Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Tinjauan Tentang Asuhan Bayi Baru Lahir


Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang di berikan pada
bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang
baru lahir akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan sedikit bantuan
atau gangguan.
2.1.1.Pengertian Bayi Baru lahir normal
Yang dimaksud dengan bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat,
pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan
berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu, memiliki berat lair 2500 gram
sampai 4000 gram ketika lahir langsung menangis dan tidak memiliki
kelainan congenital ( cacat bawaan ). (asuhan prsalinan normal 2008)
Adapaun ciri-ciri bayi baru lahir normal yaitu :
1. Berat badan 2500 – 4000 gram
2. Panjang badan 48 – 52 cm
3. Lingkar kepala 33 – 35 cm
4. Lingkar dada 30 – 33 cm
5. Frekuensi jantung 120 – 160 x/menit
6. Pernapasan 40 – 60 x / menit
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya sempurna.
9. Kuku agak tampak panjang dan lemas
10. Genetalia :
a. Perempuan : labia mayora adalah menutupi labia minora
b. Laki – laki : testis sudah turun, skrotum sudah ada
11. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
12. Refleks morro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.
13. Refleks graps atau menggenggam sudah baik.
14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecokelatan.

2.1.2.Pengakajian Bayi Baru Lahir


Pengkajian bayi baru lahir dibagi dalam dua tahap. Pertama adalah
pengkajian segera setelah lahir. Untuk mengkaji penyesuaian bayi dari
kehidupan intrauterus ke ektrauterus. Pengkajian yang kedua adalah
pemeriksaan fisik secara lengkap untuk memeriksa normalitas dan
mendeteksi penyimpangan dari normal.
A. Apgar score
Tabel 2.1 Nilai Apgar Score
Tanda 0 1 2
Appearance(warna Biru – pucat Tubuh merah Seluruh
kulit ) muda, tubuh merah
mudah
Pulse (Denyut Tidak ada < 100 >100
jantung )
Grimace(reaksi Tidak ada Meringis Menangis
rangsangan ) respon kuat,batuk/
bersin
Activity Lemah Ada fleksi lengan Gerakan aktif
(kontraksi otot) dan tangkai
Respiratory Tidak ada Tangis lemah, Baik,
(pernapasan ) Hipoventilasi Menangis kuat
Sumber : (salma dkk 2006)
B. Pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki, berat badan, panjang badan
dan pengukuran antripomotrik yang mengukur panjang badan, lingkar
kepala serta lingkar dada.

2.1.3 Penanganan Bayi Baru Lahir


Penanganan bayi dilakukan sejak kepala mulai keluar dari jalan
lahir. Adapun manajemen bayi baru lahir normal yaitu :
1. Membersihkan jalan nafas ( bila perlu )
Bayi normal akan segera menangis segera setelah lahir. Apabila
bayi tidak langsung menangis penolong segera membersihkan jalan
nafas.
2. Memotong dan mengikat tali pusat
Pemotongan dan pengikatan tali pusat pada bayi normal dilakukan
sekitar 2 menit setelah bayi lahir atau setelah bidan menyuntikkan
oxitocin.
3. Mengeringkan dan mempertahankan suhu bayi
Pada waktu bayi lahir,bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya
tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat jika tidak bayi
dapat mengalami hipotermia. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas
tubuhnya melalui cara – cara berikut :
a) Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Jika saat lahir
tubuh bayi tidak segera di keringkan dapat terjadi kehilangan panas
akibat penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas
tubuh bayi sendiri. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang
terlalu cepat di mandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan
di selimuti.
b) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
c) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Kehilangan panas juga
terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angin,hembusan udara
dingin melalui ventilasi / pendingin ruangan.
d) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena ditempatkan di
dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu
tubuh bayi.
4. Melakukan inisiasi menyusu dini
Segera setelah bayi lahir,setelah tali pusat dipotong,letakkan bayi
tengkurap di perut ibu dengan kulit bayi kontak ke kuli ibu. Biarkan
kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 tambahkan lebih
sampai bayi dapat menyusu sendiri. Bayi diberi topan dan
diselimuti.Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan membantu
ibu selama proses ini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi
siap untuk menyusu,menolong bayi jika diperlukan.
5. Memberi salep mata
Antibiotika pemberian obat mata tetrasiklin 1% gr pada kedua mata
dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamdia.
6. Memberi suntikan vitamin K1 mg secara IM dipaha kiri anterolateral
setelah IMD untuk mencegah terjadinya perdarahan akibat trauma .
7. Memberi imunisasi hepatitis B 0,5 ml intramuscular dipaha kanan
anterolateral,diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1.
8. Pencegahan infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme
terpapar atau terkontiminasi selama proses persalinan berlangsung
maupun beberapa saat setelah lahir. Upaya pencegahan infeksi adalah
mencuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan
dengan bayi,memakai sarung tangan yang bersih pada saat menangani
bayi yang belum dimandikan,dan memastikan handuk dan selimut dan
kain yang digunakan untuk bayi dalam keadaaan bersih. ( asuhan
persalinan normal 2008)

2.2 Tinjauan tentang Asuhan Bayi Berat Lahir Rendah


2.2.1.Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah
Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499
gram)(prawironardjo, 2006).
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematur dengan
bayi berat lahir rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua
bayi yang berat kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir bayi prematur
WHO (world health organization) menyatakan BBLR
merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan
kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram (hidayat, 2005)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir
(sarwono, 2004)
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat
lahir rendah dibedakan dalam :
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500-2.500 gram
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir <1.500 gram,
3. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER) berat lahir <1.000 gram
2.2.2 Klasifikasi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat dikelompokkan menjadi 2
yaitu :
1. Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK)
Terdapat derajat prematuritas, menurut usher digolongkan
menjadi 3 kelompok :
a. Bayi sangat prematur (extremely premature) : 24-30 minggu
b. bayi prematur sedang (moderately premature) : 31-36 minggu
c. borderline premature : 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat
premature dan mature. Beratnya seperti bayi matur akan tetapi
sering timbul masalah seperti yang dialami bayi prematur
misalnya gangguan pernafasan, hiperbilirubinemia dan daya isap
yang lemah.
2. Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Banyak istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan bahwa
bayi KMK ini dapat menderita gangguan pertumbuhan didalam
uterus (intauterine growth retardation = IUGR) seperti
pseudopremature, small for dates, dysmature, fetal malnutrition
syndrome, chronis fetal distress IUGR dan small for gestational agw
(SGA).
Setiap bayi baru lahir (premature, matur dan postmature)
mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa
gestasinya. Gambaran kliniknya tergantung dari pada lamanya,
intensitas dan timbulnya gangguan pertumbuhan yang
mempengaruhi bayi tersebut.
Ada dua bentuk IUGR menurut renfield, (1975), yaitu :
a. Proportinate IUGR : janin menderita distress yang lama, gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan
sebelum bayi lahir. Sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala
dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi keseluruannya masih
dibawah masa gestasi yang sebenarnya.
b. Disproportinate IUGR : terjadi akibat distress subakut. Gangguan
terjadi beberapa minggu-beberapa hari sebelum janin lahir. Pada
keadaan ini panjang dan lingkaran kepala normal, akan tetapi berat
tidak sesuai dengan masa gestasi. Tanda-tanda sedikitnya jaringan
lamak kulit, kulit kering, keriput dan mudah diangkat, bayi
kelihatan kurus dan lebih panjang.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Menurut Maryunani dkk, (2009) adapun tanda dan gejala yang
terdapat pada bayi dengan bayi berat lahir rendah (BBLR ) adalah :

a. Berat badan < 2500 gram

b. Letak kuping menurun

c. Pembesaran dari satu atau dua ginjal

d. Ukuran kepala kecil

e. Masalah dalam pemberian makan (refleks menelan dan menghisap


kurang)

f. Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan)


2.1.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi BBLR

2.1.4.1 Faktor Demografi

Menurut Bogue dalam Prayoga Demografi adalah ilmu yang


mempelajari secara statistika dan matematika tentang besar,
komposisi dan distribusi penduduk serta perubahan –
perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya 5 komponen
demografi yaitu kelahiran, kematian, perkawinan, migrasi dan
mobolitas sosial. Komposisi penduduk dalam arti demografi adalah
komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di mana
kedua variabel ini berpengaruh terhadap angka morbiditas dan
mortalitas suatu negara.
Menurut Kramer mengatakan bahwa ada banyak faktor yang
memengaruhi kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Dibawah
ini adalah beberapa faktor yang memengaruhi kejadian BBLR:
a. Umur Ibu
Penelitian Suriani (2010) menunjukkan ada pengaruh yang
signifikan antara umur ibu dengan kejadian BBLR dengan p = 0,01
di mana OR = 1,36 (95% CI: 1,08 –1,73), artinya bahwa risiko
responden berumur < 20 tahun atau >35 tahun kemungkinan
melahirkan BBLR 1,36 kali lebih besar dibandingkan dengan
responden umur 20-35 tahun (95% CI = 1,08-1,73). Kondisi usia
ibu yang masih muda sangat membutuhkan zat-zat gizi untuk
pertumbuhan biologiknya. Kebutuhan untuk pertumbuhan biologik
ibu dan kebutuhan untuk janin dalam kandungannya merupakan
dua hal yang pemenuhannya berlangsung melalui mekanisme yang
kompetitif, di mana keadaan janin berada di pihak yang lemah. Hal
inilah yang menyebabkan bayi lahir dengan kondisi berat badan
yang rendah.
Berdasarkan hasil penelitian Sistiarni (2008), menunjukkan
bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian BBLR adalah
umur < 20 tahun nilai p = 0,009 (OR=4,28; 1,48 -12,4) dan kualitas
pelayanan antenatal nilai p = 0,001 (OR= 5,85 ; 95%Cl= 1,9 –
17,88).

b. Pendidikan Ibu
Penelitian Suriani (2010) menyimpulkan bahwa ada
pengaruh pendidikan dengan kejadian berat bayi lahir rendah
dengan nilai p = 0,000 ( OR = 1,80; 95%CI= 1,43 –2,26). Tingkat
pendidikan merupakan faktor yang mendasari pengambilan
keputusan. Pendidikan menentukan kemampuan menerima dan
mengembangkan
pengetahuan dan teknologi. Semakin tinggi pendidikan ibu akan
semakin mampu mengambil keputusan bahwa pelayanan kesehatan
selama hamil dapat mencegah gangguan sedini mungkin bagi ibu
dan janinnya. Pendidikan juga sangat erat kaitannya dengan tingkat
pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilan.
c. Penghasilan
Secara tidak langsung penghasilan ibu hamil akan
memengaruhi kejadian BBLR, karena umumnya ibu-ibu dengan
penghasilan keluarga rendah akan mempunyai intake makanan
yang lebih rendah baik secara kualitas maupun secara kuantitas,
yang akan berakibat terhadap rendahnya status gizi ibu hamil
tersebut.
Keadaan status gizi ibu yang buruk berisiko melahirkan
bayi dengan BBLR dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan ibu
dengan status gizi baik. Hal senada juga diungkapkan oleh Kardjati
(1985) dalam Suriani 2010 bahwa faktor penghasilan berperan
dalam meningkatkan risiko kejadian BBLR. Beberapa alasan
diantaranya adalah kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan kalori,
disamping juga karena ibu-ibu yang miskin sebelumnya juga
kurang gizi.

d. Jarak Persalinan
Penelitian Suriani (2010) menyimpulkan bahwa ada
pengaruh jarak persalinan dengan kejadian berat bayi lahir rendah
dengan nilai p = 0,032 ( OR = 1,54; CI 1,04 – 2,28). Seorang ibu
setelah persalinan membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun
untuk memulihkan tubuh dan mempersiapkan diri untuk persalinan
berikutnya.
Menurut Wibowo (1992) jarak kelahiran mempunyai
hubungan dengan terjadinya BBLR, yaitu jarak kelahiran semakin
pendek, maka kemungkinan untuk melahirkan BBLR akan
semakin besar pula.
e. Paritas
Paritas atau jumlah kelahiran merupakan faktor penting
dalam menentukan nasibibu serta bayi yang dikandungnya selama
kehamilan dan persalinan. Menurut Depkes (2004) ibu hamil yang
telah memiliki anak lebih dari empat orang perlu diwaspadai,
karena semakin banyak anak, rahim ibu pun semakin lemah.
Menurut Suriani (2010) ada pengaruh paritas dengan
kejadian BBLR ini terbukti signifikan (nilai p = 0,032) dengan OR
= 1,24 (95% CI: 1,02-1,54). Artinya bahwa kemungkinan
mempunyai risiko melahirkan BBLR pada responden dengan
paritas1 atau > 3 anak adalah 1,24 kali lebih besar dibandingkan
responden dengan paritas 2-3 anak. Ibu hamil dengan paritas lebih
dari tiga kali, umumnya akan mengalami gangguan dan komplikasi
dalam masa kehamilannya. Komplikasi yang sering terjadi adalah
gangguan pada plasenta, yaitu abruptio plasenta (plasenta tidak
seluruhnya melekat pada dinding uterus), plasenta letak rendah dan
solutio plasenta. Komplikasi ini mempunyai dampak terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janin, yang selanjutnya akan
menyebabkan kejadian BBLR.

f. Komplikasi Kehamilan
Penelitian Suriani (2010) menyimpulkan bahwa ada
pengaruh komplikasi kehamilan terhadap kejadian bayi berat lahir
rendah dengan p = 0,003 (OR = 1,53; CI= 1,16 – 2,02). Dapat
berhubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah. Suriani
(2010) menyatakan bahwa infeksi selama hamil dapat berhubungan
secara langsung maupun tidak langsung dengan kejadian BBLR,
seperti infeksi pada penyakit malaria, toksoplasma, plasmodium
dan infeksi virus. Infeksi virus menghambat pertumbuhan janin
bahkan dapat menyebabkan kematian janin seperti pada infeksi
virus rubella dan cytomegalo virus. Diduga virus-virus tersebut
mengeluarkan toksin yang dapat mengurangi suplai darah ke janin.
Infeksi pada saluran kemih juga sering berhubungan dengan
kejadian BBLR dimana infeksi ini dapat menyebabkan infeksi pada
air ketuban dan plasenta sehingga mengganggu suplai makanan ke
janin. Disamping penyakit infeksi penyakit non infeksi juga
berhubungan dengan kejadian BBLR seperti penyakit ginjal kronis,
hipertensi, dan diabetes melitus.
Menurut Manuaba faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
persalinan preterm (prematur ) atau bayi berat lahir rendah adalah :

1. Faktor Ibu
a. Gizi saat hamil yang kurang
b. Umur kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun
c. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
d. Penyakit menahun ibu: hipertensi, jantung, gangguan pembuluh
darah (perokok)
e. Faktor pekerja yang terlalu berat
2. Faktor Kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion
b. Hamil ganda
c. Perdarahan antepartum
d. Komplikasi hamil: preeklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini.
3. Faktor Janin
a. Cacat bawaan
b. Infeksi dalam rahim
5. Faktor yang Masih Belum Diketahui

Hasil critical assesment dan meta analysis terhadap berbagi literatur-


literatur medis berbahasa Inggris dan Perancis yang diterbitkan dari tahun
1970-1984 yang dilakukan oleh Kramer (1987), diidentifikasi 43 determinan
potensial berat badan lahir yaitu:

a. Faktor genetik dan bawaan, meliputi jenis kelamin bayi, suku, tinggi
badan ibu hamil, berat badan sebelum hamil, haemodynamic ibu hamil,
tinggi dan berat badan bapak dan faktor genetik lainnya.

b. Faktor demografik dan psikososial, meliputi umur ibu, status sosial


ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan/atau pendapatan), status perkawinan,
faktor kejiwaan ibu hamil.
c. Faktor obstetrik, meliputi paritas, interval melahirkan anak, kegiatan
seksual, pertumbuhan janin dan umur kehamilan anak sebelumnya,
pengalaman abortus spontan sebelumnya, pengalaman induced abortion,
pengalaman lahir mati atau kematian neonatal sebelumnya, pengalaman
tidak subur sebelumnya dan paparan janin terhadap diethyl stilbestrol.

d. Faktor Gizi, meliputi pertambahan berat badan masa kehamilan, asupan


energi, pengeluaran energi, kerja dan aktivitas fisik, asupan/status protein,
zat besi dan anemia, asamfolat dan vitamin B12, mineral, seng dan tembaga,
kalsium, fosfor, dan vitamin D, vitamin B6, dan vitamin dan mineral
lainnya.

e. Faktor morbiditas ibu waktu hamil, meliputi morbiditas umum, dan


penyakit episodik, malaria, infeksi saluran kemih, infeksi saluran kelamin.

f. Faktor paparan zat racun, meliputi merokok, minum alkohol, konsumsi


kafein dan kopi, penggunaan marijuana, ketergantungan pada narkotik, dan
paparan zat racun lainnya.

g. Perawatan antenatal, meliputi kunjungan antenatal pertama, jumlah


kunjungan antenatal, dan mutu pelayanan antenatal.

Menurut Baker dan Tower (2005) dalam Suriani (2010), memodifikasi


beberapa faktor risiko dan determinan kejadian BBLR, dari hasil modifikasi
tersebut dihasilkan klasifikasi yang dibedakan menurut faktor bayi yaitu:
jenis kelamin, genetik, ras, dan keadaan plasenta dan faktor ibu yaitu: umur
ibu, paritas, jarak kelahiran, tinggi badan, berat badan sebelum hamil, dan
penambahan berat badan

selama hamil, serta faktor lingkungan yaitu: status sosial, ekonomi,


nutrisi/IMT, infeksi/penyakit ibu, pemanfaatan pelayanan, merokok/alkohol,
dan tingkat pengetahuan ibu.

Вам также может понравиться