Вы находитесь на странице: 1из 35

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN

TITRASI REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI

OLEH:

LABORATORIUM C

ASISTEN PENANGGUNG JAWAB :

KHOFIFA AMALIA USMAN

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

SAMATA – GOWA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reaksi redoks memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, baik

yang merugikan maupun menguntungkan. Reaksi redoks yang menguntungkan

misalnya saja reaksi yang berlangsung dalam proses respirasi pada tumbuhan. Dalam

proses ini, karbohidrat dioksidasi menjadi karbondioksida dan uap air dengan
melepas energi, adapun contoh redoks yang merugikan, yaitu korosi besi (besi

berkarat). Korosi ini sangat merugikan karena merusak banyak bangunan dan benda-

benda yang terbuat dari besi.

Reaksi redoks memiliki aplikasi yang luas dalam bidang industri. Misalnya

prinsip reaksi redoks mendasari pembuatan baterai dan aki, ekstrasi dan pemisahan

logam dengan logam lain, seperti emas, perak, dan kromium. Selain itu, reaksi redoks

juga digunakan untuk membuat senyawa kimia, seprti natrium hidroksida yang

merupakan bahan baku dalam banyak kegiatan industri.

Proses oksidasi pada buah dapat kita dapat amati secara langsung, misalnya

buah apel yng dikupas dan didiamkan beberapa saat maka buah tersebut akan berubah
warna dari tidak bewarna menjadi kecoklatan. Pengubahan warna menjadi coklat

pada apel setelah dikupas atau pada just apel terjadi karena senyawa polifenol

teroksidasi, bentuk polifenol teroksidasi ini nantinya dapat bergabung satu sama lain

membentuk senyawa makromolekul berwarna coklat, dimana senyawa makromolekul

ini nantinya bisa membuat jus apel menjadi keruh. Begitu pula pada kulit tubuh

manusia, proses oksidasi dapat berlangsung perlahan-lahan dalam jangka waktu yang

relatif lama namun nampak jelas perubahan dari oksidasi kulit manusia ini. Proses
oksidasi pada kulit manusia atau disebut pula proses penuaan terjadi karena adanya

radikal bebas (-OH). Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi

tersebut menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (·OH) seperti asap

kendaraan, rokok maupun polusi maka tanpa adanya kehadiran antioksidan radikal

bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya, seperti pada kulit tubuh

manusia. Oksidasi sendiri adalah hancurnya jaringan tubuh karena pengaruh radikal

bebas.
Antioksidan sangat dibutuhkan manusia dalam manghambat atau

memperlambat proses oksidasi pada tubuh. Buah strawberry memiliki fungsi yang

sangat besar terhadap proses penunda penuaan pada tubuh manusia. Buah ini

memang banyak mengandung asam salisilat (salah satu jenis asam beta -hidroksi

yang membantu mengencangkan kulit), silika, serta vitamin B, C, E dan K. Dengan

kemampuannya menyehatkan dan meremajakan kulit, strawaberry cocok digunakan

untuk hampir semua jenis kulit. Oleh karenanya strawberry banyak dimanfaatkan

industri-industri kosmetik (terutama industri sabun mandi).


B. Maksud dan Tujuan Percobaan

1. Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami penentuan kadar senyawa dengan metode titrasi

redoks.

2. Tujuan percobaan

a. Menetukan kadar besi (II) dalam besi (II) sulfat dengan menggunakan

metode permanganometri.
b. Menentukan kadar metampiron dengan menggunakan metode Iodometri.

C. Prinsip Percobaan

Penentuan kadar besi (II) dalam besi (II) sulfat sulfat dengan menggunakan

metode permanganometri dalam suasana asam yang dititrasi menggunakan baku

KMnO4 hingga tercapai TAT yang ditandai dengan perubahan warna menjadi merah

muda.

Penentuan kadar metampiron dengan menggunakan metode iodometri dalam

suasana asam yang dititrasi dengan baku iodin (I2) dalam KI, menggunakan indikator

kanji hingga berubah menjadi biru tetap .


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan interkonvensi

energi listrik menjadi energi kimia. Proses elektrokimia ini adalah reaksi reduksi

oksidasi (redoks) dimana dalam reaksi ini energi yang dapat dilepaskan oleh reaksi

yang nonspontan dapat dikatakan terjadi pada reaksi tersebut. Salah satu pemanfaatan
elektrokimia ini adalah elektrokoagulasi yang merupakan metode koagulasi dengan

menggunakan arus listrik searah melalui peristiwa elektrokimia (Prabowo, 2012:

352).

Salah satu contoh dari reaksi oksidasi reduksi yang dapat ditemui di alam

yaitu di perairan teluk manado yang bersifat garam-negatif , yang umumnya ini dapat

bersifat kemoorganotrof dan beberapa diantaranya bersifat kemolitoautotrof. Isolat

pseudomonas yang bersifat kemoorganotrof cenderung mampu melakukan reduksi

pada ion-ion merkuri, dan yang bersifat kemitoautotrof ini cenderung mengoksidasi

merkuri, kecepatan reaksinya pada ion merkuri sangat bergantung pada tipe isolatnya.

Sehingga masih perlu diteliti lagi tentang pengaruh logam-logam lain terhadap
pertumbuhan maupun laju reduksi maupun oksidasi (Ijong, 2012: 71-72).

Selain beberapa contoh diatas dalam reaksi redoks juga terdapat bahan

pengoksida dan bahan pereduksi. Bahan pengoksida dan bahan pereduksi ini biasa

digunakan untuk untuk mendeskripsikan reaktan tertentu dalam reaksi redoks, seperti

pada pernyataan “gas flourin adalah bahan pengoksida kuat”, atau “logam kalsium

adalah bahan pereduksi yang baik”. Pada reaksi redoks zat yang memungkinkan zat

lain teroksidasi disebut bahan pengoksidasi (oxidizing agent) atau oksidan (oxidant),
atau oksidator. Dalam melakukannya bahan pengoksidasi itu sendiri tereduksi. Sama

saja zat lain yang mengakibatkan zat lain tereduksi disebut bahan pereduksi (reducing

agent) atau reduktan (reductant), atau reduktor. Pada reaksi, bahan pereduksi itu

sendiri teroksidasi. Atau dengan kata lain, bahan pengoksidasi (oksidan)

mengandung unsur dengan bilangan oksidasi turun pada reaksi redoks dan

memperoleh elektron tereduksi. Sedangkan bahan pereduksi (reduktan) mengandung

unsur dengan bilangan oksidasi naik pada reaksi redoks dan melepaskan elektron
teroksidasi (Petruci, 2011: 158).

Bilangan oksidasi ini sangat berguna dalam menghubungkan dan

mensistematikakan banyak hal dalam kimia anorganik. Misalnya, logam dengan

bilangan oksidasi tinggi berprilaku sebagai nonlogam. Mereka membentuk oksianion

seperti MnO4-, tetapi tidak membentuk ion monoatomik bermuatan tinggi, misalnya.

Beberapa aturan sederhana memungkinkan kita memprediksi rumus senyawa kovalen

menggunakan bilangan oksidasi, sama seperti prediksi yang dibuat untuk senyawa

ionik dengan menggunakan muatan ion. Dengan ini kita relatif lebih mudah

mempelajari bilangan oksidasi (Goldberg, 2008: 162).

Titrasi dengan iodium dibedakan menjadi, iodometri (secara langsung) ialah


oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan menggunakan iodium. Iodimetri

ini sendiri terdiri atas senyawa pereduksi dengan menggunakan iodium, iodimetri ini

sendiri terdiri atas 2 yaitu iodimetri dengan metode langsung, bahan pereduksi

langsung dioksidasi dengan larutan baku iodium dengan jumlah berlebihan dan

kelebihan iod akan dititrasi dengan larutan baku natrium trisulfat. Contohnya

padapenetapan kadar natrium bisulfate. Iodometri adalah bahan pengoksidasi yang


mengoksidasi kalium iodide (KI) dalam suasana asam, sebagai iod yang dibebaskan

(Rahma, 2011: 189).

Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan

konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai berat

(gram) tiap satuan volume (mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan kadar

seperti ini adalah gram/mililiter. Cara ini disebut dengan cara berat/volume atau b/v.

Disamping cara ini, ada cara yang menyatakan kadar dengan gram zat terlarut tiap
gram pelarut atau tiap gram larutan yang disebut dengan cara berat/berat atau b/b.

Secara matematis, perhitungan kadar suatu senyawa yang ditetapkan secara volumetri

dapat menggunakan rumus-rumus umum berikut (Rohman, 2012: 61).

Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan

konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai berat

(gram) tiap satuan volume (mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan kadar

seperti ini adalah gram/mililiter. Cara ini disebut dengan cara berat/volume atau b/v.

Disamping cara ini, ada cara yang menyatakan kadar dengan gram zat terlarut tiap

gram pelarut atau tiap gram larutan yang disebut dengan cara berat/berat atau b/b.

Secara matematis, perhitungan kadar suatu senyawa yang ditetapkan secara volumetri
dapat menggunakan rumus-rumus umum berikut (Rohman, 2012 : 63).

Contoh lain yaitu oksida peroklor memiliki rumus umum A2B2O7 adalah

keluarga oksida ionik terner yang memiliki struktur kubus dengan rentang jari-jari ion

dan variasi konfigurasi elektron dari logam-logam yang bisa disubstitusi begitu lebar,

maka keluarga oksida terner ini memiliki rentang sifat listrik dan magnet yang lebar

pula. Karena menariknya fenomena senyawa ini, baik dari kajian sains maupun
aplikasinya, diketahui apa yang menjadi kendali termodinamika pembentuknya, yakni

energi kisi (Suhaedar, 2006: 18).

Bilangan oksidasi adalah jumlah muatan yang dimiliki suatu atom dalam

molekul (senyawa ionik) jika elektron-elektronnya berpindah seluruhnya (Chang,

2003: 101).

Selain itu bilangan oksidasi juga diartikan sebagai bilangan positif atau

negatif yang menunjuk pada muatan suatu spesi bila elektron-elektron dianggap
terdistribusi pada atom menurut aturan tertentu. Aturan distribusi ini adalah secara

ionik bagi spesi heteronuklir yang artinya terjadi suatu perpindahan elektron kepada

atom yang lebih bersifat elektronegatif, dan secara kovalen murni bagi spesies homo

nuklir (Sugiyarto, 2002: 111).

Menurut Chang (2003:102) bilangan oksidasi ini dapat ditentukan dengan

menggunakan aturan berikut :

a. Dalam unsur babas setiap atom memiliki bilangan yang oksidasinya nol. Contoh

: H2, O2.

b. Untuk ion-ion yang tersusun atas suatu atom saja, dapat memiliki bilangan sama

dengan muatan ion tersebut. Contoh : Li+ memiliki bilangan oksidasi +1.
c. Bilangan oksidasi dalam sebagian besar senyawanya (MgO dan H2O sebagai

contoh) adalah -2, tetapi dalam hidrogen peroksida (H2O2) dan ion peroksida

(O2-2) bilangan oksidasi yang dimiliki adalah -1.

d. Bilangan oksidasi hidrogen adalah +1. Kecuali berikatan dengan logam dalam

bentuk biner (LiH, NaH) yang bilangan oksidasinya adalah -1.

e. Flour memiliki bilangan oksidasi -1 dalam semua senyawa halogen memiliki

bilangan oksidasi negatif zat sebagai ion halide dalam senyawanya. Ketika
halogen tersebut bergabung dengan oksigen misalnya asam okso dan anion okso

maka bilangan oksidasinya positif.

f. Dalam molekul netral, jumlah bilangan oksidasi dari semua atom penyusunnya

nol.

Menurut Sugiyarto (2004:114) ada beberapa langkah untuk menyelesaikan persamaan

reaksi reduksi oksidasi, yaitu :

a. Langkah pertama adalah menuliskan persamaan tidak spontan dalam bentuk


ionik.

Fe2+ + Cr2O7 → Fe3+ + Cr3+

Setelah itu pisahkan persamaan tersebut menjadi dua setengah reaksi, yaitu

penurunan bilangan oksidasi dan kenaikan bilangan oksidasi sehingga diperoleh :

Oksidasi : Fe2+(aq) → Fe3+(aq)

Reduksi : Cr2O7(aq) → Cr3+(aq)

b. Menyetarakan jenis atom yang langsung terlibat dalam reaksi reduksi oksidasi,

yaitu besi dalam dalam reaksi oksidasi dan mangan dalam reaksi reduksi. Karena

kebetulan jumlahnya sama maka hasil dari langkah ini adalah sama dengan

langkah pertama.
c. Menyetarakan jumlah atom-atom lain untuk reaksi oksidasi kebetulan hanya

melibatkan atom besi sehingga hasilnya masih tetap sama dengan ;angkah

pertama ini, tetapi untuk setengah reaksi reduksi cukup rumit dalam

menyetarakan jumlah atom-atom lain yang terlibat yaitu atom oksigen. Oleh

karena itu reaksi ini terjadi dalam bentuk larutan air maka perlu melibatkan

molekul H2O maupun molekul H3O+ atau H+ dalam suasana asam atau OH-

dalam suasana basa. Dalam suasana asam pihak yang kekurangan atom O
ditambahkan molekul H2O sebanayak kekurangan dan pihak yang kelebihan

atom O ditambahkan H+ sebanyak kekurangannya. Dalam suasana basa, pihak

yang kelebihan atom O diberi molekul H2O sebanyak kelebihannya dan pada

pihak lawannya ditambahkan ion OH- untuk reaksi tersebut dapat diperoleh :

Reduksi : MnO4(aq) + 8H+ → Mn2+(aq) + 4H2O(l)

d. Langkah selanjutnya adalah menyetarakan muatan listrik, dengan melibatkan

pelepasan satu elektron untuk reaksi oksidasi dan penangkapan lima electron
untuk reaksi reduksi yaitu:

Oksidasi : Fe2+(aq) → Fe3+(aq) + e-

Reduksi : MnO4(aq) + 8H+ + 5e- → Mn2+(aq) + 4H2O(l)

e. Langkah terakhir adalah menyetarakn jumlah elektron yang dilepaskan pada

setengah reaksi reduksi dan jumlahkan kedua persamaan setengah reaksi tersebut

menjadi suatu persamaan redoks.

Oksidasi : Fe2+(aq) → Fe3+(aq) + e- │x5

Reduksi : MnO4(aq) + 8H+ + 5e- → Mn2+(aq) + 4H2O(l)

MnO4(aq) + 8H+ + 5Fe2+(aq) → Mn2+(aq) + 4H2O(l) + 5Fe3+(aq)

Reaksi-reaksi yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan secara luas

dalam analisis titrimetri ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi

oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan banyak terjadi reaksi

redoks.Banyak dari reaksi-reaksi ini memiliki syarat untk digunakan dalam analisis

titrimetri dan penerapannya cukup banyak (Underwod, 2002: 251).

Kalium permanganat telah digunakan sebagai alat pengoksidasi yang penting dalan

reaksi redoks. Dalam suasana asam perekasi paru kalium permanganate adalah

sebagai berikut:
MnO4 + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O
Potensial standar dalam larutan asam ini adalah sebesar (E0 = 1,51µ). Jadi

kalium permanganate merupakan oksidator yang sangat kuat. Dari persamaan reaksi

di atas dapat diketahui bahwa berat (BE= 1/5 BM), karena tiap mol kalium

permanganate setara dengan 5 elektron sehingga valensinya 5 dan BE = BM/5

(Rahma, 2007: 155-156).

Permanganat dapat bereaksi dengan banyak agen pereduksi berdasarkan

reaksi diatas namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan


sebuah sebuah katalis unuk mempercepat reaksi kalau bukan karena fakta bahwa

banyak reaksi permanganate berjalan lambat akan lebih banyak kesulitan yang

ditemukan direagen ini. Sebagai contoh permanganate adalah agen unsur

pengoksidasi yang cukup untuk mengoksidasi Mn (II) menjadi MnO2 sesuai dengan

persamaan

3 Mn2+ + 2 MnO4- + 2H2O 5MnO2 + 4H+

Kelebihan sedikit dari permanganate yang hadir pada titik akhir dari titrasi

untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2.Bagaimana juga

mengingat reaksinya berjalan lambat MnO2 tidak diendapkan secara normal pada

akhir titrasi permanganat (Rahmat, 2007: 157).


Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena berbagai

zat organik dan anorganik dapat ditentukan dengan cara ini. Namun demikian, agar

titrasi reoks ini dapat berhasil dengan baik, maka persyaratan berikut harus dipenuhi

(Rivai,2006 : 76) :

1. Harus bersedia pasangan sistem electron redoks yang sesuai sehingga

terjadi pertukaran elekron secara stoikiometri

2. Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara teratur
3. Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai

Vitamin C atau asam askorbat merupakan salah satu vitamin yang dibutuhkan

oleh tubuh manusia. Kekurangan vitamin C telah dikenal sebagai penyakit sariawan

dengan gejala seperti gusi berdarah, sakit lidah, nyeri otot dan sendi, berat badan

berkurang, lesu, dan lain-lain. Vitamin C mempunyai peranan yang penting bagi

tubuh manusia seperti dalam sintesis kolagen, pembentukan carnitine, terlibat dalam

metabolisme kolesterol menjadi asam empedu dan juga berperan dalam pembentukan
neurotransmitter norepinefrin. Vitamin C memiliki sifat sebagai antioksidan yang

dapat melindungi molekul-molekul yang sangat diperlukan oleh tubuh, seperti

protein, lipid, karbohidrat, dan asam nukleat dari kerusakan oleh radikal bebas dan

reaktif oksigen spesies. Vitamin C juga dibutuhkan untuk memelihara kehamilan,

mengatur kontrol kapiler darah, secara memadai, mencegah hemoroid, mengurangi

resiko diabetes dan lain-lain (Helmi, 2007 : 45).

Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan senyawa bersifat asam dengan

rumus empiris C6H8O6 (berat molekul = 176,12 g/mol). Kegunaan Vitamin C adalah

sebagai antioksidan dan berfungsi penting dalam pembentukan kolagen, membantu

penyerapan zat besi, serta membantu memelihara pembuluh kapiler, tulang, dan gigi.
Konsumsi dosis normal vitamin C 60 – 90 mg/hari. Vitamin C banyak terkandung

pada buah dan sayuran segar. Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang kuat yang

dapat melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker, dan secara khusus mampu

meningkatkan daya serap tubuh atas kalsium (mineral untuk pertumbuhan gigi dan

tulang) serta zat besi dari bahan makanan lain vitamin C merupakan vitamin yang

larut dalam air dan esensial untuk biosintesis kolagen (Selandiawidiasmoro, 2007:

98).
Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan senyawa bersifat asam dengan

rumus empiris C6H8O6 (berat molekul = 176,12 g/mol). Kegunaan vitamin C adalah

sebagai antioksidan dan berfungsi penting dalam pembentukan kolagen, membantu

penyerapan zat besi, serta membantu memelihara pembuluh kapiler, tulang, dan gigi.

Konsumsi dosis normal vitamin C 60 – 90 mg/hari. Vitamin C banyak terkandung

pada buah dan sayuran segar. Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang kuat yang

dapat melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker, dan secara khusus mampu
meningkatkan daya serap tubuh atas kalsium (mineral untuk pertumbuhan gigi dan

tulang) serta zat besi dari bahan makanan lain vitamin C merupakan vitamin yang

larut dalam air dan esensial untuk biosintesis kolagen (Selandiawidiasmoro, 2007:

96).
B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Dirjen POM, 2014: 63)


Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air suling, aquadet, air murni, air batering,
purified water
Berat molekul : 18,02
Rumus Molekul : H2O
Rumus struktur : O
H H
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Asam Klorida (Dirjen POM, 2014: 156)
Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam klorida, asam muriatic, spirit of salt,
hidronium klorida, roh garam
Rumus Molekul : HCl
Rumus Struktur : H-Cl
Berat Molekul : 36,46
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau
merangsang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
3. Pati beras (Dirjen POM, 2014: 1002)
Nama Resmi : AMYLUM ORYZAE
Nama Lain : Pati beras, kanji
Pemerian : Serbuk sangat halus,putih, tidak berasa
Kelarutan : Keasaman-kebasaan, batas jasad renik
susuk pengeringan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai indikator
4. Asam Askorbat (Dirjen POM, 2014: 149)
Nama Resmi : ACIDUM ASCURBICUM
Nama Lain : Asam askorbat, vitamin C, asam sevitamat,
cantan, cebion, pharmacorbine
Berat Molekul : 170,13
Rumus Molekul : C6H8O
Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk atau hablur putih agak kuning tidak


berbau, rasa asam oleh pengaruh cahaya
lambat laun menjadi gelap dalam,
kemudian kering mantap di udara dalam
larutan cepat terdistribusi.
Kelarutan : Mudah larut dalam air,agak sukar larut
dalam etanol 95 % praktis tidak larut dalam
kloroform dalam eter dan dalam benzene.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya.
Kegunaan : Sebagai sampel.
5. Asam Sulfat (Dirjen POM, 2014 : 165)
Nama Resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama Lain : Asam sulfat, air keras belerang, air keras
berat, sulfuric acid, zwafelzuur
Rumus Molekul : H2SO4
Berat molekul : 98,07
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak


berwarna, jika ditambahkan ke dalam air
akan menimbulkan panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Pemberi suasana asam.
6. Metampiron (Dirjen POM, 2014: 844)
Nama Resmi : METHAMPYRONUM
Nama Lain : Metampiron, antalgin, methymelubrine,
aminoetansulfonat, pirazolon
Rumus Molekul : C13H16N1NaO4S.H2O

Rumus Struktur :

Berat Molekul : 351,37


Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih
kekuningan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai sampel.
7. Iodium (Dirjen POM, 2014: 571)
Nama Resmi : IODIUM
Nama Lain : Iodium, iod, iodum, tingtur, iodin
Rumus Molekul : I2
Rumus Struktur : I-I
Berat Molekul : 126,91
Pemerian : Keping dan butir, berat, mengkilat, seperti
logam, hitam kelabu, bau khas.
Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 3500 bagian air,
dalam 13 bagian etanol (45%)p, dalam
lebih kurang 80 bagian gliserol p dan
dalam lebih kurang 4 bagian,
karbondisulfida p, larut dalam kloform p
dan dalam karbontetraklorida p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai titran iodometri.
8. Kalium Permanganat (Dirjen POM, 2014: 595)
Nama Resmi : KALII PERMANGANAS
Nama Lain : Kalium permanganate, potassium
permanganate, mineral bunglon,
hypermangan, kristal condy
Rumus Molekul : KMnO4
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 158,05


Pemerian : Hablur, ungu tua, hampir tidak tembus oleh
cahaya yang diteruskan dan berwarna biru
melatik mengkilap oleh cahaya yang
dipantulkan.
Kelarutan : Larut dalam air, mudah larut dalam air
: mendidih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai titran permanganometri.
9. Besi (II) Sulfat (Dirjen POM, 2014: 231)
Nama Resmi : FEROSI SULFURICUM
Nama Lain : Besi (II) sulfat, ferrous sulfate, vitriol
hijau, copperas, melanterit
Rumus Molekul : FeSO4
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 151.908 g/mol


Pemerian : Serbuk, putih keabuan rasa logam, sepal
Kelarutan : Perlahan-lahan larut hamper sempurna
dalam air bebas karbondioksida pekat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel
BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu batang pengaduk, gelas

kimia (pyrex), biuret, erlenmeyer, gelas arloji, gelas ukur (pyrex), kertas perkamen,

pipet tetes, sendok tantuk, statif, dan timbangan analitik.


2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu aquadest, asam

klorida, aluminium foil, besi (II) sulfat, HCl, H2SO4, indikator kanji, larutan baku I2,

larutan baku KMnO4, dan metampiron.

B. Cara Kerja

1. Pembuatan larutan kanji

Pertama-tama disiakan alat dan bahan, kemudian ditimbang kanji sebanyak 5

mg, setelah itu dipanaskan 50 ml aquadest diatas plat panas, kemudian dimasukkan

kanji ke dalam gelas kimia yang berisi aquadest yang telah dipanaskan sambil diaduk

cepat sampai kanji larut sempurna


2. Pembuatan titrasi kalium permanganat

Pertama disiapkan alat dan bahan, kemudian ditimbang kalium permanganate

sebanyak 1,6 gram, setelah itu dididihkan 500 ml aquadest dengan menggunakan plat

panas, kemudian dimasukkan kalium permanganate, sambil diaduk cepat sampai

larut sempurna
3. Pembuatan titran iodium

Pertama-tama disiapkan alat dan bahan, kemudian ditimbang iodium

sebanyak 5 gram, setelah itu dimasukkan iodium kedalam erlenmeyer setelah itu

ditetesi HCl pekat sebanyak 3 tetes sambil diaduk sampai larut, setelah itu

ditambahkan 400 ml aquadest, terakhir diaduk sampai rata

4. Penetapan kadar FeSO4 dengan permanganometri

Pertama-tama disiapkan alat dan bahan, kemudian ditambahkan 500 mg


sampel FeSO4 setelah itu ditambahkan 20 ml asam sulfat encer, kemudian dititrasi

dengan KMnO4 0,1 N, dan diamati perubahan warna merah jambu, percobaan ini

diulang dua kali

5. Penetapan kadar metampiron dengan iodometri

Pertama-tama disiapkan alat dan bahan, kemudian ditimbang 400 mg

metampiron tablet, setelah itu dilarutkan dalam 25 ml aquadest, kemudian

Dilarutkan 1 ml HCl 0,1 N, setelahh itu dititrasi iodium 0,1 N dalam indikator, dan

sesekali di kocok hingga terjadi penambahan warna biru, percobaan ini dilakukan

sebanyak 2 kali
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan
No Percobaan Volume Awal Volume Akhir Volume Titrasi
1. Permanganometri 0 ml 20 ml 20 ml
2. Iodometri 0 ml 36 ml 36 ml

B. Perhitungan

1. Permanganometri
m grek/BE = V.N

mg = V.N.BE

500 = V. 0,1. 138,03

500 = V. 15,803

V = 500/15,803

V = 31,639 = 32 ml

2. Iodometri

m grek/BE = V.N

mg = V.N.BE

400= V. 0,1. 63,5

V = 400/6,35

V = 62,99 = 63 ml
a. % kadar permanganometri

m grek sampel = m grek larutan baku HCl

mg/BE = V.N

mg = V. N. BE

mg = 20 ml. 0,1 N. 158,03

mg = 316,06 mg

Berat praktikum sampel


% kadar = 𝑥 100%
Berat teori

316,06
= x 100%
500

= 63,21 %

b. % kadar iodometri

mgrek sampel = mgrek larutan baku KMnO4

mg/BE = V.N

mg = V.N.BE

mg = 36. 0,1. 63,5

mg = 228,6

Berat praktikum sampel


% kadar = 𝑥 100%
Berat teori

228,6
= 𝑥 100%
500
= 57,15 %
C. Reaksi

1. Permanganometri
KMnO4 + 2 FeSO4 + H2SO4 K2SO4 + Fe2 (SO4)3 + MnSO4 + H2O

2. Iodimetri

-
+ I2 + 2I

Asam askorbat Iodin

C. Pembahasan

Istilah oksidasi mengacu pada setiap pembahasan kimia, dimana terjadi

kenaikan bilangan oksidasi sedangkan reduksi digunakan untuk penurunan bilangan

oksidasi mengacu pada setiap pembahasan, pemisahan oksidasi reduksi menjadi

komponen-komponennya yaitu reaksi separuhnya adalah cara untuk menunjukkan


masing-masing spesies kehilangan elektron. Bermacam-macam reaksi reduksi

oksidasi dipergunakan untuk analisis titrasi iodometri asalkan kesetimbangan setiap

penambahan titran dapat langsung cepat dan diperlukan juga dengan adanya indikator

yang mampu menunjukkan titik ekuivalen stoikiometri dengan akurasi yang tinggi

(Khopkar, 1984: 48).

Titrasi permanganometri dan iodometri adalah salah satu metode titrasi yang

didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. metode ini banyak digunakan dalam analisa
jika dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini karena

perbandingan stoikiometri yang sederhana pelaksanaannya praktis dan tidak banyak

masalah dan mudah (Rahman, 2007: 155).

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu neraca

analitik, gelas ukur, gelas kimia, beker gelas, pipet tetes, gelas arloji dan statif. Bahan

yang digunakan yaitu aquadest, larutan baku I2, larutan baku KMnO4, indikator kanji,

asam klorida, aluminium foil dan metampiron.

Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu pada pecobaan iodometri yaitu

pertama-tama ditimbang 500 mg FeSO4 lalu dicampur dengan 20 ml asam sulfat

encer lalu dititrasi dengan KMnO4 0,1 N sehingga mencapai TAT yang terlihat
dengan perubahan warna merah muda, lakukan dua-tiga kali. Adapun cara kerja pada

iodometri yaitu disiapkan alat dan bahan, ditimbang 400 mg metampiron lalu

dilarutkan dalam 25 ml aquadest, lalu ditambahkan 2 tetes indikator kanji, lalu

dikocok sampai berwarna biru lakukan dua-tiga kali.

Adapun alasan perlakuan dan penambahan bahan pada percobaan ini yaitu

asam sulfat dan HCl sebagai katalisator agarreaksi redoks dapat berjalan cepat,

digunakan KMnO4 karena sebagai oksidator kuat dan diduplo untuk mengetahui
perbedaan volume dari perlakuan pertama dan kedua. Ditutup dengan aluminium foil

agar asam sulfat dari iodium yang sangat peka terhadap oksigen dan paparan cahaya

akan menyebabkan ph asamnya terus naik dengan asam askorbat. Digunakan kanji

sebagai indikator untuk melihat perubahan warna pada titik akhir titrasi (TAT).

Adapun hasil yang didapatkan pada percobaan ini yaitu kadar FeSO4 sebesar

63,21 %. Hal ini tidak sesuai dengan literatur (FI.III, 1979: 660) yang menyatakan

bahwa kadar FeSO4 tidak kurang dari 80 %. Sedangkan pada kadar asam askorbat
didapatkan yaitu 57,15 %. Hal ini juga tidak sesuai dengan literatur, dimana menurut

(F.III. 1979: 47) menyatakan bahwa kadar asam askorbat tidak kurang dari 99,0 %.

Adapun faktor kesalahan sehingga diperoleh hasil dari uji iodometri yang

tidak sesuai dengan literatur karena kurangnya ketelitian praktikan pada saat

melakukan titrasi dan pengambilan bahan.

Hubungan percobaan ini dengan farmasi yaitu salah satunya dalam

menetapkan kadar sediaan yang bersifat oksidator dan reduktor. Seperti asam

askorbat (vitamin C), metampiron (antalgin) dan sediaan tablet lainnya.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan pada praktikum ini, maka dapat disimpulkan

bahwa kadar FeSO4 sebesar 63,21 %. Hal ini tidak sesuai dengan literatur dimana

pada literatur (FI. III. 1997: 660) menyatakan tidak kurang dari 80 %.

Kadar asam askorbat yang didapatkan pada percobaan yaitu menyatakan


57,13%. Hal ini tidak sesuai dengan literatur (FI.III.1997:47)yang menyatakan bahwa

tidak kurang dari 99,9% dan tidak lebih dari 100,5%.

B. Saran

1. Laboratorium

Agar pada praktikum bahan yang dipakai tersedia lebih banyak agar praktikan

jika ingin melakukan percobaan sebanyak dua kali tidak kehabisan bahan dan akan

mempengaruhi hasil dari praktikum.

2. Asisten

Agar pada saat praktikum memberikan bimbingan yang lebih baik lagi kepada

praktikannya
KEPUSTAKAAN

Chang, Raymond.2003.Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid Satu. Erlangga:Jakarta.

Chang, Raymond.2005.Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid Dua. Erlangga:Jakarta

Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI. 1979.

Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI. 1995.

Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Depkes RI. 2014.

Goldberg, David E.2008.Teori Dan Soal-Soal Kimia Untuk Pemula Edisi Ketiga.
Jakarta:Erlangga.

Ijong, Frans G.2011. Laju Reduksi Merkuri Oleh Pseudomonas Diisolasi Dari
Perairan Pantai Teluk Manado. Jurnal Perikanan Dan
Kelautan..Vol.VII.No.2.

Petrucci, Ralph H., willian, s Herwood., F.Geoffrey Herring dkk.2011. Kimia Dasar
Prinsip-Prinsip Dan Aplikasi Modern. Jakarta: Erlangga.

Prabowo, Agung., Gagah Hasan Basrori., Dan Purwanto.2012.Jurnal Teknologi


Kimia Dan Industry. Pengolahan Limbah Cair Yang Mengandung Minyak
Dengan Proses Elektrokoagulasi Dengan Elektroda Besi.Vol.1.No.1.

R.A Day dan Underwood.Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. 2002.

Rahman, Abdullah. Dkk. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pusaka Pelajar. 2007.

Riswiyanto.Kimia Organik. Jakarta: Erlangga. 2009.

Rohman, dkk. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar: Yogyakarta. 2007

S. M Khokar. Konsep Dasar Kimia Analitik. Bombay: Indian Of Institute Technology


Chemistry. 1984.

S. M Khokar. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UIP. 2007.

Selandiawidiasmoro, dkk. 2007. Principles of Instrumental Analysis Edisi kelima.


Orlando: Hourcourt Brace

Sugiarto, Kristian H.2002.Kimia Organik I.Erlangga:Jakarta.


Suhendar, Dede,. Dan Ismunandar.2006. Jurnal Matematika Dan Sains. Penentuan
Energy Kisi Oksida-Oksida Piroklor.Vol.II.No.1.

Tim penyusun.Modul Praktikum Kimia Analis. Samata: UINAM Press. 2016


LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Penentuan kadar FeSO4 dengan permanganometri

Ditimbang FeSO4 500 mg

Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

Ditambahkan 20 ml H2SO4 encer

Diamati perubahan warna menjadi

Warna merah jambu tetap

Duplo
2. Penentuan kadar metampiron dengan iodometri

Ditimbang metampiron 400 mg

Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

Dilarutkan dalam 25 ml aquadest

Ditambahkan 1 ml HCl 0,1 N

Dititrasi dengan iodium 0,1 N

Dengan indikator kanji (amilum)

Diamati warna yang terbentuk

Duplo
B. Lampiran gambar

Praktikum Kimia Analisis


Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan
Uin Alauddin Makassar
Pecobaan Titrasi Reduksi Dan Oksidasi

Keterangan : Disiapkan Bahan

Praktikum Kimia Analisis


Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan
Uin Alauddin Makassar
Pecobaan Titrasi Reduksi Dan Oksidasi

Keterangan : Disiapkan Alat


Praktikum Kimia Analisis
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan
Uin Alauddin Makassar
Pecobaan Titrasi Reduksi Dan Oksidasi

Keterangan : Pembuatan Titrasi Kalium


Permanganat

Praktikum Kimia Analisis


Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan
Uin Alauddin Makassar
Pecobaan Titrasi Reduksi Dan Oksidasi

Keterangan : Pembuatan Titrasi Iodium


Praktikum Kimia Analisis
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan
Uin Alauddin Makassar
Pecobaan Titrasi Reduksi Dan Oksidasi

Keterangan : Pembuatan Larutan Kanji

Praktikum Kimia Analisis


Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan
Uin Alauddin Makassar
Pecobaan Titrasi Reduksi Dan Oksidasi

Keterangan : Penentuan Kadar Feso4 Dengan


Permanganometri
Praktikum Kimia Analisis
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan
Uin Alauddin Makassar
Pecobaan Titrasi Reduksi Dan Oksidasi

Keterangan : Proses Titrasi

Praktikum Kimia Analisis


Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan
Uin Alauddin Makassar
Pecobaan Titrasi Reduksi Dan Oksidasi

Keterangan : Proses Pengojogan

Вам также может понравиться