Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dalam menyelesaikan masalah sering kali adanya perbedaan pendapat. Hal ini dapat diselesaikan
dengan cara membuat forum evaluasi. forum yang dibuat untuk mengumpulkan pendapat para
anggotanya atau forum yang setiap anggota kelompok/organisasi berhak mengemukakan
pendapat.
Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan:
Menurut Herbert A. Simon, Proses pengambilan keputusan pada hakekatnya terdiri atas tiga
langkah utama, yaitu:
Kegiatan Intelijen
Kegiatan Desain
Tahap ini menyangkut pembuatan pengembangan dan penganalisaan berbagai rangkaian kegiatan
yang mungkin dilakukan.
Kegiatan Pemilihan
Mengevaluasi hasil-hasil
Model Ekonomi, yang dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan orang
itu rasional, yaitu berusaha mendapatkan keuntungan marginal sama dengan biaya
marginal atau untuk memperoleh keuntungan maksimum
Model Manusia Administrasi, Dikemukan oleh Herbert A. Simon dimana lebih
berprinsip orang tidak menginginkan maksimalisasi tetapi cukup keuntungan yang
memuaskan
Model Manusia Organisasi, Dikemukakan oleh W.F. Whyte, model ini lebih
mengedepankan sifat setia dan penuh kerjasama dalam pengambilan keputusan
Model Pengusaha Baru, Dikemukakan oleh Wright Mills menekankan pada sifat
kompetitif
Model Sosial, Dikemukakan oleh Freud Veblen dimana menurutnya orang seringb tidak
rasional dalam mengambil keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai dibawah sadar.
Model Preskriptif dan Deskriptif
Fisher mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu:
Model Preskriptif
Model Deskriptif
Brainstorming
Berusaha untuk menggali dan mendapatkan kreatifitas maksimum dari kelompok dengan
memberikan kesempatan para anggota untuk melontarkan ide-idenya.
Synectics
Didasarkan pada asumsi bahwa proses kreatif dapat dijabarkan dan diajarkan, dimaksudkan
untuk meningktakan keluaran (output) kreatif individual dan kelompok
Teknik Partisipatif
Individu individu atau kelompok dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
Teknik Modern
Teknik Delphi
Teknik Kelompok Nominal
Konsep Pengambilan Keputusan, yaitu:
•Identifikasi dan diagnosis masalah
•Pengumpulan dan analisis data yang relevan
•Pengembangan dan evaluasi alternatif
•Pemilihan alternatif terbaik
•Implementasi keputusan dan evaluasi terhadap hasil -hasil.
Tipe –Tipe Keputusan Manajemen
•Keputusan-keputusan perseorangan dan strategi
•Kepusan-keputusan pribadi dan strategi
•Keputusan-keputusan dasar dan rutin
Teknik Pengambilan Keputusan
•Teknik -teknik Kreatif: Brainstorming & Synectics
•Teknik -teknik Partisipatif
•Teknik -teknik pengambilan keputusan Modern : Teknik Delphi, Teknik Kelompok Nominal
Cara Pengambilan Keputusan yang Benar
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu
berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’ dan
seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu
sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa
alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat vital. Jiwa kepemimpinan
seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan
yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima bawahan.
Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap
manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang
mendasarkan diri pada human relations.
Setelah pengertian keputusan disampaikan, kiranya perlu pula diikuti dengan pengertian
tentang “pengambilan keputusan”. Ada beberapa definisi tentang pengambilan keputusan, dalam
hal ini arti pengambilan keputusan sama dengan pembuatan keputusan, misalnya Terry, definisi
pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih
( tindakan pimpinan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang
dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan).
Menurut Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan terhadap hakikat suatu
masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi
dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Suatu kelompok harus mengembangkan metode dan tekniknya yang setepat mungkin
yang disesuaikan dengan luas atau besarnya kelompok, wilayah, dan masalah, sehingga dengan
demikian organisasi dapat mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Metode merupakan suatu
jalan untuk melakukan atau mengerjakan atau menyelenggarakan sesuatu yang telah
direncanakan dan diperhitungkan sebelumnya secara sistematis, logis, rasionalis dan dalam
rangka hubungan yang besar. Dari penjelasan diatas, maka dapat dilihat bahwa metode
membicarakan tentang pengetahuan (kennis, knowledge) atau penguasaan (beheersing,
command) oleh orang-orang yang akan menggunakan metode tersebut dalam melaksanakan
tanggungjawab mereka. Sedangkan teknik merupakan suatu cara mengontrol detil-detil
pelaksanaan (teknis) kegiatan atau pekerjaan. Atau dapat dikatakan bahwa teknik merupakan
suatu cara dalam mempergunakan tools (sarana, alat), baik yang bersifat fisik maupun nonfisik.
Dengan arti tersebut, maka dapat dikatakan bahwa teknik berbicara mengenai kemampuan,
keterampilan (skill) dan kecakapan dalam pemakaian tools, yang harus dimiliki oleh orang-orang
yang bertanggung jawab menggunakan teknik tersebut.
Sistem adalah suatu rangkaian bulat di antara prosedur-prosedur yang ada, dan juga
merupakan cara pendekatan (approach) terhadap sesuatu (misalnya masalah, pekerjaan, urusan)
secara berencana. Salah satu bentuk sistem yang paling sederhana adalah prosedur, yang
merupakan satu garis saja. Dalam arti luas, sistem merupakan sesuatu yang terdiri dari
komponen, bagian, atau unsur-unsur yang terkait satu sama lain sedemikian rupa, sehingga
semuanya itu menjalankan fungsi pengolahan tertentu secara integral dan holistik. Setiap sistem
terdiri atas input, processing dan output. Input adalah apa saja yang harus diolah atau dijawab.
Processing merupakan pengolahan yang berlangsung menurut prosedur yang memiliki rangkaian
secara teratur. Sedangkan output merupakan hasil dari olahan dan merupakan jawaban atas input.
Prosedur merupakan suatu rangkaian urut-urutan (tata urutan) penyelenggaraan atau pelaksanaan
sesuatu yang harus dikembangkan dari proses. Proses merupakan suatu urutan penyelenggaraan
atau aktivitas-aktivitas yang berlangsung menurut logika alamSetiap prosedur terdiri atas mata-
mata rantai prosedur yang merupakan pengerjaan atau pengolahan dan memerlukan metode atau
teknik yang berbeda-beda. Cara pengambilan keputusan secara individual, kelompok, tim,
panitian, dewan, komisi, atau cara referendum mengajukan usul tertulis dalam sampul tertutup
dan sebagainya dalam tersebut merupakan metode-metode pengambilan keputusan.Sedangkan
cara pengambilan keputusan dengan cara mengolah data dan cara melakukan penilaian tertentu,
baik kuelitatif dan kuantitatif (dengan menggunakan analisa matematis) merupakan teknik-teknik
pengambilan keputusan. Dalam menggunakan teknik pengambilan keputusan tertentu diperlukan
suatu kemampuan atau kecakapan tertentu. Apabila decision-maker tidak memiliki kemampuan
teknis yang cukup untuk itu, maka terpaksa organisasi harus meminta bantuan pada para
konsultan yang merupakan spesialis bidang yang bersangkutan.
Dalam setiap pengambilan keputusan selalu terdapat pertimbangan yang berasal dari:
1. Perasaan, firasat, feeling atau intuisi
2. Pengumpulan, pengolahan, penilaian, dan interpretasi fakta-fakta secara rasional sistematis
3. Pengalaman atau ervaring
4. wibawaan, gezgag, atau pengaruh yang dipunyai oleh decision maker
5. Kewenangan atau kekuasaan formal yang dimiliki oleh decision maker
Berdasarkan kelima hal di atas, decision maker harus menetukan strategi dan metode
pengambilan keputusan. Apabila kelima hal di atas dimiliki oleh decision maker secara
individual, maka ia dapat mengambil keputusan secara individual. Namun pada umumya
alternatif keputusan setiap orang memiliki kelemahan-kelemahan, dimana makin berat atu
kompleks suatu permasalahan maka semakin banyak kelemahan-kelemahan alternative
keputusan yang dibuat. Dan oleh karena hal itu seorang decision maker harus pandai memili
jalan dan cara untuk memperkuat diri dan jangka pengontrolannya terhadap aspek-aspek yang
relevan dengan masalah yang ia hadapi.
Penyerdehanaan Masalah
Hal pertama yang harus dilakukan oleh decision maker adalah penyerdehanaan masalah.
Penyerdehanaan masalah dapat dilakukan sebagai berikut:
Pertama, memikirkan dan menentukan sekali lagi apakah masalah tersebut penting untuk
dikerjakan atau apakah terdapat masalah lain yang lebih mendesak dan lebih penting. Apabila
masalah tersebut memang sudah mtlak harus ditangani maka decision maker mulai menganalisa
masalah tersebut memilih unsur atau bagian dari masalah tersebut yang dianggapnya paling
penting untuk dihadapi terlebih dahulu.
Kedua, menghilangkan segala hal-hal kecil yang bukan merupakan hal-hal yang
signifikan dan tidak berpengaruh besar bila dikesampingkan. Dengan simplifikasi ini maka
masalah yang ada dapat dengan mudah dirangkum, dipelajari, dan dianalisa, sehingga dari hal
tersebut dapat ditemukan jawaban-jawaban atau solusi-solusi alternatifnya.
Perkiraan yang mengarah pada kecenderungan dari data yang telah terkumpul dan tersusun
secara kronologis.
Perkiraan yang didasarkan pada kekuatan intuisi (perasaan). Intuisi disini sifatnya subjektif,
artinya tergantung dari kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan.
4. Pemilihan salah satu alternatif terbaik
Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu
dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu
alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan alternative yang dipakai akan
berhasil atau sebaliknya.
5. Pelaksanaan keputusan
Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu menerima dampak yang
positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai
alternatif yang lain.
6. Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan
Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari keputusan yang
telah dibuat.
Teori Rasional Komprehensif
Teori pengambilan keputusan yang paling dikenal dan mungkin pula yang banyak
diterima oleh kalangan luas ialah teori rasional komprehensif. Unsur-unsur utama dari teori ini
dapat dikemukakan sebagai berikut :
Pembuat keputusan dihadapkan pada.suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-
masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu
sama lain.
Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang mempedomani pembuat keputusan amat jelas dan
dapat ditetapkan rangkingnya sesuai dengan urutan kepentingannya.
Pelbagai altenatif untuk memecahkan masalah tersebut diteliti secara saksama.
Akibat-akibat (biaya dan manfaat) yang ditmbulkan oleh setiap altenatif yang dipilih diteliti.
Setiap alternatif dan masing-masing akibat yang menyertainya, dapat diperbandingkan dengan
alternatif-altenatif lainnya.
Pembuat keputusan akan memilih alternatif’ dan akibat-akibatnya’ yang dapat memaksimasi
tercapainya tujuan, nilai atau Sasaran yang telah digariskan.
Teori rasional komprehensif banyak mendapatkan kritik dan kritik yang paling tajam
berasal dari seorang ahli Ekonomi dan Matematika Charles Lindblom (1965 , 1964′ 1959)’
Lindblom secara tegas menyatakan bahwa para pembuat keputusan itu sebenarya tidaklah
berhadapan dengan masalah-masalah yang konkrit dan terumuskan dengan jelas.
Teori Inkremental
Teori inkremental dalam pengambilan keputusan mencerminkan suatu teori pengambilan
keputusan yang menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan (seperti daram teori
rasional komprehensif) dan, pada saat yang sama, merupakan teori yang lebih banyak
menggambarkan cara yang ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambil
kepurusan sehari-hari. Pokok-pokok teori inkremental ini dapat diuraikan sebagai berikut.
Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk mencapainya
dipandang sebagai sesuatu hal yang saling terkait daripada sebagai sesuatu hal yang saling
terpisah.
Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa altematif yang langsung
berhubungan dengan pokok masalah dan altematif-alternatif ini hanya dipandang berbeda secara
inkremental atau marginal bila dibandingkan dengan kebijaksanaan yang ada sekarang.
Bagi tiap altematif hanya sejumlah kecil akibat-akibat yang mendasar saja yang akan dievaluasi.
Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan akan didedifinisikan secara terarur. Pandangan
inkrementalisme memberikan kemungkin untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan
dan sarana serta sarana dan tujuan sehingga menjadikan dampak dari masalah itu lebih dapat
ditanggulangi.
Bahwa tidak ada keputusan atau cara pemecahan yang tepat bagi tiap masalah. Batu uji bagi
keputusan yang baik terletak pada keyakinan bahwa berbagai analisis pada akhirnya akan
sepakat pada keputusan tertentu meskipun tanpa menyepakati bahwa keputusan itu adalah yang
paling tepat sebagai sarana untuk mencapai tujuan.
Pembuatan keputusan yang inkremental pada hakikatnya bersifat perbaikan-perbaikan kecil dan
hal ini lebih diarahkan untuk memperbaiki ketidaksempunaan dari upaya-upaya konkrit dalam
mengatasi masalahsosial yang ada sekarang daripada sebagai upaya untuk menyodorkan tujuan-
tujuan sosial yang sama sekali baru di masa yang akan datang.
Implemntasi di Indonesia
Kasus yang sedang marak akhir-akhir ini adalah tentang rencana Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono untuk me-reshuffle Kabinet Bersatu Jilid II yang sebentar lagi akan genap
2 tahun masa jabatannya yaitu pada 20 Oktober 2011 mendatang. Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menilai bahwa kinerja beberapa menteri yang duduk di kabinetnya sekarang telah
dianggap cukup pengabdiannya. Sehingga perlu dicari penggantinya. Menurut Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, reshuffle yang dilakukan demi perbaikan kinerja pemerintahan pada sisa
waktu masa jabatan tiga tahun ke depan. "Sehingga reshuffle yang insya Allah, akan saya
lakukan sebelum genap dua tahun pemerintahan ini, 20 Oktober mendatang, didasarkan atas
pertimbangan pertimbangan yang logis, rasional. Seperti itu," kata SBY seperti ditulis situs
kepresidenan.
Namun banyak pihak yang mempertanyakan apakah benar Presiden sebagai kepala
Negara Republik Indonesia telah mengambil keputusan secara logis dan rasional, atau hanya
pengambilan keputusan secara wewenang yang dinilai untuk sekedar pencitraan belaka dan
cenderung dictactoral. Ekonom Senior Econit, Hendri Saparaini, menilai pelaksanaan reshuffle
kabinet dilakukan tanpa tolak ukur jelas, langkah evaluasi menteri oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) dilakukan secara tiba-tiba tanpa pernah memberikan surat peringatan (SP)
terlebih dulu. Santer terdengar, menteri yang selingkuh bakal diganti sebab melakukan perbuatan
tercela. Adapun menteri yang disebut terlibat korupsi tidak dicopot dan hanya digeser ke
kementerian lain, karena memiliki kedekatan dengan presiden. Direktur Eksekutif Lingkar
Madani Indonesia, Ray Rangkuti menambahkan bahwa jika kondisi itu dibiarkan, maka
kepercayaan masyarakat kepada pemerintah bisa runtuh. Karena berbagai kebijakan penguasa
tidak lagi berpihak pada rakyat. Sehingga proses reshuffle kabinet tidak banyak membantu
perbaikan kinerja pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diharapkan bisa bersikap adil dalam
pengambilan keputusan untuk melakukan reshuffle. Pengambilan keputusan seperti yang telah
kami paparkan seharusnya didukung oleh beberapa fakta dan memiliki bukti otentik yang jelas.
Serta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diharapkan mempertimbangkan faktor-faktor dalam
pengambilan keputusan, seperti yang diutarakan Terry yaitu setiap keputusan jangan berorientasi
pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementingkan kepentingan organisasi atau Negara
Pengambilan Keputusan
Yang dimaksud dengan keputusan (decision) adalah berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari
dua atau lebih kemungkinan. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan, ada
perbedaan penting diantara keduanya. Mc Kenzei melihat bahwa keputusan adalah pilihan nyata
karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk
mencapai tujuan itu, apakah pada tingkat perorangan atau kolektif. Mc Grew dan Wilson lebih
melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu keputusan ialah akhir dari suatu proses
yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan keputusan. Dipandang sebagai proses karena
terdiri atas satu seri aktifitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan
bijaksana.
Morgan dan Cerullo mendefinisikan keputusan sebagai sebuah kesimpulan yang dicapai sesudah
dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih sementara yang lain
dikesampingkan.
Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode
yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk menemukan dan menyelesaikan masalah
organisasi. Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang tepat
sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat (Brinckloe,1977). Dengan kata lain, keputusan
mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan perubahan (Hill,1979).
Pengambilan keputusan hendaknya dipahami dalam dua pengertian yaitu (1) penetapan tujuan
yang merupakan terjemahan cita-cita, aspirasi dan (2) pencapaian tujuan melalui
implementasinya (Inbar,1979). Ringkasnya keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui
pelaksanaan dan ini semua berintikan pada hubungan kemanusiaan. Untuk suksesnya
pengambilan keputusan itu maka sepuluh hukum hubungan kemanusiaan (Siagian,1988)
hendaknya menjadi acuan dari setiap pengambilan keputusan.
Ada dua pandangan dalam pencapaian proses mencapai suatu keputusan organisasi
(Brinckloe,1977) yaitu :
(1) Optimasi. Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha menyusun alternatif-
alternatif, memperhitungkan untung rugi dari setiap alternatif itu terhadap tujuan organisasi.
Sesudah itu memperkirakan kemungkinan timbulnya bermacam-macam kejadian ke depan,
mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu terhadap alternatif-alternatif yang telah
dirumuskan dan kemudian menyusun urut-urutannya secara sistematis sesuai dengan prioritas
lalu dibuat keputusan. Keputusan yang dibuat dianggap optimal karena setidaknya telah
memperhitungkan semua faktor yang berkaitan dengan keputusan tersebut.
(2) Satisficing. Seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian yang berasal memuaskan
ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik. Model satisficing dikembangkan oleh Simon
(Simon,1982; roach, 1979) karena adanya pengakuan terhadap rasionalitas terbatas (bounded
rationality). Rasionalitas terbatas adalah batas-batas pemikiran yang memaksa orang membatasi
pandangan mereka atas masalah dan situasi. Pemikiran itu terbatas karena pikiran manusia tidak
megolakan dan memiliki kemampuan untuk memisahkan informasi yang tertumpuk.
Menurut Frank Harison (Hitt, 1970), faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya rasionalitas
terbatas antara lain informasi yang datang dari luar sering sangat kompetitif atau informasi itu
tidak sempurna, kendala waktu dan biaya, serta keterbatasan seorang mengambil keputusan yang
rasional untuk mengerti dan memahami masalah dan informasi, terutama informasi dan
teknologi.
Di balik suatu keputusan ada unsur prosedur, yaitu pertama pembuatan keputusan
mengidentifikasikan masalah, mengklarifikasi tujuan-tujuan khusus yang diinginkan, memeriksa
berbagai kemungkinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan mengakhiri proses itu
dengan menetapkan pilihan bertindak. Jadi suatu keputusan sebenarnya didasarkan atas fakta dan
nilai (facts and values). Keduanya sangat penting tetapi tampaknya fakta lebih mendominasi
nilai-nilai dalam menyehatkan keputusan suatu organisasi (Bridges, 1971).
Dapat dikatakan bahwa setiap keputusan bertolak dari beberapa kemungkinan atau alternatif
untuk dipilih. Setiap alternatif membawa konsekuensi-konsekuensi. Ini berarti, menurut Simon,
sejumlah alternatif itu berbeda satu sama lain mengingat perbedaan dari konsekuensi-
konsekuensi yang akan ditimbulkannya. Pilihan yang dijatuhkan pada alternatif itu harus dapat
memberikan kebahagiaan atau kepuasan karena merupakan salah satu aspek paling penting
dalam keputusan.
D. Tingkat-Tingkat Keputusan
Brinckloe (1977) menawarkan bahwa ada empat tingkat keputusan yaitu (1) automatic decisions,
(2) expected information decisions, (3) factor weighting decisions dan (4) dual uncertainty
decisions.
(1) Keputusan otomatis (outomatic decisions), keputusan yang dibuat dengan sangat sederhana,
meski sederhana informasi tetap diperlukan.
(2) Keputusan berdasar informasi yang diharapkan (Expected information decision), tingkat
informasi mulai sedikit kompleks artinya informasi yang ada sudah memberi aba-aba untuk
mengambil keputusan. Tetapi keputusan belum segera diambil karena informasi tersebut perlu
dipelajari.
E. Klasifikasi Keputusan
1. Keputusan Terprogram.
Menurut Siagian, S.P. (1993), Keputusan Terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang
berlangsung berulang kali, dan diambil secara rutin dam organisasi. Biasanya menyangkut
pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan pengarahan dari
tingkat manajemen yang lebih tinggi. Biasanya langkah-langkah dan prosedur yang perlu
ditempuh telah dituangkan dalam buku pedoman, yang biasanya terdapat dalam organisasi yang
dikelola secara rapi. Pengambilan keputusan terprogram akan berlangsung dengan efektif apabila
empat criteria dasar dipenuhi :
a. Tersedia waktu dan dana yang memadai untuk pengumpulan dan analisis data.
b. Tersedia data yang bersifat kuantitatif.
c. Kondisi lingkungan yang relatif stabil, yang didalamnya tidak dapat tekanan yang kuat untuk
secara cepat melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu terhadap kondisi yang selalu berubah.
d. Tersedia tenaga trampil untuk merumuskan permasalahan secara tepat, termasuk tuntutan
operasional yang harus dipenuhi.
Sedangkan dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan terprogram yang dibuat sebagai respon
terhadap masalah-masalah organisasi yang repetitif atau yang sudah baku, mencakup keputusan
operasional dan keputusan pada tingkat menengah dari Morgan dan Cerello, keputusan
operasinal dan taktis dari Sutherland serta dari Mangkusubroto dan Trisnadi dan keputusan
terstruktur dari Mintzberg dan Brinckloe;
Dari segi struktur keputusan tertinggi adalah yang berhubungan dengan cita-cita, tujuan,
menyusul keputusan strategik lalu keputusan taktis dan yang paling bawah adalah keputusan
operasional. Keputusan tertinggi hanya dibuat satu atau dua kali makin ke bawah tingkat
keputusan makin tinggi frekuensi pembuatannya.
F. Kategori Keputusan
Ditinjau dari sudut perolehan informasi dan cara memproses informasi, keputusan dibagi empat
kategori (Nutt, 1989) :
2. Keputusan Empiris, suatu keputusan yang sedikit informasi tetapi memiliki cara yang jelas
untuk memproses informasi pada saat informasi itu diperoleh.
3. Keputusan Informasi, suatu situasi yang banyak informasi tetapi meliputi kontroversi tentang
bagaimana memproses informasi tersebut.
4. Keputusan Eksplorasi, suatu situasi yang sedikit informasi dan tidak ada kata sepakat tentang
cara yang hendak dianut untuk memulai mencari informasi.
Pengambilan keputusan meliputi antara lain hal-hal yang berhubungan dengan pengumpulan
fakta. Teknik pengambilan keputusan dalam klasifikasi ada dua yaitu teknik tradisional dan
teknik modern. Teknik pengambil keputusan juga sering dibagi dalam teknik pengambilan
keputusan matematik atau kuantitatif (Heenan dan Addleman, 1976;Robbins, 1978) dan teknik
pengambil keputusan non-matematik atau kualitatif (Moody, 1983). Teknik matematik biasa
diberi nama multivariate analysis (analisis variabel ganda atau analisis berdimensi ganda).
Teknik non-matematik, yang lebih sering digunakan untuk keputusan strategik antara lain
sumbang saran, consensus, Delphi, fish bowling, interaksi didaktik, tawar- menawar kolektif.
Berbagai model tentang pendekatan terhadap pengambilan keputusan telah diperkenalkan oleh
para ahli teori pengambilan keputusan, diantaranya adalah :
1. Brainstorming
Jika sekelompok orang dalam suatu organisasi menghadapi suatu situasi problematic yang tidak
terlalu rumit, dan dapat diidentifikasikan secara spesifik mereka mengadakan diskusi dimana
setiap orang yang terlibat diharapkan turut serta memberikan pandangannya. Pada akhir diskusi
berbagai pandangan yang dikemukakan dirangkum, sehingga kelompok mencapai suatu
kesepakatan tentang cara-cara yang hendak ditempuh dalam mengatasi situasi problematic yang
dihadapi. Penting diperhatikan dalam teknik ini yaitu :
a. Gagasan yang aneh dan tidak masuk akal sekalipun dicatat secara teliti.
b. Mengemukakan sebanyak mungkin pendapat dan gagasan karena kuantitas pandanganlah
yang lebih diutamakan meskipun aspek kualitas tidak diabaikan.
c. Pemimpin diskusi diharapkan tidak melakukan penilaian atas sesuatu pendapat atau gagasan
yang dilontarkan, dan peserta lain diharapkan tidak menilai pendapat atau gagasan anggota
kelompok lainnya.
d. Para peserta diharapkan dapat memberikan sanggahan pendapat atau gagasan yang telah
dikemukakan oleh orang lain.
e. Semua pendapat atau gagasan yang dikemukakan kemudian dibahas hingga kelompok tiba
pada suatu sintesis pendapat yang kemudian dituangkan dalam bentuk keputusan.
2.Synetics
Seorang diantara anggota kelompok peserta bertindak selaku pimpinan diskusi. Diantara para
peserta ada seorang ahli dalam teori ilmiah pengambilan keputusan. Apakah ahli itu anggota
organisasi atau tidak, tidak dipersoalkan. Pimpinan mengajak para peserta untuk mempelajari
suatu situasi problematik secara menyeluruh. Kemudian masing-masing anggota kelompok
mengetengahkan daya pikir kreatifnya tentang cara yang dipandang tepat untuk ditempuh.
Selanjutnya pimpinan diskusi memilih hasil-hasil pemikiran tertentu yang dipandang bermanfaat
dalam pemecahan masalah. Dan tenaga ahli menilai melakukan penilaian atas berbagai gagasan
emosional dan tidak rasional yang telah disaring oleh pimpinan diskusi serta kemudian
menggabungkannya dengan salah satu teori ilmiah pengambilan keputusan dan tindakan
pelaksanaan yang diambil.
3. Consensus thinking
Orang-orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus sepakat tentang hakikat, batasan dan
dampak suatu situasi problematik yang dihadapi, sepakat pula tentang teknik dan model yang
hendak digunakan untuk mengatasinya. Teknik ini efektif bila beberapa orang memiliki
pengetahuan yang sejenis tentang permasalahan yang dihadapi dan tentang teknik pemecahan
yang seyogyanya digunakan. Orang-orang diharapkan mengikuti suatu prosedur yang telah
ditentukan sebelumnya. Kelompok biasanya melakukan uji coba terhadap langkah yang hendak
ditempuh pada skala yang lebih kecil dari situasi problematik yang sebenarnya.
4. Delphi
Umumnya digunakan untuk mengambil keputusan meramal masa depan yang diperhitungkan
akan dihadapi organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk kelompok pengambil keputusan yang
tidak berada di satu tempat.
Pengambil keputusan menysun serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan suatu situasi
peramalan dan menyampaikannya kepada sekelompok ahli. Para ahli tersebut ditugaskan untuk
meramalkan, apakah suatu peristiwa dapat atau mungkin terjadi atau tidak. Jawaban dari anggota
kelompok tadi dikumpulkan dan masing-masing anggota ahli mempelajari ramalan yang dibuat
oleh masing-masing rekannya yang tidak pernah ditemuinya. Pada kesempatan berikutnya,
rangkaian pertanyaan yang sama dikembalikan kepada para anggota kelompok dengan
melampirkan jawaban yang telah diberikan oleh para anggota kelompok pada putaran pertama
serta hal-hal yang dipandang sudah merupakan kesepakatan kelompok. Apabila pendapat
seseorang ahli berbeda maka memberikan penjelasannya secara tertulis. Tiap-tiap jawaban
diberikan kode tertentu sehingga tidak diketahui siapa yang memberikan jawaban.
Jawaban tersebut di atas dilakukan dengan beberapa putaran. Pengedaran daftar pertanyaan dan
analisa oleh beberapa ahli dihentikan apabila telah diperoleh bahan tentang ramalan
kemungkinan terjadi sesuatu peristiwa di masa depan.
5. Fish bowling
Sekelompok pengambil keputusan duduk pada suatu lingkaran, dan di tengah lingkaran ditaruh
sebuah kursi. Seseorang duduk di kursi tersebut hanya dialah yang boleh bicara untuk
mengemukakan pendapat ide dan gagasan tentang suatu permasalahan. Para anggota lain
mengajukan pertanyaan, pandangan dan pendapat. Apabila pandangan orang yang duduk di
tengah tersebut telah dipahami oleh semua anggota kelompok dia meninggalkan kursi dan
digantikan oleh orang yang lain untuk kesempatan yang sama. Setelah itu semua pandangan
didiskusikan sampai ditemukan cara yang dipandang paling tepat.
6. Didactic interaction
Digunakan untuk suatu situasi yang memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”. Dibentuk dua
kelompok, dengan satu kelompok mengemukakan pendapat yang bermuara pada jawaban “ya”
dan kelompok lainnya pada jawaban “tidak”. Semua ide yang dikemukakan baik pro maupun
kontra dicatat dengan teliti. Kemudian kedua kelompok bertemu dan mendiskusikan hasil catatan
yang telah dibuat. Pada tahap berikutnya terjadi pertukaran tempat. Kelompok yang tadinya
mengemukakan pandangan pro beralih memainkan peranan dengan pandangan kontra.
7. Collective bargaining
Dua pihak yang mempunyai pandangan berbeda bahkan bertolak belakang atas suatu masalah
duduk di satu meja dengan saling menghadap. Masing-masing pihak datang dengan satu daftar
keinginan atau tuntutan dengan didukung oleh berbagai data, informasi dan alasan-alasan yang
diperhitungkan dapat memperkuat posisinya dalam proses tawar-menawar yang terjadi. Jika pada
akhirnya ditemukan bahwa dukungan data dan informasi serta alasan-alasan yang dikemukakan
oleh kedua belah pihak mempunyai persamaan, maka tidak terlalu sukar untuk mencapai
kesepakatan. Tetapi sebaliknya, pertemuan berakhir tanpa hasil yang kemudian sering diikuti
dengan timbulnya masalah yang lebih besar.
Gortner (1987) lebih cenderung menganalisis pengambilan keputusan dari sudut metode. Ada
empat metode pengambilan keputusan yang dianggap lazim dipergunakan dalam pengambilan
keputusan organisasional.
Metode pertama adalah metode rasional yang disebut juga model rasional. Ini adalah metode
klasik yang secara implicit mencakup model birokratik dari pengambilan keputusan.
Metode ketiga yang disebut metode agregatif (aggregative methods) mencakup antara lain teknik
Delphi dan teknik-teknik pengambilan keputusan yang berkaitan. Konsensus dan peran serta
merupakan karakteristik utama dari metode agregatif.
Metode keempat adalah metode keranjang sampah (the garbage-can) atau nondecision-making
model yang dikembangkan oleh March dan Olsen (1979). Model keranjang sampah menolak
model rasional bahkan rasional-inkremental yang sederhana sekalipun. Ia lebih tertarik pada
karakter yang ditampilkan dalam keputusan, pada isu yang bermacam-macam dari peserta
pengambil keputusan dan masalah-masalah yang timbul pada saat itu. Sering kali keputusan
yang diambil tidak direncanakan sebagai akibat dari perdebatan dalam kelompok.
Sehubungan dengan pendekatan yang telah diutarakan, lahirlah berbagai aliran yang
menampilkan teori-teori pengambilan keputusan yang berbeda (Brinckloe, 1977) yaitu :
5. Aliran Satisfacing
Aliran ini tidak mengharapkan suatu keputusan yang sempurna. Aliran ini yakin bahwa para
manajer yang selalu dipenuhi berbagai masalah mampu membuat keputusan yang rasional.
Keputusan rutin adalah keputusan terprogram, keputusan repetitive, keputusan yang berulang-
ulang dibuat. Disebut keputusan repetitive karena berbagai peraturan dan prosedur sebagai dasar
untuk membuat keputusan telah dilembagakan. Peraturan dan prosedur semacam ini banyak
dijumpai dikalangan birokrasi. Ada yang mengatakan bahwa sesungguhnya keputusan-keputusan
dikalangan birokrasi telah dirutinkan sehingga dapat dikatakan bahwa keputusan rutin sama
dengan keputusan birokratik (Inbar, 1979).
Dalam pengambilan keputusan birokratik selalu bertindak tidak memihak tetapi juga tidak
responsive bahkan soulless, tidak punya jiwa pendeknya seperti organisasi robot dalam banyak
hal. Pengaruh yang terutama memegang peranan dalam pengambilan keputusan birokratik ialah
tekanan politik dan pengaruh elit.
Lain halnya dengan pengambilan keputusan karena dalam hal ini pengambilan keputusan adalah
pemikiran yang menghasilkan pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Sebaliknya, pilihan itu
terjadi dalam proses penyelesaian masalah karena dalam menyelesaikan suatu masalah, setiap
langkah yang ditempuh mencakup aspek pengambilan keputusan.
1. Keputusan-keputusan strategik pada umumnya berkaitan dengan skope dari aktifitas sesuatu
organisasi.
Timbullah pertanyaan di sini: “Apakah kirannya organisasi yang bersangkutan memusatkan
perhatiannya pada satu bidang aktifitas saja, ataukah perlu ia memiliki aneka macam bidang
aktifitas?”
6. strategi suatu organisasi bukan saja akan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan, dan
ketersediaan sumber-sumber daya, tetapi akan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan harapan-harapan
pihak yang memiliki kekuasaan dalam organisasi yang bersangkutan.
7.Keputusan-keputusan strategik kirannya akan mempengaruhi arah jangka panjang suatu
organisasi.
Suatu organisasi harus mengembangkan metode dan tekniknya yang setepat mungkin
yang disesuaikan dengan luas atau besarnya organisasi, wilayah, dan masalah,
sehingga dengan demikian organisasi dapat mengambil keputusan yang cepat, tepat,
dan lancer.
Sistem adalah suatu rangkaian bulat di antara prosedur-prosedur yang ada, dan juga
merupakan cara pendekatan (approach) terhadap sesuatu (misalnya masalah,
pekerjaan, urusan) secara berencana.
Salah satu bentuk sistem yang paling sederhana adalah prosedur, yang merupakan satu
garis saja.
Dalam arti luas, sistem merupakan sesuatu yang terdiri dari komponen, bagian, atau
unsur-unsur yang terkait satu sama lain sedemikian rupa, sehingga semuanya itu
menjalankan fungsi pengolahan tertentu secara integral dan holistik.
Setiap sistem terdiri atas input, processing dan output. Input adalah apa saja yang
harus diolah atau dijawab. Processing merupakan pengolahan yang berlangsung
menurut prosedur yang memiliki rangkaian secara teratur. Sedangkan output
merupakan hasil dari olahan dan merupakan jawaban atas input.
Prosedur merupakan suatu rangkaian urut-urutan (tata urutan) penyelenggaraan atau
pelaksanaan sesuatu yang harus dikembangkan dari proses. Proses merupakan suatu
urutan penyelenggaraan atau aktivitas-aktivitas yang berlangsung menurut logika
alam.
Setiap prosedur terdiri atas mata-mata rantai prosedur yang merupakan pengerjaan
atau pengolahan dan memerlukan metode atau teknik yang berbeda-beda
Sedangkan cara pengambilan keputusan dengan cara mengolah data dan cara
melakukan penilaian tertentu, baik kuelitatif dan kuantitatif (dengan menggunakan
analisa matematis) merupakan teknik-teknik pengambilan keputusan.
Dalam setiap pengambilan keputusan selalu terdapat pertimbangan yang berasal dari:
1. Perasaan, firasat, feeling atau intuisi
2. Pengumpulan, pengolahan, penilaian, dan interpretasi fakta-fakta secara rasional
sistematis
3. Pengalaman atau ervaring
4. Kewibawaan, gezgag, atau pengaruh yang dipunyai oleh decision maker
5. Kewenangan atau kekuasaan formal yang dimiliki oleh decision maker
Berdasarkan kelima hal di atas, decision maker harus menetukan strategi dan metode
pengambilan keputusan. Apabila kelima hal di atas dimiliki oleh decision maker secara
individual, maka ia dapat mengambil keputusan secara individual. Namun pada
umumya alternatif keputusan setiap orang memiliki kelemahan-kelemahan, dimana
makin berat atu kompleks suatu permasalahan maka semakin banyak kelemahan-
kelemahan alternative keputusan yang dibuat. Dan oleh karena hal itu seorang decision
maker harus pandai memili jalan dan cara untuk memperkuat diri dan jangka
pengontrolannya terhadap aspek-aspek yang relevan dengan masalah yang ia hadapi.
Penyerdehanaan Masalah
Hal pertama yang harus dilakukan oleh decision maker adalah penyerdehanaan
masalah. Penyerdehanaan masalah dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Pertama, memikirkan dan menentukan sekali lagi apakah masalah tersebut penting
untuk dikerjakan atau apakah terdapat masalah lain yang lebih mendesak dan lebih
penting.
Apabila masalah tersebut memang sudah mtlak harus ditangani maka decision maker
mulai menganalisa masalah tersebut memilih unsur atau bagian dari masalah tersebut
yang dianggapnya paling penting untuk dihadapi terlebih dahulu.
b. Kedua, menghilangkan segala hal-hal kecil yang bukan merupakan hal-hal yang
signifikan dan tidak berpengaruh besar bila dikesampingkan.
Dengan simplifikasi ini maka masalah yang ada dapat dengan mudah dirangkum,
dipelajari, dan dianalisa, sehingga dari hal tersebut dapat ditemukan jawaban-jawaban
atau solusi-solusi alternatifnya.
Ketidakpastian
Salah satu hal yang membuat masalah menjadi terlalu berat untuk dihadapi adalah
karena adanya banyak faktor ketidakpastian. Ketidakpastian- ketidakpastian tersebut
antara lain adalah:
a. Ketidakpastian mengenai waktu
b. Ketidakpastian mengenai kapasitas kerja para anggota
c. Ketidakpastian tentang reaksi atau tanggapan dari orang-orang
d. Ketidakpastian mengenai masalah keuangan atau barang-barang yang diperlukan
Mengatasi Kelemahan
Walaupun telah disimplifikasi, seringkali masalah yang dihadapi organisasi tetaplah
memiliki kerumitan. Kerumitan tersebut berkisar pada beberapa faktor, seperti intuisi,
pengolahan data, pengalaman, wibawa, kewenangan yang kurang.
Bila decision maker memiliki kelemahan dalam feeling atau firasat, maka ia dapat
meminta bantuan nasehat dari orang-orang yang ia kenal, yang memiliki firasat tajam,
setelah itu baru mengambil keputusan individual.
Apabila decision maker memiliki kelemahan dalam pengumpulan dan penggunaan
fakta-fakta, maka ia dapat meminta bantuan dari staff ahli, baru mengambil keputusan
individual dengan menggunakan teknik pengambilan keputusan.
Bila decision maker memiliki kelemahan dalam pengalaman, maka ia dapat meminta
pertimbangan dari orang-orang atau suatu dewan penasehat yang kompeten, baru ia
mengambil keputusan secara individual.
Sedangkan jikalau decision maker memiliki kelemahan dalam kewibawaan, maka isa
dapat membentuk suatu dewan yang terdiri dari orang-orang terkenal dan berwibawa,
kemudian meminta dewan tersebut untuk mengambil keputusan kelompok, dan
decision maker berlaku seolah-olah memiliki posisi yang ‘terbatas’, sebagai pelaksana
atau penyelenggara saja. Atau, keputusan tersebut dapat diambil leh decision maker
bersama-sama dengan dewan tersebut.
Pilihan lainnya yakni pemilihan keputusan tersebut diserahkan kepada suatu
kelompok, dewan atau tim yang terdiri atas orang-orang yang nantinya akan terkena
atau berkepentingan dalam keputusan tersebut.
Jika faktor wewenang yang lemah, maka keputusan tersebut dapat diserahkan pada
atasan untuk diambil, dan decision maker hanya sebatas penyelenggara atau
pelaksana.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang decision maker harus
mengetahui kemampuan dirinya dan kapan ia harus meminta bantuan.