Вы находитесь на странице: 1из 32

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI

Pengambilan keputusan secara universal didefinisikan sebagai pemilihan diantara berbagai


alternative. Pengertian ini mencakup baik pembuatan pilihan maupun pemecahan masalah.
Dalam dataran teoritis, kita mengenal empat metode pengambilan keputusan, yaitu kewenangan tanpa
diskusi (authority rule without discussion), pendapat ahli (expert opinion), kewenangan setelah diskusi
(authority rule after discussion), dan kesepakatan (consensus).
A. Kewenangan Tanpa Diskusi
Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin otokratik
atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti
ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan.
Selain itu, metode ini dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan
persoalan-persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para
anggotanya.
Namun, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan, ia akan menimbulkan
persoalan-persoalan, seperti munculnya ketidakpercayaan para anggota organisasi terhadap keputusan
yang ditentukan pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan
keputusan.
Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama
dengan melibatkan seluruh anggota kelompok, daripada keputusan yang diambil secara individual.
B. Pendapat Ahli
Kadang-kadang seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli (expert),
sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode
pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila seorang anggota organisasi yang dianggap
ahli tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota
lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah masalah yang sederhana,
karena sangat sulit menentukan indikator yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli (superior).
Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas terbaik untuk
membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan ukuran tersebut.
Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.
C. Kewenangan Setelah Diskusi
Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan dengan metode yang
pertama. Karena metode authority rule after discussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari
satu anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil
melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung jawab para anggotanya disamping juga
munculnya aspek kecepatan (quickness) dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha
menghindari proses diskusi yang terlalu meluas.
Jadi, pendapat anggota organisasi sangat diperhatikan dalam proses pembuatan keputusan, namun
perilaku otokratik dari pimpinan, kelompok masih berpengaruh.
Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada anggota organisasi, akan
bersaing untukmempengaruhi pengambil atau pembuat keputusan. Artinya bagaimana para anggota
organisasi yang mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan, berusaha
mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
D. Kesepakatan
Terjadi kalau semua anggota dari suatu organisasi mendukung keputusan yang diambil. Metode
pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan, yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi
akan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota
dalam mendukung keputusan tersebut.
Selain itu metode konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan dengan persoalan-persoalan
yang kritis dan kompleks.
Kekurangan pada metode ini adalah dibutuhkannya waktu yang relatif lebih banyak dan lebih lama,
sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan mendesak atau darurat.
Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman, tidak ada yang terbaik
dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode lebih unggul dibandingkan
metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang paling efektif yang dapat digunakan dalam situasi
tertentu, bergantung pada faktor-faktor:

1. jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan,


2. tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok, dan
3. kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan
pengambilan keputusan tersebut.
Dalam proses pengambilan keputusan, banyak cara dilakukan, tetapi tidak mencapai hasil yang
maksimal. maka dari itu, terdapat 3 tahap utama dalam proses pengambilan keputusan, yaitu:
1. Aktivitas intelegensi: penelusuran kondisi lingkungan yang memerlukan pengambilan
keputusan.
2. Aktivitas desain: terjadi tindakan penemuan, pengembangan, dan menganalisis masalah.
3. Aktivitas memilih: memilih tindakan tertentu dari yang tersedia.
Proses pengambilan keputusan memiliki fungsi sebagai suatu awal dari segala aktivitas manusia
baik individu maupun berkelompok yang dapat menentukan langkah selanjutnya dimana
pengaruhnya akan berlangsung dalam waktu yang sebentar atau dalam waktu yang cukup lama.
Terdapat 2 tujuan dalam proses pengambilan keputusan, yaitu:
 Tujuan bersifat tunggal.
 Tujuan bersifat ganda.

Terdapat 3 langkah dalam proses pengambilan keputusan, yaitu:


1. Tahap Identifikasi, merupakan tahap pertama dimana kita mengenal masalah-masalah
yang terjadi.
2. Tahap Pengembangan, merupakan tahapan kedua dimana kita mencari prosedur atau
seolusi standar yang ada atau mencari solusi yang baru.
3. Tahap Seleksi, pada tahap ini, solusi-solusi yang ada disaring dan disepakati.

Dalam menyelesaikan masalah sering kali adanya perbedaan pendapat. Hal ini dapat diselesaikan
dengan cara membuat forum evaluasi. forum yang dibuat untuk mengumpulkan pendapat para
anggotanya atau forum yang setiap anggota kelompok/organisasi berhak mengemukakan
pendapat.
Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan:
Menurut Herbert A. Simon, Proses pengambilan keputusan pada hakekatnya terdiri atas tiga
langkah utama, yaitu:

 Kegiatan Intelijen

Menyangkut pencarian berbagai kondisi lingkungan yang diperlukan bagi keputusan.

 Kegiatan Desain

Tahap ini menyangkut pembuatan pengembangan dan penganalisaan berbagai rangkaian kegiatan
yang mungkin dilakukan.

 Kegiatan Pemilihan

Pemilihan serangkaian kegiatan tertentu dari alternative yang tersedia.


Sedangkan menurut Scott dan Mitchell, Proses pengambilan keputusan meliputi:

 Proses pencarian/penemuan tujuan


 Formulasi tujuan
 Pemilihan Alternatif

 Mengevaluasi hasil-hasil

Pendekatan konperhensif lainnya adalah dengan menggunakan analisis sistem, Menurut


ELBING ada lima langkah dalam proses pengambilan keputusan:

 Identifikasi dan Diagnosa masalah


 Pengumpulan dan Analisis data yang relevan

 Pengembangan dan Evaluasi alternative alternative

 Pemilihan Alternatif terbaik

 Implementasi keputusan dan Evaluasi terhadap hasil-hasil

Model-model Pengambilan keputusan


Model Perilaku Pengambilan keputusan

 Model Ekonomi, yang dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan orang
itu rasional, yaitu berusaha mendapatkan keuntungan marginal sama dengan biaya
marginal atau untuk memperoleh keuntungan maksimum
 Model Manusia Administrasi, Dikemukan oleh Herbert A. Simon dimana lebih
berprinsip orang tidak menginginkan maksimalisasi tetapi cukup keuntungan yang
memuaskan

 Model Manusia Mobicentrik, Dikemukakan oleh Jennings, dimana perubahan


merupakan nilai utama sehingga orang harus selalu bergerak bebas mengambil keputusan

 Model Manusia Organisasi, Dikemukakan oleh W.F. Whyte, model ini lebih
mengedepankan sifat setia dan penuh kerjasama dalam pengambilan keputusan

 Model Pengusaha Baru, Dikemukakan oleh Wright Mills menekankan pada sifat
kompetitif

 Model Sosial, Dikemukakan oleh Freud Veblen dimana menurutnya orang seringb tidak
rasional dalam mengambil keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai dibawah sadar.
Model Preskriptif dan Deskriptif
Fisher mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu:

 Model Preskriptif

Pemberian resep perbaikan, model ini menerangkan bagaimana kelompok seharusnya


mengambil keputusan.

 Model Deskriptif

Model ini menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan tertentu.


Model preskriptif berdasarkan pada proses yang ideal sedangkan model deskriptif berdasarkan
pada realitas observasi
Disamping model-model diatas (model linier) terdapat pula model Spiral dimana satu anggota
mengemukakan konsep dan anggota lain mengadakan reaksi setuju tidak setuju kemudian
dikembangkan lebih lanjut atau dilakukan “revisi” dan seterusnya.
Teknik-teknik Pengambilan Keputusan:
Teknik Kreatif

 Brainstorming

Berusaha untuk menggali dan mendapatkan kreatifitas maksimum dari kelompok dengan
memberikan kesempatan para anggota untuk melontarkan ide-idenya.

 Synectics

Didasarkan pada asumsi bahwa proses kreatif dapat dijabarkan dan diajarkan, dimaksudkan
untuk meningktakan keluaran (output) kreatif individual dan kelompok
Teknik Partisipatif
Individu individu atau kelompok dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
Teknik Modern

 Teknik Delphi
 Teknik Kelompok Nominal
Konsep Pengambilan Keputusan, yaitu:
•Identifikasi dan diagnosis masalah
•Pengumpulan dan analisis data yang relevan
•Pengembangan dan evaluasi alternatif
•Pemilihan alternatif terbaik
•Implementasi keputusan dan evaluasi terhadap hasil -hasil.
Tipe –Tipe Keputusan Manajemen
•Keputusan-keputusan perseorangan dan strategi
•Kepusan-keputusan pribadi dan strategi
•Keputusan-keputusan dasar dan rutin
Teknik Pengambilan Keputusan
•Teknik -teknik Kreatif: Brainstorming & Synectics
•Teknik -teknik Partisipatif
•Teknik -teknik pengambilan keputusan Modern : Teknik Delphi, Teknik Kelompok Nominal
Cara Pengambilan Keputusan yang Benar

Definisi Pengambilan Keputusan

Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu
berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’ dan
seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu
sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa
alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat vital. Jiwa kepemimpinan
seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan
yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima bawahan.
Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap
manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang
mendasarkan diri pada human relations.
Setelah pengertian keputusan disampaikan, kiranya perlu pula diikuti dengan pengertian
tentang “pengambilan keputusan”. Ada beberapa definisi tentang pengambilan keputusan, dalam
hal ini arti pengambilan keputusan sama dengan pembuatan keputusan, misalnya Terry, definisi
pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih
( tindakan pimpinan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang
dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan).
Menurut Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan terhadap hakikat suatu
masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi
dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

Suatu kelompok harus mengembangkan metode dan tekniknya yang setepat mungkin
yang disesuaikan dengan luas atau besarnya kelompok, wilayah, dan masalah, sehingga dengan
demikian organisasi dapat mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Metode merupakan suatu
jalan untuk melakukan atau mengerjakan atau menyelenggarakan sesuatu yang telah
direncanakan dan diperhitungkan sebelumnya secara sistematis, logis, rasionalis dan dalam
rangka hubungan yang besar. Dari penjelasan diatas, maka dapat dilihat bahwa metode
membicarakan tentang pengetahuan (kennis, knowledge) atau penguasaan (beheersing,
command) oleh orang-orang yang akan menggunakan metode tersebut dalam melaksanakan
tanggungjawab mereka. Sedangkan teknik merupakan suatu cara mengontrol detil-detil
pelaksanaan (teknis) kegiatan atau pekerjaan. Atau dapat dikatakan bahwa teknik merupakan
suatu cara dalam mempergunakan tools (sarana, alat), baik yang bersifat fisik maupun nonfisik.
Dengan arti tersebut, maka dapat dikatakan bahwa teknik berbicara mengenai kemampuan,
keterampilan (skill) dan kecakapan dalam pemakaian tools, yang harus dimiliki oleh orang-orang
yang bertanggung jawab menggunakan teknik tersebut.

Sistem adalah suatu rangkaian bulat di antara prosedur-prosedur yang ada, dan juga
merupakan cara pendekatan (approach) terhadap sesuatu (misalnya masalah, pekerjaan, urusan)
secara berencana. Salah satu bentuk sistem yang paling sederhana adalah prosedur, yang
merupakan satu garis saja. Dalam arti luas, sistem merupakan sesuatu yang terdiri dari
komponen, bagian, atau unsur-unsur yang terkait satu sama lain sedemikian rupa, sehingga
semuanya itu menjalankan fungsi pengolahan tertentu secara integral dan holistik. Setiap sistem
terdiri atas input, processing dan output. Input adalah apa saja yang harus diolah atau dijawab.
Processing merupakan pengolahan yang berlangsung menurut prosedur yang memiliki rangkaian
secara teratur. Sedangkan output merupakan hasil dari olahan dan merupakan jawaban atas input.
Prosedur merupakan suatu rangkaian urut-urutan (tata urutan) penyelenggaraan atau pelaksanaan
sesuatu yang harus dikembangkan dari proses. Proses merupakan suatu urutan penyelenggaraan
atau aktivitas-aktivitas yang berlangsung menurut logika alamSetiap prosedur terdiri atas mata-
mata rantai prosedur yang merupakan pengerjaan atau pengolahan dan memerlukan metode atau
teknik yang berbeda-beda. Cara pengambilan keputusan secara individual, kelompok, tim,
panitian, dewan, komisi, atau cara referendum mengajukan usul tertulis dalam sampul tertutup
dan sebagainya dalam tersebut merupakan metode-metode pengambilan keputusan.Sedangkan
cara pengambilan keputusan dengan cara mengolah data dan cara melakukan penilaian tertentu,
baik kuelitatif dan kuantitatif (dengan menggunakan analisa matematis) merupakan teknik-teknik
pengambilan keputusan. Dalam menggunakan teknik pengambilan keputusan tertentu diperlukan
suatu kemampuan atau kecakapan tertentu. Apabila decision-maker tidak memiliki kemampuan
teknis yang cukup untuk itu, maka terpaksa organisasi harus meminta bantuan pada para
konsultan yang merupakan spesialis bidang yang bersangkutan.
Dalam setiap pengambilan keputusan selalu terdapat pertimbangan yang berasal dari:
1. Perasaan, firasat, feeling atau intuisi
2. Pengumpulan, pengolahan, penilaian, dan interpretasi fakta-fakta secara rasional sistematis
3. Pengalaman atau ervaring
4. wibawaan, gezgag, atau pengaruh yang dipunyai oleh decision maker
5. Kewenangan atau kekuasaan formal yang dimiliki oleh decision maker

Berdasarkan kelima hal di atas, decision maker harus menetukan strategi dan metode
pengambilan keputusan. Apabila kelima hal di atas dimiliki oleh decision maker secara
individual, maka ia dapat mengambil keputusan secara individual. Namun pada umumya
alternatif keputusan setiap orang memiliki kelemahan-kelemahan, dimana makin berat atu
kompleks suatu permasalahan maka semakin banyak kelemahan-kelemahan alternative
keputusan yang dibuat. Dan oleh karena hal itu seorang decision maker harus pandai memili
jalan dan cara untuk memperkuat diri dan jangka pengontrolannya terhadap aspek-aspek yang
relevan dengan masalah yang ia hadapi.

Tujuan Pengambilan Keputusan


Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan untuk mencapai
tujuan organisasinya yang dimana diinginkan semua kegiatan itu dapat berjalan lancer dan tujuan
dapat dicapai dengan mudah dan efisien. Namun, kerap kali terjadi hambatan-hambatan dalam
melaksanakan kegiatan. Ini merupakan masalah yang hatus dipecahkan oleh pimpinan
organisasi. Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memecahkan masalah tersebut.
Dasar Pengambilan Keputusan:
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu
mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan
intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
2. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat
Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang
bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur
kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan
pengambilan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain
sering diabaikan.

Pengambilan Keputusan Rasional


Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang
dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat
berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang
rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas
nilai masyarakat yang di akui saat itu.

Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta


Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah
fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi.
Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan
informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu
menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang
merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu
sangat sulit.
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat
apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri
melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman
masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan
tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini.
Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi
masalah yang timbul.
Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan
masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis.
Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah
dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.

Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang


Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang dimiliki.
Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk
mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi
yang efektif dan efisien. Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan.
Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain : banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki
otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanent
sifatnya. Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat
rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang
kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan
justru menjadi kabur atau kurang jelas.

Penyerdehanaan Masalah
Hal pertama yang harus dilakukan oleh decision maker adalah penyerdehanaan masalah.
Penyerdehanaan masalah dapat dilakukan sebagai berikut:
Pertama, memikirkan dan menentukan sekali lagi apakah masalah tersebut penting untuk
dikerjakan atau apakah terdapat masalah lain yang lebih mendesak dan lebih penting. Apabila
masalah tersebut memang sudah mtlak harus ditangani maka decision maker mulai menganalisa
masalah tersebut memilih unsur atau bagian dari masalah tersebut yang dianggapnya paling
penting untuk dihadapi terlebih dahulu.
Kedua, menghilangkan segala hal-hal kecil yang bukan merupakan hal-hal yang
signifikan dan tidak berpengaruh besar bila dikesampingkan. Dengan simplifikasi ini maka
masalah yang ada dapat dengan mudah dirangkum, dipelajari, dan dianalisa, sehingga dari hal
tersebut dapat ditemukan jawaban-jawaban atau solusi-solusi alternatifnya.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam Pengambilan Keputusan


Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan menurut Terry, yaitu :
 Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional
perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
 Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.
 Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementingkan
kepentingan organisasi.
 Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah altenatif-alternatif tandingan.
 Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini harus diubah menjadi
tindakan fisik.
 Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
 Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
 Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.
 Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai
berikutnya.

Proses Pengambilan Keputusan


Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang telah
digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan keputusan pada hakikatnya sama saja
dengan analisis proses kebijakan. Proses pengambilan keputusan meliputi :
1. Identifikasi masalah
Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu mengindentifikasikan masalah yang ada di dalam
suatu organisasi.
2. Pengumpulan dan penganalisis data
Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat membantu
memecahkan masalah yang ada.
3. Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan
Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-cara
pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya selalu diusahakan adanya alternatif-alternatif
beserta konsekuensinya, baik positif maupun negatif. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus
dapat mengadakan perkiraan sebaik-baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya
informasi yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik. Perkiraan itu terdiri dari berbagai
macam pengertian:
 Perkiraan dalam arti Proyeksi

Perkiraan yang mengarah pada kecenderungan dari data yang telah terkumpul dan tersusun
secara kronologis.

 Perkiraan dalam arti prediksi

Perkiraan yang dilakukan dengan menggunakan analisis sebab akibat.


 Perkiraan dalam arti konjeksi

Perkiraan yang didasarkan pada kekuatan intuisi (perasaan). Intuisi disini sifatnya subjektif,
artinya tergantung dari kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan.
4. Pemilihan salah satu alternatif terbaik
Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu
dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu
alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan alternative yang dipakai akan
berhasil atau sebaliknya.
5. Pelaksanaan keputusan
Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu menerima dampak yang
positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai
alternatif yang lain.
6. Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan
Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari keputusan yang
telah dibuat.
Teori Rasional Komprehensif
Teori pengambilan keputusan yang paling dikenal dan mungkin pula yang banyak
diterima oleh kalangan luas ialah teori rasional komprehensif. Unsur-unsur utama dari teori ini
dapat dikemukakan sebagai berikut :
 Pembuat keputusan dihadapkan pada.suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-
masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu
sama lain.
 Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang mempedomani pembuat keputusan amat jelas dan
dapat ditetapkan rangkingnya sesuai dengan urutan kepentingannya.
 Pelbagai altenatif untuk memecahkan masalah tersebut diteliti secara saksama.
 Akibat-akibat (biaya dan manfaat) yang ditmbulkan oleh setiap altenatif yang dipilih diteliti.
 Setiap alternatif dan masing-masing akibat yang menyertainya, dapat diperbandingkan dengan
alternatif-altenatif lainnya.
 Pembuat keputusan akan memilih alternatif’ dan akibat-akibatnya’ yang dapat memaksimasi
tercapainya tujuan, nilai atau Sasaran yang telah digariskan.
Teori rasional komprehensif banyak mendapatkan kritik dan kritik yang paling tajam
berasal dari seorang ahli Ekonomi dan Matematika Charles Lindblom (1965 , 1964′ 1959)’
Lindblom secara tegas menyatakan bahwa para pembuat keputusan itu sebenarya tidaklah
berhadapan dengan masalah-masalah yang konkrit dan terumuskan dengan jelas.
Teori Inkremental
Teori inkremental dalam pengambilan keputusan mencerminkan suatu teori pengambilan
keputusan yang menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan (seperti daram teori
rasional komprehensif) dan, pada saat yang sama, merupakan teori yang lebih banyak
menggambarkan cara yang ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambil
kepurusan sehari-hari. Pokok-pokok teori inkremental ini dapat diuraikan sebagai berikut.
 Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk mencapainya
dipandang sebagai sesuatu hal yang saling terkait daripada sebagai sesuatu hal yang saling
terpisah.
 Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa altematif yang langsung
berhubungan dengan pokok masalah dan altematif-alternatif ini hanya dipandang berbeda secara
inkremental atau marginal bila dibandingkan dengan kebijaksanaan yang ada sekarang.
 Bagi tiap altematif hanya sejumlah kecil akibat-akibat yang mendasar saja yang akan dievaluasi.
 Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan akan didedifinisikan secara terarur. Pandangan
inkrementalisme memberikan kemungkin untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan
dan sarana serta sarana dan tujuan sehingga menjadikan dampak dari masalah itu lebih dapat
ditanggulangi.
 Bahwa tidak ada keputusan atau cara pemecahan yang tepat bagi tiap masalah. Batu uji bagi
keputusan yang baik terletak pada keyakinan bahwa berbagai analisis pada akhirnya akan
sepakat pada keputusan tertentu meskipun tanpa menyepakati bahwa keputusan itu adalah yang
paling tepat sebagai sarana untuk mencapai tujuan.
 Pembuatan keputusan yang inkremental pada hakikatnya bersifat perbaikan-perbaikan kecil dan
hal ini lebih diarahkan untuk memperbaiki ketidaksempunaan dari upaya-upaya konkrit dalam
mengatasi masalahsosial yang ada sekarang daripada sebagai upaya untuk menyodorkan tujuan-
tujuan sosial yang sama sekali baru di masa yang akan datang.
Implemntasi di Indonesia

Kasus yang sedang marak akhir-akhir ini adalah tentang rencana Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono untuk me-reshuffle Kabinet Bersatu Jilid II yang sebentar lagi akan genap
2 tahun masa jabatannya yaitu pada 20 Oktober 2011 mendatang. Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menilai bahwa kinerja beberapa menteri yang duduk di kabinetnya sekarang telah
dianggap cukup pengabdiannya. Sehingga perlu dicari penggantinya. Menurut Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, reshuffle yang dilakukan demi perbaikan kinerja pemerintahan pada sisa
waktu masa jabatan tiga tahun ke depan. "Sehingga reshuffle yang insya Allah, akan saya
lakukan sebelum genap dua tahun pemerintahan ini, 20 Oktober mendatang, didasarkan atas
pertimbangan pertimbangan yang logis, rasional. Seperti itu," kata SBY seperti ditulis situs
kepresidenan.
Namun banyak pihak yang mempertanyakan apakah benar Presiden sebagai kepala
Negara Republik Indonesia telah mengambil keputusan secara logis dan rasional, atau hanya
pengambilan keputusan secara wewenang yang dinilai untuk sekedar pencitraan belaka dan
cenderung dictactoral. Ekonom Senior Econit, Hendri Saparaini, menilai pelaksanaan reshuffle
kabinet dilakukan tanpa tolak ukur jelas, langkah evaluasi menteri oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) dilakukan secara tiba-tiba tanpa pernah memberikan surat peringatan (SP)
terlebih dulu. Santer terdengar, menteri yang selingkuh bakal diganti sebab melakukan perbuatan
tercela. Adapun menteri yang disebut terlibat korupsi tidak dicopot dan hanya digeser ke
kementerian lain, karena memiliki kedekatan dengan presiden. Direktur Eksekutif Lingkar
Madani Indonesia, Ray Rangkuti menambahkan bahwa jika kondisi itu dibiarkan, maka
kepercayaan masyarakat kepada pemerintah bisa runtuh. Karena berbagai kebijakan penguasa
tidak lagi berpihak pada rakyat. Sehingga proses reshuffle kabinet tidak banyak membantu
perbaikan kinerja pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diharapkan bisa bersikap adil dalam
pengambilan keputusan untuk melakukan reshuffle. Pengambilan keputusan seperti yang telah
kami paparkan seharusnya didukung oleh beberapa fakta dan memiliki bukti otentik yang jelas.
Serta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diharapkan mempertimbangkan faktor-faktor dalam
pengambilan keputusan, seperti yang diutarakan Terry yaitu setiap keputusan jangan berorientasi
pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementingkan kepentingan organisasi atau Negara
Pengambilan Keputusan

Yang dimaksud dengan keputusan (decision) adalah berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari
dua atau lebih kemungkinan. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan, ada
perbedaan penting diantara keduanya. Mc Kenzei melihat bahwa keputusan adalah pilihan nyata
karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk
mencapai tujuan itu, apakah pada tingkat perorangan atau kolektif. Mc Grew dan Wilson lebih
melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu keputusan ialah akhir dari suatu proses
yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan keputusan. Dipandang sebagai proses karena
terdiri atas satu seri aktifitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan
bijaksana.

Morgan dan Cerullo mendefinisikan keputusan sebagai sebuah kesimpulan yang dicapai sesudah
dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih sementara yang lain
dikesampingkan.

Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode
yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk menemukan dan menyelesaikan masalah
organisasi. Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang tepat
sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat (Brinckloe,1977). Dengan kata lain, keputusan
mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan perubahan (Hill,1979).

Pengambilan keputusan hendaknya dipahami dalam dua pengertian yaitu (1) penetapan tujuan
yang merupakan terjemahan cita-cita, aspirasi dan (2) pencapaian tujuan melalui
implementasinya (Inbar,1979). Ringkasnya keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui
pelaksanaan dan ini semua berintikan pada hubungan kemanusiaan. Untuk suksesnya
pengambilan keputusan itu maka sepuluh hukum hubungan kemanusiaan (Siagian,1988)
hendaknya menjadi acuan dari setiap pengambilan keputusan.

A. Proses Pengambilan Keputusan

Ada dua pandangan dalam pencapaian proses mencapai suatu keputusan organisasi
(Brinckloe,1977) yaitu :

(1) Optimasi. Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha menyusun alternatif-
alternatif, memperhitungkan untung rugi dari setiap alternatif itu terhadap tujuan organisasi.
Sesudah itu memperkirakan kemungkinan timbulnya bermacam-macam kejadian ke depan,
mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu terhadap alternatif-alternatif yang telah
dirumuskan dan kemudian menyusun urut-urutannya secara sistematis sesuai dengan prioritas
lalu dibuat keputusan. Keputusan yang dibuat dianggap optimal karena setidaknya telah
memperhitungkan semua faktor yang berkaitan dengan keputusan tersebut.

(2) Satisficing. Seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian yang berasal memuaskan
ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik. Model satisficing dikembangkan oleh Simon
(Simon,1982; roach, 1979) karena adanya pengakuan terhadap rasionalitas terbatas (bounded
rationality). Rasionalitas terbatas adalah batas-batas pemikiran yang memaksa orang membatasi
pandangan mereka atas masalah dan situasi. Pemikiran itu terbatas karena pikiran manusia tidak
megolakan dan memiliki kemampuan untuk memisahkan informasi yang tertumpuk.

Menurut Frank Harison (Hitt, 1970), faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya rasionalitas
terbatas antara lain informasi yang datang dari luar sering sangat kompetitif atau informasi itu
tidak sempurna, kendala waktu dan biaya, serta keterbatasan seorang mengambil keputusan yang
rasional untuk mengerti dan memahami masalah dan informasi, terutama informasi dan
teknologi.

B. Unsur Prosedur Keputusan

Di balik suatu keputusan ada unsur prosedur, yaitu pertama pembuatan keputusan
mengidentifikasikan masalah, mengklarifikasi tujuan-tujuan khusus yang diinginkan, memeriksa
berbagai kemungkinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan mengakhiri proses itu
dengan menetapkan pilihan bertindak. Jadi suatu keputusan sebenarnya didasarkan atas fakta dan
nilai (facts and values). Keduanya sangat penting tetapi tampaknya fakta lebih mendominasi
nilai-nilai dalam menyehatkan keputusan suatu organisasi (Bridges, 1971).

C. Alternatif dan Konsekuensi Keputusan

Dapat dikatakan bahwa setiap keputusan bertolak dari beberapa kemungkinan atau alternatif
untuk dipilih. Setiap alternatif membawa konsekuensi-konsekuensi. Ini berarti, menurut Simon,
sejumlah alternatif itu berbeda satu sama lain mengingat perbedaan dari konsekuensi-
konsekuensi yang akan ditimbulkannya. Pilihan yang dijatuhkan pada alternatif itu harus dapat
memberikan kebahagiaan atau kepuasan karena merupakan salah satu aspek paling penting
dalam keputusan.

D. Tingkat-Tingkat Keputusan

Brinckloe (1977) menawarkan bahwa ada empat tingkat keputusan yaitu (1) automatic decisions,
(2) expected information decisions, (3) factor weighting decisions dan (4) dual uncertainty
decisions.

(1) Keputusan otomatis (outomatic decisions), keputusan yang dibuat dengan sangat sederhana,
meski sederhana informasi tetap diperlukan.
(2) Keputusan berdasar informasi yang diharapkan (Expected information decision), tingkat
informasi mulai sedikit kompleks artinya informasi yang ada sudah memberi aba-aba untuk
mengambil keputusan. Tetapi keputusan belum segera diambil karena informasi tersebut perlu
dipelajari.

(3) Keputusan berdasar berbagai pertimbangan (factor weighting decisions), informasi-informasi


yang telah dikumpulkan dianalisis, lalu dipertimbangkan dan diperhitungkan sebelum keputusan
diambil.
(4) Keputusan berdasar ketidakpastian ganda (Dual uncertainty decisions), dalam setiap
informasi yang ada masih diharapkan terdapat ketidakpastian artinya semakin luas ruang lingkup
dan semakin jauh dampak dari suatu keputusan, semakin banyak informasi yang dibutuhkan
semakin tinggi ketidakpastian itu.

E. Klasifikasi Keputusan

1. Keputusan Terprogram.
Menurut Siagian, S.P. (1993), Keputusan Terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang
berlangsung berulang kali, dan diambil secara rutin dam organisasi. Biasanya menyangkut
pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan pengarahan dari
tingkat manajemen yang lebih tinggi. Biasanya langkah-langkah dan prosedur yang perlu
ditempuh telah dituangkan dalam buku pedoman, yang biasanya terdapat dalam organisasi yang
dikelola secara rapi. Pengambilan keputusan terprogram akan berlangsung dengan efektif apabila
empat criteria dasar dipenuhi :

a. Tersedia waktu dan dana yang memadai untuk pengumpulan dan analisis data.
b. Tersedia data yang bersifat kuantitatif.
c. Kondisi lingkungan yang relatif stabil, yang didalamnya tidak dapat tekanan yang kuat untuk
secara cepat melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu terhadap kondisi yang selalu berubah.
d. Tersedia tenaga trampil untuk merumuskan permasalahan secara tepat, termasuk tuntutan
operasional yang harus dipenuhi.
Sedangkan dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan terprogram yang dibuat sebagai respon
terhadap masalah-masalah organisasi yang repetitif atau yang sudah baku, mencakup keputusan
operasional dan keputusan pada tingkat menengah dari Morgan dan Cerello, keputusan
operasinal dan taktis dari Sutherland serta dari Mangkusubroto dan Trisnadi dan keputusan
terstruktur dari Mintzberg dan Brinckloe;

2. Keputusan yang tidak Terprogram.


Biasanya diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dialami
sebelumnya, tidak bersifat repetitif (berulang-ulang), tidak terstruktur, dan sukar mengenali
bentuk, hakikat dan dampaknya. Sebagai akibat keadaan demikian, para ahli belum mampu
menyajikan teknik pemecahan yang sudah terbukti efektif di masa lalu, baik karena sifatnya yang
baru itu maupun karena sukar untuk mendefinisikan hakikatnya secara tepat. Keputusan yang
tidak Terprogram tidak menyangkut hal-hal yang sifatnya operasional, akan tetapi menyangkut
kebijaksanaan organisasi dengan dampak yang strategis bagi eksistensi organisasi. (Siagian, S.P.;
1993), Keputusan Terprogram
Sedangkan dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan tidak terprogram, dibuat sebagai respon
dari masalah-masalah unik, yang jarang dijumpai dan yang tidak dapat didefinisikan secara tepat,
keputusan ini biasanya dikenal dengan nama keputusan strategik, meliputi keputusan strategik
dari Morgan dan Cerello, Mangkusubroto dan Trisnadi, keputusan strategik dan tujuan (goal)
Sutherland, serta keputusan tidak terstruktur dari Mintzberg dan Brinckloe.

Dari segi struktur keputusan tertinggi adalah yang berhubungan dengan cita-cita, tujuan,
menyusul keputusan strategik lalu keputusan taktis dan yang paling bawah adalah keputusan
operasional. Keputusan tertinggi hanya dibuat satu atau dua kali makin ke bawah tingkat
keputusan makin tinggi frekuensi pembuatannya.

F. Kategori Keputusan

Ditinjau dari sudut perolehan informasi dan cara memproses informasi, keputusan dibagi empat
kategori (Nutt, 1989) :

1. Keputusan Representasi, pengambilan keputusan menghadapi informasi yang cukup banyak


dan mengetahui dengan tepat bagaimana memanipulasikan data tersebut. Keputusan ini banyak
menggunakan model-model matematik seperti operation research, cost-benefit analysis dan
simulasi.

2. Keputusan Empiris, suatu keputusan yang sedikit informasi tetapi memiliki cara yang jelas
untuk memproses informasi pada saat informasi itu diperoleh.

3. Keputusan Informasi, suatu situasi yang banyak informasi tetapi meliputi kontroversi tentang
bagaimana memproses informasi tersebut.

4. Keputusan Eksplorasi, suatu situasi yang sedikit informasi dan tidak ada kata sepakat tentang
cara yang hendak dianut untuk memulai mencari informasi.

G. Proses Pengambilan Keputusan :

1. Pendekatan yang interdisipliner.


Proses pengambilan keputusan tidak bisa dilihat sebagai suatu tindakan tunggal dan tidak sebagai
suatu tindakan yang Seragam yang berlaku untuk semua keadaan serta dapat digunakan oleh
pengambil keputusan yang berbeda dengan tingkat efektifitas yang sama. Proses pengambilan
keputusan terdiri dari berbagai ragam keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari
pengalaman dalam kehidupan berorganisasi.

2. Proses yang sistematis.


Suatu proses logis yang melibatkan pengambilan langkah-langkah secara berturut atau sekuensial
dengan merinci proses tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (pendekatan atomik).
Pendapat lain mengatakan proses pengambilan keputusan menyangkut dengan naluri, daya pikir,
dan serangkaian metode intuitif yang keseluruhannya dirangkum yang menjadi suatu kreatifitas
(pendekatan holistik).
3. Proses berdasarkan informasi.
Pengambilan keputusan tanpa informasi berarti menghilangkan kesempatan belajar secara
adaptif. Seorang manajer harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang Informatika untuk
pengambilan keputusan yang efektif serta harus menuntut agar tersedia baginya informasi yang
memenuhi persyaratan kemutakhiran, kelengkapan, dapat dipercaya dan disajikan dalam bentuk
yang tepat.

4. Memperhitungkan faktor-faktor ketidakpastian.


Betapa pun telitinya perkiraan keadaan, dalamnya kajian terhadap berbagai alternatif, tetap tidak
ada jaminan bebas dari resiko ketidakpastian. Untuk itu pengambilan keputusan harus dapat
Memperhitungkan probabilitas (kemungkinan) keberhasilan atau kekurang-berhasilan
pelaksanaan suatu keputusan.

5. Diarahkan pada tindakan nyata.


Mengambil suatu tindakan harus dapat ditentukan secara pasti, kapan pemecahan berakhir dan
proses pengambilan keputusan dimulai. Masalah dan sasaran sering mempunyai siklus
pertumbuhan dan penyusutan, demikian juga faktor-faktor yang mempengaruhi. Hal tersebut
harus dikenali secara tepat karena akan sangat mempengaruhi keputusan untuk bertindak atau
tidak bertindak.

H. Teknik Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan meliputi antara lain hal-hal yang berhubungan dengan pengumpulan
fakta. Teknik pengambilan keputusan dalam klasifikasi ada dua yaitu teknik tradisional dan
teknik modern. Teknik pengambil keputusan juga sering dibagi dalam teknik pengambilan
keputusan matematik atau kuantitatif (Heenan dan Addleman, 1976;Robbins, 1978) dan teknik
pengambil keputusan non-matematik atau kualitatif (Moody, 1983). Teknik matematik biasa
diberi nama multivariate analysis (analisis variabel ganda atau analisis berdimensi ganda).
Teknik non-matematik, yang lebih sering digunakan untuk keputusan strategik antara lain
sumbang saran, consensus, Delphi, fish bowling, interaksi didaktik, tawar- menawar kolektif.

I. Pendekatan terhadap Pengambil Keputusan

Berbagai model tentang pendekatan terhadap pengambilan keputusan telah diperkenalkan oleh
para ahli teori pengambilan keputusan, diantaranya adalah :

1. Model Brinckloe (1977)


Keputusan yang menggunakan pendekatan (i) Fakta, secara sistematis akan mengumpulkan
semua fakta mengenai masalah dan hasilnya ialah kemungkinan keputusan akan lahir dengan
sendirinya; (ii) Pengalaman, seseorang yang sudah memiliki pengalaman tentu lebih matang
dalam membuat keputusan daripada seorang yang sama sekali belum mempunyai pengalaman
apa-apa namun perlu diperhatikan bahwa peristiwa-peristiwa yang lampau tidak akan pernah
sama dengan pada saat ini;(iii) Intuisi, tidak jarang keputusan yang diambil berdasarkan intuisi
dikarenakan kurang mengadakan analisis yang terkendali maka perhatian hanya ditujukan pada
beberapa fakta; (iv) Logika, pengambilan keputusan yang berdasar logika ialah suatu studi yang
rasional terhadap semua unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan; (v) Analisis
Sistem, kecanggihan dari komputer telah merangsang banyak orang untuk mengambil keputusan
secara kuantitatif.

2. Model McGrew (1985)


McGrew hanya melihat adanya tiga pendekatan yaitu proses pengambilan keputusan rasional,
model proses organisasional dan model tawar-menawar politik (political bargaining model) yaitu
(i) Pendekatan proses pengambilan keputusan rasional memberi perhatian utama pada hubungan
antara keputusan dengan tujuan dan sasaran dari pengambilan keputusan; (ii) Model proses
organisasional menangani masalah yang jelas tampak perbedaannya antara pengambil keputusan
individu dan organisasi; (iii) Model tawar-menawar politik melihat kedua pendekatan itu
mengatakan bahwa pengambilan keputusan kolektif sesungguhnya dilaksanakan melalui tawar-
menawar namun hasil akhir keputusan itu sesungguhnya tergantung pada proses memberi dan
menerima di antara individu dalam kelompok tersebut.

J. Teknik-teknik Pengambilan Keputusan. (Siagian, S.P. (25-26;1993).

1. Brainstorming

Jika sekelompok orang dalam suatu organisasi menghadapi suatu situasi problematic yang tidak
terlalu rumit, dan dapat diidentifikasikan secara spesifik mereka mengadakan diskusi dimana
setiap orang yang terlibat diharapkan turut serta memberikan pandangannya. Pada akhir diskusi
berbagai pandangan yang dikemukakan dirangkum, sehingga kelompok mencapai suatu
kesepakatan tentang cara-cara yang hendak ditempuh dalam mengatasi situasi problematic yang
dihadapi. Penting diperhatikan dalam teknik ini yaitu :

a. Gagasan yang aneh dan tidak masuk akal sekalipun dicatat secara teliti.
b. Mengemukakan sebanyak mungkin pendapat dan gagasan karena kuantitas pandanganlah
yang lebih diutamakan meskipun aspek kualitas tidak diabaikan.
c. Pemimpin diskusi diharapkan tidak melakukan penilaian atas sesuatu pendapat atau gagasan
yang dilontarkan, dan peserta lain diharapkan tidak menilai pendapat atau gagasan anggota
kelompok lainnya.
d. Para peserta diharapkan dapat memberikan sanggahan pendapat atau gagasan yang telah
dikemukakan oleh orang lain.
e. Semua pendapat atau gagasan yang dikemukakan kemudian dibahas hingga kelompok tiba
pada suatu sintesis pendapat yang kemudian dituangkan dalam bentuk keputusan.

2.Synetics

Seorang diantara anggota kelompok peserta bertindak selaku pimpinan diskusi. Diantara para
peserta ada seorang ahli dalam teori ilmiah pengambilan keputusan. Apakah ahli itu anggota
organisasi atau tidak, tidak dipersoalkan. Pimpinan mengajak para peserta untuk mempelajari
suatu situasi problematik secara menyeluruh. Kemudian masing-masing anggota kelompok
mengetengahkan daya pikir kreatifnya tentang cara yang dipandang tepat untuk ditempuh.
Selanjutnya pimpinan diskusi memilih hasil-hasil pemikiran tertentu yang dipandang bermanfaat
dalam pemecahan masalah. Dan tenaga ahli menilai melakukan penilaian atas berbagai gagasan
emosional dan tidak rasional yang telah disaring oleh pimpinan diskusi serta kemudian
menggabungkannya dengan salah satu teori ilmiah pengambilan keputusan dan tindakan
pelaksanaan yang diambil.

3. Consensus thinking

Orang-orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus sepakat tentang hakikat, batasan dan
dampak suatu situasi problematik yang dihadapi, sepakat pula tentang teknik dan model yang
hendak digunakan untuk mengatasinya. Teknik ini efektif bila beberapa orang memiliki
pengetahuan yang sejenis tentang permasalahan yang dihadapi dan tentang teknik pemecahan
yang seyogyanya digunakan. Orang-orang diharapkan mengikuti suatu prosedur yang telah
ditentukan sebelumnya. Kelompok biasanya melakukan uji coba terhadap langkah yang hendak
ditempuh pada skala yang lebih kecil dari situasi problematik yang sebenarnya.

4. Delphi
Umumnya digunakan untuk mengambil keputusan meramal masa depan yang diperhitungkan
akan dihadapi organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk kelompok pengambil keputusan yang
tidak berada di satu tempat.
Pengambil keputusan menysun serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan suatu situasi
peramalan dan menyampaikannya kepada sekelompok ahli. Para ahli tersebut ditugaskan untuk
meramalkan, apakah suatu peristiwa dapat atau mungkin terjadi atau tidak. Jawaban dari anggota
kelompok tadi dikumpulkan dan masing-masing anggota ahli mempelajari ramalan yang dibuat
oleh masing-masing rekannya yang tidak pernah ditemuinya. Pada kesempatan berikutnya,
rangkaian pertanyaan yang sama dikembalikan kepada para anggota kelompok dengan
melampirkan jawaban yang telah diberikan oleh para anggota kelompok pada putaran pertama
serta hal-hal yang dipandang sudah merupakan kesepakatan kelompok. Apabila pendapat
seseorang ahli berbeda maka memberikan penjelasannya secara tertulis. Tiap-tiap jawaban
diberikan kode tertentu sehingga tidak diketahui siapa yang memberikan jawaban.
Jawaban tersebut di atas dilakukan dengan beberapa putaran. Pengedaran daftar pertanyaan dan
analisa oleh beberapa ahli dihentikan apabila telah diperoleh bahan tentang ramalan
kemungkinan terjadi sesuatu peristiwa di masa depan.

5. Fish bowling
Sekelompok pengambil keputusan duduk pada suatu lingkaran, dan di tengah lingkaran ditaruh
sebuah kursi. Seseorang duduk di kursi tersebut hanya dialah yang boleh bicara untuk
mengemukakan pendapat ide dan gagasan tentang suatu permasalahan. Para anggota lain
mengajukan pertanyaan, pandangan dan pendapat. Apabila pandangan orang yang duduk di
tengah tersebut telah dipahami oleh semua anggota kelompok dia meninggalkan kursi dan
digantikan oleh orang yang lain untuk kesempatan yang sama. Setelah itu semua pandangan
didiskusikan sampai ditemukan cara yang dipandang paling tepat.

6. Didactic interaction
Digunakan untuk suatu situasi yang memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”. Dibentuk dua
kelompok, dengan satu kelompok mengemukakan pendapat yang bermuara pada jawaban “ya”
dan kelompok lainnya pada jawaban “tidak”. Semua ide yang dikemukakan baik pro maupun
kontra dicatat dengan teliti. Kemudian kedua kelompok bertemu dan mendiskusikan hasil catatan
yang telah dibuat. Pada tahap berikutnya terjadi pertukaran tempat. Kelompok yang tadinya
mengemukakan pandangan pro beralih memainkan peranan dengan pandangan kontra.

7. Collective bargaining
Dua pihak yang mempunyai pandangan berbeda bahkan bertolak belakang atas suatu masalah
duduk di satu meja dengan saling menghadap. Masing-masing pihak datang dengan satu daftar
keinginan atau tuntutan dengan didukung oleh berbagai data, informasi dan alasan-alasan yang
diperhitungkan dapat memperkuat posisinya dalam proses tawar-menawar yang terjadi. Jika pada
akhirnya ditemukan bahwa dukungan data dan informasi serta alasan-alasan yang dikemukakan
oleh kedua belah pihak mempunyai persamaan, maka tidak terlalu sukar untuk mencapai
kesepakatan. Tetapi sebaliknya, pertemuan berakhir tanpa hasil yang kemudian sering diikuti
dengan timbulnya masalah yang lebih besar.

K. Metode Pengambil Keputusan

Gortner (1987) lebih cenderung menganalisis pengambilan keputusan dari sudut metode. Ada
empat metode pengambilan keputusan yang dianggap lazim dipergunakan dalam pengambilan
keputusan organisasional.

Metode pertama adalah metode rasional yang disebut juga model rasional. Ini adalah metode
klasik yang secara implicit mencakup model birokratik dari pengambilan keputusan.

Metode kedua, adalah metode tawar-menawar incremental (incremental-bargaining) yang


dipandang sebagai model paling dasar aktifitas politik, yaitu penyelesaian konflik melalui
negosiasi. Karakteristik dari incremental ialah bahwa keputusan tentang suatu kebijakan terjadi
dalam bentuk langkah-langkah kecil karenanya tidak terlalu jauh dari status quo.

Metode ketiga yang disebut metode agregatif (aggregative methods) mencakup antara lain teknik
Delphi dan teknik-teknik pengambilan keputusan yang berkaitan. Konsensus dan peran serta
merupakan karakteristik utama dari metode agregatif.

Metode keempat adalah metode keranjang sampah (the garbage-can) atau nondecision-making
model yang dikembangkan oleh March dan Olsen (1979). Model keranjang sampah menolak
model rasional bahkan rasional-inkremental yang sederhana sekalipun. Ia lebih tertarik pada
karakter yang ditampilkan dalam keputusan, pada isu yang bermacam-macam dari peserta
pengambil keputusan dan masalah-masalah yang timbul pada saat itu. Sering kali keputusan
yang diambil tidak direncanakan sebagai akibat dari perdebatan dalam kelompok.

L. Teori-Teori Pengambilan Keputusan

Sehubungan dengan pendekatan yang telah diutarakan, lahirlah berbagai aliran yang
menampilkan teori-teori pengambilan keputusan yang berbeda (Brinckloe, 1977) yaitu :

1. Aliran Birokratik (Bureaucratic School)


Teori ini memberi tekanan yang cukup besar pada arus dan jalannya pekerjaan dalam struktur
organisasi. Tugas dari eselon bawah ialah melaporkan masalah, memberi informasi, menyiapkan
fakta dan keterangan-keterangan lain kepada atasannya. Dengan segala pengetahuan,
keterampilan dan kemampuannya, atasan membuat keputusan setelah mempelajari semua
informasi.

2.Aliran Manajemen Saintifik (Scientific Management School)


Teori ini menekankan pada pandangan bahwa tugas-tugas itu dapat dijabarkan ke dalam elemen-
elemen logis, yang dapat digambarkan secara saintifik. Sementara manajemen sendiri memiliki
kemampuan untuk menganalisis dan menyelesaikan suatu masalah.

3. Aliran Hubungan Kemanusiaan (Human Relations School)


Teori ini menganggap bahwa organisasi dapat berbuat lebih baik apabila lebih banyak perhatian
yang diberikan kepada manusia dalam organisasi, seperti yang menimbulkan kepuasan kerja,
peran serta dalam pengambilan keputusan, memberlakukan organisasi sebagai suatu kelompok
social yang mempunyai tujuan. Selain itu kebutuhan dan keinginan anggota selalu
dipertimbangkan dalam membuat keputusan.

4. Aliran Rasionalitas Ekonomi (Economic Rasionality School)


Teori ini mengakui bahwa organisasi adalah suatu unit ekonomi yang mengkonversikan masukan
(input) menjadi keluaran (output) dan yang harus dilakukan dengan cara yang paling efisien.
Menurut aliran ini suatu langkah kebijakan akan terus berlangsung sepanjang itu mempunyai
nilai yang lebih tinggi daripada biayanya.

5. Aliran Satisfacing
Aliran ini tidak mengharapkan suatu keputusan yang sempurna. Aliran ini yakin bahwa para
manajer yang selalu dipenuhi berbagai masalah mampu membuat keputusan yang rasional.

6. Aliran Analisis Sistem


Aliran ini percaya bahwa tiap masalah berada dalam suatu system yang terdiri dari berbagai sub
sistem yang keseluruhannya merupakan satu kesatuan.

M. Pengambilan Keputusan Birokratik

Keputusan rutin adalah keputusan terprogram, keputusan repetitive, keputusan yang berulang-
ulang dibuat. Disebut keputusan repetitive karena berbagai peraturan dan prosedur sebagai dasar
untuk membuat keputusan telah dilembagakan. Peraturan dan prosedur semacam ini banyak
dijumpai dikalangan birokrasi. Ada yang mengatakan bahwa sesungguhnya keputusan-keputusan
dikalangan birokrasi telah dirutinkan sehingga dapat dikatakan bahwa keputusan rutin sama
dengan keputusan birokratik (Inbar, 1979).

Dalam pengambilan keputusan birokratik selalu bertindak tidak memihak tetapi juga tidak
responsive bahkan soulless, tidak punya jiwa pendeknya seperti organisasi robot dalam banyak
hal. Pengaruh yang terutama memegang peranan dalam pengambilan keputusan birokratik ialah
tekanan politik dan pengaruh elit.

N. Penyelesaian Masalah dan Pengambilan Keputusan


Sering kali orang sulit membedakan antara penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan.
Bila dilihat dari sudut prosesnya sulit dibedakan karena keduanya menggunakan langkah-
langkah proses yang mirip. Perbedaan diantara keduanya terletak pada hasilnya. Penyelesaian
masalah adalah pemikiran yang akhirnya bermuara pada hasil berupa penyelesaian kesenjangan
antara performance yang diinginkan dan performance yang menjadi kenyataan. Sering juga
disebut perbedaan antara das sollen dan das sein. Dalam istilah Downs (Nutt, 1989), perbedaan
antara kenyataan yang ada dan kenyataan yang diinginkan disebut kesenjangan kinerja
(performance gap).

Lain halnya dengan pengambilan keputusan karena dalam hal ini pengambilan keputusan adalah
pemikiran yang menghasilkan pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Sebaliknya, pilihan itu
terjadi dalam proses penyelesaian masalah karena dalam menyelesaikan suatu masalah, setiap
langkah yang ditempuh mencakup aspek pengambilan keputusan.

O. Ciri-ciri Keputusan Strategik (Nisjar, Karhi dan Winardi ; 1997) :

1. Keputusan-keputusan strategik pada umumnya berkaitan dengan skope dari aktifitas sesuatu
organisasi.
Timbullah pertanyaan di sini: “Apakah kirannya organisasi yang bersangkutan memusatkan
perhatiannya pada satu bidang aktifitas saja, ataukah perlu ia memiliki aneka macam bidang
aktifitas?”

2. Strategi berkaitan dengan upaya menyesuaikan (MATCHING) aktifitas-aktifitas organisasi


dengan lingkungan di mana ia beroperasi.
Misalnya persaingan luar negeri merupakan salah satu perubahan lingkungan yang dapat
mempengaruhi sesuatu organisasi.

3. Strategi juga berhubungan dengan tindakan dan upaya menyesuaikan aktifitas-aktifitas


organisasi yang bersangkutan dengan kemampuan sumberdayanya.
Strategi bukan hanya sekedar menghadapi ancaman lingkungan dan memanfaatkan peluang
karena lingkungan, tetapi juga berkaitan dengan upaya menyesuaikan sumber-sumber daya
keorganisasian dengan ancaman dan peluang tersebut..

4. Keputusan-keputusan strategik sering kali menimbulkan implikasi-implikasi serius terhadap


sumber daya sesuatu organisasi.
Misalnya perusahaan-perusahaan mobil sudah banyak menggunakan tenaga robot agar mereka
tetap dapat bertahan dalam persaingan mobil.

5. Keputusan-keputusan strategik besar kemungkinan mempengaruhi keputusan-keputusan


operasional.

6. strategi suatu organisasi bukan saja akan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan, dan
ketersediaan sumber-sumber daya, tetapi akan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan harapan-harapan
pihak yang memiliki kekuasaan dalam organisasi yang bersangkutan.
7.Keputusan-keputusan strategik kirannya akan mempengaruhi arah jangka panjang suatu
organisasi.

8. Keputusan-keputusan strategik sering kali bersifat kompleks.


Kompleksitas itu terjadi karena adanya :

a. Keputusan-keputusan strategik biasanya mencakup ketidakpastian tingkat tinggi. Mungkin di


dalamnya termasuk keputusan tentang landasan pandangan-pandangan sehubungan dengan masa
yang akan datang yang tak mungkin diketahui secara pasti oleh manajer.
b. Keputusan-keputusan strategik, kirannya menuntut adanya suatu pendekatan yang terintegrasi
guna memanajemen organisasi yang bersangkutan.
c. Keputusan-keputusan strategik, biasanya menyebabkan timbulnya dampak berupa perubahan
besar pada organisasi-organisasi.
Cara pengmbilan keputusan sederhana dalam oraganisasi;

Suatu organisasi harus mengembangkan metode dan tekniknya yang setepat mungkin
yang disesuaikan dengan luas atau besarnya organisasi, wilayah, dan masalah,
sehingga dengan demikian organisasi dapat mengambil keputusan yang cepat, tepat,
dan lancer.

Metode merupakan suatu jalan untuk melakukan atau mengerjakan atau


menyelenggarakan sesuatu yang telah direncanakan dan diperhitungkan sebelumnya
secara sistematis, logis, rasionalis dan dalam rangka hubungan yang besar.
Dari penjelasan diatas, maka dapat dilihat bahwa metode membicarakan tentang
pengetahuan (kennis, knowledge) atau penguasaan (beheersing, command) oleh orang-
orang yang akan menggunakan metode tersebut dalam melaksanakan tanggungjawab
mereka.

Sedangkan teknik merupakan suatu cara mengontrol detil-detil pelaksanaan (teknis)


kegiatan atau pekerjaan. Atau dapat dikatakan bahwa teknik merupakan suatu cara
dalam mempergunakan tools (sarana, alat), baik yang bersifat fisik maupun nonfisik.
Dengan arti tersebut, maka dapat dikatakan bahwa teknik berbicara mengenai
kemampuan, keterampilan (skill) dan kecakapan dalam pemakaian tools, yang harus
dimiliki oleh orang-orang yang bertanggung jawab menggunakan teknik tersebut.

Sistem adalah suatu rangkaian bulat di antara prosedur-prosedur yang ada, dan juga
merupakan cara pendekatan (approach) terhadap sesuatu (misalnya masalah,
pekerjaan, urusan) secara berencana.
Salah satu bentuk sistem yang paling sederhana adalah prosedur, yang merupakan satu
garis saja.

Dalam arti luas, sistem merupakan sesuatu yang terdiri dari komponen, bagian, atau
unsur-unsur yang terkait satu sama lain sedemikian rupa, sehingga semuanya itu
menjalankan fungsi pengolahan tertentu secara integral dan holistik.

Setiap sistem terdiri atas input, processing dan output. Input adalah apa saja yang
harus diolah atau dijawab. Processing merupakan pengolahan yang berlangsung
menurut prosedur yang memiliki rangkaian secara teratur. Sedangkan output
merupakan hasil dari olahan dan merupakan jawaban atas input.
Prosedur merupakan suatu rangkaian urut-urutan (tata urutan) penyelenggaraan atau
pelaksanaan sesuatu yang harus dikembangkan dari proses. Proses merupakan suatu
urutan penyelenggaraan atau aktivitas-aktivitas yang berlangsung menurut logika
alam.
Setiap prosedur terdiri atas mata-mata rantai prosedur yang merupakan pengerjaan
atau pengolahan dan memerlukan metode atau teknik yang berbeda-beda

Cara pengambilan keputusan secara individual, kelompok, tim, panitian, dewan,


komisi, atau cara referendum mengajukan usul tertulis dalam sampul tertutup dan
sebagainya dalam tersebut merupakan metode-metode pengambilan keputusan.

Sedangkan cara pengambilan keputusan dengan cara mengolah data dan cara
melakukan penilaian tertentu, baik kuelitatif dan kuantitatif (dengan menggunakan
analisa matematis) merupakan teknik-teknik pengambilan keputusan.

Dalam menggunakan teknik pengambilan keputusan tertentu diperlukan suatu


kemampuan atau kecakapan tertentu. Apabila decision-maker tidak memiliki
kemampuan teknis yang cukup untuk itu, maka terpaksa organisasi harus meminta
bantuan pada para konsultan yang merupakan spesialis bidang yang bersangkutan.

Dalam setiap pengambilan keputusan selalu terdapat pertimbangan yang berasal dari:
1. Perasaan, firasat, feeling atau intuisi
2. Pengumpulan, pengolahan, penilaian, dan interpretasi fakta-fakta secara rasional
sistematis
3. Pengalaman atau ervaring
4. Kewibawaan, gezgag, atau pengaruh yang dipunyai oleh decision maker
5. Kewenangan atau kekuasaan formal yang dimiliki oleh decision maker

Berdasarkan kelima hal di atas, decision maker harus menetukan strategi dan metode
pengambilan keputusan. Apabila kelima hal di atas dimiliki oleh decision maker secara
individual, maka ia dapat mengambil keputusan secara individual. Namun pada
umumya alternatif keputusan setiap orang memiliki kelemahan-kelemahan, dimana
makin berat atu kompleks suatu permasalahan maka semakin banyak kelemahan-
kelemahan alternative keputusan yang dibuat. Dan oleh karena hal itu seorang decision
maker harus pandai memili jalan dan cara untuk memperkuat diri dan jangka
pengontrolannya terhadap aspek-aspek yang relevan dengan masalah yang ia hadapi.

Penyerdehanaan Masalah
Hal pertama yang harus dilakukan oleh decision maker adalah penyerdehanaan
masalah. Penyerdehanaan masalah dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Pertama, memikirkan dan menentukan sekali lagi apakah masalah tersebut penting
untuk dikerjakan atau apakah terdapat masalah lain yang lebih mendesak dan lebih
penting.
Apabila masalah tersebut memang sudah mtlak harus ditangani maka decision maker
mulai menganalisa masalah tersebut memilih unsur atau bagian dari masalah tersebut
yang dianggapnya paling penting untuk dihadapi terlebih dahulu.

b. Kedua, menghilangkan segala hal-hal kecil yang bukan merupakan hal-hal yang
signifikan dan tidak berpengaruh besar bila dikesampingkan.
Dengan simplifikasi ini maka masalah yang ada dapat dengan mudah dirangkum,
dipelajari, dan dianalisa, sehingga dari hal tersebut dapat ditemukan jawaban-jawaban
atau solusi-solusi alternatifnya.

Ketidakpastian
Salah satu hal yang membuat masalah menjadi terlalu berat untuk dihadapi adalah
karena adanya banyak faktor ketidakpastian. Ketidakpastian- ketidakpastian tersebut
antara lain adalah:
a. Ketidakpastian mengenai waktu
b. Ketidakpastian mengenai kapasitas kerja para anggota
c. Ketidakpastian tentang reaksi atau tanggapan dari orang-orang
d. Ketidakpastian mengenai masalah keuangan atau barang-barang yang diperlukan

Mengatasi Kelemahan
Walaupun telah disimplifikasi, seringkali masalah yang dihadapi organisasi tetaplah
memiliki kerumitan. Kerumitan tersebut berkisar pada beberapa faktor, seperti intuisi,
pengolahan data, pengalaman, wibawa, kewenangan yang kurang.

Untuk menghadapi masalah-masalah tersebut diperlukan kekuatan yang ekstra pada


salah satu faktor atau tahap dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian maka
decision maker harus dapat mengandalkan organisasi pengambilan keputusan yaaang
telah disusun.

Bila decision maker memiliki kelemahan dalam feeling atau firasat, maka ia dapat
meminta bantuan nasehat dari orang-orang yang ia kenal, yang memiliki firasat tajam,
setelah itu baru mengambil keputusan individual.
Apabila decision maker memiliki kelemahan dalam pengumpulan dan penggunaan
fakta-fakta, maka ia dapat meminta bantuan dari staff ahli, baru mengambil keputusan
individual dengan menggunakan teknik pengambilan keputusan.
Bila decision maker memiliki kelemahan dalam pengalaman, maka ia dapat meminta
pertimbangan dari orang-orang atau suatu dewan penasehat yang kompeten, baru ia
mengambil keputusan secara individual.

Sedangkan jikalau decision maker memiliki kelemahan dalam kewibawaan, maka isa
dapat membentuk suatu dewan yang terdiri dari orang-orang terkenal dan berwibawa,
kemudian meminta dewan tersebut untuk mengambil keputusan kelompok, dan
decision maker berlaku seolah-olah memiliki posisi yang ‘terbatas’, sebagai pelaksana
atau penyelenggara saja. Atau, keputusan tersebut dapat diambil leh decision maker
bersama-sama dengan dewan tersebut.
Pilihan lainnya yakni pemilihan keputusan tersebut diserahkan kepada suatu
kelompok, dewan atau tim yang terdiri atas orang-orang yang nantinya akan terkena
atau berkepentingan dalam keputusan tersebut.
Jika faktor wewenang yang lemah, maka keputusan tersebut dapat diserahkan pada
atasan untuk diambil, dan decision maker hanya sebatas penyelenggara atau
pelaksana.

Selain itu metode-metode atau cara-cara pengambilan keputusan tersebut dapat


diterapkan sesuai dengan sifat-sifat keputusan, yakni antara lain:
1. Keputusan-keputusan yang bersifat sederhana maupun yang bersifat rutin dapat
diambil secara individual
2. Keputusan-keputusan yang bersifat terstandarisasi, dibakukan, dan seragam, maka
dapat diserahkan pada computer atau seseorang yang terlatih untuk itu
3. Keputusan-keputusan yang bersifat rumit dan kompleks dalam arti tanggung jawab
sosial, sebaiknya diputuskan secara berkelompok untuk mempermudah analisa
masalah dan memperingan pemikulan resiko
4. Keputusan-keputusan yang bersifat rumit dan kompleks karena banyaknya
mengandung alternatif-alternatif yang tak terjangkau oleh otak biasa dapat dihadapi
dengan bantuan technical expert atau seorang mathematical analyst

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang decision maker harus
mengetahui kemampuan dirinya dan kapan ia harus meminta bantuan.

Вам также может понравиться