Вы находитесь на странице: 1из 18

1.1.

LATAR BELAKANG

Seiring dengan meningkatnya perkembangan zaman, maka meningkat pula segala


kegiatan manusia untuk memenuhi keperluannya. Salah satu diantaranya adalah
kebutuhan angkutan. Kini semakin mudah orang berpergian dari satu tempat ketempat
lainnya dengan cepat. Hampir tidak ada lagi tempat-tempat yang tidak terjangkau oleh
hadirnya alat-alat angkutan yang semakin meningkat. Pada gilirannya keadaan ini sangat
menunjang pertumbuhan pembangunan khususnya dibidang perekonomian. Namun
demikian tidak dapat dihindari dampak dari kemajuan tersebut yakni timbulnya
kecelakaan-kecelakaan yang diakibatkan kendaraan bermotor, penumpang umum serta
kendaraan bermotor lainnya. Keadaan ini tentu saja sangat memprihatinkan kita semua.
Berangkat dari situasi inilah, maka pemerintah berupaya melindungi masyarakat dengan
jalan memberikan jaminan sosial berupa dana santunan kepada masyarakat yang menjadi
korban kecelakaan penumpang umum dan lalu lintas jalan.

Dalam pelaksanaan pemberian jaminan tersebut, pemerintah memberi kepercayaan


kepada PT Jasa Raharja (Persero) untuk mengelola dana pertanggungan wajib kecelakaan
penumpang sekaligus sebagai penyelenggara. Pelaksanaan pemberian jaminan tersebut
tertuang dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib
Kecelakaan Penumpang dengan Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 1965 dan Undang-
Undang No. 34 Tahun 1964 tentang Dana kecelakaan Lalu Lintas Jalan dengan Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 1965 sebagai ketentuan-ketentuan pelaksanaannya.

Untuk memperoleh santunan tersebut, PT Jasa Raharja (Persero) memiliki sistem dan
prosedur pembayaran klaim yang telah diatur perusahaan. Korban atau ahli waris yang
ingin mengajukan klaim terlebih dahulu harus melengkapi syarat pengajuan klaim yang
telah ditetapkan. Setelah syarat dilengkapi, korban atau ahli waris mengajukan berkas ke
bagian pelayanan. Nantinya kepala sub bagian pelayanan akan melakukan pengecekan
untuk memastikan kelengkapan berkas.

Disamping dana santunan tersebut PT Jasa Raharja (Persero) juga mempunyai progam
lain yaitu program yang bernama Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PK-BL).
Program Kemitraan ini adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar
menjadi tangguh dan mandiri. Selanjutnya Bina Lingkungan adalah program
pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh Jasa Raharja. Pendanaan kedua program
PK-BL ini melalui pemanfaatan dana dari bagian biaya perusahaan.

PT. Jasaraharja Putera yang adalah anak dari salah satu perusahaan asuransi terkemuka
di Indonesia, yaitu dari PT. Jasa Raharja (Persero), yang mana perusahaan Jasa Raharja
ini telah melayani pelanggan di seluruh Indonesia selama puluhan tahun, sedangkan PT.
Asuransi Jasaraharja Putera yang dikenal sebagai JP-Insurance, yang baru didirikan pada
27 November 1993, kini semakin berkibar sebagai perusahaan asuransi yang sehat dan
solid. Dimana mereka menawarkan beberapa produk unggulan diantaranya: JP-ASTOR
(Asuransi Kendaraan Bermotor), JP-BONDING, JP-GRAHA (Asuransi Kebakaran) dan
JP-ASPRI (Asuransi Kecelakaan Pribadi), Asuransi Pengangkutan, Asuransi Rangka
Kapal, Asuransi Rekayasa yang seluruhnya terus dikembangkan sejalan dengan tekad
Perusahaan untuk menjadi one-stop insurance service company.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Profil Perusahaan PT. Jasa Raharja (Persero)?


2. Bagaimana Dasar Hukum Berdirinya PT. Jasa Raharja (Persero)?
3. Bagaimana Program Kemitraan Bina Lingkungan PT. Jasa Raharja Cabang Kalimantan
Tengah?
4. Bagaimana Profil Perusahaan PT Jasa Raharja Putera (JP-INSURANCE) ?

1.3. MANFAAT PENULISAN

1. Untuk mengetahui Profil Perusahaan PT. Jasa Raharja (Persero).


2. Untuk mengetahui Dasar Hukum Berdirinya PT. Jasa Raharja (Persero).
3. Untuk mengetahui Program Kemitraan Bina Lingkungan PT. Jasa Raharja Cabang
Kalimantan Tengah.
4. Bagaimana Profil Perusahaan PT Jasa Rahrja Putera (JP-INSURANCE) ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PROFIL PERUSAHAAN PT. JASA RAHARJA (PERSERO)


2.1.1. Sejarah Perusahaan PT. Jasa Raharja (Persero)
 Pada tahun 1960
Sejarah berdirinya Jasa Raharja tidak terlepas dari kebijakan pemerintah
untuk melakukan nasionalisasi terhadap Perusahaan-Perusahaan milik Belanda
dengan diundangkannya Undang-Undang No.86 tahun 1958 tentang
Nasionalisasi Perusahaan Belanda.

Penjabaran dari Undang-Undang tersebut dalam bidang asuransi kerugian,


pemerintah melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asuransi kerugian
Belanda berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.6 tahun 1960 tentang
Penentuan Perusahaan Asuransi Kerugian Belanda yang dikenakan
Nasionalisasi. Adapun perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasi dimaksud
sebagai berikut:

1. Perusahaan Firma Bekouw & Mijnssen di Jakarta.

2. Perusahaan Firma Blom & van Der Aa di Jakarta

3. Perusahaan Firma Sluyters di Jakarta.

Peraturan Pemerintah tersebut ditetapkan tanggal 16 Januari 1960, namun


berlaku surut sampai tanggal 3 Desember 1957.

Selanjutnya, beberapa perusahaan yang telah dinasionalisasi tersebut


ditetapkan dengan status badan hukum Perusahaan Negara Asuransi Kerugian
(PNAK) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Pp Tahun 1960 tentang
Perusahaan Negara yang seluruh modalnya merupakan kekayaan Negara
Republik Indonesia.

 Pada tahun 1961

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1961 tentang


Pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Eka Karya, keempat PNAK
tersebut yang semula berdasarkan Pengumuman Menteri Keuangan (Badan
Penguasa Perusahaan-perusahaan Asuransi Kerugian Belanda)
No.12631/B.U.M.II tanggal 9 Februari 1960 yang nama perusahaannya disebut
dengan “Ika” menjadi “Eka”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah itu pula, keempat PNAK tersebut yaitu


Eka Bhakti, Eka Dharma, Eka Mulya dan Eka Sakti pada tanggal 1 Januari 1961
dilebur untuk menjadi satu perusahaan dengan nama PNAK Eka Karya. Dengan
peleburan tersebut, maka segala hak dan kewajiban, kekayaan, pegawai dan
usaha keempat perusahaan tersebut beralih kepada PNAK Eka Karya. Namun
dalam Pengumuman Menteri Keuangan (Badan Penguasa Perusahaan-
perusahaan Asuransi Kerugian Belanda) No.: 29495%/B.U.M.II tanggal 31
Desember 1960, penyebutan nama perusahaan-perusahaan tersebut kembali
menggunakan “Ika” termasuk perusahaan yang baru didirikan tersebut yaitu “Ika
Karya”. Adanya perbedaan tersebut disebabkan karena Pengumuman Menteri
Keuangan tersebut diterbitkan mendahului diundangkannya Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 1961 tentang Pendirian Perusahaan Negara
Asuransi Kerugian Eka Karya yaitu pada tanggal 24 Maret 1961.

PNAK Eka Karya yang berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta dan
dapat mempunyai kantor cabang, kantor perwakilan, agen atau koresponden di
dalam dan/atau di luar negeri, bergerak dalam bidang usaha perasuransian yaitu:
1. Mengadakan dan menutup segala macam asuransi termasuk reasuransi,
kecuali pertanggungan jiwa.
2. Memberi perantaraan dalam penutupan segala macam asuransi.

 Pada tahun 1965

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.8 tahun 1965 tentang Pendirian


Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Djasa Rahardja, mulai 1 Januari 1965
PNAK Eka Karya dilebur menjadi perusahaan baru dengan nama “Perusahaan
Negara Asuransi Kerugian Jasa Raharja”dan seluruh kekayaan, pegawai dan
segala hutang piutang PNAK Eka Karya dialihkan kepada PNAK Jasa Raharja.

Sebagaimana PNAK Eka Karya, PNAK Jasa Raharja pun berkedudukan


dan berkantor pusat di Jakarta dan dapat mempunyai kantor cabang, kantor
perwakilan, sedangkan untuk agen atau koresponden hanya diperkenankan di
dalam negeri.

Berbeda dengan PNAK Eka Karya yang memberikan pertanggungan yang


bersifat umum untuk segala jenis asuransi, maka PNAK Jasa Raharja didirikan
dengan kekhususan memberikan pertanggungan dalam bidang asuransi tanggung
jawab kendaraan bermotor dan kecelakaan penumpang termasuk reasuransi dan
perantaraan dalam bidang asuransi tanggung jawab kendaraan bermotor dan
kecelakaan penumpang.

Beberapa bulan sejak pendirian PNAK Jasa Raharja, tepatnya tanggal 30


Maret 1965 Pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Urusan
Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan No. B.A.P.N. 1-3-3 yang menunjuk
PNAK Jasa Raharja untuk melaksanakan penyelenggaraan Dana Pertanggungan
Wajib Kecelakaan Penumpang dan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan sesuai
Undang-Undang Nomor 33 dan Undang-Undang Nomor 34 tahun 1964.
 Pada tahun 1970

Pada tahun 1970, PNAK Jasa Raharja diubah statusnya menjadi


Perusahaan Umum (Perum) Jasa Raharja. Perubahan status ini dituangkan dalam

Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.


Kep.750/KMK/IV/II/1970 tanggal 18 November 1970, yang merupakan tindak
lanjut dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 9 tahun 1969 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 Tentang
Bentuk-Bentuk Usaha Negara Menjadi Undang-Undang. Pasal 2 ayat 2 dari UU
tersebut menyatakan bahwa PERUM adalah Perusahaan Negara yang didirikan
dan diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam Undang-
Undang No. 19 Prp tahun 1960.

 Pada tahun 1978

Pada tahun 1978 yaitu berdasarkan PP No.34 tahun 1978 tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1965 tentang Pendirian
Perusahaan Umum Asuransi Kerugian “Jasa Raharja”, selain mengelola
pelaksanaan UU. No.33 dan UU. No. 34 tahun 1964, Jasa Raharja mendapat
mandat tambahan untuk menerbitkan surat jaminan dalam bentuk Surety Bond.
Penunjukan tersebut menjadikan Jasa Raharja sebagai pionir penyelenggara
surety bond di Indonesia, di saat perusahaan asuransi lain umumnya masih
bersifat fronting office dari perusahaan surety di luar negeri sehingga terjadi
aliran devisa ke luar negeri untuk kepentingan tersebut.
Kemudian sebagai upaya pengemban rasa tanggung jawab sosial kepada
masyarakat khususnya bagi mereka yang belum memperoleh perlindungan
dalam lingkup UU No.33 dan UU No.34 tahun 1964, maka dikembangkan pula
usaha Asuransi Aneka.
 Pada tahun 1980

Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, mengingat usaha yang


ditangani oleh Perum Jasa Raharja semakin berkembang sehingga diperlukan
pengelolaan usaha yang lebih terukur dan efisien, maka pada tahun 1980
berdasarkan PP No.39 tahun 1980 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum
Asuransi Kerugian “Jasa Raharja” menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)
tanggal 6 November 1980, status Jasa Raharja diubah lagi menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) dengan nama PT (Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja.

 Pada tahun 1981

Anggaran Dasar Jasa Raharja yang semula diatur dalam Peraturan


Pemerintah pendiriannya, maka sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.12
tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan (PERSERO) pengaturannya harus
dipisahkan. Anggaran Dasar Jasa Raharja tersebut selanjutnya dituangkan dalam
Akte Notaris Imas Fatimah, SH No.49 tahun 1981 tanggal 28 Februari 1981.

Dengan adanya perubahan nomenklatur kementerian, pada tahun ini pula,


Pemerintah melalui Menteri Keuangan memperbaharui penunjukan Jasa Raharja
dengan menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan No: 337/KMK.011/1981
tanggal 2 Juni 1981 tentang Penunjukan Perusahaan Perseroan (Persero)
Asuransi Kerugian Jasa Raharja untuk Menyelenggarakan Dana Pertanggungan
Wajib Kecelakaan Penumpang dan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

 Pada tahun 1994 - Sekarang

Pada tahun 1994, pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor


73Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagai
penjabaranUU No.2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Peraturan
Pemerintah tersebutmengatur antara lain ketentuan yang melarang Perusahaan
Asuransi yang telah menyelenggarakan program asuransi sosial untuk menjalankan
asuransi lain selain program asuransi sosial.

Sejalan dengan ketentuan tersebut, maka terhitung mulai tanggal 1 Januari


1994 hingga saat ini Jasa Raharja melepaskan usaha asuransi non wajib dan
surety bond untuk lebih fokus dalam menjalankan program asuransi sosial yaitu
menyelenggarakan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang
sebagaimana diatur dalam UU. No.33 tahun 1964 dan Dana Kecelakaan Lalu
Lintas Jalan sebagaimana diatur dalam UU. No.34 tahun 1964.

2.1.2. Visi dan Misi PT. Jasa Raharja (Persero)


 Visi PT. Jasa Raharja (Persero)
“Menjadi Perusahaan terkemuka di bidang Asuransi dengan mengutamakan
penyelenggaraan program Asuransi Sosial dan Asuransi wajib sejalan dengan
kebutuhan masyarakat”

 Misi PT. Jasa Raharja (Persero)


1. Bakti kepada Masyarakat dengan mengutamakan perlindungan dasar
dan pelayanan prima sejalan dengan kebutuhan masyarakat.

2. Bakti kepada Negara dengan mewujudkan kinerja terbaik sebagai


penyelenggara Program Asuransi Sosial dan Asuransi Wajib serta
Badan Usaha Milik Negara.

3. Bakti kepada Perusahaan dengan mewujudkan keseimbangan


kepentingan agar produktivitas dapat tercapai secara optimal demi
kesinambungan Perusahaan.

4. Bakti kepada Lingkungan dengan memberdayakan potensi sumber daya


bagi keseimbangan dan kelestarian lingkungan.
2.2. DASAR HUKUM BERDIRINYA PT. JASA RAHARJA (PERSERO)
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1965 tentang Pendirian Perusahaan
Negara Asuransi Kerugian Djasa Rahardja Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor
KEP-750/MK/IV/11/1970 tanggal 18 Nopember 1970 tentang Pernyataan mengenai
Perusahaan Negara (P.N.) Asuransi Kerugian Djasa Rahardja sebagai Usaha Negara
seperti yg dimaksud dalam ayat (2) Pasal Undang-Undang No. 9 Tahun 1969.
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1980 tentang Pengalihan Bentuk
Perusahaan Umum Asuransi Kerugian Jasa Raharja Menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero).
Akte Pendirian:

Akta Nomor 49 tanggal 28 Februari 1981 yang dibuat di hadapan Imas Fatimah,
Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta, yang telah beberapa kali diubah dan ditambah,
terakhir dengan Akta Nomor 18 tanggal 2 Oktober 2009 yang dibuat dihadapan Yulius
Purnawan, SH. MSi., Notaris Jakarta.

2.3. PROGRAM KEMITRAAN BINA LINGKUNGAN PT. JASA RAHARJA CABANG


KALIMANTAN TENGAH

Jasa Raharja (JR) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mempunyai
tugas sebagai pelaksana Undang-Undang (UU) Nomor 33 Tentang Dana Pertanggungan
Wajib Kecelakaan Penumpang. Dan, UU Nonor 34, Tentang Dana Kecelakaan Lalu
Lintas Jalan. Selain tugas tersebut, Jasa Raharja mempunyai satu program yang bernama
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PK-BL). Program Kemitraan ini adalah
program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri.
Selanjutnya Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat
oleh Jasa Raharja. Pendanaan kedua program PK-BL ini melalui pemanfaatan dana dari
bagian biaya perusahaan.

PT Jasa Raharja Cabang Kalimantan Tengah melalui program bina lingkungan


telah menyalurkan bantuan dana sosial sebesar Rp85 juta lebih. Adapun jumlah
keseluruhan bina lingkungan yang telah diberikan bantuan oleh Jasa Raharja Cabang
Kalimantan Tengah sampai September 2017 sebanyak enam penyaluran. Keenam
penyaluran program bina lingkungan tersebut disalurkan pada MIS Darul Mualaf, PAUD
KBA Harati, Panti Asuhan Ml Mim, Panti Asuhan Ayah Bunda, Langgar Abdus Samad
dan partisipasi dalam HUT Bhayangkara 2017.

PT Jasa Raharja Cabang Kalimantan Tengah selama periode Januari-September


2017 telah menyalurkan bantuan modal bagi para pelaku usaha mitra binaan sebanyak
Rp712 juta lebih. Bantuan modal tersebut disalurkan sebanyak 33 pelaku UKM di
sejumlah wilayah Kalimantan Tengah, seperti Kota Palangka Raya, Kabupaten
Katingan, dan Kabupaten Barito Selatan. Untuk program tersebut pada tahun 2017
mendapat anggaran total Rp850 juta, dan telah tersalurkan Rp712 juta lebih atau sekira
83,82 persen dari target 100 persen. Bantuan permodalan tersebut diberikan kepada
berbagai jenis usaha seperti jenis usaha perkreditan, debitur maupun sektor usaha jasa
baik perorangan maupun badan usaha dan koperasi.Dalam setiap pinjaman modal,
pelaku usaha dikenakan bunga sebesar enam persen per tahun dengan jangka angsuran
maksimal tiga tahun setiap satu periode pinjaman. Syarat untuk bisa mengajukan
bantuan seperti proposal dan usaha minimal satu tahun berjalan, dibuktikan dengan
SIUP maupun surat keterangan dari RT maupun kelurahan yang disertai data identitas
diri. Pada tahun 2017 bantuan yang bisa diberikan Jasa Raharja antara Rp5 juta -Rp25
juta per orang atau badan usaha, tergantung hasil data pengecekan dan verifikasi
petugas. Terkadang seluruh penyaluran bantuan modal masih terdapat sejumlah pelaku
usaha yang tak membayarkan kewajibannya alias macet. Pihak Jasa Raharja
mengimbau agar pelaku usaha dapat menjalankan kewajiban dalam pembayaran
angsuran pinjaman, sehingga penggunaan program PKBL tersebut semakin bermanfaat
bagi pelaku usaha lainnya. Jika pembayaran tagihan tepat waktu, maka hasilnya juga
akan diputar lagi untuk membantu para pelaku usaha yang lain.
Pada tahun 2018, PT Jasa Raharja menerima 17 proposal baik dari dalam
maupun luar Kota Palangka Raya. Penyaluran bantuan ini pun sudah kami lakukan
sampai Kapuas, Muara Teweh, dan Sampit, Selain program Bina Lingkungan, ada pula
program Kemitraan yaitu Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) PT. Jasa
Raharjaterhadap pendapatan usaha kecil. Bantuan kewirausahaan berupa pemberian
modal terhadap si pembuat usaha, namun harus sudah ada usahanya terlebih dahulu
minimal 1 tahun masa usaha.

2.4. PROSEDUR PENGAJUAN SANTUNAN KECELAKAAN DI PT. JASA


RAHARJA
Kehadiran PT Jasa Raharja (Persero) memberikan perlindungan dasar kepada
masyarakat melalui 2 (dua) program asuransi sosial, yaitu Asuransi Kecelakaan
Penumpang Alat Angkutan Umum yang dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang
No. 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang serta
Asuransi Tanggung Jawab Menurut Hukum Terhadap Pihak Ketiga yang dilaksanakan
berdasarkan Undang-Undang No. 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu
Lintas Jalan.
Prosedur Pengajuan Santunan Jasa Raharja:
1) Lengkapi formulir yang telah disediakan dan lengkapi data diri anda
2) Pastikan dokumen dan bukti-bukti untuk klaim sah dan lengkap
3) Dokumen akan diteliti dan proses pengajuan santunan akan dimulai
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No.15&16/PMK.010/2017 Tanggal
13 Februari 2017, besaran santunan bagi korban kecelakaan lalu lintas darat/laut/udara:

JENIS ALAT ANGKUTAN


JENIS SANTUNAN
DARAT, LAUT (RP.) UDARA (RP.)
Meninggal Dunia Rp 50.000.000,- Rp 50.000.000,-
Cacat Tetap (Maksimal) Rp 50.000.000,- Rp 50.000.000,-
Perawatan (Maksimal) Rp 20.000.000,- Rp 25.000.000,-
Penggantian Biaya Penguburan
Rp 4.000.000,- Rp 4.000.000,-
(Tidak mempunyai ahli waris)
Manfaat Tambahan
Rp 1.000.000,- Rp 1.000.000,-
Penggantian Biaya P3K
Manfaat Tambahan
Rp 500.000,- Rp 500.000,-
Penggantian Biaya Ambulance
Ahli Waris & Kadaluarsa Santunan
AHLI WARIS KADALUARSA

Hak Santunan menjadi


gugur / kadaluarsa jika:

Santunan diberikan kepada ahli waris dengan 1. Permintaan


prioritas skala sebagai berikut: diajukan dalam
waktu lebih dari 6
1. Janda / Duda yang sah bulan setelah
2. Anak - Anaknya yang sah terjadinya

3. Orang Tuanya yang sah kecelakaan.

4. Apalbila tidak ada ahli waris, maka 2. Tidak dilakukan

diberikan penggantianbiaya penguburan penagihan dalam

kepada yang menyelenggarakan. waktu 3 bulan


setelah hal
dimaksud disetujui
oleh Jasa Raharja
 Jumlah santunan
Berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan RI No.15 dan 16 /PMK.10/2017 Tanggal 13
Februari 2017, besaran santunan bagi korban kecelakaan lalu lintas darat/laut/udara:
JENIS ALAT ANGKUTAN
JENIS SANTUNAN
DARAT, LAUT (RP.) UDARA (RP.)

Meninggal Dunia Rp 50.000.000,- Rp 50.000.000,-

Cacat Tetap (Maksimal) Rp 50.000.000,- Rp 50.000.000,-

Perawatan (Maksimal) Rp 20.000.000,- Rp 25.000.000,-

Penggantian Biaya Penguburan


Rp 4.000.000,- Rp 4.000.000,-
(Tidak mempunyai ahli waris)

Manfaat Tambahan
Rp 1.000.000,- Rp 1.000.000,-
Penggantian Biaya P3K

Manfaat Tambahan
Rp 500.000,- Rp 500.000,-
Penggantian Biaya Ambulance

2.5. PROFIL PERUSAHAAN PT ASURANSI JASARAHARJA PUTERA (JP-


INSURANCE)
PT Asuransi Jasaraharja Putera (JP-INSURANCE) sebuah perusahaan yang
memberikan layanan asuransi. Perusahaan ini sendiri telah berdiri selama satu setengah
dasawarsa sejak pada 27 November 1993. Perusahaan yang berdiri di Jakarta ini telah
memiliki, 25 Kantor Cabang dan 62 Kantor Pemasaran JP-INSURANCE yang tersebar di
seluruh Indonesia. Perusahaan ini menyediakan solusi untuk kebutuhan jasa asuransi
kerugian dan Surety Bond (Suretyship) yang dikemas sebagai JP-BONDING.
JP-INSURANCE dalam perindustrian asuransi Indonesia, dikenal sebagai pelopor Surety
Bond. Surety Bond sendiri merupakan sebuah produk keuangan untuk mendukung
kelancaran proyek. JP-INSURANCE mempunyai beberapa produk unggulan yaitu :
1. JP-ASTOR (Asuransi Kendaraan Bermotor)
2. JP-BONDING
3. JP-GRAHA (Asuransi Kebakaran)
JP-ASPRI (Asuransi Kecelakaan Pribadi), Asuransi Pengangkutan, Asuransi
Rangka Kapal, Asuransi Rekayasa yang seluruhnya terus dikembangkan sejalan dengan
tekad Perusahaan untuk menjadi one-stop insurance service company.
P Insurance memberikan asuransi laut dalam produknya di bidang Asuransi
Rangka Kapal (Marine Hull Insurance), Asuransi Pengangkutan (Marine Cargo
Insurance) dan Asuransi Tanggung Jawab Pengangkut (Carrier’s Liability Insurance).
Untuk asuransi lain diluar produknya merupakan hasil dari perjanjian kerjasama yang
dilakukan PT Jasa Raharja Putera dengan subjek hukum/pajak lainnya. Tetapi meski
diberikan asuransi diberbagai bidang terkait dengan kapal dan laut tersebut. Asuransi
yang sering dilakukan adalah asuransi pengangkutan. Hanya sebagian kecil yang
melakukan asuransi atas kapal yang lebih sering dilakukan oleh perseorangan.
Ketika terjadinya sebuah kerusakan atau kehilangan atas barang yang
diasuransikan tentu harus melalui proses tertentu untuk bisa mendapatkan ganti rugi.
Adapun mekanisme dari penggantian rugi dalam PT Jasa Raharja Putera/JP Insurance
adalah:
1. Jika terjadi kerugian yang dialami tertanggung maka melaporknnya kepada JP
Insurance
2. JP Insurance akan merespon dengan melakukan survey on the spot
3. Tertanggung melakukan proses administrasi atas kerigian tersebut serta melengkapi
berkas-berkas
4. Apabila penyebab terjadinya kerugai tidak terjamin maka JP Insurance akan
mengeluarkan Surat Penolakan Klaim. Namun apabila diterima akan dilakukan proses
penyelesaian ganti rugi yang disepakati.
Untuk mendapat ganti rugi tersebut sebelum melalui proses atau mekanisme
penggantian rugi maka berkas yang berkaitan dengan penggantian rugi tersebut harus
dilengkapi. Kelengkapan berkas klaim dalam pengganian rugi yang mana secara umum
mekanisme adalah sebagai berikut:
1. Tertanggung sesegera mungkin melaporkan/menyampaikan keterangan tertulis
mengenai kerugian yang terjadi dengan tidak merubah/merusak objek yang
mengalami kerugian.
2. Pengajuan klaim untuk barang atau kendaraan bermotor dilakukan dengan mengisi
Formulir Klaim atau keterangan tertulis (surat/faksimile) dengan melampirkan:
1. Copy Polis
2. Copy SIM dan STNK (untuk penggantian kendaraan bermotor)
3. Surat tuntutan kerugian
4. Surat keterangan kejadian
5. Estimasi kerugian
6. Surat keterangan dari kepolisian
7. Dokumen pendukung lainnya yang diperlukan
8. Untuk ganti kerugian terhadap penumpang harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Mengisi formulir Laporan Klaim Asuransi Kecelakaan Diri (LK1)
2. Melampirkan kwitansi biaya pengobatan.
3. Melampirkan surat kematian, copy Kartu Keluarga dan KTP khusus untuk
meninggal dunia.
4. Untuk korban cacat tetap dilengkapi dengan laporan kesehatan terakhir dari
dokter.
5. Dokumen pendukung lainnya yang diperlukan
Ketika salah satu dari syarat dan berkas tidak dapat dipenuhi dan dilengkapi maka
penggantian rugi tidak bisa didapatkan. Ketika berkas dapat dilengkapi dan syarat-syarat
dapat dipenuhi tidak menutup kemungkinan terjadinya masalah. Karena pernah terjadi
adanya ketidaksesuaian data yang diberikan dengan yang sebenarnya. Hal tersebut bisa
disebabkan faktor kesengajaan (dolus) atau kelalaian (culpa).
JASA RAHARJA (Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Dan
Penumpang Umum)
UU No 33 Tahun 1964 Jo PP No 17 Tahun 1965
1. Korban yang berhak atas santunan
Setiap penumpang sah dari alat angkutan penumpang umum yang mengalami
kecelakaan diri, yang diakibatkan oleh penggunaan alat angkutan umum, selama
penumpang yang bersangkutan berada dalam angkutan tersebut, yaitu saat naik dari
tempat pemberangkatan sampai turun di tempat tujuan
2. Jaminan Ganda
Kendaraan bermotor Umum (bis) berada dalam kapal ferry, apabila kapal ferry di
maksud mengalami kecelakaan, kepada penumpang bis yang menjadi korban diberikan
jaminan ganda
3. Penumpang mobil plat hitam
Bagi penumpang mobil plat hitam yang mendapat izin resmi sebagai alat angkutan
penumpang umum, seperti antara lain mobil pariwisata , mobil sewa dan lain-lain,
terjamin oleh UU No 33 jo PP no 17/1965
4. Korban Yang mayatnya tidak diketemukan
Penyelesaian santunan bagi korban yang mayatnya tidak diketemukan dan atau hilang
didasarkan kepada Putusan Pengadilan Negeri
UU No 34 Tahun 1964 Jo PP No 18 Tahun 1965
1. Korban Yang Berhak Atas Santunan, adalah pihak ketiga yaitu :
 Setiap orang yang berada di luar angkutan lalu lintas jalan yang menimbulkan
kecelakaan yang menjadi korban akibat kecelakaan dari penggunaan alat angkutan lalu
lintas jalan tersebut, contoh : Pejalan kaki ditabrak kendaraan bermotor
 Setiap orang atau mereka yang berada di dalam suatu kendaraan bermotor dan
ditabrak, dimana pengemudi kendaran bermotor yang ditumpangi dinyatakan bukan
sebagai penyebab kecelakaan, termasuk dalam hal ini para penumpang kendaraan
bermotor dan sepeda motor pribadi
2. Tabrakan Dua atau Lebih Kendaraan Bermotor
 Apabila dalam laporan hasil pemeriksaan Kepolisian dinyatakan bahwa
pengemudi yang mengalami kecelakaan merupakan penyebab terjadinya kecelakaan,
maka baik pengemudi mapupun penumpang kendaraan tersebut tidak terjamin dalam UU
No 34/1964 jo PP no 18/1965
 Apabila dalam kesimpulan hasil pemeriksaan pihak Kepolisian belum diketahui
pihak-pihak pengemudi yang menjadi penyebab kecelakaan dan atau dapat disamakan
kedua pengemudinya sama-sama sebagai penyebab terjadinya kecelakaan, pada
prinsipnya sesuai dengan ketentuan UU No 34/1964 jo PP No 18/1965 santunan belum
daat diserahkan atau ditangguhkan sambil menunggu Putusan Hakim/Putusan Pengadilan
3. Kasus Tabrak Lari
Terlebih dahulu dilakukan penelitian atas kebenaran kasus kejadiannya
4. Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Kereta Api
 Berjalan kaki di atas rel atau jalanan kereta api dan atau menyebrang sehingga
tertabrak kereta api serta pengemudi/penumpang kendaraan bermotor yang mengalami
kecelakaan akibat lalu lintas perjalanan kerata api, maka korban terjamin UU No 34/1964
 Pejalan kaki atau pengemudi/penumpang kendaraan bermotor yang dengan
sengaja menerobos palang pintu kereta api yang sedang difungsikan sebagaimana
lazimnya kerata api akan lewat , apabila tertabrak kereta api maka korban tidak terjamin
oleh UU No 34/1964
PENGECUALIAN
1. Dalam hal kecelakaan penumpang umum atau lalu lintas jalan
 Jika korban atau ahli warisnya telah memperoleh jaminan berdasarkan UU No 33
atau 34/1964
 Bunuh diri, percobaan bunuh diri atau sesuatu kesengajaan lain pada pihak korban
atau ahli waris
 Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi pada waktu korban sedang dalam keadaan
mabuk atau tak sadar, melakukan perbuatan kejahatan ataupun diakibatkan oleh atau
terjadi karena korban memiliki cacat badan atau keadaan badaniah atau rohaniah biasa
lain.
2. Dalam hal kecelakaan yang terjadi tidak mempunyai hubungan dengan resiko
kecelakaan penumpang umum atau lalu lintas jalan
 Kendaraan bermotor penumpang umum yang bersangkutan sedang dipergunakan
untuk turut serta dalam suatu perlombaan kecakapan atau kecepatan
 Kecelakaan terjadi pada waktu di dekat kendaraan bermotor penumpang umum
yang bersangkutan ternyata ada akibat gempa bumi atau letusan gunung berapi, angin
puyuh, atau sesuatu gejala geologi atau metereologi lain.
 Kecelakaan akibat dari sebab yang langsung atau tidak langsung mempunyai
hubungan dengan, bencana, perang atau sesuatu keadaan perang lainnya, penyerbuan
musuh, sekalipun Indonesia tidak termasuk dalam negara-negara yang turut berperang,
pendudukan atau perang saudara, pemberontakan, huru hara, pemogokan dan penolakan
kaum buruh, perbuatan sabotase, perbuatan teror, kerusuhan atau kekacauan yang bersifat
politik atau bersifat lain.
 Kecelakaan akibat dari senjata-senjata perang
 Kecelakaan akibat dari sesuatu perbuatan dalam penyelenggaraan sesuatu
perintah, tindakan atau peraturan dari pihak ABRI atau asing yang diambil berhubung
dengan sesuatu keadaan tersebut di atas, atau kecelakaan yang disebabkan dari kelalaian
sesuatu perbuatan dalam penyelenggaraan tersebut.
 Kecelakaan yang diakibatkan oleh alat angkutan penumpang umum yang dipakai
atau dikonfliksi atau direkuisisi atau disita untuk tujuan tindakan angkatan bersenjata
seperti tersebut di atas
 Kecelakaan yang diakibatkan oleh angkutan penumpang umum yang khusus
dipakai oleh atau untuk tujuan-tujuan tugas angkatan bersenjata.
 Kecelakaan yang terjadi sebagai akibat reaksi atom

Вам также может понравиться