Вы находитесь на странице: 1из 14

REKONSEPSI PENGECUALIAN MONOPOLI

YANG DISELENGGARAKAN OLEH BADAN USAHA


MILIK NEGARA DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA
DI INDONESIA

Disusun untuk memenuhi Salah Satu Tugas UAS


Mata Kuliah Bahasa Indonesia Tahun Ajaran 2018/2019
Dosen: Rina Agustini, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Nama : Adria Sutrisno


Kelas : Akuntansi A (Karyawan I)
NIM : 3403180064-

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
UNIVERSITAS GALUH
Jl. R. E. Martadinata No.150 Telp. / Fax. (0265) 776787 Ciamis, Jawa Barat 46274
CIAMIS
2018
REKONSEPSI PENGECUALIAN MONOPOLI
YANG DISELENGGARAKAN OLEH BADAN USAHA MILIK NEGARA
DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA DI INDONESIA

Abstract

The purpose of this paper is to formulate the reconception of exceptions of monopolistic


practices organized by SOEs (state-owned enterprises). This normative juridical study using
the approach of legislation and conceptual approach. The result of his research is that there
are some things that should be considered in terms of reconciliation of monopoly parktik
exceptional conducted by SOEs. Based on the aforementioned matters, the authors formulate
the reconception of the exception of monopolistic practices organized by the SOEs, which
read as follows: (1) The acts or actions held by SOEs and / or bodies and / or institutions
established or appointed by the Government based on legislation. (2) Further provisions as
referred to in paragraph (1) shall be regulated by law.

Keywords: Monopoly, Reconception, SOEs

Abstrak

Tujuan makalah ini adalah untuk merumuskan rekonsepsi pengecualian praktik


monopolistik yang diselenggarakan oleh BUMN (perusahaan milik negara). Penelitian
yuridis normatif ini menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan
konseptual. Hasil penelitiannya adalah ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
hal rekonsiliasi parktik monopoli yang dilakukan oleh BUMN. Berdasarkan hal-hal tersebut
di atas, penulis merumuskan rekonsepsi pengecualian praktik monopolistik yang
diselenggarakan oleh BUMN, yang berbunyi sebagai berikut: (1) Tindakan atau tindakan
yang dilakukan oleh BUMN dan / atau badan dan / atau lembaga yang didirikan atau ditunjuk
oleh Pemerintah berdasarkan undang-undang. (2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur oleh hukum.

Kata Kunci: Monopoli, rekonsepsi pengecualian, BUMN

A. Pendahuluan ini disebabkan karena kelompok


Di Indonesia hukum persaingan usaha pengusaha tertentu ini dekat dengan
merupakan suatu conditio sine qua non penguasa yakni Pemerintah. Hal ini
bagi bekerjanya mekanisme pasar. menyebabkan ketahanan ekonomi
Sebelum adanya Undang-Undang Nomor Indonesia menjadi rapuh dan para
5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik pengusaha menjadi tidak mampu
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak berkompetisi serta tida memiliki jiwa
Sehat, terjadi persaingan usaha yang tidak wirausaha untuk membantu mengangkat
sehat di Indonesia. Adanya pemusatan perekonomian Indonesia.
kekuatan ekonomi pada perorangan atau Munculnya Undang-Undang Nomor 5
kelompok tertentu, baik berbentuk Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik
monopoli maupun bentuk-bentuk praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
persaingan tidak sehat lainnya. Pemusatan Sehat merupakan puncak dari berbagai
kekuatan ekonomi pada kelompok tertentu upaya yang mengatur masalah persaingan

1
antar pelaku usaha dan larangan memelihara anak-anak terlantar dan fakir
melakukan praktik monopoli. Dalam miskin, serta menjamin kebebasan
sejarahnya upaya untuk membentuk berpendapat dan berserikat.
hukum persaingan usaha telah dimulai Pengecualian sebagaimana dimaksud
sejak tahun 1970-an. Berbagai rancangan terdapat dalam dua Pasal yakni Pasal 50
undang-undang telah dimunculkan, akan dan Pasal 51 UU Nomor 5 Tahun 1999.
tetapi pada tahun 1998, sebagian karena Pasal 50 UU Nomor 5 Tahun 1999
desakan International Monetary Fund memberikan pengecualian yang sifatnya
(IMF), pembicaraan untuk menciptakan lebih luas karena tidak dibatasi untuk
undang-undang yang mengatur mengenai pelaku usaha tertentu, berbeda halnya
masalah persaingan usaha secara serius dengan Pasal 51 UU nomor 5 Tahun 1999
dilakukan.3 Diundangkannya Undang- khusus mengatur mengenai pengecualian
Undang Nomor 5 Tahun 1999 bermaksud bagi BUMN atau lembaga yang ditunjuk
sebagai tool of social control and tool of oleh pemerintah.
social engineering. Sebagai "alat control Mencermati Pasal 51 Undang-
sosial", Undang-Undang Nomor 5 Tahun Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini, dapat
1999 berusaha menjaga kepentingan ditemukan keterkaitan yang sangat erat
umum dan mencegah praktik monopoli dengan Undang-Undang Dasar Negara
dan/ atau persaingan usaha tidak sehat. Republik Indonesia 1945 (selanjutnya
Selanjutnya, sebagai "alat rekayasa sosial" disebut UUD NRI 1945) Pasal 33
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, khususnya ayat (2) yang merumuskan
berusaha untuk meningkatkan efisiensi bahwa cabang-cabang produksi yang
ekonomi nasional, mewujudkan iklim penting bagi negara dan menguasai hajat
usaha yang kondusif melalui pengaturan hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
persaingan usaha yang sehat dan berusaha Oleh sebab itu, tentunya sebelum
menciptakan efektivitas dan efisiensi membahas lebih lanjut tentang Pasal 51
dalam kegiatan usaha. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini,
Eksistensi ketentuan pengecualian seharusnya kita harus memahami Pasal 33
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun ayat (2) Undang-Undang Dasar NRI 1945.
1999 pada dasarnya dapat menyebabkan Ada 2 (dua) hal yang ditekankan dalam
distorsi yang memiliki akibat terhadap pasal tersebut.
efisensi ekonomi. Namun di sisi lain, Pertama merupakan pengertian
pengecualian implementasi Undang- cabang-cabang produksi yang penting bagi
Undang Nomor 5 Tahun 1999 dapat dan negara dan menguasai hajat hidup orang
perlu dilakukan oleh Negara demi banyak, hal ini berarti penghasilan barang
mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagai dan jasa yang dirasakan vital bagi
wujud dukungan terhadap politik ekonomi kehidupan manusia dalam kurun waktu
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33 tertentu, sedangkan di dalam kurun waktu
UUD NRI 1945. bersangkutan pasokannya terbatas,
Undang-Undang Dasar 1945 telah sehingga pemasoknya dapat menentukan
menetapkan kerangka dasar sistem harga dan syarat-syarat perdagangan
ekonomi yang tepat bagi Indonesia. lainnya yang merugikan rakyat banyak
Tujuan bernegara disebutkan untuk demi keuntungan pribadinya.
mencapai masyarakat adil dan makmur Kedua adalah pengertian “dikuasai
dan memajukan kesejahteraan umum. oleh negara” yang berarti penguasaan
Negara berkewajiban antara lain untuk dalam arti yang luas, yaitu mencakup
mencerdaskan bangsa, memberikan pengertian kepemilikan dalam arti publik
penghidupan yang layak dan pekerjaan, dan sekaligus perdata, termasuk pula

2
kekuasaan dalam mengendalikan dan 3. Bagaimakah ketentuan pengecualian
mengelola bidang-bidang usaha itu secara terhadap praktek monopoli yang
langsung oleh pemerintah atau aparat- dilakukan oleh BUMN?
aparat pemerintahan yang dibebani dengan
tugas khusus. C. Metode Penelitian
Upaya menghindarkan eksploitasi Penelitian ini merupakan penelitian
ataupun bentuk “monopoli oleh negara” yuridis normatif. Pendekatan yang
yang tidak terkontrol maka dilakukan digunakan dalam penelitian ini yaitu
dengan memberikan penyelenggaraan pendekatan peraturan perundang-
monopoli dan atau pemusatan kegiatan undangan (statute approach) dan
produksi dan atau pemasaran barang dan pendekatan konseptual (conceptual
jasa yang menguasai hajat hidup orang approach). Pendekatan peraturan
banyak dan cabang produksi yang penting perundang-undangan adalah pendekatan
bagi negara yang pelaksanaanya diatur dengan menggunakan legislasi dan
oleh undang-undang dan diselenggarakan regulasi, sedangkan pendekatan
oleh BUMN dan atau badan atau lembaga konseptual dilakukan di mana peneliti
lain yang dibentuk dan atau ditunjuk oleh tidak beranjak dari aturan yang ada. Jenis
pemerintah. Perhitungan ekonomi bahan hukum yang digunakan yaitu bahan
memperlihatkan bahwa monopoli alamiah hukum primer berupa undang-undang,
yang dilakukan oleh suatu perusahaan peraturan komisi pengawas persaingan
jelas akan lebih menguntungkan apalagi usaha, dan putusan; bahan hukum
bila hal tersebut berhubungan dengan hajat sekunder berupa buku literatur, hasil-hasil
hidup orang banyak dan industri yang penulisan ilmiah dan penelusuran di
vital. Oleh sebab itu pengecualian dalam internet; dan bahan hukum tersier yang
hal ini harus diverifikasi melalui beberapa berupa Kamus Hukum. Teknik
ukuran. pengumpulan bahan hukum dilakukan
Namun demikian, pengaturan dengan melakukan studi kepustakaan yang
mengenai pengeculiam praktik monopoli berasal dari Perpustakaan Kota Malang,
yang diselenggarakan oleh BUMN perlu Perpustakaan Pusat Universitas
diatur lebih lanjut. Pengaturan dalam Pasal Brawijaya, Pusat Dokumentasi dan
51 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Informasi Hukum (PDIH) Fakultas
yang kemudian dijabarkan lebih lanjut Universitas Brawijaya, dan penelusuran
dalam Peraturan KPPU Nomor 3 Tahun melalui internet. Teknik analisis bahan
2010 belum belum memberikan batasan hukum yang digunakan dalam penelitian
yang jelas dalam pengecualian praktik ini adalah interpretasi sistematis.
monopoli bagi BUMN. Kejelasan
mengenai pembatasan monopoli BUMN D. Hasil dan Pembahasan
diperlukan sebab menimbulkan Sebelum Tahun 1999, perkembangan
ketidakpastian hukum, sebagaimana perekonomian di Indonesia menunjukkan
dikeluhkan Kementerian BUMN adanya kebijakan yang diterapkan kurang
tuduhan monopoli oleh KPPU. mengacu pada amanat Pasal 33 UUD NRI
1945, bahkan cenderung pada corak yang
B. Rumusan Masalah monopolistik. Keadaan tersebut
1. Bagaimakah pengaturan mengenai disebabkan para pelaku usaha yang dekat
monopoli dalam peraturan perundang- dengan para elit yang berkuasa, sehingga
undangan di Indonesia? mendapatkan kemudahan yang
2. Bagaimakah kedudukan BUMN berlebihan, yang mana berdampak kepada
dalam perekonomian Indonesia? kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial

3
tersebut muncul beriringan dengan krisis Atas dasar tujuan tersebut, Undang-
moneter, sehingga mendorong pemerintah Undang Nomor 5 Tahun 1999 diterapkan
untuk mencari penyelesaian dari kemelut di seluruh aspek kegiatan usaha baik
yang ada. Oleh sebab itu, demi sektor swasta maupun sektor publik yang
mewujudkan perekonomian yang tumbuh dikelola oleh BUMN. Namun di sisi lain,
dan berkembang secara sehat sehingga pengecualian implementasi Undang-
tercipra iklim usaha yang sehat dan dapat Undang Nomor 5 Tahun 1999 dapat dan
dicegah praktik monopoli serta persaingan perlu dilakukan oleh Negara demi
usaha yang tidak sehat, maka pemerintah mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagai
membentuk suatu norma untuk wujud dukungan terhadap politik ekonomi
menciptakan persaingan usaha yang sehat sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33
dan memberikan perlindungan hukum UUD NRI 1945. Dalam hal ini
yang sama bagi setiap pelaku usaha. pengecualian sebagaimana dimaksud
Monopoli dalam sistem ekonomi terdapat dalam dua Pasal yakni Pasal 50
Indonesia tidak dikehendaki, hal ini dan Pasal 51 UU Nomor 5 Tahun 1999.
mengakibatkan, perusahaan bersangkutan Pasal 50 UU Nomor 5 Tahun 1999
dapat mengendalikan pemasaran dan dapat memberikan pengecualian yang sifatnya
menentukan harga maupun pasokan lebih luas karena tidak dibatasi untuk
barang. Monopoli yang timbul tidak selalu pelaku usaha tertentu, berbeda halnya
akibat dari liberalisasi dalam ekonomi, dengan Pasal 51 UU nomor 5 Tahun 1999
karena pemerintah juga membutuhkan khusus mengatur mengenai pengecualian
suatu pengaturan, sehingga penyediaan bagi BUMN atau lembaga yang ditunjuk
barang jasa mudah untuk dikendalikan. oleh pemerintah.
Seperti pada masa penjajahan yang mana Pelaksanaan Pasal 51 tersebut, KPPU
terdapat monopoli garam. Pada waktu itu, membentuk pedoman pelaksanan Pasal
rakyat tidak diperbolehkan memproduksi 51, sebagaimana diatur dalam Peraturan
garam, padahal membuat garam adalah Komisi Pengawas Persaingan Usaha
perihal yang sangat mudah sehingga Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Pedoman
menimbulkan ketidakpuasan oleh rakyat. Pelaksanaan Ketentuan Pasal 51 Undang-
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Tahun 1999 sebagai pilar utama hukum Larangan Praktik Monopoli dan
persaingan usaha di Indonesia memiliki Persaingan Usaha Tidak Sehat
tujuan yang sangat tegas, yaitu: 1) (selanjutnya disingkat Perkom Pasal 51).
Menjaga kepentingan umum dan Perkom Pasal 51 disusun sebagai acuan
meningkatkan efisiensi ekonomi nasional dalam pelaksanaan Pasal 51 tersebut.
sebagai salah satu upaya untuk Pengaturan dalam Pasal 50 a dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat; 2) Pasal 51 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
Mewujudkan iklim usaha yang kondusif 1999, yang kemudian dijabarkan lebih
melalui pengaturan persaingan usaha yang lanjut dalam Peraturan KPPU Nomor 3
sehat sehingga menjamin adanya Tahun 2010 belum belum memberikan
kepastian kesempatan berusaha yang sama batasan yang jelas dalam pengecualian
bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha praktik monopoli bagi BUMN. Kejelasan
menengah, dan pelaku usaha kecil; 3) mengenai pembatasan monopoli BUMN
Mencegah praktek monopoli dan atau diperlukan sebab menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat yang ketidakpastian hukum, sebagaimana
ditimbulkan oleh pelaku usaha, dan 4) dikeluhkan Kementerian BUMN adanya
Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam tuduhan monopoli oleh KPPU. Oleh sebab
kegiatan usaha itu diperlukan rekonsepsi pengecualian

4
praktik monopoli yang diselenggarakan penunjukan langsung ini dalam
oleh BUMN. Peraturan Menteri Negara BUMN
Beberapa putusan KPPU yang Nomor 05/MBU/2008 Jo Per-
melibatkan BUMN sebagai terlapor, dan 15/MBU/2012 diatur dalam Pasal 9,
terlibat dengan pelanggaran Pasal 17 UU selanjutnya Pasal 9 ayat 3
No. 5 Tahun 1999 yang mengatur menjelasakan bahwa metode
monopoli. Dari beberapa putusan KPPU penunjukan langsung dapat
tersebut, penulis membuat hal-hal yang dilaksanakan jika memenuhi salah
patut diperhatikan dalam hal rekonsepsi satu persyaratan dalam Pasal
pengecualiaan parktik monopoli yang tersebut, terkait dengan kasus PT.
dilakukan oleh BUMN, antara lain : Angkasa Pura II dan PT.
1) Bahwa pemberian hak monopoli Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
terhadap BUMN berdasarkan BUMN menganggap Peraturan
peraturan perundang-undangan, Menteri Negara BUMN Nomor
sebagaimana diamanatkan dalam 05/MBU/2008 Jo Per-
Pasal 51 UU No. 5 Tahun 1999, 15/MBU/2012 yang didalamnya
perlu dilakukan evaluasi secara mengatur mengenai Sinergi BUMN
berkala, guna mempertimbangkan tersebut, termasuk kedalam kategori
pelaksanaan hak monopoli oleh pengecualian Pasal 50 huruf a UU
suatu BUMN yang bertujuan untuk Nomor 5 Tahun 1999 yaitu
mensejahjterakan rakyat. perbuatan dan atau perjanjian yang
2) Pengaturan norma atau aturan yang bertujuan melaksanakan peraturan
terintegrasi antara BUMN dengan perundang-undangan yang berlaku.
KPPU sangatlah memiliki peran BUMN sendiri dalam hal ini
yang cukup krusial, khususnya merujuk kepada UU Nomor 12
terkait sinergi BUMN dalam Tahun 2011. Sedangkan KPPU
bentuk undang-undang tersendiri. menpersepsikan sinergi BUMN
Putusan KPPU No. 07/KPPU- kedalam pelanggaran Pasal 19 dan
I/2013 Tentang Penyediaan Pasal 22 UU No. 5 Tahun 199
Jaringan Telekomunikasi Dan 3) Penyesuaian pemahaman atau
Implementasi Layanan Electronic persepsi antara BUMN dengan
Point of Sales (e-pos). PT Angkasa KPPU terkait hak monopoli yang
Pura II menjelaskan bahwa dimiliki BUMN yang meliputi
penerapan Tahun 1999 seharusnya cabang-cabang yang menjadi
dikecualikan dengan alasan bahwa objek monopoli, pelaksanaan hak
PT Angkasa Pura II dan PT. monopoli, para pihak yang dapat
Telekomunikasi Indonesia sedang terlibat dalam penyelenggaraan
menjalankan perintah Sinergi hak monopoli tersebut, serta
BUMN sesuai dengan Peraturan peraturan perundang-undangan
Menteri Negara BUMN Nomor yang dapat menjadi landasan
05/MBU/2008 Jo Per- BUMN dalam penyelenggaran hak
15/MBU/2012 Tentang Pedoman monopoli tersebut.
Umum Pelaksanaan Pengadaan 4) Perlunya pengkodifikasian
Barang dan Jasa. Didalam peraturan peraturan yang tekait dengan
ini diatur mengenai penunjukan pelaksanaan usaha BUMN, yang
langsung apabila hanya ada satu- mana sejalan dengan prinsip-
satunya BUMN sebagai penyedia prinsip persaingan usaha yang
barang atau jasa. Mengenai metode sehat sebagaimana dimuat dalam

5
Undang-Undang Nomor 5 Tahun PT Execujet Indonesia sebagai
1999 agar tidak terjadi tumpang pihak yang melakukan pengelolaan
tindih aturan atau perbenturan jasa ground handling di Bandara
norma (conflict of norm). Ngurah Rai didasarkan pada
Putusan KPPU yang terkait pertimbangan bahwa kompetensi
dengan pelayanan jasa ground dalam pengelolaan jasa ground
handling di bandara Ngurah Rai, PT handling hanya dimiliki oleh PT
Angkasa Pura I yang merupakan Execujet Indonesia. Pertimbangan
BUMN memiliki hak monopoli PT Angkasa Pura tersebut sejalan
dalam pengelolaan jasa dengan dari Pasal 233 ayat (1) UU
kebandarudaraan. Termasuk No. 1/2009 jo. Pasal 30 PP Nomor
didalamnya wewenang untuk 70 tahun 2001. Pertimbangan yang
melakukan kerjasama bandar udara, digunakan KPPU dalam memutus
maka tidak dapat dilepaskan dari PT Angkasa Pura I telah melakukan
Pasal 233 ayat (1) UU No. 1/2009 monopoli ialah bahwa pemberian
jo.Pasal 30 PP Nomor 70 tahun hak eksklusif pada PT Execujet
2001 yang pada prinsipnya Indonesia dapat menimbulkan
menentukan bahwa pelayanan jasa praktik monopoli yang berakibat
kebandarudaraan merupakan pada praktik persaingan usaha tidak
tanggungjawab dari BUBU yang sehat.
tidak dapat dialihkan. Namun 5) Perlunya pengaturan lebih lanjut
demikian, dalam melaksanakan terkait monopoli oleh BUMN yang
kegiatannya, BUBU dapat merupakan akibat dari kepemilikan
melakukan kerjasama dengan pihak silang saham, yang mana belum
lain sepanjang pihak lain tersebut diatur dalam Undang-Undang
memiliki kemampuan dan Nomor 5 Tahun 1999.
kompetensi dalam melakukan Perkara kepemilikan silang
pelayanan jasa kebandarudaraan. saham oleh Temasek yang
Sebagaimana diketahui bahwa melibatkan Telkomsel, yang mana
pelayanan jasa kebandarudaraan, merupakan BUMN menimbulkan
disebutkan dalam putusan KPPU, banyak polemik terkait monopoli
termasuk dalam cabang-cabang yang dilakukan oleh Telkomsel,
yang menguasai hajat hidup orang khususnya terkait penentuan tarif.
banyak, khususnya dalam bidang Kepemilikan silang Temasek pada
jasa. Hal tersebut Telkomsel dan Temasek
mengidentifikasikan bahwa menyebabkan mereka dapat
wewenang yang dimiliki oleh PT mengendalikan tariff telepon yang
Angkasa Pura I tersebut merupakan lebih tinggi dari yang seharusnya.
hak monopoli yang diberikan oleh Struktur kepemilikan silang
negara, sebagaimana disebutkan Temasek Holdings telah
dalam Pasal 51 UU No. 5 Tahun menyebabkan price-leadership
1999. Namun demikian, dalam dalam industri telekomunikasi di
putusan KPPU diputuskan bahwa Indonesia. Telkomsel sebagai
PT Angkasa Pura I diperintahkan pemimpin pasar telah menetapkan
untuk membatalkan pemberian hak harga jasa telekomunikasi seluler
eksklusif pengelolaan jasa ground secara eksesif. Predikat sebagai
handling bandara ngurah rai kepada price-leadership menyebabkan PT
PT Execujet Indonesia. Penunjukan Telkomsel menguasai pasar dan

6
penentu harga/ tarif, terutama memberdayakan kekuatan monopolinya.
semenjak PT. Indosat Tbk Oleh karena itu, perusahaan yang berada
dikendalikan STT tahun 2002. pada posisi monopoli tidak serta merta
Dominasi pasar jaringan telepon melanggar Pasal 17 Undang-Undang
seluler PT. Telkomsel Nomor 5 Tahun 1999, kecuali apabila
mengakibatkan pelaku usaha baru perusahaan tersebut menyalahgunakan
sulit masuk pangsa pasar yang telah posisi monopoli yang dimiliki untuk
dikuasai PT. Telkomsel dan sulit melakukan praktik monopoli sebagai
malakukan persaingan secara sehat, upaya untuk mempertahankan dan
karena mereka sulit bersaing meningkatkan posisi monopoli.
dengan tarif yang ditentukan PT. Rachmadi Usman menguraikan
Telkomsel, sehingga terpaksa rasionalitas pelarangan praktik monopoli,
mengikuti tarif PT. Telkomsel. bahwa monopoli dilarang karena
Selain 3 putusan KPPU sebagaimana mengandung beberapa dampak negatif
disebutkan sebelumnya, rekonsepsi yang merugikan, antara lain:
terhadap pengecualian praktik monopoli 1) Terjadi peningkatan harga suatu
yang diselenggarakan oleh BUMN juga produk sebagai akibat tidak
didasarkan pada konsep monopoli itu adanya kompetisi dan persaingan
sendiri. Sebagaimana diuraikan yang bebas. Harga yang tinggi ini
sebelumnya, bahwa secara teoritis pada gilirannya akan
monopoli adalah suatu keadaan dimana menimbulkan inflasi yang
perusahaan menjadi satu-satunya merugikan masyarakat luas.
produsen/ pemasok barang dan jasa 2) Adanya keuntungan (profit) di
tertentu dimana barang dan jasa tertentu atas kewajaran yang normal.
yang diproduksi/ dipasok tersebut tidak Pelaku usaha seenaknya
memiliki barang/ jasa substitusi terdekat. menetapkan harga untuk
Sebagai satu-satunya produsen/ pemasok memperoleh keuntungan yang
di pasar, seluruh permintaan pasar menjadi sebesar-besarnya karena
permintaan perusahaan monopoli tersebut. konsumen tidak ada pilihan lain
Dengan terbatasnya, barang dan jasa dan terpaksa membeli produk
alternatif, maka permintaan pasar yang tersebut.
dihadapi oleh perusahaan monopoli 3) Terjadi eksploitasi terhadap
berbentuk miring dari kiri atas ke kanan konsumen karena tidak adanya
bawah (downward-sloping demand hak pilih konsumen atas produk.
curve). Konsumen akan seenaknya
Kemampuan yang dimiliki oleh menetapkan kualitas suatu produk
perusahaan monopoli untuk menentukan tanpa dikaitkan dengan biaya yang
dan mengendalikan harga di pasar serta dikeluarkan. Eksploitasi ini juga
membatasi/ menghilangkan pesaing nyata akan menimpa karyawan dan
disebut sebagai kekuatan monopoli buruh yang bekerja pada produsen
(monopoly power). Strategi-strategi tersebut dengan menetapkan gaji
perusahaan yang merupakan perwujudan atau upah yang sewenang-
dari kekuatan monopoli sebagai upaya wenangnya tanpa memperhatikan
untuk mempertahankan dan meningkatkan ketentuan yang berlaku.
posisi monopoli disebut sebagai praktik 4) Terjadi ketidakekonomisan dan
monopoli. ketidakefisienan yang akan
Produsen/ pemasok yang berada pada dibebankan kepada konsumen
posisi monopoli tidak otomatis akan dalam rangka menghasilkan suatu

7
produk, karena perusahaan Undang-Undang Persaingan Usaha
monopoli cenderung tidak memiliki makna yang terlalu luas. Oleh
beroperasi pada average cost yang sebab itu, terkait dengan hal-hal yang
minimum. dapat dimonopoli harus diatur secara
5) Adanya entry barrier dimana spesifik.
perusahaan lain tidak dapat masuk Konsepsi monopoli BUMN
ke dalam bidang usaha perusahaan sebagaimana dimuat dalam Pasal 51
monopoli tersebut, karena memuat beberapa ketentuan dalam
penguasaan pangsa pasarnya yang pelaksanaan oleh BUMN. Sebagaimana
besar. Perusahaan-perusahaan berbunyi dalam Pasal 51:
kecil tidak diberi kesempatan "Monopoli dan/ atau pemusatan
untuk tumbuh berkembang dan kegiatan yang berkaitan dengan
akan menemui ajalnya satu produksi dan/ atau pemasaran barang
persatu. dan/ atau jasa yang menguasai hajat
6) Pendapatan menjadi tidak merata, hidup orang banyak serta cabang-
karena sumber dana dan modal cabang produksi yang penting bagi
akan tersedot ke dalam negara diatur dengan undang-undang
perusahaan monopoli. Masyarakat dan diselenggarakan oleh BUMN dan/
banyak harus berbagi dengan atau badan/ atau lembaga yang
banyak orang bagian yang sangat dibentuk atau ditunjuk oleh
kecil, sementara perusahaan Pemerintah".
monopoli dengan sedikit orang Pasal 51 serta beberapa analisis
akan menikmati bagian yang lebih Putusan KPPU yang diuraikan
besar. sebelumnya, konsepsi monopoli BUMN
Berdasarkan uraian di atas dapat akan diuraikan dibawah ini:
dikatakan bahwa monopoli merupakan Pertama, frasa dalam Pasal 51
perbuatan atau tindakan yang bertentangan yang berbunyi "diselenggarakan oleh
dengan prinsip persaingan usaha. Oleh BUMN dan/ atau badan/ atau lembaga
sebab itu sudah sewajarnya monopoli atau yang dibentuk atau ditunjuk oleh
pemusatan kegiatan barang dan/ atau jasa Pemerintah" yang kemudian diuraikan
yang diselenggarakan oleh BUMN atau dalam Perkom Pasal 51 memaknai
badan atau lembaga yang ditunjuk atau bahwa BUMN yang menyelenggarakan
dibentuk oleh pemerintah dikecualikan monopoli atau pemusatan kegiatan
dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun tidak diperbolehkan menyerahkan
1999. Pengecualian ketentuan-ketentuan sebagian atau seluruhnya kepada pihak
persaingan usaha sebagaimana dimuat lain termasuk juga anak perusahaan
dalam Undang-Undang 5 Tahun 1999 BUMN, atau dengan kata lain juga tidak
guna menghindari adanya tumpang tindih diperbolehkan dilakukannya sinergi
peraturan maupun dualisme pengaturan BUMN. Sebagaimana diketahui bahwa
yang mengatur tentang persaingan usaha, Sinergi BUMN diatur dalam Peraturan
sebagaimana yang terjadi saat ini. Dimana Menteri Negara BUMN Nomor
sering timbulnya perselisihan antara 05/MBU/2008 Jo. Per-15/MBU/2012.
BUMN dengan KPPU terkait dengan hal- Sinergi BUMN adalah kebijakan dalam
hal yang berkaitan dengan monopoli. lingkungan kementerian BUMN yang
Selain itu, frasa "barang dan/ atau jasa memberi peluang dilakukannya
yang menguasai hajat hidup orang banyak penunjukan langsung kepada anak
serta cabang-cabang produksi yang perusahaan dan perusahaan terafiliasi
penting bagi negara" dalam Pasal 51

8
BUMN untuk melaksanakan proyek standar yang harus dilakukan berdasar
pengadaan barang dan/ atau jasa. prinsip persaingan usaha yang sehat.
Kedua, BUMN tidak Ketiga, BUMN tidak
diperbolehkan melakukan penunjukan diperbolehkan melakukan kerjasama
langsung melalui mekanisme beauty dengan pihak lain secara langsung tanpa
contest. Definisi penunjukan langsung melalui mekanisme lelang.
itu sendiri dalam ketentuan Pasal 5 Ayat Sebagaimana terjadi dalam Putusan
(2) huruf c Peraturan Menteri Negara Perkara Nomor 13/KPPU-I/2014
BUMN Nomor 05/MBU/2008 Jo. Per- Tentang Pelayanan Jasa Ground
15/MBU/2012 Tentang Pedoman Handling Bandara Ngurah Rai. Dalam
Umum Pelaksanaan Barang dan Jasa Putusan Perkara Nomor 13/KPPU-
ialah:"Penunjukan langsung yaitu I/2014, KPPU memutus bahwa PT
pengadaan barang dan jasa yang Angkasa Pura I (Persero) sebagai
dilakukan secara langsung dengan terlapor I dan PT Execujet Indonesia
menunjuk satu penyedia barang dan (selanjutnya disingkat PT. EJI) sebagai
atau jasa melalui beauty contest". terlapor II telah melakukan pelanggaran
Beauty contest sendiri merupakan suatu terhadap Pasal 17 Undang-Undang
peragaan atau pemaparan profil suatu Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
perusahaan atas undangan seseorang Monopoli. Tuduhan monopoli terhadap
atau pelaku usaha tertentu, termasuk PT Angkasa Pura I (Persero) tersebut
mengenai kemampuan dan kekuatan yang merupakan Badan Usaha Bandar
kekurangan perusahaan serta produk- Udara yang mengelola Bandar Udara I
produk yang telah diproduksinya. Gusti Ngurah Rai didasarkan pada
Berbeda halnya dengan tender yang pemberian hak eksklusif kepada PT
merupakan tawaran mengajukan harga Execujet Indonesia untuk
untuk memborong suatu pekerjaan, mengoperasikan dan layanan khusus di
untuk mengadakan barang-barang atau General Aviation Terminal di Bandar
untuk menyediakan jasa. Di dalam Udara I Gusti Ngurah Rai – Bali untuk
beauty contest panitia menetapkan pesawat domestik dan internasional
sejumlah criteria dengan kualifikasi dan tidak berjadwal serta penumpangnya di
bobot yang berbeda. Kemudian apron selatan termasuk untuk semua
dievaluasi oleh juri atau panitia dan kegiatan ground handling14 serta
dipilihlah peserta yang memiliki layanan terkait lainnya. Dimana
rencana terbaik dari berbagai criteria menurut KPPU kekuatan monopoli
tersebut. Akan tetapi KPPU menilai yang dimiliki oleh PT Execujet
mekanisme penunjukan langsung Indonesia tersebut dapat menetapkan
melalui beauty contest merupakan harga atau tarif yang tinggi atas jasa
sebuah pelanggaran terhadap Pasal 22 layanan ground handling dan layanan
dan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 terkait lainnya. Pada Putusan Perkara
Tahun 1999. Hal ini dikarenakan Nomor 13/KPPU-I/2014: PT Angkasa
menurut sudut pandang KPPU, Pura I (Persero) memiliki dalih bahwa
penunjukan langsung dikategorikan hal tersebut bukan merupakan
sebagai bentuk persekongkolan monopoli. Menurut PT Angkasa Pura I,
vertikal, yang artinya persekongkolan bahwa hubungan antara Angkasa Pura
yang difasilitasi oleh panitia/ pelaksana dengan PT. EJI merupakan konteks
tender untuk memenangkan salah satu kerjasama. Dimana Angkasa Pura
peserta tender tanpa melalui prosedur memberikan sumber daya berupa
sarana dan fasilitas kebandarudaraan

9
sedangkan PT EJI berkontribusi pada kegiatan yang diselenggarakan oleh
konsep pengembangan fasilitas fisik BUMN tidak perlu dibatasi pada barang
GAT di Bandara Ngurah Rai. atau jasa yang menguasai hajat hidup
Kewenangan Angkasa Pura untuk orang banyak.
melakukan kerjasama dengan pihak lain Rekonsepsi tersebut sejalan dengan
tersebut dilandasi Pasal 1 Angka 43, Undang-Undang Persaingan Usaha, yaitu
Pasal 195, Pasal 203 Ayat (1), Pasal 232 untuk memproteksi persaingan tetapi
dan Pasal 233 Undang-Undang Nomor dengan tidak membatasi kewenangan
1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, negara. Perbuatan atau tindakan yang
yang pada intinya Angkasa Pura diselenggarakan oleh BUMN atau badan
memiliki kewenangan untuk atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk
melakukan pengaturan dalam wilayah oleh Pemerintah yang mana harus
bandara, memiliki kewenangan penuh didasarkan pada perundang-undangan
untuk mengatur penggunaan seluruh bertujuan sebagai instrument pengawasan
fasilitas yang dimilikinya, yang berada terhadap BUMN dalam menjalan
dalam wilayah bandara, demi perbuatan atau tindakannya. Pengawasan
optimalisasi penggunaan fasilitas serta pembatasan terhadap perbutan atau
tersebut. tindakan BUMN diperlukan untuk
Keempat, monopoli atau memberikan pencegahan kepada BUMN
pemusatan kegiatan atas barang atau untuk bertindak opurtunis dengan lebih
jasa yang menguasai hajat hidup orang memperhatikan kepentingan yang akan
banyak. Konsepsi monopoli BUMN dicapai seperti misalnya untuk
menimbulkan banyak perbedaan kepentingan hajat hidup orang banyak dan
persepsi antara BUMN dengan KPPU. atau kepentingan untuk melaksanakan
Penafsiran "barang atau jasa yang kegiatan yang diperintahkan oleh
menguasai hajat hidup orang banyak" konstitusi.
memiliki makna yang sangat luas.
Berdasarkan hal-hal yang E. Kesimpulan
diuraikan di atas, penulis melalukan Berdasarkan Pasal 51 Undang-
rekonsepsi pengecualian praktik monopoli Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan
yang diselenggarakan oleh BUMN, yang beberapa analisis Putusan KPPU diketahui
berbunyi sebagai berikut: Pertama, sinergi bahwa, konsepsi monopoli BUMN
BUMN merupakan tindakan yang berdasarkan Pasal 51 serta beberapa
termasuk dalam monopoli BUMN yang analisis Putusan KPPU antara lain :
dikecualikan dari ketentuan monopoli pertama, BUMN yang menyelenggarakan
dalam Undang-Undang Persaingan Usaha. monopoli atau pemusatan kegiatan tidak
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya diperbolehkan menyerahkan sebagian atau
bahwa terjadi ketidaksinkronan antara seluruhnya kepada pihak lain termasuk
KPPU dan Peraturan Menteri Negara juga anak perusahaan BUMN, atau dengan
BUMN Nomor 05/MBU/2008. Kedua, kata lain juga tidak diperbolehkan
dipisahkannya penunjukan langsung dilakukannya sinergi BUMN; kedua,
melalui beauty contest dari pelanggaran BUMN tidak diperbolehkan melakukan
persekongkolan tender. Ketiga, konsepsi penunjukan langsung melalui mekanisme
monopoli BUMN perlu mengakomodir beauty contest; ketiga, BUMN tidak
kerjasama yang dilakukan BUMN dengan diperbolehkan melakukan kerjasama
pihak lain dan terlepas dari pelanggaran dengan pihak lain secara langsung tanpa
dalam Undang-Undang Persaingan Usaha. melalui mekanisme lelang; dan keempat,
Keempat, monopoli atau pemusatan monopoli atau pemusatan kegiatan yang

10
diselenggarakan BUMN bekaitan dengan Majid, Suharto Abdul & Eko Probo D.
barang atau jasa yang menguasai hajat Warpani, (2014), Ground
hidup orang banyak. Handling : Manajemen Pelayanan
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan Darat Perusahaan Penerbangan, ,
dalam pembahasan, maka rekonsepsi Jakarta : Rajagrafindo Persada.
pengecualian praktik monopoli yang Sirait, Ningrum Natasya, (2004), Hukum
diselenggarakan oleh BUMN, yang Persaingan di Indonesia UU No.
berbunyi sebagai berikut: pertama, sinergi 5/1999 Tentang Larangan Praktik
BUMN merupakan tindakan yang Monopoli dan Persaingan Usaha
termasuk dalam monopoli BUMN yang
Tidak Sehat, Pustaka Bangsa Press,
dikecualikan dari ketentuan monopoli Medan : Pustaka Bangsa Press.
dalam Undang-Undang Persaingan Usaha;
kedua, dipisahkannya penunjukan Tim Penyusun Kamus Departemen
langsung melalui beauty contest dari Pendidikan dan Kebudayaan,
pelanggaran persekongkolan tender; (2007), Kamus Besar Bahasa
ketiga, konsepsi monopoli BUMN perlu Indonesia, , Jakarta : Balai
mengakomodir kerjasama yang dilakukan Pustaka.
BUMN dengan pihak lain dan terlepas dari Usman, Rachmadi, (2013), Hukum
pelanggaran dalam Undang-Undang Persaingan Usaha Di Indonesia, ,
Persaingan Usaha; dan keempat, monopoli Jakarta : Sinar Grafika.
atau pemusatan kegiatan yang
diselenggarakan oleh BUMN tidak perlu Jurnal
dibatasi pada barang atau jasa yang
menguasai hajat hidup orang banyak. Kagramanto, L. Budi, (2008),
Kepemilikan Silang Saham PT.
F. Saran Indosat dan PT. Telkomsel, Jurnal
Perlu dilakukannya revisi terhadap Mimbar Hukum, Nomor 1,
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Volume 20
khususnya mengatur tentang hak Kooswanto, dkk, (2013) Keadaan Pasar
monopoli oleh BUMN. Dan Perlu Indonesia Pasca Undang-Undang
pengaturan lebih lanjut terkait dengan hak Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
monopoli BUMN yang mana juga harus Larangan Praktik Monopoli Dan
dikesampingkan dari Undang-Undang Persaingan Usaha Tidak Sehat,
Persaingan Usaha. dalam Jurnal Private Law Volume
2, Nomor 1.
G. Daftar Pustaka Pasaribu, Benny, (2010), Regulasi dan
Anggraini, A. M. Tri, (2003), Larangan Persaingan Sehat Dalam Sistem
Praktik Monopoli dan Persaingan Ekonomi Indonesia, Jurnal
Usaha Tidak Sehat, UI Press, Persaingan Usaha, Edisi 4
Jakarta : UI Press.
Peraturan Perundang-undangan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha,
(2009), Pedoman Pasal Tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik
Pengecualian Pasal 50 huruf a Indonesia Tahun 1945
Dalam Persaingan Usaha, Jakarta Undang-Undang Republik Indonesia
: KPPU. Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Peraturan Perundang-Undangan.

11
Undang-Undang Republik Indonesia Website
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang http://finance.detik.com/berita-ekonomi-
Larangan Praktik Monopoli dan bisnis/d-851379/kppu-diminta-jangan-
Persaingan Usaha Tidak Sehat asal-tuding-monopoli-perusahaan-bumn

12
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI
Nama : ADRIA SUTRISNO
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Ciamis, 31 Januari 2000
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat Lengkap : Dusun Bantardawa 1 RT.05 RW.06 Desa Karyamulya
Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis
Nomor Telepon : 082217966315

II. PENDIDIKAN FORMAL


2006 – 2012 : SD Negeri 3 Banjar
2012 – 2015 : SMP Negeri 2 Banjar
2015 – 2018 : SMK Negeri 1 Banjar
2018 – Sekarang : Universitas Galuh Ciamis

13

Вам также может понравиться