lantai:

Tabel 2.8. Gaya Geser Statik Tiap Lantai

Story Fx Vx Fy Vy
(Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf)
Story 13 10874,77567 10874,77567 10874,77567 10874,77567
Story 12 15762,50067 26637,27634 15762,50067 26637,27634
Story 11 14448,95894 41086,23528 14448,95894 41086,23528
Story 10 13135,41722 54221,6525 13135,41722 54221,6525
Story 9 11821,8755 66043,528 11821,8755 66043,528
Story 8 10508,33378 76551,86178 10508,33378 76551,86178
Story 7 9194,792055 85746,65383 9194,792055 85746,65383
Story 6 7881,250333 93627,90417 7881,250333 93627,90417
Story 5 6567,708611 100195,6128 6567,708611 100195,6128
Story 4 5254,166889 105449,7797 5254,166889 105449,7797
Story 3 3940,625167 109390,4048 3940,625167 109390,4048
Story 2 2627,083444 112017,4883 2627,083444 112017,4883
Story 1 1313,541722 113331,03 1313,541722 113331,03

Contoh Perhitungan:
Gaya Geser Story Atap, VATAP =FATAP = 10874,775 Kgf
Gaya Geser Story 12, V12= VATAP + F12 = 26637,276 Kgf
Gaya Geser Story 11, V11= V12 + F11 = 41086,235 Kgf
Gaya Geser Story 10, V10= V11 + F10 = 54221,652 Kgf
Gaya Geser Story 9, V11= V10 + F9 = 66043,528 Kgf
Gaya Geser Story 8, V11= V9 + F8 = 76551,861 Kgf
Gaya Geser Story 7, V11= V8 + F7 = 85746,653 Kgf
Gaya Geser Story 6, V11= V7 + F6 = 93627,904 Kgf
Gaya Geser Story 5, V11= V6 + F5 = 100195,61 Kgf
Gaya Geser Story 4, V11= V5 + F4 = 105449,77 Kgf
Gaya Geser Story 3, V11= V4 + F3 = 109390,40 Kgf
Gaya Geser Story 2, V11= V3 + F2 = 112017,48 Kgf
Gaya Geser Story 1, V11= V2 + F1 = 103331,03 Kgf = VBASE SHEAR

5. PEMBEBANAN GEMPA STATIK OTOMATIS ETABS


Sebelum memulai input gempa statik ekivalen secara otomatis dengan
program ETABS, terlebih dahulu buka kunci jendela ETABS karena sebelumnya
telah dilakukan proses Run Analysis dengan cara klik icon seperti gambar di
bawah ini sehingga menjadi Unlock Model.

Gambar 2.9. Unlock Model

Kemudian pilih menu Define – Load Patterns – Input Gaya Lateral Arah X
(EX) seperti gambar berikut ini – Click To Add New Load.

Gambar 2.10. Input Gaya Lateral EX

- Load = isikan EX sebagai gempa static arah x


- Type = Seismic (gempa)
- Self Weight Multiplier =0
- Auto Lateral Load = ASCE 7 – 10 (perlu diketahui bahwa code ASCE
7 – 10 merupakan payung/dasar dari peraturan gempa SNI 1726 – 2012
sehingga analisa perhitungannya akan sama dengan yang dipakai di
Indonesia)
Kemudian klik Modify Lateral Load sehingga tampil kotak dialog seperti
dibawah ini.

Gambar 2.11. ASCE 7 – 10 Seismic Loading X-Direction (Time Period


Program Calculated

- Direction and Eccentricity : pilih X Dir


- Metode Pemilihan Time Period :
a. Approximate = jika memilih metode ini maka perhitungan Time Period
program berdasarkan formula perioda pendekatan atau perioda minimum
sesuai dengan fungsi Ct (ft), x.
b. Program Calculated = jika memilih metode ini maka program akan langsung
menghitung otomatis waktu getar/perioda desain dengan
mempertimbangkan batas atas dan batas bawah perioda .
c. User Defined = Jika memilih metode ini kita dapat langsung memberikan
nilai perioda desain yang telah kita hitung sebelumnya.
Untuk metode pertama kita pilih dengan Program Calculated dengan fungsi Ct
(ft), x sesuai dengan sistem ganda. Pemilihan fungsi Ct (ft), x pada program
ETABS sesuai dengan kode ASCE 7 – 10 yang dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 2.9. Parameter Perioda Pendekatan Ct dan x

Sumber : ASCE 7 – 10
Berdasarkan tabel diatas, untuk All other structural systems nilai Ct = 0,02
dengan nilai metric ekuivalen (0,0488) dan x = 0,75. Maka untuk sistem ganda
dalam program, fungsi perioda pendekatannya adalah Ct (ft), x = 0,02; 0,75.
- Story Range :
a. Top Story for Seismic Loads = atap (Lantai paling atas)
b. Bottom Story for Seismic Loads = Base (Lantai dasar penjepitan lateral)
- Factors :
Nilai faktor diisi sesuai dengan parameter jenis sistem struktur, dalam hal ini
adalah sistem ganda dan faktor keutamaan bangunan, yaitu:
a. Response Modification, R =7
b. System Overstrength, omega = 2,5
c. Deflection Amplification, Cd = 5,5
d. Occupancy Imoportant, Ie =1
- Seismic Coefficients:
a. 0.2 Sec Spectra; Accel, SS =0.1254
b. 1 Sec Spectra; Accel, S1 =0.089
c. Long Period-Transition Period = 8 sec, diambil dari peta Long
Period Transtition Period untuk wilayah Kalimantan*
d. Site Class = E (Situs SE, Tanah lunak)
Lakukan hal yang sama untuk membuat beban gempa statik arah-Y.

Gambar 2.12. Input Gaya Lateral EY

Gambar 2.13. ASCE 7 – 10 Seismic Loading Y-Direction (Time Period


Program Calculated

Setelah input beban EX dan EY melalui otomatis program, lakukan


analisis dengan pilih menu Analyze – Set Load Cases To Run – Run Now.
Setelah prose run analysis selesai, pilih Display – Show Tables – Analysis –
Results – Reactions – beri tanda centang pada Base Reactions – OK – klik
kanan pada tabel output – Export To Excel.

Gambar 2.15. Output Base Reaction


Tabel 2.10. Base Reactions Time Period Program Calculated

TABLE: Base Reactions Time perioade program calculated


Load Case/Combo FX FY FZ MX MY MZ X Y Z
kgf kgf kgf kN-m kN-m kN-m m m m
DL 0 0 7154216 561271,1825 -1122542 0 0 0 0
LL 0 0 1555456 122030,5031 -244061 0 0 0 0
EX -105374 5,361E-07 0 0 -39151,4 8266,932 0 0 0
EY 5,793E-07 -104235 0 38762,7884 0 -16355,1 0 0 0

Dari hasil analisis progam dengan menggunakan ASCE 7 – 10 berdasarkan


metode Time Period Program Calculated didapat:

Vx = 105374 Kgf
Vy = 105374 Kgf

Pada metode kedua ini akan dijelaskan input beban gempa statik
ekivalen dengan Time Period User Defined.
Kembali pada jendela ETABS klik icon Unlock Model (Buka Kunci) – pilih
kembali menu Define – Load Patterns – pilih Loads EX – klik Modify Lateral Load
– pada bagian Time Period pilih User Defined dan isi nilai T = TDESAIN = 1,196 sec
– OK. Lakukan hal yang sama untuk memilih Loads EY.

Gambar 2.15. ASCE 7 – 10 Seismic Loading X-Direction (Time Period


Program User Defind)
Gambar 2.16. ASCE 7 – 10 Seismic Loading Y-Direction (Time Period
Program User Defind)

Setelah itu lakukan analisis kembali dengan pilih menu Analyze – Set
Load Cases To Run – Run Now. Setelah proses run analysis selesai, pilih
Display – Show Tables – Analysis – Results – Reactions – beri tanda ceklis pada
Base Reactions – OK – klik kanan pada tabel output – Export To Excel.

Tabel 2.11. Base Reactions Time Period User Defined

TABLE: Base Reactions User Defined


Load Case/Combo FX FY FZ MX MY MZ X Y Z
kgf kgf kgf kN-m kN-m kN-m m m m
DL 0 0 7154216 561271,1825 -1122542 0 0 0 0
LL 0 0 1555456 122030,5031 -244061 0 0 0 0
EX -103640 5,278E-07 0 0 -38560,1 8130,917 0 0 0
EY 5,762E-07 -103640 0 38560,1041 0 -16261,8 0 0 0
Dari hasil analisis progam dengan menggunakan ASCE 7 – 10
berdasarkan metode Time Period Program Calculated didapat:

Vx = 103640 Kgf
Vy = 103640 Kgf

Maka hasil analisis nilai Gaya Geser Statik dengan menggunakan 3


metode yaitu perhitungan manual, ASCE 7 – 10 Time Period Program Calculaed,
dan ASCE 7 – 10 Time Period User Defined dapat dilihat pada tabel
perbandingan dibawah ini.
Tabel 2.12. Perbandingan Nilai Base Shear Statik

NO METODE Vx Vy
Kgf Kgf
1 Perhitungan Manual 113331,03 113331,03
2 ASCR 7-10 Program Calculated 105374 104235
3 ASCR 710 User Defined 103640 103460

Berdasarkan tabel di atas, perbandingan antara nilai base shear statik


dengan perhitungan manual dan metode ASCE 7-10 time period user defined
memberikan hasil yang terbaik dimana keduanya memberikan angka yang
sangat dekat. Dari hasil ke-3 analisis ini dapat membuktikan bahwa analisis base
shear dengan program ETABS berdasarkan ASCE 7 – 10 sudah sangat relevan
dengan peraturan gempa Indonesia SNI 1726 – 2012, sehingga dapat digunakan
untuk desain ataupun sekedar pengecekan terhadap perhitungan manual.

6. PEMBEBANAN GEMPA DINAMIK RESPONS SPEKTRA


Pembebanan gempa dengan respons spektra berguna untuk melihat
perilaku dinamik dari pola gaya geser bangunan-bangunan tinggi yang
dipengaruhi oleh banyak mode/ modal yang berkontribusi. Bangunan-bangunan
yang memiliki sisi ketidakberaturan/irregurality juga harus menyertakan analisis
gempa dinamik dalam perencanaan. Semakin tinggi bangunan dan semakin
banyak mode yang berkontribusi maka perilaku dinamik akan menentukan dan
dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mendapatkan nilai gaya geser rencana
yang juga dibandingkan dengan analisis statik ekivalennya, sehingga didapat
nilai-nilai gaya geser dengan distribusi yang bagus sepanjang tinggi gedung.
Pembebanan gempa dinamik respons spektra dapat dianalisis langsung
menggunakan program ETABS dengan terlebih dahulu membuat kurva respons
spektrum sesuai parameter spektral wilayah tempat gedung berdiri dan jenis
tanahnya.
Kurva Spektrum Respons Desain merupakan fungsi percepatan spektral
(Sa) terhadap perioda (T), kurva ini digunakan dalam analisis dinamik untuk
mendapatkan nilai percepatan tanah desain dari masing-masing modal yang ada.
Perhitungan Kurva Spektrum Respons Desain diatur dalam Pasal 6.4.

Gambar 2.17. Respons Spektrum Desain

a. Untuk perioda yang lebih dari T0 ( T < T0 ), spectrum respons desain (Sa) :

 T
S a  S DS  0.4  0.6 
 T0 
b. Untuk periode lebih besar dari atau sama dengan T 0 dan lebih kecil dari atau
sama dengan TS (T0 ≤ T ≤ TS) , spektrum respons desain (Sa) :
S a  S DS
c. Untuk perioda yang lebih besar daripada TS (T > TS), spektrum respons
desain (Sa) :
T
SA (g)
(detik)
0,01 20,9

0,02 10,45
S DS 0,03 6,96
Sa 
T
0,04 5,22
Keterangan: 0,05 4,18
S D1
T0  0.2 0,06 3,48
S DS
S D1 0,07 2,98
TS 
S DS
0,08 2,61
Nilai SDS =0.209 detik
0,09 2,32
Nilai SD1 =0.208 detik
0,1 2,09
Nilai T0 =0.199 detik
Nilai TS =0,997 detik 0,11 1,90

0,12 1,74
Buat kolom T dan Sa di ms.excel
dengan interval 0,01 detik dimulai 0,13 1,60

dari 0 detik sampai asumsi 4 detik 0,14 1,49


( nilai asumsi harus lebih besar
0,15 1,39
dari nilai TDesaign

0,16 1,30

Berikut ini akan ditampilkan kurva respons desain dengan SNI 1726 –
2012 dan sebagai perbandingan juga akan ditambahkan kurva respons spektrum
dengan wilayah dan jenis tanah yang sama menggunakan SNI 1726 – 2002.
Gambar 2.18. Kurva Spektrum Desain kalimantan dengan SNI 1726 – 2012

Setelah melakukan perhitungan kurva spektrum desain berdasarkan


SNI 1726 – 2012 dengan menggunakan Microsoft Excel. Copy – paste nilai T
dan Sa menjadi 2 kolom ke dalan Notepad pada komputer dan save dengan
hasil seperti di bawah ini.

Gambar 2.20. Spektrum Desain dalam Notepad


Setalah membuat spektrum desain, kembali pada jendela ETABS pilih
Unlock Model – Define – Functions – Response Spectrum – Choose Functions
Type to Add pilih From File – pilih Add
New Function – Browse – OK.

Gambar 2.20. Spektrum Respons Desain From File

- Function Name : ganti menjadi “SPEKTRA SUMATERA”


- Function Damping Ratio : 5% Damping
- Values are : Period vs Value
- Browse : Cari file notepad spectrum yang telah dibuat
- Function Graph : Lihat hasil kurva T vs Sa

Setelah input kurva spektrum, pendefinisian beban gempa dinamik dapat


dilakukan dengan cara : pilih menu Define – Load Cases – Click To Add New
Case – Isi kotak dialog Load Case Data – OK.
Gambar 2.21. Load Case Data SPEC-X

Beban Gempa Dinamik Respons Spektrum Arah X

- Load Case Name :SPEC-X


- Load Case Type :pilih Response Spectrum
- Load Case Name :pilih Add pada sebelah kanan table
a. Load Type =Acceleration
b. Load Name =UI (arah X)
c. Function =pilih sesuai nama spectrum, “SPEKTRA SUMATRA”
d. Scale Factor =G x Ie/R = 9810 mm/sec2 x 1/7 = 1401.43
- Other Parameters
a. Model Load Case =Modal
b. Modal Combination Method =pilih asumsi CQC
c. Directional Combination Type =pilih asumsu SRSS
d. Modal Damping =Constant at 0,05 (5%)

Dengan cara yang sama lakukan untuk mendefinisikan beban gempa dinamik
respons spektrum arah Y seperti tampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.22. Load Case Data SPEC-Y

Setelah input beban gempa dinamik respons spektrum arah x dan arah y,
lakukan Run Analysis. Pilih menu Analyze – Set Load Cases to Run – Run Now.
Untuk melihat hasil gaya geser dinamik pilih menu Display – Show Tables –
Analysis – Results – Reactions – beri tanda ceklis pada Base Reactions – OK –
klik kanan pada tabel output pilih Export To Excel.

Tabel 2.13. Gaya Geser Dinamik

TABLE: Base Reactions


Load Case/Combo FX FY FZ MX MY MZ X Y Z
kN kN kN kN-m kN-m kN-m m m m
SPEC-X Max 84330,6237 0,0018 0 0,00004072 28630,4275 6616,0074 0 0 0
SPEC-Y Max 0,0027 81745,5848 0 27621,4599 0,0001 12826,4057 0 0 0
VSPEC-X = 84330,62 Kgf
VSPEC-Y = 81745,58 Kgf

Pembebanan gempa dinamik respons spektrum juga dapat dilakukan dengan


menggunakan kurva respons spektrum secara otomatis pada program ETABS.
Seperti halnya pembebanan gempa statik ekivalen otomatis, kurva respons
spektrum juga didapat dengan menggunakan metode ASCE 7 – 10 dengan cara
: Unlock Model – menu Define – Functions – Response Spectrum – pada bagian
Choose Function Type to Add pilih ASCE 7-10 – Click To Add New Function – isi
kotak dialog Response Spectrum ASCE 7-10 – OK.

Gambar 2.23. Respon Spektrum dengan ASCE 7-10


- Function Name :ASCE 7 -10 SPEKTRA SUMATRA
- Damping Ratio :0,05 (5%)
- 0,2 Sec Spectral Accel, SS :0.725 (sesuai data)
- 1 Sec Spectral Accel, S1 :0.293 (sesuai data)
- Site Class :D (tanah sedang, situs SE)
- Plot Options :Linear X – Linear Y
Untuk mengganti pembebanan gempa dinamik dari kurva spektrum yang
sebelumnya menggunakan fasilitas from file dengan kurva spektrum otomatis
ASCE 7 – 10, kembali ke menu Define – Load Cases – pilih beban gempa
SPEC-X – Click To Modify/Show Case – pada pilihan Function pilih ASCE 7 –
10 SPEKTRA JATIM – OK – lakukan hal yang sama untuk beban gempa
SPEC-Y – OK.

Gambar 2.24. Input Function ASCE 7 -10 arah X

Gambar 2.25. Input Function ASCE 7 -10 arah Y

Tabel 2.14. Gaya Geser Dinamik Spektum Otomatis

TABLE: Base Reactions


Load Case/Combo FX FY FZ MX MY MZ
kN kN kN kN-m kN-m kN-m
SPEC-X Max 84238,3916 0,0018 0 0,00004005 28604,9967 6608,7715
SPEC-Y Max 0,0026 81861,701 0 27670,1507 0,0001 12844,6251

VSPEC-X = 84238,39 Kgf


VSPEC-Y = 81861,70 Kgf
Hasil perbandingan gaya geser dengan menggunakan spektrum manual
dan otomatis ETABS dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.15. Hasil Perbandingan Gaya Geser Dinamik

NO METODE Vx Vy
Kgf Kgf
1 Perhitungan Manual 84330,6237 81745,5848
2 Spektrum otomatis ASCE 7-10 84238,3916 81861,701

7. RELASI BEBAN GEMPA STATIK – DINAMIK


Berdasarkan SNI 1726 – 2012, beban gempa dinamik tidak boleh kurang
dari 85% beban gempa statik, atau dengan kata lain VDINAMIK ≥ 0,85VSTATIK , jika
syarat tersebut tidak terpenuhi maka beban gempa dinamik harus dikalikan
dengan faktor skala sebesar :
0.85xVBASESTATIK
scalefactor 
VBASEDINAMIK
Pada analisis sebelumnya sudah didapatkan nilai beban gempa
menggunakan metode gaya lateral statik ekivalen dan dinamik respons spektra
dengan berbagai metode. Dalam perhitungan desain ini akan digunakan nilai
beban gempa statik ekivalen hasil dari perhitungan manual berdasarkan tabel
2.8 dan beban gempa dinamik respons spektrum dengan metode ASCE 7 – 10
berdasarkan tabel 2.14.
Gaya geser statik ekivalen tiap lantai didapat berdasarkan hasil perhitungan dari
tabel 2.8. Gaya geser dinamik tiap lantai dapat dilihat dari hasil output ETABS
dengan cara pilih menu Display – Story Response Plot – akan tampak kotak
dialog Story Response seperti gambar dibawah ini.
Gambar 2.26. Gaya Geser Dinamik Arah X

- Display Type : pilih Story Shears


- Case/Combo :pilih SPEC-X untuk melihat gaya geser X
Untuk menampilkan dalam format Excel pilih icon seperti gambar di bawah ini:

Gambar 2.27. Formatted Table


Gambar 2.28. Story Response Dinamik Arah X (XLS)

Tabel 2.16. Gaya Geser Dinamik – X Tiap Lantai


TABLE:
Story
Response
Story Elevation Location X-Dir Y-Dir
m kgf kgf
Story13 52 Top 10896,7322 0,0034
Bottom 10896,7322 0,0034
Story12 48 Top 22495,4937 0,0049
Bottom 22495,4937 0,0049
Story11 44 Top 32757,1381 0,0049
Bottom 32757,1381 0,0049
Story10 40 Top 41838,2979 0,0029
Bottom 41838,2979 0,0029
Story9 36 Top 49907,8652 0,0018
Bottom 49907,8652 0,0018
Story8 32 Top 57089,8986 0,0031
Bottom 57089,8986 0,0031
Story7 28 Top 63479,7695 0,003
Bottom 63479,7695 0,003
Story6 24 Top 69124,6768 0,0024
Bottom 69124,6768 0,0024
Story5 20 Top 74027,3815 0,0017
Bottom 74027,3815 0,0017
Story4 16 Top 78132,6844 0,0015
Bottom 78132,6844 0,0015
Story3 12 Top 81323,7776 0,0016
Bottom 81323,7776 0,0016
Story2 8 Top 83417,5515 0,0007
Bottom 83417,5515 0,0007
Story1 4 Top 84238,3916 0,0018
Bottom 84238,3916 0,0018
Base 0 Top 0 0
Bottom 0 0

Dengan cara yang sama, maka output nilai gaya geser dinamik arah Y
tiap lantai dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 2.29. Gaya Geser Dinamik Arah Y


Gambar 2.30. Story Response Dinamik Arah Y (XLS)

Tabel 2.17. Gaya Geser Dinamik – Y Tiap Lantai


TABLE: Story Response
Story Elevation Location X-Dir Y-Dir
m kgf kgf
Story13 52 Top 0,0015 10464,2519
Bottom 0,0015 10464,2519
Story12 48 Top 0,0013 21666,6088
Bottom 0,0013 21666,6088
Story11 44 Top 0,001 31595,6746
Bottom 0,001 31595,6746
Story10 40 Top 0,0021 40387,6111
Bottom 0,0021 40387,6111
Story9 36 Top 0,0016 48200,639
Bottom 0,0016 48200,639
Story8 32 Top 0,0014 55154,1635
Bottom 0,0014 55154,1635
Story7 28 Top 0,0023 61351,2791
Bottom 0,0023 61351,2791
Story6 24 Top 0,0025 66850,6078
Bottom 0,0025 66850,6078
Story5 20 Top 0,0018 71658,6787
Bottom 0,0018 71658,6787
Story4 16 Top 0,0011 75716,9495
Bottom 0,0011 75716,9495
Story3 12 Top 0,0022 78905,245
Bottom 0,0022 78905,245
Story2 8 Top 0,0007 81032,1821
Bottom 0,0007 81032,1821
Story1 4 Top 0,0026 81861,701
Bottom 0,0026 81861,701
Base 0 Top 0 0
Bottom 0 0

Tabel 2.18. Gaya Geser Statik dan Dinamik Tiap Lantai


STATIK DINAMIK
Story Vx Vy VRSPX VRSPY
(Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf)
Story 13 10874,77567 10874,77567 10896,7322 10464,2519
Story 12 26637,27634 26637,27634 22495,4937 21666,6088
Story 11 41086,23528 41086,23528 32757,1381 31595,6746
Story 10 54221,6525 54221,6525 41838,2979 40387,6111
Story 9 66043,528 66043,528 49907,8652 48200,639
Story 8 76551,86178 76551,86178 57089,8986 55154,1635
Story 7 85746,65383 85746,65383 63479,7695 61351,2791
Story 6 93627,90417 93627,90417 69124,6768 66850,6078
Story 5 100195,6128 100195,6128 74027,3815 71658,6787
Story 4 105449,7797 105449,7797 78132,6844 75716,9495
Story 3 109390,4048 109390,4048 81323,7776 78905,245
Story 2 112017,4883 112017,4883 83417,5515 81032,1821
Story 1 113331,03 113331,03 84238,3916 81861,701

Tabel 2.19. Relasi Gaya Gempa Statik – Dinamik


GAYA Vx Vy
GEMPA (Kgf) (Kgf)
STATIK 113331,03 113331,03
85%
STATIK 96331,3755 96331,3755
DINAMIK 84238,3916 81861,701

Berdasarkan table diatas VDINAMIK < 85% VSTATIK, maka factor skala gaya yang
harus diberikan adalah:
96331,37
ScaleFactorX   1,14
84238,39
96331,37
ScaleFactorY   1,17
81861,701

Nilai faktor skala gaya yang telah didapat kemudian input ke load case
spectrum pada ETABS dengan cara : klik icon Unlock Model – pilih menu
Define– Load Cases – pilih SPEC-X (contoh untuk arah X) – Modify/Show Case
– pada kotak Scale Factor kalikan skala sebelumnya dengan faktor skala gaya
untuk arah X (2.52) – OK.

Gambar 2.31. Edit Skala Gaya Arah-X


Scale Factor Arah X = 1401.43 x 1,14 = 1597,63

Dengan cara yang sama, input nilai skala gaya (scale factor) untuk
gempa dinamik arah Y seperti tampak pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.32. Edit Skala Gaya Arah-Y


Scale Factor Arah X = 1401.43 x 1,17 = 1639,67

Setelah itu lakukan proses Run Analysis dan lihat hasil gaya geser
dinamik terkoreksi dengan menggunakan cara yang sama seperti melihat hasil
gaya geser dinamik awal.
Tabel 2.20. Gaya Geser Dinamik Terkoreksi (Dinamik Correction)
STATIK 85% STATIK DINAMIK SKALA GAYA DINAMIK CORRECTION
Story Vx Vy Vx Vy Vspec-X Vspec-y X - Div Y - Div Vspec-X Vspec-y
(Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf)
Atap 10874,77567 10874,77567 9243,55932 9243,55932 10896,7322 10464,2519 12461,03091 12313,88753
Story12 26637,27634 26637,27634 22641,68489 22641,68489 22495,4937 21666,6088 25724,87211 25496,3457
Story11 41086,23528 41086,23528 34923,29999 34923,29999 32757,1381 31595,6746 37459,64412 37180,44894
Story10 54221,6525 54221,6525 46088,40463 46088,40463 41838,2979 40387,6111 47844,46508 47526,42668
Story9 66043,528 66043,528 56136,9988 56136,9988 49907,8652 48200,639 57072,47268 56720,46632
Story8 76551,86178 76551,86178 65069,08251 65069,08251 57089,8986 55154,1635 65285,53495 64903,07885
Story7 85746,65383 85746,65383 72884,65576 72884,65576 63479,7695 61351,2791 1,14 1,177 72592,71451 72195,58148
Story6 93627,90417 93627,90417 79583,71854 79583,71854 69124,6768 66850,6078 79047,98597 78666,9581
Story5 100195,6128 100195,6128 85166,27086 85166,27086 74027,3815 71658,6787 84654,50668 84324,89188
Story4 105449,7797 105449,7797 89632,31272 89632,31272 78132,6844 75716,9495 89349,15324 89100,49272
Story3 109390,4048 109390,4048 92981,84411 92981,84411 81323,7776 78905,245 92998,34919 92852,34355
Story2 112017,4883 112017,4883 95214,86504 95214,86504 83417,5515 81032,1821 95392,69832 95355,23286
Story1 113331,03 113331,03 96331,3755 96331,3755 84238,3916 81861,701 96331,3755 96331,3755

Nilai gaya geser dinamik terkoreksi tiap lantai juga dapat dihitung secara
langsung seperti tabel di atas dengan contoh perhitungan sebagai berikut :

Arah X :
V (dinamik terkoreksi) Atap = VDINAMIK x Skala Gaya Arah X
= 10896,73 x 1,14
= 12461,03
Arah Y :
V (dinamik terkoreksi) Atap = VDINAMIK x Skala Gaya Arah Y
= 10464,25 x 1,17
= 12313,88
14
12
10
8
6
4
2
0
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000

Gempa Statik 85% Gempa Statik Gempa Desain

Gambar 2.33. Distribusi Gaya Geser Gempa Arah X Setinggi Gedung

14

12

10

0
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000

Gempa Statik 85% Gempa Statik Gempa Desain

Gambar 2.34. Distribusi Gaya Geser Gempa Arah Y Setinggi Gedung


Dari gambar distribusi gaya geser di atas dapat dilihat bahwa gempa
dinamik correction memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap gaya
geser pada lantai-lantai paling atas karena nilai gaya gesernya lebih besar
daripada gaya gempa statiknya, sedangkan pada lantai bawah nilai gaya geser
desain sudah memenuhi syarat minimal 85% statik. Hal itulah yang
menyebabkan perlunya pertimbangan antara relasi gempa statik dan dinamik,
karena semakin tinggi bangunan dapat mempengaruhi perilaku dinamiknya yang
bisa lebih dominan.
9. GAYA GEMPA LATERAL DESAIN
Gaya gempa lateral desain tiap lantai didapat dari gaya geser tiap lantai
desain hasil analisis sebelumnya. Gaya gempa pada suatu lantai merupakan
selisih dari gaya geser antar lantai tersebut, sehingga nilainya masing-masing
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
GAYA GESER LATERAL
F, GEMPA DESAIN
DESAIN
Story Vx Vy Fx Fy
(Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf)
Story 13 12461,03091 12313,88753 12461,03091 12313,88753
Story 12 25724,87211 25496,3457 13263,8412 13182,45817
Story 11 37459,64412 37180,44894 11734,77201 11684,10324
Story 10 47844,46508 47526,42668 10384,82096 10345,97774
Story 9 57072,47268 56720,46632 9228,007598 9194,039645
Story 8 65285,53495 64903,07885 8213,062277 8182,612522
Story 7 72592,71451 72195,58148 7307,179558 7292,502631
Story 6 79047,98597 78666,9581 6455,271456 6471,376621
Story 5 84654,50668 84324,89188 5606,520714 5657,933779
Story 4 89349,15324 89100,49272 4694,646558 4775,600843
Story 3 92998,34919 92852,34355 3649,195948 3751,850832
Story 2 95392,69832 95355,23286 2394,349132 2502,889311
Story 1 96331,3755 96331,3755 938,6771803 976,1426365

Contoh perhitungan Gaya Gempa Desain arah X (FX) :


F13 = V13 = 12461,03
F12 = V12 – V13 = 25724,87 – 12461,03 = 13263,84
F11 = V11 – V12 = 37459,64 – 25724,87 = 11734,77
F10 = V10 – V11 = 47844,46 – 37459,64 = 10384,82…….Dst.

Setelah mendapatkan nilai gaya gempa desain, input gaya-gaya tersebut


ke program ETABS dengan cara sebagai berikut :
a. Gaya Gempa Desain Arah X :
Unlock Model – pilih menu Define – Load Patterns – pada kotak dialog
Define Load Patterns pilih Load “EX” – pada kotak pilihan Auto Lateral Load
pilih User Loads – Click To Modify Load.i
Gambar 2.35. User Loads Gempa EX

Setelah mengganti Auto Lateral Load menjadi User Loads, klik Modify
Lateral Load di sebelah kanan kemudian masukkan nilai gempa FX desain ke
dalam kotak tabulasi atau gunakan copy – paste dari Excel yang dibuat.

Gambar 2.36. Input Gaya Gempa Desain FX

b. Gaya Gempa Desain Arah Y:


Unlock Model – pilih menu Define – Load Patterns – pada kotak dialog Define
Load Patterns pilih Load “EY” – pada kotak pilihan Auto Lateral Load pilih
User Loads – Click To Modify Load.
Gambar 2.37. User Loads Gempa EY

Setelah mengganti Auto Lateral Load menjadi User Loads, klik Modify Lateral
Load di sebelah kanan kemudian masukkan nilai gempa FY desain ke dalam
kotak tabulasi atau gunakan copy – paste dari Excel yang dibuat.

Gambar 2.38. Input Gaya Gempa Desain FY


10. KONTROL DESAIN
Kontrol desain struktur dilakukan terhadap pengecekan batas simpangan
antar lantai yang diatur dalam pasal 7.8.6 dan 7.12.1 serta kestabilan akibat efek
P-Delta yang diatur dalam pasal 7.8.7. Setelah input gaya gempa desain arah x
dan arah y, lakukan kembali proses Run Analysis. Untuk melihat nilai simpangan
maksimum tiap lantai pilih menu Display – Story Response Plots – kemudian isi
kotak dialog seperti tampak pada gambar di bawah ini – Formatted ke dalam
bentuk excel.

Gambar 2.39. Maximum Story Displacement Akibat Gempa EX


Gambar 2.40. Maximum Story Displacement Akibat Gempa EY

Tabel 2.23. Simpangan Maksimum Lantai Akibat Gempa Arah X


TABLE: Story Response eqx
Story Elevation Location X-Dir Y-Dir
m mm mm
Story13 52 Top 16,7 1
Story12 48 Top 16 1
Story11 44 Top 15,3 0,9
Story10 40 Top 14,3 0,9
Story9 36 Top 13,1 0,8
Story8 32 Top 11,8 0,7
Story7 28 Top 10,4 0,6
Story6 24 Top 8,9 0,5
Story5 20 Top 7,3 0,5
Story4 16 Top 5,6 0,4
Story3 12 Top 3,9 0,2
Story2 8 Top 2,3 0,1
Story1 4 Top 0,8 0,04712
Base 0 Top 0 0
Tabel 2.24. Simpangan Maksimum Lantai Akibat Gempa Arah Y
TABLE: Story Response
Story Elevation Location X-Dir Y-Dir
m mm mm
Story13 52 Top 1 19,2
Story12 48 Top 0,9 18,6
Story11 44 Top 0,9 17,7
Story10 40 Top 0,9 16,6
Story9 36 Top 0,8 15,3
Story8 32 Top 0,7 13,9
Story7 28 Top 0,6 12,3
Story6 24 Top 0,5 10,5
Story5 20 Top 0,5 8,7
Story4 16 Top 0,3 6,7
Story3 12 Top 0,2 4,7
Story2 8 Top 0,1 2,8
Story1 4 Top 0,0471 0,9
Base 0 Top 0 0

Tabel 2.25. Simpangan Antar Tingkat Ijin X – Dir


Story hsx δe Δ Δi Δijin Ket
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
13 4000 16,7 91,85 3,85 80 OK
12 4000 16 88 3,85 80 OK
11 4000 15,3 84,15 5,5 80 OK
10 4000 14,3 78,65 6,6 80 OK
9 4000 13,1 72,05 7,15 80 OK
8 4000 11,8 64,9 7,7 80 OK
7 4000 10,4 57,2 8,25 80 OK
6 4000 8,9 48,95 8,8 80 OK
5 4000 7,3 40,15 9,35 80 OK
4 4000 5,6 30,8 9,35 80 OK
3 4000 3,9 21,45 8,8 80 OK
2 4000 2,3 12,65 8,25 80 OK
1 4000 0,8 4,4 4,4 80 OK
Tabel 2.26. Simpangan Antar Tingkat Ijin Y – Dir
Story hsx δe Δ Δi Δijin Ket
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
13 4000 19,2 105,6 3,3 80 OK
12 4000 18,6 102,3 4,95 80 OK
11 4000 17,7 97,35 6,05 80 OK
10 4000 16,6 91,3 7,15 80 OK
9 4000 15,3 84,15 7,7 80 OK
8 4000 13,9 76,45 8,8 80 OK
7 4000 12,3 67,65 9,9 80 OK
6 4000 10,5 57,75 9,9 80 OK
5 4000 8,7 47,85 11 80 OK
4 4000 6,7 36,85 11 80 OK
3 4000 4,7 25,85 10,45 80 OK
2 4000 2,8 15,4 10,45 80 OK
1 4000 0,9 4,95 4,95 80 OK

Contoh perhitungan penentuan simpangan antar tingkat/lantai 15 (Story


15) untuk gempa arah Y adalah sebagai berikut :
Cd 15
13 
Ie
5,5  19,2
 13 
1
 13  105,6

Cd 14
12 
Ie
5,5  18,6
 12 
1
 12  102,3

13  13  12

13  105,6  102,3

Δ15  3,3 mm
Berdasarkan tabel 16 Simpangan antar lantai ijin SNI 1726 – 2012 untuk
jenis struktur yang masuk kedalam tipe semua struktur lainnya dan berada pada
kategori risiko II, batas simpangan antar lantai ijin adalah 0,020 hsx, dimana hsx
merupakan tinggi antar tingkat. Maka dari perhitungan diatas didapat :

Δ ijin  0,020  h sx

Δ ijin  0,020  4000

Δ ijin  80 mm

Pada analisis kontrol selanjutnya yaitu pengecekan kestabilan bangunan/


efek P-Delta, dibutuhkan nilai beban kumulatif gravity pada tiap lantai dengan
faktor beban individu tidak melebihi 1,0. Oleh karena itu diambil kombinasi untuk
pengecekan P-Delta adalah :
CombP-delta = 1,0 DL + 0,3 LL
Untuk memasukkan kombinasi ke dalam ETABS adalah dengan cara pilih
menu Define – Load Combination – klik Add New Combo – Buat kombinasi
seperti gambar dibawah ini – OK.

Gambar 2.41. Kombinasi Beban Gravity P-Delta


Setelah itu pilih menu Display – Show Tables – Analysis – Results –
Structure Results – Story Forces – klik kanan pada tabel output – Export To
Excel – Sort and Filter berdasarkan Comb P-Delta dengan Location Bottom.

Tabel 2.27. Beban P (Gravity) Kumulatif


TABLE: Story Forces
Story Load Case/Combo Location P
kgf
Story13 Comb P-Delta Bottom 457594,652
Story12 Comb P-Delta Bottom 1054533
Story11 Comb P-Delta Bottom 1651471
Story10 Comb P-Delta Bottom 2248409
Story9 Comb P-Delta Bottom 2845348
Story8 Comb P-Delta Bottom 3442286
Story7 Comb P-Delta Bottom 4039224
Story6 Comb P-Delta Bottom 4636162
Story5 Comb P-Delta Bottom 5233100
Story4 Comb P-Delta Bottom 5830039
Story3 Comb P-Delta Bottom 6426977
Story2 Comb P-Delta Bottom 7023915
Story1 Comb P-Delta Bottom 7620853

Tabel 2.28. Cek Kestabilan Akibat Gempa X

Story hsx Δi P Vx θ θmax Cek


(mm) (mm) (Kgf) (Kgf)
13 4000 3,85 457594,652 12461,03091 0,006426359 0,090909091 STABIL
12 4000 3,85 1054533 25724,87211 0,00717373 0,090909091 STABIL
11 4000 5,5 1651471 37459,64412 0,011021668 0,090909091 STABIL
10 4000 6,6 2248409 47844,46508 0,014098239 0,090909091 STABIL
9 4000 7,15 2845348 57072,47268 0,016202874 0,090909091 STABIL
8 4000 7,7 3442286 65285,53495 0,018454319 0,090909091 STABIL
7 4000 8,25 4039224 72592,71451 0,020865854 0,090909091 STABIL
6 4000 8,8 4636162 79047,98597 0,023459988 0,090909091 STABIL
5 4000 9,35 5233100 84654,50668 0,026272287 0,090909091 STABIL
4 4000 9,35 5830039 89349,15324 0,027731282 0,090909091 STABIL
3 4000 8,8 6426977 92998,34919 0,027643403 0,090909091 STABIL
2 4000 8,25 7023915 95392,69832 0,027611842 0,090909091 STABIL
1 4000 4,4 7620853 96331,3755 0,015822162 0,090909091 STABIL
Tabel 2.29. Cek Kestabilan Akibat Gempa Y
Story hsx Δi P Vy Θ θmax Cek
(mm) (mm) (Kgf) (Kgf)
13 4000 3,3 457594,652 12313,88753 0,005574129 0,090909091 STABIL
12 4000 4,95 1054533 25496,3457 0,009306037 0,090909091 STABIL
11 4000 6,05 1651471 37180,44894 0,012214875 0,090909091 STABIL
10 4000 7,15 2248409 47526,42668 0,015375297 0,090909091 STABIL
9 4000 7,7 2845348 56720,46632 0,017557539 0,090909091 STABIL
8 4000 8,8 3442286 64903,07885 0,021214932 0,090909091 STABIL
7 4000 9,9 4039224 72195,58148 0,02517676 0,090909091 STABIL
6 4000 9,9 4636162 78666,9581 0,02652032 0,090909091 STABIL
5 4000 11 5233100 84324,89188 0,031029391 0,090909091 STABIL
4 4000 11 5830039 89100,49272 0,032716087 0,090909091 STABIL
3 4000 10,45 6426977 92852,34355 0,032878159 0,090909091 STABIL
2 4000 10,45 7023915 95355,23286 0,034988742 0,090909091 STABIL
1 4000 4,95 7620853 96331,3755 0,017799932 0,090909091 STABIL

Contoh perhitungan kontrol efek P-Delta pada Story 5 akibat gempa Y


adalah sebagai berikut :
Px I e

Vx hsxCd
5233100  11  1

84324,89  4000  5,5
  0,031029

0,5
 max   0,25
C d
0,5
 max   0,25
1 5,5
 max  0,0909  0,25
Karena nilai θ < 0,1 maka tidak disyaratkan untuk diperhitungkan
terhadap pengaruh P-Delta, dan nilai θ < θmax, sehingga struktur masih dalam
kondisi stabil.
PENULANGAN STRUKTUR SISTEM GANDA (DUAL SYSTEM)

Pada analisis pembebanan gempa sistem ganda, telah didapat gaya


gempa desain untuk perencanaan struktur. Setelah dilakukan analisis untuk
persyaratan sistem ganda (dual system) maka diperlukan 2 pemodelan, yaitu
untuk Interaksi Sistem Ganda lengkap dengan elemen struktur penahan
gempa yang dibebani 100% gaya geser gempa desain, selanjutnya disebut
sebagai Model 1 dan analisis terpisah untuk frame yang menahan 25% gaya
geser gempa desain, selanjutnya disebut sebagai Model 2. Gaya-gaya dalam
untuk penulangan struktur frame diambil berdasarkan kondisi yang
memberikan nilai paling maksimum.

1. KOMBINASI PEMBEBANAN
Kombinasi Permbebanan untuk setiap elemen struktur diatur dalam SNI1726 –
2012 Pasal 7.4. Berikut ini adalah kombinasi pembebanan yang akan digunakan
untuk analisis struktur :
SDS (g) = 0,209 (Kalimantan, Tanah Sedang)
ρ = 1,3 (faktor redundansi, lihat pasal 7.3.4.2)
U1 = 1,4 DL
U2 = 1,2 DL + 1,6 LL
U3 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + ρ Ex + 0,3 ρ Ey
U4 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + ρ Ex – 0,3 ρ Ey
U5 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – ρ Ex + 0,3 ρ Ey
U6 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – ρ Ex – 0,3 ρ Ey
U7 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + 0,3 ρ Ex + ρ Ey
U8 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – 0,3 ρ Ex + ρ Ey
U9 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + 0,3 ρ Ex – ρ Ey
U10 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – 0,3 ρ Ex – ρ Ey
U11 = (0,9 – 0,2 SDS) DL + ρ Ex + 0,3 ρ Ey
U12 = (0,9 – 0,2 SDS) DL + ρ Ex – 0,3 ρ Ey
U13 = (0,9 – 0,2 SDS) DL – ρ Ex + 0,3 ρ Ey
U14 = (0,9 – 0,2 SDS) DL – ρ Ex – 0,3 ρ Ey
U15 = (0,9 – 0,2 SDS) DL + 0,3 ρ Ex + ρ Ey
U16 = (0,9 – 0,2 SDS) DL – 0,3 ρ Ex + ρ Ey
U17 = (0,9 – 0,2 SDS) DL + 0,3 ρ Ex – ρ Ey
U18 = (0,9 – 0,2 SDS) DL – 0,3 ρ Ex – ρ Ey

Dengan menggunakan nilai SDS dan ρ, maka hasil perhitungan


kombinasi pembebanan yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.

Tabel 3.1 Kombinasi Pembebanan

Comb. 1 = 1.4 DL
Comb. 2 = 1.2 DL + 1.6 LL
Comb. 3 = 1.2418 DL + 1 LL + 1.3 Ex + 0.39 Ey
Comb. 4 = 1.2418 DL + 1 LL + 1.3 Ex - 0.39 Ey
Comb. 5 = 1.2418 DL + 1 LL - 1.3 Ex + 0.39 Ey
Comb. 6 = 1.2418 DL + 1 LL - 1.3 Ex - 0.39 Ey
Comb. 7 = 1.2418 DL + 1 LL + 0.39 Ex + 1.3 Ey
Comb. 8 = 1.2418 DL + 1 LL - 0.39 Ex + 1.3 Ey
Comb. 9 = 1.2418 DL + 1 LL + 0.39 Ex - 1.3 Ey
Comb. 10 = 1.2418 DL + 1 LL - 0.39 Ex - 1.3 Ey
Comb. 11 = 0.8582 DL + 1.3 Ex + 0.39 Ey
Comb. 12 = 0.8582 DL + 1.3 Ex - 0.39 Ey
Comb. 13 = 0.8582 DL - 1.3 Ex + 0.39 Ey
Comb. 14 = 0.8582 DL - 1.3 Ex - 0.39 Ey
Comb. 15 = 0.8582 DL + 0.39 Ex + 1.3 Ey
Comb. 16 = 0.8582 DL - 0.39 Ex + 1.3 Ey
Comb. 17 = 0.8582 DL + 0.39 Ex - 1.3 Ey
Comb. 18 = 0.8582 DL - 0.39 Ex - 1.3 Ey

Kombinasi pembebanan tersebut akan digunakan untuk mencari nilai


gaya-gaya dalam struktur, oleh karena itu input kombinasi pembebanan ini pada
kedua pemodelan struktur yang masing-masing akan dianalisis.
Cara membuat kombinasi pembebanan dalam ETABS adalah : pilih menu
Define – Load Combinations – klik Add New Combo – pada kotak Define
Combination of Load Case/Combo Results masukkan nilai scale factor pada
masing-masing load case sesuai koefisien beban yang telah dihitung, untuk
menambahkan load case lainnya pilih Add di sebelah kanan – OK. Buat 18
kombinasi pembebanan sesuai perhitungan di atas, untuk menambahkan
kombinasi lainnya klik Add New Combo pada kotak dialog Load Combinations.

Gambar 3.1. Input Combo 4

Gambar 3.2. Load Combination


Selain dari kombinasi-kombinasi pembebanan tersebut, dibuat juga
kombinasi envelope. Kombinasi envelope bertujuan untuk mendapatkan nilai
maksimum dan minimum dari semua kombinasi yang ada.

Gambar 3.3. Kombinasi Envelope

Pada bagian Combination Type pilih “Envelope” dan isikan load name
sesuai kombinasi – kombinasi yang telah dibuat sebelumnya dengan faktor skala
(scale factor) = 1, dengan kombinasi ini maka ETABS akan mencari otomatis
nilai/output maksimum dan minimum dari 18 kombinasi yang telah dibuat secara
cepat.
2. CONCRETE FRAME DESIGN – CODE
Berdasarkan SNI Beton 2847 – 2013 Pasal 9.3, Kekuatan desain yang
disediakan oleh suatu komponen struktur, sambungannya dengan komponen
strukturr lain, dan penampangnya, sehubungan dengan lentur, beban normal,
geser, dan torsi, harus diambil sebesar kekuatan nominal dihitung sesuai dengan
persyaratan dan asumsi dari standar yang dikalikan dengan faktor reduksi
kekuatan ϕ.
Cara input nilai faktor reduksi kekuatan ini pada ETABS adalah : pilih
menu Design – Concrete Frame Design – View/Revise Preferences.

Gambar 3.4. Concrete Frame Design ACI 318 – 11

- Design Code : ACI 318-11 (SNI Beton 2847-2013)


- Multi-Response Case Design : Step-by-step – All
- Number of Interaction Curves : 24
- Number of Interaction Points : 11
- Consider Minimum Eccentricity : Yes
- Seismic Design Category : Kategori Desain Seismik D
- Design System Omega0 : 2,5 (over strength factor system
ganda)
- Design System Rho : 1,3 (faktor redundansi)
- Design System Sds : 0,209 (parameter spektral desain)
- Phi (Tension Controlled) : 0,9
- Phi (Compression Controlled Tied) : 0,65
- Phi (Compression Controlled Spiral) : 0,75
- Phi (Shear and/or Torsion) : 0,75
- Phi (Shear Seismic) : 0,6
- Phi (Joint Shear) : 0,85
- Pattern Live Load Factor : 0,75
- Utilization Factor Limit :1

3. DESIGN/CHECK STRUCTURE
Pilih menu Design – Concrete Frame Design – Select Design
Combinations – pindahkan kombinasi pada list combinations yang ingin dicek ke

kotak design combinations sebelah kanan – klik icon pada jendela atas –
tunggu proses design/check structure.
Gambar 3.5. Cek Struktur Akibat Kombinasi Beban Gravity (1,2 DL + 1,6 LL)
4. PENULANGAN LENTUR BALOK
Contoh perhitungan tulangan lentur balok induk B 35 x 70 akan diambil
sample balok pada As 2/B – C seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.6. B 50 x 80 As 2/B – C

Untuk menampilkan diagram momen (units untuk momen forces diambil


kgf–m) adalah dengan cara : pilih menu Display – Force/Stress Diagrams –
Frame/Pier/Spandrels/Link Forces – isi kotak dialog seperti gambar di bawah ini
OK.

Gambar 3.7. Kotak Dialog Diagram Momen Balok

- Load Combination : Comb Envelope (Max and Min)


- Component : Moment 3-3
- Scaling : Automatic untuk skala otomatis
- Display Options : Fill Diagram
- Include : Frames (tipe frame untuk balok)
Arahkan kursor mouse ke frame balok As 2/B – C, kemudian klik kanan
hingga tampil kotak dialog Diagram for Beam.
Gambar 3.8. Diagram Gaya Dalam Frame Balok Comb Envelope

Gambar 3.9. Diagram Momen Balok As 2/B – C pada Story 1

Hasil data momen envelope balok As 2/B – C di semua lantai pada kedua
pemodelan ini dapat dilihat pada tabel di berikut ini.
Tabel 3.2. Momen Ultimit Envelope Tumpuan – Lapangan B 35 x 70 As 2/B – C

Model 1
Story Momen Max (+) Momen Min (-)
Lapangan Tumpuan
(kgf- m) (kgf - m)
1 28220,34 42647,65
2 28213,44 48193,89
3 28292,37 50136,02
4 28341,12 51438,61
5 28389,54 52113,21
6 28429,55 52467,32
7 28464,47 52466,56
8 28492,83 52154,73
9 28517,56 51508,90
10 28529,36 50571,22
11 28567,94 49200,75
12 28464,15 48188,66
13 18199,75 33966,92

Melihat dari nilai momen balok di setiap lantainya, maka pada


perhitungan penulangan balok ini akan dibuat menjadi 2 tipe yaitu penulangan
balok untuk story 1 – story 12 dan penulangan balok atap/story 13. Tipe
penulangan balok merupakan keputusan engineer dalam desain, oleh karena itu
untuk desain aktual penulangan balok dapat dibagi kedalam beberapa zona
lantai dengan distribusi jumlah tulangan yang halus.
Data momen ultimit didapat dari output gaya dalam ETABS sesuai tabel
di atas. Momen ultimit yang digunakan adalah momen yang menghasilkan nilai
paling besar diantara kedua pemodelan.

Gambar 3.10. Analisis Penulangan Balok


Analisa Balok Persegi Tulangan Tarik Tunggal :
Momen Nominal (Mn) :
Mu
Mn 

Koefisien tahanan (Rn) :
Mn
Rn 
bd2
Rasio tulangan (ρ) :

0,85. f ' c  2.Rn 


 1  1  
fy  0,85 . f ' c 
 
Luas tulangan yang dibutuhkan :
As   .b.d
Momen tahanan nominal (Mn) :
 a
M n   . As . f y  d  
 2
As . f y
a
0,85. f 'c .b
Rasio tulangan minimum pada komponen struktur lentur :
1,4
min 
fy
Rasio tulangan maksimum pada komponen struktur lentur :
max  0,75balance

 0,85. f ' c .1 600 


 max  0,75  

 fy 600  f y 
Analisa Balok Persegi Tulangan Rangkap :
Gaya Compressive yang dihasilkan oleh beton tekan adalah :
Cc  0,85. f 'c .bamax
Maksimum tinggi stress blok yang diperkenankan :
amax  0,75.1.c
Tinggi garis netral dalam keadaan seimbang batas :
0,003Ex
c d , Es  200000Mpa
0,003Ex  f y
600
c d
600  f y
Momen yang ditahan oleh potongan beton tekan dan tulangan Tarik adalah :
 a 
M uc  Cc  d  mak 
 2 
Momen yang ditahan oleh tulangan tekan adalah :
M ux  M u  M uc
Sehingga tulangan tekan diperlukan adalah :
M ux
As ' 
f s ' (d  d ' )

 c  d' 
f s '  0,003Es  
 c 
Tulangan Tarik yang diperlukan untuk mengimbangi tekanan pada beton adalah :
M uc
As1 
 a 
f y  d  mak 
 2 
Dan tulangan tarik untuk mengimbangi tulangan tekan diberikan oleh rumus di
bawah ini :
M us
As 2 
f y d  d '

Sehingga Total Tulangan Tarik, As  As1  As 2

Faktor Reduksi Kekuatan   0,90


Parameter yang digunakan dalam perencanaan tulangan balok
adalah sebagai berikut :
Mutu beton f’c = 33,2 MPa (K-400),
 33,2  30 
Untuk : fc’ ≤ 30 1  0,85  0,05   0,8271
 7 
Baja tulangan fy = 400 Mpa
Faktor reduksi lentur ϕ = 0,9
Faktor reduksi momen ϕ =1
Faktor reduksi geser ϕ = 0,75
Bentang Balok (L) = 9000 mm
Lebar Balok (b) = 500 mm
Tinggi Balok (h) = 800 mm
Selimut Beton/Cover (p) = 50 mm

a. Penulangan Lentur Balok Story 1 – 12


Mu max = 28567,94 Kgf – m (Story 11)
Mu min = -52467,32 Kgf – m (Story 6)
Momen positif maksimum digunakan untuk penulangan daerah lapangan
sedangkan momen negatif maksimum digunakan untuk penulangan daerah
tumpuan.
- Penulangan Tumpuan Atas
Mu = 52467,32
Tinggi efektif balok
d = h – d’ = 800 – 60 = 740 mm
Faktor tahanan momen
M n  10 4 52467,32  10 4
Rn    2,12
bd 2 0,9 x500  740 2

0,85. f c '  2.Rn 


 1  1 
f y  0,85. f c ' 

0,85  33,2  2  2,12 


 1  1    0,00564
400  0,85  33 , 2 
 
Rasio tulangan minimum
1,4 1,4
 min    0,0035
f y 400
Rasio tulangan maksimum

 0,85.33,2.0,82 600 
 max  0,75    0,026
 400 600  400 
Karena, nilai 𝜌min < 𝜌 < 𝜌max maka yang digunakan adalah 𝜌 = 0,00564

Luas tulangan yang diperlukan


As   .b.d

As  0,00564  500  740

A s  2086,8 mm 2
Gunakan tulangan D25 dengan As = 3,14 x 252/4 = 490,62 mm2
2086,8
n =490,62 = 4,25 maka digunakan 5D25 (As aktual = 2453,12 mm2)

Cek Momen Tahanan Nominal :


2453,12.400
a  69,54
0,85.33,2.500
 69,54  4
∅ M n  0,9.2453,12.400 740   x10  62280,497 kgf-m
 2 
Mu < ∅Mn
52467,32 < 62280,497 .....ok!

Penulangan Tumpuan Bawah


As perlu = 0,5 x As perlu tump atas
As perlu = 0,5 x 2086,8
As perlu = 1043,4 mm2
Gunakan tulangan D22 dengan As = 3,14 x 222/4 = 379,94 mm2
1043,4
n =379,94 = 2,74 maka digunakan 3D22 (As aktual = 1139,82 mm2 )
- Penulangan Lapangan Bawah
Mu = 28567,94
Tinggi efektif balok
d = h – d’ = 800 – 60 = 740 mm
Faktor tahanan momen
M n  10 4 28567,94  10 4
Rn    1,15
bd 2 0,9 x500  740 2

0,85. f c '  2.Rn 


 1  1 
f y  0,85. f c ' 

0,85  33,2  2  1,15 


 1  1    0,00352
400  0,85  33,2 

Rasio tulangan minimum


1,4 1,4
 min    0,0035
f y 400
Rasio tulangan maksimum

 0,85.33,2.0,82 600 
 max  0,75    0,026
 400 600  400 
Karena, nilai 𝜌min < 𝜌 < 𝜌max maka yang digunakan adalah 𝜌 = 0,00352

Luas tulangan yang diperlukan


As   .b.d

As  0,00352  500  740

A s  1302,4 mm 2
Gunakan tulangan D22 dengan As = 3,14 x 222/4 = 379,94 mm2
1302,4
n= = 3,42 maka digunakan 4D22 (As aktual = 1519,76 mm2)
379,94

Cek Momen Tahanan Nominal :


1519,76.400
a  43,08 mm
0,85.33,2.500
 43,08   4
M n  0,9.1519,76.400 740   x10  39307,92kgf  m
 2 
Mu < ∅Mn
28567,94 < 39307,92 .....ok!

Penulangan Lapangan Atas


As perlu = 0,5 x As perlu lap bawah
As perlu = 0,5 x 1302,4
As perlu = 651,2 mm2 ,
maka digunakan 2D22 (As perlu = 759,88 mm2 )

Kebutuhan luasan tulangan balok maksimum juga dapat dicocokan


dengan hitungan program ETABS menggunakan kombinasi envelope dengan
cara : pilih menu Design – Concrete Frame Design – Select Design
Combinations – pindahkan Comb Envelope pada kotak List of Combinastions ke
kotak sebelah kanan atau kotak Design Combinations – OK – pilih menu Design
kembali – Concrete Frame Design – Start Design/Check.

Gambar 3.11. Kebutuhan Luas Tulangan dari ETABS story 11

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa :


Daerah tumpuan atas :
As hitung > As ETABS
2086,8 mm2 > 1917 mm2 ………. OK (desain menggunakan hasil hitungan)
Daerah lapangan bawah :
As hitung < As ETABS
1302,4 mm2 < 1328 mm2……… OK (desain menggunakan hasil ETABS)
b. Penulangan Lentur Balok Story 13/Atap
Mu max = 18199,75 Kgf – m
Mu min = - 33966,92 Kgf – m
Momen positif maksimum digunakan untuk penulangan daerah lapangan
sedangkan momen negatif maksimum digunakan untuk penulangan daerah
tumpuan.

Penulangan Tumpuan Atas


Mu = 33966,92 kgf-m
Tinggi efektif balok
d = h – d’ = 800 – 60 = 740 mm
Faktor tahanan momen
M n  10 4 33966,92  10 4
Rn    1,37
bd 2 0,9 x500  740 2

0,85. f c '  2.Rn 


 1  1 
f y  0,85. f c ' 

0,85  33,2  2  1,37 


 1  1    0,003527
400  0,85  33, 2 
 

Rasio tulangan minimum


1,4 1,4
 min    0,0035
f y 400
Rasio tulangan maksimum
 0,85.33,2.0,82 600 
 max  0,75    0,026
 400 600  400 
Karena, nilai 𝜌min < 𝜌 < 𝜌max maka yang digunakan adalah 𝜌 = 0,003527

Luas tulangan yang diperlukan


As   .b.d

As  0,003527  500  740


A s  1305,17 mm 2
Gunakan tulangan D22 dengan As = 3,14 x 222/4 = 379,94 mm2
1305,17
n= = 3,43 maka digunakan 4D22 (As aktual = 1519,76 mm2)
379,94

Cek Momen Tahanan Nominal :


1519,76.400
a  43,08
0,85.33,2.500
 43,08  4
∅ M n  0,9.1519,76.400 740   x10  39307,92 kgf-m
 2 
Mu < ∅Mn
33966,92 < 39307,92 .....ok!

Penulangan Tumpuan Bawah


As perlu = 0,5 x As perlu tump atas
As perlu = 0,5 x 1305,17
As perlu = 652,2 mm2
Gunakan tulangan D19 dengan As = 3,14 x 192/4 = 283,38 mm2
652,2
n =283,38 = 2,30 maka digunakan 3D19 (As perlu = 850,14 mm2 )

Penulangan Lapangan Bawah


Mu = 18199,75 kgf-m
Tinggi efektif balok
d = h – d’ = 800 – 60 = 740 mm
Faktor tahanan momen
M n  10 4 18199,75  10 4
Rn    0,73
bd 2 0,9 x500  740 2

0,85. f c '  2.Rn 


 1  1 
f y  0,85. f c ' 

0,85  33,2  2  0,73 


 1  1    0,00216
400  0,85  33 , 2 
 
Rasio tulangan minimum
1,4 1,4
 min    0,0035
f y 400
Rasio tulangan maksimum

 0,85.33,2.0,82 600 
 max  0,75    0,026
 400 600  400 
Karena, nilai 𝜌 < 𝜌min< 𝜌max maka yang digunakan adalah 𝜌min= 0,0035

Luas tulangan yang diperlukan


As   .b.d

As  0,0035  500  740

A s  1295,5 mm 2
Gunakan tulangan D22 dengan As = 3,14 x 222/4 = 379,94 mm2
1295,5
n =379,94 = 3,41 maka digunakan 4D22 (As aktual = 1519,76 mm2)

Cek Momen Tahanan Nominal :


1137,5.400
a  32,24
0,85.33,2.500
 32,24   4
M n  0,9.1137,5.400 740   x10  29642,88kgf  m
 2 
Mu < ∅Mn
27793,84 < 29642,88 .....ok!

Penulangan Lapangan Atas


As perlu = 0,5 x As perlu lap atas
As perlu = 0,5 x 1137,5
As perlu = 647,75 mm2
Gunakan tulangan D19 dengan As = 3,14 x 192/4 = 283,38 mm2
647,75
n =283,38 = 2,28 maka digunakan 3D19 (As perlu = 850,14 mm2 )
Cek kebutuhan luas tulangan balok yang ditinjau pada Story 15/Atap
dengan program ETABS adalah sebagai berikut :

Gambar 3.12. Kebutuhan Luas Tulangan dari ETABS

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa :


Daerah tumpuan atas :
As hitung < As ETABS
1305,17 mm2 < 1328 mm2 ………. OK (desain menggunakan hasil ETABS)
Daerah lapangan bawah :
As hitung < As ETABS
1295,5 mm2 < 1328 mm2…………OK (desain menggunakan hasil ETABS)

5. PENULANGAN GESER BALOK


Tulangan geser/sengkang daerah tumpuan pada balok induk harus tetap
berperilaku elastis pada saat terjadi sendi plastis maka harus diperhitungkan
gaya lintang tambahan berdasarkan tulangan nominal balok terpasang (Desain
Kapasitas/Capacity Design), sehingga penulangan geser/sengkang didaerah
tumpuan balok induk dihitung berdasarkan gaya lintang :

1   M prkiri  M prkanan 
Ve   .q.L    
2   ln 
Atau maksimum diperhitungkan berdasarkan gaya lintang yang timbul
akibat pembebanan : U = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL ± ρ E (dipilih mana yang
lebih kecil). Pada pembebanan tetap harus diperhitungkan juga gaya lintang
akibat pembebanan : U = 1,2 DL + 1,6 LL untuk dipilih yang lebih besar. Step-
step perancangan tulangan geser adalah sebagai berikut :
1) Menentukan gaya geser desain
Veb  max( Veb1, Veb 2 )  Vu
M  pr ,l  M  pr ,l 1
Veb1   wu Ln
Ln 2

M  pr ,l  M  pr ,l 1
Veb 2   wu Ln
Ln 2
2) Kuat geser beton Vc
Di daerah sendi plastis : Vc = 0 bilamana :

M  pr ,l  M  pr ,l
Veb1   0,5Vu atau
Ln

M  pr ,l  M  pr ,l
Veb 2   0,5Vu dan
Ln

Pu  Ag f 'c / 20

Di luar daerah sendi plastis atau bilamana kondisi di atas tidak terpenuhi :

 f 'c 
Vc   b d
 6  w
 

3) Menentukan tulangan geser yang diperlukan


Di daerah sendi plastis (luas/unit panjang) :
Veb
Av 
f ys d
Di luar daerah sendi plastis (luas/unit panjang) :
Veb /   Vc
Av 
f ys d

Faktor reduksi kekuatan :


ϕ = 0,75
4) Persyaratan tulangan geser
Di daerah sendi plastis harus digunakan tulangan sengkang tertutup, yaitu :
- Di daerah 2h dari muka kolom;
- Di daerah 2h pada sendi plastis di tengah bentang
Jarak sengkang di daerah sendi plastis, s, tidak boleh lebih besar dari
persyaratan di bawah ini :
- 16 x diameter tulangan longitudinal
- 48 x hoop bar diameter
- d/4
- 6 x smallest longitudinal bar diameter
- 150 mm
5) Momen Primer (Mpr)
Desain Kapasitas (Capacity Design) – untuk menjamin bahwa struktur tidak
runtuh pada gempa kuat. Momen kapasitas dari sendi plastis atau yang disebut
dengan ‘the probable flexural strength’, Mpr, adalah momen nominal berdasarkan
tulangan yang terpasang. Dalam menghitung momen Mpr didasarkan pada
tegangan tarik fs = 1,25 fy, dimana nilai fy adalah kuat leleh yang disyaratkan
dengan faktor reduksi ϕ = 1. Kedua momen harus diperhitungkan untuk 2 arah,
yaitu searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam.

 a  1,25 As f y
M pr  1,25 As f y  d  pr , dimana a pr 
 2  0,85 f 'c d

Gaya lintang ultimit akibat pembebanan gempa yang telah dijelaskan di


atas harus dipilih yang lebih kecil, oleh karena itu pada model 1 dan model 2
buat kombinasi envelope gempa yang terdiri dari Comb. 3 – Comb. 10 dan buat
kombinasi Wu = 1,2 DL + 1,0 LL.
Gambar 3.13. Kombinasi Envelope Gempa untuk Geser Balok

Gambar 3.14. Kombinasi Wu


Gambar 3.15. Gaya Geser Negatif Max (Vmin) Tumpuan Kiri

Gambar 3.16. Gaya Geser Positif Min (Vmin) Tumpuan Kanan

Gambar 3.17. Gaya Geser Kombinasi Wu = 1,2 DL + 1,0 LL


MODEL 1
Envelope Minimum Wu = 1,2 DL + 1,0 LL
Story
VTump. VTump.
VTump. Kiri VTump. Kiri
Kanan Kanan

(Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf)


1 36897,39 37391,36 33081,47 33514,17
2 37074,85 37003,18 33179,41 33234,40
3 36897,87 37006,04 33186,40 33077,02
4 36707,12 37044,64 33224,65 32907,33
5 36535,64 37092,55 33270,77 32754,35
6 36378,46 37146,72 33322,01 32613,93
7 36238,76 37203,51 33375,12 32488,92
8 36116,94 37258,80 33426,37 32379,74
9 36016,08 37310,38 33473,81 32289,28
10 35929,52 37357,57 33516,89 32211,24
11 35892,14 37377,56 33533,95 32178,80
12 35741,25 37515,19 33663,72 32036,12
13 26443,75 26699,16 25222,57 25016,87

a) Penulangan Geser/Sengkang Balok pada Story 1 – 12

As terpasang pada tumpuan atas 7 D25, (As aktual = 3434,38 mm2)

1,25  3434,38  400


a pr 
0,85  33,2  727,5
a pr  83,64

 a pr 
M natas  1,25. As . f y  d  
 2 
 83,64  4
M natas  1,25  3434,38  400   727,5   10
 2 
M natas  117744,28 kgf – m

As terpasang pada tumpuan bawah 4 D25, (As aktual = 1963 mm2)


1,25 1963  400
a pr 
0,85  33,2  727,5
a pr  47,80

 a 
M natas  1,25. As . f y  d  pr 
 2 

 47,80  4
M natas  1,25 1963  400   712,5   10
 2 
M natas  67586,1 kgf – m

Kondisi Akibat Gempa ke Arah Kanan (E  )

(Kondisi Gravity)

(Kondisi Gempa Kanan)

(Gravity + Gempa)
 (67586,1  117744,28)
Veb1   33663,72
11
Veb1  16815,50 kgf

(67586,1  117744,28)
Veb 2   33514,17
11
Veb 2  50362,39 kgf

Kondisi Akibat Gempa ke Arah Kiri (E  )

(Kondisi Gravity)

(Kondisi Gempa Kiri)

(Gravity + Gempa)
(67586,1  117744,28)
Veb1   33514,17
11

Veb1  50362,39 kgf

 (67586,1  117744,28)
Veb 2   33663,72
11
Veb 2  16815,50
kgf
Berdasarkan tabel 3.2 Gaya Geser ultimit balok terbesar akibat kombinasi
gempa/envelope minimum gempa dihasilkan oleh balok pada Story 12 dengan
VTump Kiri = 37074,85 Kgf dan VTump Kanan = 37515,19 Kgf.
Maka gaya geser desain adalah :
Veb > Vu
50362,39 > 37515,19
Jadi, Veb = 50362,39 kgf
Ambil nilai maksikum sebagai gaya geser desain, Veb = 50362,39 kgf
Vu = 37515,19 kgf
0,5Vu = 18757,6 kgf
Veb > 0,5 Vu , sehingga nilai Vc pada daerah sendi plastis (2d) = 0

Tulangan geser pada daerah sendi plastis atau tumpuan :


50362,39 10
Av  1000
0,75  400  727,5
Av  2307,55 mm² / m

Gunakan tulangan ulir sengkang tertutup D10, karena 1 sengkang


tertutup
dihitung 2 loop, maka luas sengkang, As = 2 x 3,14 x 10²/4 = 157 mm²
Av
n
As
2307,55
n
157
n  14,7  15
Jarak sengkang, s dalam 1 meter (1000 mm) :
1000
s
(n  1)
1000
s
(15  1)
s  71,42 mm

Jadi pada daerah sendi plastis/tumpuan digunakan Sengkang D10 – 70

Tulangan geser pada daerah luar sendi plastis :


 33,2 
Vc     500  727,5 10 1
 6 
 
Vc  34931,78
kgf
(50362,39 / 0,75  34931,78) 10
Av  1000
400  727,5
Av  1107,15 mm² / m

Gunakan tulangan ulir sengkang tertutup D10, karena 1 sengkang tertutup


dihitung 2 loop, maka luas sengkang, As = 2 x 3,14 x 10²/4 = 157 mm²
Av
n
As
1107,15
n
157
n  7,05  8
Jarak sengkang, s dalam 1 meter (1000 mm) :
1000
s
(n  1)
1000
s
(8  1)
s  142,85 mm

Jadi pada daerah luar sendi plastis digunakan Sengkang D10 – 140

b) Penulangan Geser/Sengkang Balok pada Story 13/Atap

As terpasang pada tumpuan atas 5 D25, (As aktual = 2454 mm2)


1,25  2454  400
a pr 
0,85  33,2  727,5
a pr  59,76
 a pr 
M natas  1,25. As . f y  d  
 2 

 59,76  4
M natas  1,25  2454  400   727,5   10
 2 
M natas  8597,97 kgf – m

As terpasang pada tumpuan bawah 3 D25, (As aktual = 1471,88 mm2)


1,25  1471,88  400
a pr 
0,85  33,2  727,5
a pr  35,85

 a 
M natas  1,25. As . f y  d  pr 
 2 

 35,85  4
M natas  1,25  1471,88  400   727,5    10
 2 
M natas  52220,46 kgf – m

Kondisi Akibat Gempa


ke Arah Kanan (E  )

(Kondisi Gravity)

(Kondisi Gempa Kanan)

(Gravity + Gempa)
 (8597,97  52220,46)
Veb1   25222,27
11
Veb1  19693,32 kgf

(8597,97  52220,46)
Veb 2   25016,87
11
Veb 2  30545,81 kgf

Kondisi Akibat Gempa ke Arah Kiri (E  )

(Kondisi Gravity)

(Kondisi Gempa Kiri)

(Gravity + Gempa)

(8597,97  52220,46)
Veb1   25016,87
11
Veb1  30545,81 kgf

 (8597,97  52220,46)
Veb 2   25222,27
11
Veb 2  19693,32
kgf
Berdasarkan tabel 3.2 Gaya Geser ultimit balok terbesar akibat kombinasi
gempa/envelope minimum gempa dihasilkan oleh balok pada Story 13 dengan
VTump Kiri = 25222,27 Kgf dan VTump Kanan = 25016,87 Kgf.
Maka gaya geser desain adalah :
Veb > Vu
30545,81 > 25222,27
Jadi, Veb = 30545,81 kgf
Ambil nilai maksikum sebagai gaya geser desain, Veb = 30545,81 kgf
Vu = 25222,27 kgf
0,5Vu = 12611,14 kgf
Veb > 0,5 Vu , sehingga nilai Vc pada daerah sendi plastis (2d) = 0

Tulangan geser pada daerah sendi plastis atau tumpuan :


30545,8110
Av  1000
0,75  400  727,5
Av  1399,58 mm² / m

Gunakan tulangan ulir sengkang tertutup D10, karena 1 sengkang


tertutup
dihitung 2 loop, maka luas sengkang, As = 2 x 3,14 x 10²/4 = 157 mm²
Av
n
As
1399,58
n
157
n  8,91  9
Jarak sengkang, s dalam 1 meter (1000 mm) :
1000
s
(n  1)
1000
s
(9  1)
s  125 mm
Jadi pada daerah sendi plastis/tumpuan digunakan Sengkang D10 – 125
Tulangan geser pada daerah luar sendi plastis :

 33,2 
Vc     500  727,5  101

 6 
Vc  34931,79 kgf

(30545,81 / 0,75  34931,79) 10


Av  1000
400  727,5
Av  199,17 mm² / m

Gunakan tulangan ulir sengkang tertutup D10, karena 1 sengkang tertutup


dihitung 2 loop, maka luas sengkang, As = 2 x 3,14 x 10²/4 = 157 mm²
Av
n
As
199,17
n
157
n  1,26  2
Jarak sengkang, s dalam 1 meter (1000 mm) :
1000
s
(n  1)
1000
s
(2  1)
s  1000 mm
Jadi pada daerah luar sendi plastis digunakan Sengkang D10 – 300
6. PENULANGAN LONGITUDINAL KOLOM
Penulangan utama kolom pada umumnya di cek berdasarkan diagram
interaksi dimana Mu < ϕMn berdasarkan kombinasi maksimum dan minimum.
Pada pengecekan tulangan utama dengan diagram interaksi akan digunakan
program PCACOL.
Data gaya dalam mayor – minor yang dibutuhkan sebagai pengecekan kapasitas
kuat tulangan kolom pada diagram interasi biaxial momen adalah :
(Pmaks, Mx , My); (P, Mx maks, My); (P, Mx, My maks); dan (Pmin, Mx, My).
Perjanjian tanda untuk gaya aksial P adalah KN (ganti pada unit forces) dan
untuk satuan momen adalah KN – m (ganti pada unit momen).
Untuk mendapatkan gaya-gaya dalam tersebut dapat dilihat dari hasil output
ETABS dengan cara : pilih menu Display – Show Tables – Analysis – Results –
Frame Results – ceklis kotak Column Forces – OK – klik kanan pada tabel –
Export To Excel – Lakukan Sort and Filter untuk mendapatkan nilai gaya dalam
yang dibutuhkan sesuai zona masing-masing kolom.
Penulangan kolom yaitu (Story 1 – 13). Data gaya dalam maksimum yang
diperlukan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Gaya Dalam Desain Kolom K 60 x 100


Story Column P M2 M3
(kN) (kN-m) (kN-m)
Story 1 C3 -13847,4 92,2799 -31,5495
Story 2 C5 -12748 -60,9255 -28,5141
Story 5 C6 -8346,6 -195,723 -38,8444
Story 10 C3 -3430,39 298,437 -74,9227

Berikut ini akan dijelaskan contoh penggunaan program PCACOL V3.63 untuk
desain tulangan kolom K 60 x 100 pada (Story 1 – 13).

a) Buka program PCACOL


Gambar 3.18 Tampilan Program PCACOL

b) Pilih menu input – General Information

Gambar 3.19 General Information


c) Pilih menu Input – Material Properties
Gambar 3.20 Material Properties

d) Pilih menu Input – Section – Rectangular

Gambar 3.21 Rectangular Section K 60 x 100 cm

e) Pilih menu Options – Rebar Database

Gambar 3.22 Bar Set : ASTM A615M


f) Pilih menu Input – Reinforcement – Side Different
Asumsi rasio tulangan kolom akibat kombinasi gempa = 1,5% - 3%
As = 1,5% x 600 x 1000
As = 9000 mm²
Gunakan tulangan utama D25 (As = 3,14 x 25²/4 = 490,625 mm²)
9000
n
490,625
n  18,34  18D 25

Gambar 3.23 Asumsi Jumlah Tulangan

Gambar 3.24 Rasio Tulangan Kolom K 60 x 100


g) Pilih menu Input – Reinforcement – Confinement

Gambar 3.25 Confinement

h) Pilih menu Input – Loads – Factored


(Pmaks, Mx , My)

Gambar 3.26 Input Load Koordinat (Pmaks, Mx , My)


(P, Mx maks, My)
Gambar 3.26 Input Load Koordinat (P, Mxmaks, My)

(P, Mx, My maks)

Gambar 3.27 Input Load Koordinat (P, Mx, Mymaks)

(Pmin, Mx, My)


Gambar 3.28 Input Load Koordinat (Pmin, Mx, My)

i) Pilih menu Solve – Execute – View – P-M Diagram

Gambar 3.29 Diagram Interaksi K 60 x 110

Titik gaya dalam yang ditinjau tidak berada di dalam diagram interaksi sehingga
kolom belum mampu menahan beban ultimit yang terjadi. Maka kita redesign
ulang kembali dengan dimensi kolom yang berbeda.
Mengganti dimensi kolom menjad K 80X100
Asumsi rasio tulangan kolom akibat kombinasi gempa = 1,5% - 3%
As = 1,5% x 800 x 1000
As = 12000 mm²
Gunakan tulangan utama D25 (As = 3,14 x 25²/4 = 490,625 mm²)
12000
n
490,625
n  24,46  26 D 25

Gambar 3.30 Diagram Interaksi K 80 x 110

Titik gaya dalam yang ditinjau sudah berada di dalam diagram interaksi sehingga
kolom masih mampu menahan beban ultimit yang terjadi. Jadi untuk lantai 1
kolom K 60X100 diganti dengan K 80X100.
26 D25
K 80 x 100

7. STRONG COLUMN WEAK BEAM (BEAM SWAY)


Persyaratan mekanisme Strong Column Weak Beam (Kolom Kuat Balok Lemah)
adalah :
M c ³ 1,2åM g

Definisi sesuai SNI 03-2847-2002 Pasal 23 :


∑Mc = jumlah momen pada muka join, yang berhubungan dengan kuat lentur
nominal kolom-kolom yang merangka pada join tersebut, yang dihitung untuk
beban aksial terfaktor, konsisten dengan arah gaya-gaya lateral yang ditinjau
yang menghasilkan kuat lentur yang terendah.
∑Mg = jumlah momen pada muka join, yang berhubungan dengan kuat lentur
nominal balok-balok (termasuk pelat yang berada dalam kondisi tarik) yang
merangka pada join tersebut.

Berikut ini akan diberikan contoh perhitungan cek strong column weak beam
untuk join balok – kolom di tengah-tengah bangunan akibat gempa arah ke
kanan :
Gambar 3.31 Potongan Portal As 2

Gambar 3.32 Join Balok – Kolom


Kondisi Akibat Gempa ke Arah Kanan (E )

Gambar 3.33 Momen Balok Akibat Gempa ke Arah Kanan // sb-x (+Ex)

Momen Nominal balok :


Mpr kiri + Mpr kanan = Mn- + Mn+
= 48,77 kN-m + 48,77 kN-m
= 97,54 kN-m

Momen Nominal Kolom :


Pu kolom ≥ 0,1 f’c Ag
Pu kolom ≥ 0,1 x 33,2 x 600 x 1000 x 10-3
Pu kolom ≥ 1992 kN

Momen nominal kolom atas dan bawah harus dicek terhadap beban aksial
maksimum dan beban aksial minimum.
Kombinasi beban aksial maksimum :
U3 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + ρ Ex + 0,3 ρ Ey
U4 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + ρ Ex – 0,3 ρ Ey
Kombinasi beban aksial minimum :
U11 = (0,9 – 0,2 SDS) DL + ρ Ex + 0,3 ρ Ey
U12 = (0,9 – 0,2 SDS) DL + ρ Ex – 0,3 ρ Ey

Hasil ETABS kolom atas :


Pu max = 6064,44 KN; Mx = 59,453 KN-m
Pu min = 3729,36 KN; Mx = 62,403 KN-m

Hasil Diagram Interaksi About – X Axis :


Gambar 3.34 Diagram Interaksi Kolom Atas

Mn kolom atas = 1834 Kn – m (tahanan lentur yang terkecil)

Hasil ETABS kolom bawah :


Pu max = 7138,031 KN; Mx = 62,36 KN-m
Pu min = 4385,80 KN; Mx = 64,69 KN-m

Hasil Diagram Interaksi About – X Axis :

Gambar 3.35 Diagram Interaksi Kolom Bawah


Mn kolom bawah = 1724 Kn – m (tahanan lentur yang terkecil)

Cek Syarat Strong Column Weak Beam :


Mc ³ 1,2åMg
(1834 + 1724) ≥ 1,2(97,54)
3558 ≥ 117,048………….OK
Cat : pengecekan kapasitas kolom harus dilakukan dalam arah mayor
dan minor kolom sesuai dengan kondisi gempa pada masing-masing arah.

8. PENULANGAN GESER/SENGKANG KOLOM


Gaya lintang yang harus dapat diterima oleh kolom harus diperhitungkan
berdasarkan :
Momen primer adalah probable kapasitas momen positive dan negative
pada ujung-ujung kolom menggunakan tegangan yield baja sebesar αfy dan ϕ =
1, dan α = 1,25, dari komponen struktur tersebut yang terkait dengan rentang
beban - beban aksial berfaktor yang bekerja.
Akan tetapi jika gaya lintang yang timbul akibat kombinasi pembebanan :
U = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL ± ρ E lebih kecil, maka boleh dipilih yang lebih
kecil. Setelah itu dapat juga dibandingkan dengan kombinasi pembebanan
gravity:
U = 1,2 DL + 1,6 LL untuk dipilih yang lebih menentukan/lebih besar.
Pada contoh perhitungan akan diambil kolom-kolom pada tengah
bangunan untuk desain tulangan geser seperti tampak gambar di bawah ini.
Gambar 3.36 Tinjauan Tulangan Geser Kolom
Berdasarkan label kolom, maka daerah tengah bangunann
memiliki label kolom C3, C5, dan C6. Karena ditinjau dalam arah mayor dan
minor, maka kombinasi pembebanan yang digunakan sesuai dengan arah
gempa yang ditinjau sehubungan dengan arah major – minor kolom yang
menghasilkan nilai maksimum dan minimum.

Contoh Penulangan Sengkang Kolom K 60 x 100


Data Gaya Dalam ETABS Model 1 akibat kombinasi maksimum –
minimum gempa arah X (kanan-kiri) :
P max = 10458,15 kN ; Mx = 19,842 kN - m (Comb 7)
P min = 6381 kN ; Mx = 19,23 kN – m (Comb 17)
Vu max = 87,07 kN (Comb 9)

Gambar 3.37 Range Momen Primer Kolom (X)

Mpr = Nilai momen maksimum dalam range beban aksial


Dari hasil analisis diagram interaksi, didapat momen nominal maksimum akibat
Pu = 10458,15 KN dengan Mpr = 1747 KN – m.
2  M prkolom
Ve 
hn
2  1747
Ve 
(4  0,7)
2  1747
Ve 
(4  0,7)

Ve  1058,78 kN

Nilai Ve > Vu maks, maka untuk desain pakai Vu maks


Vu = 87,07 KN

Pada daerah tumpuan/join dengan menganggap nilai Vc = 0, maka Kebutuhan


tulangan geser :
 Vu 
  V c  s
 
Av 
f ys d

 87,07 
  0  1000 1000
 0,75 
Av 
400  600
Av  483,7 mm²/m

Gunakan tulangan ulir sengkang tertutup D10, karena 1 sengkang tertutup


dihitung 2 loop, maka luas sengkang, As = 2 x 3,14 x 102/4 = 157 mm2
483,7
n
157
n  3,08
n4
Maka digunakan jarak sengkang = 1000 mm/4 = 250 mm, (D10 – 250).
Dari hasil analisis gempa arah X dan arah Y (arah mayor – minor kolom), maka
jarak sengkang yang digunakan pada daerah tumpuan/join adalah yang
menghasilkan jarak paling rapat, atau dalam hal ini digunakan sengkang D10 –
250.
Pada daerah dengan nilai Vc ≠ 0, maka Vc harus dihitung berdasarkan : Kolom
tekan :

 N  f 'c 
V c  1  u  b d
 14 A  6 
w
 g 
Dan tidak boleh lebih besar dari :

0,3N u
Vc  (0,3 f ' c )bw d 1 
Ag
Kolom Tarik :

 0,3N u  f 'c 
V c  1   b d  0
 Ag  6 
w
 
Untuk nilai Nu adalah beban aksial terfaktor yang terjadi bersamaan dengan Vu.
Nilai Vu = 158,58 KN, maka Nu = 10368,71 KN (gaya dalam dari ETABS).

 10368,7110 3  33,2 
Vc  1    1000  600
   6 
 14 1000 600  
Vc  135,04 kN

Kebutuhan tulangan geser/sengkang :


 Vu 
  V c  s
 
Av 
f ys d

 87,07 
  135,04  1000 1000
 0,75 
Av 
400  600
Av  78,94 mm²/m

Karena hasil sangat minimum maka pada daerah lapangan digunakan sengkang
D10 – 300 (Av pakai > Av hitung).

Cat : untuk daerah persambungan tulangan utama kolom (Tension Lap Splice)
pada daerah lapangan/pertengahan bentang kolom digunakan sengkang D10 –
150 sesuai persyaratan tulangan transversal – rectangular hoop reinforcement
pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK).
Hasil desain tulangan sengkang kolom K 60 x 100 :

9. ANALISIS SHEAR WALL


Penampang dan sengkang shear wall harus diperhitungkan mampu dalam
menahan beban geser berdasarkan kombinasi pembebanan :
U = 1,2 DL + 1,6 LL
U = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL ± ρ E
Tetapi terhadap beban momen lentur harus dilakukan pengecekan sehingga
shear wall tidak akan gagal terlebih dahulu dalam geser dibandingkan dalam
momen. Analisa kekuatan shear wall dilakukan dengan melihat diagram interaksi
dengan mengambil gaya-gaya dalam yang dihasilkan dalam pemodelan.
Vt M
 t
Vu M u
Dimana :
Vt = gaya geser pada penampang shear wall berdasarkan tulangan
terpasang
Vu = gaya geser ultimit
Mt = momen pada penampang shear wall berdasarkan tulangan terpasang
Mu = momen ultimit
Analisis Shear Wall dengan program ETABS disebut Wall Pier Design
Sections, yang mencakup 3 metode, yaitu :
1) Simplified C & T
- Planar Piers
- Design Only
2) Uniform Reinforcing
- 3D
- Design or Check
- Uniform Reinforcing
3) General Reinforcing
- 3D - Design or Check
- Section Designer

Pada analisis ini akan digunakan metode ke-3, yaitu General Reinforcing.

Gambar 3.37 Penamaan Pier Shear Wall

a) Desain Shear Wall P2


Pilih menu Design – Shear Wall Design – Define General Pier Sections – Click to
Add Pier Section – isi kotak dialog di bawah ini.
Gambar 3.38 Pier Section Data P2

Kemudian pilih Section Designer, masukkan tulangan asumsi yang akan


digunakan untuk penulangan shear wall pier 2. Setelah muncul section
designer pier, hapus gambar shear wall tersebut untuk menggantinya dengan
shear wall boundary elements, dengan cara klik shear wall tersebut kemudian
delete.
Menggambar elemen shear wall dengan boundary adalah sebagai berikut : Pada
kotak dialog Section Designer ini pilih menu Draw – Concrete Shape – L-Shape–
gambar di tepat sumbu axis – pilih shear wall yang telah digambar kemudian klik
kanan sehingga muncul kotak dialog Section Object Data L-Shapel.
Gambar 3.39 Section Data Pier 2

Gambar 3.40 Section Designer Pier 2


Asumsikan jumlah tulangan yang akan digunakan :
- Tulangan Boundary Element = dengan menganggap tulangan
boundary sama halnya seperti tulangan pada kolom struktur maka
diambil rasio penulangan sekitar 1,5% untuk perkiraan awal.
As = 1,5% x (300 x 2000)
As = 9000 mm2
Gunakan tulangan utama D25, dengan (As = 490,625 mm2)
Jumlah tulangan yang dibutuhkan = 4500 : 490,625 = 18,34 = 19 D25

Gambar 3.41 Asumsi Tulangan Boundary Element Pier 2

Web Rebar = Flange Rebar


- Tie Bar (Tulangan Ties Geser) = D16
- Corner Bar 1 (Tulangan Pojok 1) = 1 D25
- Corner Bar 2 (Tulangan Pojok 2) = 1 D25
- Corner Bar 3 (Tulangan Pojok 3) = 1 D25
- Corner Bar 4 (Tulangan Pojok 4) = 1 D25
- Edge Bar 1 = 0 D25
- Edge Bar 2 = 12 D25
- Edge Bar 3 = 0 D25
- Edge Bar 4 = 12 D25
Data nilai gaya dalam Envelope untuk shear wall P2 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 3.9 Gaya Dalam Envelope Max – Min Pier 2
Combo Pu Mu2 Mu3
(kN) (kN-m) (kN-m)
ENVE MAX 9611,714 808,253 563,8865
ENVE MIN 9475,99 148,1297 102,9578

Setelah itu gaya dalam tersebut di plot ke dalam diagram interaksi dinding dari
hasil analisis etabs dengan masing-masing arahnya yaitu Mu2 dan Mu3. Output
diagram interaksi dapat dilihat dengan cara klik icon Interaction Surface pada
kotak dialog Section Designer Shear Wall.

25000

20000

15000

10000

5000

0
-2000 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
-5000

-10000

-15000

Gambar 3.42 Cek Diagram Interaksi M2-2 Pier 2


25000

20000

15000

10000

5000

0
-25000 -20000 -15000 -10000 -5000 0 5000 10000 15000
-5000

-10000

-15000

Gambar 3.43 Cek Diagram Interaksi M3-3 Pier 2

Pada gambar di atas tampak bahwa plot gaya – gaya dalam ultimit yang terjadi
berdasarkan kombo Enve Max dan Enve Min dari semua kombinasi pembebanan
yang diberikan, masih berada di dalam diagram interaksi kapasitas dinding,
sehingga dapat dikatakan bahwa shear wall tersebut masih mampu menahan
beban.

b) Desain Shear Wall P3


Bentuk dan ukuran shear wall P3 sama dengan shear wall P2, oleh karena itu
asumsi tulangan untuk shear wall P3 juga disamakan dengan shear wall P2
sehingga akan menghasilkan diagram interaksi yang sama pula. Data nilai gaya
dalam Envelope untuk shear wall P3 dapat dilihat pada tabel d ibawah ini.

Tabel 3.9 Gaya Dalam Envelope Max – Min Pier 3


Combo Pu Mu2 Mu3
(kN) (kN-m) (kN-m)
ENVE MAX 10024,87 650,4272 834,7406
ENVE MIN 9889,151 145,1732 148,312

Setelah itu gaya dalam tersebut di plot ke dalam diagram interaksi dinding dari
hasil analisis etabs dengan masing-masing arahnya yaitu Mu2 dan Mu3. Output
diagram interaksi dapat dilihat dengan cara klik icon Interaction Surface pada
kotak dialog Section Designer Shear Wall.

25000

20000

15000

10000

5000

0
-2000 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
-5000

-10000

-15000

Gambar 3.48 Cek Diagram Interaksi M2-2 Pier 3

25000

20000

15000

10000

5000

0
-25000 -20000 -15000 -10000 -5000 0 5000 10000 15000
-5000

-10000

-15000

Gambar 3.49 Cek Diagram Interaksi M3-3 Pier 3

Pada gambar di atas tampak bahwa plot gaya – gaya dalam ultimit yang terjadi
berdasarkan kombo Enve Max dan Enve Min dari semua kombinasi pembebanan
yang diberikan, masih berada di dalam diagram interaksi kapasitas dinding,
sehingga dapat dikatakan bahwa shear wall tersebut masih mampu menahan
beban.

c) Desain Shear Wall P4


Bentuk dan ukuran shear wall P4 sama dengan shear wall P2, oleh karena itu
asumsi tulangan untuk shear wall P4 juga disamakan dengan shear wall P2
sehingga akan menghasilkan diagram interaksi yang sama pula. Data nilai gaya
dalam Envelope untuk shear wall P4 dapat dilihat pada tabel d ibawah ini.

Tabel 3.9 Gaya Dalam Envelope Max – Min Pier 4


Combo Pu Mu2 Mu3
(kN) (kN-m) (kN-m)
ENVE MAX 10024,87 699,4433 536,7136
ENVE MIN 9889,151 442,733 402,3733

Setelah itu gaya dalam tersebut di plot ke dalam diagram interaksi dinding dari
hasil analisis etabs dengan masing-masing arahnya yaitu Mu2 dan Mu3. Output
diagram interaksi dapat dilihat dengan cara klik icon Interaction Surface pada
kotak dialog Section Designer Shear Wall.

25000

20000

15000

10000

5000

0
-2000 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
-5000

-10000

-15000

Gambar 3.50 Cek Diagram Interaksi M2-2 Pier 4


25000

20000

15000

10000

5000

0
-25000 -20000 -15000 -10000 -5000 0 5000 10000 15000
-5000

-10000

-15000

Gambar 3.51Cek Diagram Interaksi M3-3 Pier 4

Pada gambar di atas tampak bahwa plot gaya – gaya dalam ultimit yang terjadi
berdasarkan kombo Enve Max dan Enve Min dari semua kombinasi pembebanan
yang diberikan, masih berada di dalam diagram interaksi kapasitas dinding,
sehingga dapat dikatakan bahwa shear wall tersebut masih mampu menahan
beban.

d) Desain Shear Wall P5


Bentuk dan ukuran shear wall P5 sama dengan shear wall P2, oleh karena itu
asumsi tulangan untuk shear wall P5 juga disamakan dengan shear wall P2
sehingga akan menghasilkan diagram interaksi yang sama pula. Data nilai gaya
dalam Envelope untuk shear wall P5 dapat dilihat pada tabel d ibawah ini.

Tabel 3.9 Gaya Dalam Envelope Max – Min Pier 5


Combo Pu Mu2 Mu3
(kN) (kN-m) (kN-m)
ENVE MAX 9611,714 562,8081 639,9819
ENVE MIN 9475,99 398,1003 372,0926

Setelah itu gaya dalam tersebut di plot ke dalam diagram interaksi dinding dari
hasil analisis etabs dengan masing-masing arahnya yaitu Mu2 dan Mu3. Output
diagram interaksi dapat dilihat dengan cara klik icon Interaction Surface pada
kotak dialog Section Designer Shear Wall.

25000

20000

15000

10000

5000

0
-2000 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
-5000

-10000

-15000

Gambar 3.52 Cek Diagram Interaksi M2-2 Pier 5

25000

20000

15000

10000

5000

0
-25000 -20000 -15000 -10000 -5000 0 5000 10000 15000
-5000

-10000

-15000

Gambar 3.53 Cek Diagram Interaksi M3-3 Pier 5

Pada gambar di atas tampak bahwa plot gaya – gaya dalam ultimit yang terjadi
berdasarkan kombo Enve Max dan Enve Min dari semua kombinasi pembebanan
yang diberikan, masih berada di dalam diagram interaksi kapasitas dinding,
sehingga dapat dikatakan bahwa shear wall tersebut masih mampu menahan
beban.

e) Desain Shear Wall P8


Pilih menu Design – Shear Wall Design – Define General Pier Sections – Click to
Add Pier Section – isi kotak dialog di bawah ini.

Gambar 3.54 Pier Section Data P8

Kemudian pilih Section Designer, masukkan tulangan asumsi yang akan


digunakan untuk penulangan shear wall pier 8. Setelah muncul section
designer pier, hapus gambar shear wall tersebut untuk menggantinya dengan
shear wall boundary elements, dengan cara klik shear wall tersebut kemudian
delete.
Menggambar elemen shear wall dengan boundary adalah sebagai berikut : Pada
kotak dialog Section Designer ini pilih menu Draw – Concrete Shape – L-Shape–
gambar di tepat sumbu axis – pilih shear wall yang telah digambar kemudian klik
kanan sehingga muncul kotak dialog Section Object Data L-Shape.
Gambar 3.55 Section Data Pier 8

Gambar 3.56 Section Designer Pier 1


Asumsikan jumlah tulangan yang akan digunakan :
- Tulangan Boundary Element = dengan menganggap tulangan
boundary sama halnya seperti tulangan pada kolom struktur maka
diambil rasio penulangan sekitar 1,5% untuk perkiraan awal.
As = 1,5% x (300 x 2000)
As = 9000 mm2
Gunakan tulangan utama D25, dengan (As = 490,625 mm2)
Jumlah tulangan yang dibutuhkan = 4500 : 490,625 = 18,34 = 19 D25

Gambar 3.57 Asumsi Tulangan Boundary Element Pier 9

Rebar Data
- Tie Bar (Tulangan Ties Geser) = D16
- Corner Bar 1 (Tulangan Pojok 1) = 1 D25
- Corner Bar 2 (Tulangan Pojok 2) = 1 D25
- Corner Bar 3 (Tulangan Pojok 3) = 1 D25
- Corner Bar 4 (Tulangan Pojok 4) = 1 D25
- Edge Bar 1 = 12 D25
- Edge Bar 2 = 0 D25
- Edge Bar 3 = 12 D25
- Edge Bar 4 = 0 D25
= 28 D25

Data nilai gaya dalam Envelope untuk shear wall P8 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 3.9 Gaya Dalam Envelope Max – Min Pier 8
Combo Pu Mu3
(kN) (kN-m)
ENVE MAX 12906,29 164,3479
ENVE MIN 12838,42 221,5869

Setelah itu gaya dalam tersebut di plot ke dalam diagram interaksi dinding dari
hasil analisis etabs dengan masing-masing arahnya yaitu Mu3. Output diagram
interaksi dapat dilihat dengan cara klik icon Interaction Surface pada kotak dialog
Section Designer Shear Wall.

14000

12000

10000

8000

6000

4000

2000

0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
-2000

-4000

-6000

Gambar 3.58 Cek Diagram Interaksi M3-3 Pier 8

Pada gambar di atas tampak bahwa plot gaya – gaya dalam ultimit yang terjadi
berdasarkan kombo Enve Max dan Enve Min dari semua kombinasi pembebanan
yang diberikan, masih berada di dalam diagram interaksi kapasitas dinding,
sehingga dapat dikatakan bahwa shear wall tersebut masih mampu menahan
beban.
f) Desain Shear Wall P9
Bentuk dan ukuran shear wall P9 sama dengan shear wall P8, oleh
karena itu asumsi tulangan untuk shear wall P9 juga disamakan dengan shear
wall P8 sehingga akan menghasilkan diagram interaksi yang sama pula. Data
nilai gaya dalam Envelope untuk shear wall P9 dapat dilihat pada tabel d ibawah
ini.

Tabel 3.9 Gaya Dalam Envelope Max – Min Pier 9


Combo Pu Mu3
(kN) (kN-m)
ENVE MAX 12285,09 334,4983
ENVE MIN 12217,23 56,4899

Setelah itu gaya dalam tersebut di plot ke dalam diagram interaksi dinding dari
hasil analisis etabs dengan masing-masing arahnya yaitu Mu3. Output diagram
interaksi dapat dilihat dengan cara klik icon Interaction Surface pada kotak dialog
Section Designer Shear Wall.

14000

12000

10000

8000

6000

4000

2000

0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
-2000

-4000

-6000

Gambar 3.59 Cek Diagram Interaksi M2-2 Pier 9


Pada gambar di atas tampak bahwa plot gaya – gaya dalam ultimit yang terjadi
berdasarkan kombo Enve Max dan Enve Min dari semua kombinasi pembebanan
yang diberikan, masih berada di dalam diagram interaksi kapasitas dinding,
sehingga dapat dikatakan bahwa shear wall tersebut masih mampu menahan
beban.

Вам также может понравиться