Вы находитесь на странице: 1из 15

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Atas Asung Kertha Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi penulis telah
dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul Sraddha Dalam gama Hindu.
Mengingat pendidikan dan pelajaran agama merupakan bagian yang sangat
penting untuk membentuk mental setiap insan untuk menjadi manusia yang
bertaqwa pada Tuhan serta berbakti kepada orangtua dan negara.
Agama mengajarkan untuk mencapai kesempurnaan berupa budi pekerti
yang luhur, amal kebajikan, keadilan dan perikemanusiaan untuk menciptakan
kesejahteraan bagi umat manusia dan makhluk lainnya. Ajaran agama merupakan
petunjuk atau penuntun bagi manusia agar dapat membedakan perbuatan baik dan
perbuatan buruk, serta berusaha untuk selalu berbuat kebaikan serta berusaha
untuk menjauhkan diri dari perbuatan tercela.oleh karena itu pendidikan agama
harus dimantapkan dan ditingkatkan dari taman kanak-kanak sampai perguruan
tinggi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhirnya dengan kerendahan hati meminta maaf jika terdapat kesalahan
dalam penulisan atau penguraian Makalah ini. Dengan Harapan dapat di terima
oleh bapak dan dapat di jadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran.

Om Shanti,Sahnti,Shanti Om

Singaraja, 09 Oktober 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Panca Sradha ............................................................................... 2
2.2 Pokok-Pokok Dalam Panca Sradha ............................................................. 2
2.3 Konsep Monotheisme Dalam Veda Agama Hindu ....................................... 7
2.4 Pandangan Tuhan Yang Maha Esa Menurut Filsafat Agama ....................... 9
BAB III ................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................. 12
3.1 Simpulan ...................................................................................................... 12
3.2 Saran ............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama Hindu disebut pula dengan Hindu Dharma, Vaidika Dharma (
Pengetahuan Kebenaran) atau Sanatana Dharma ( Kebenaran Abadi ). Untuk
pertama kalinya Agama Hindu berkembang di sekitar Lembah Sungai Sindhu di
India. Agama Hindu adalah agama yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi
Wasa, yang diturunkan ke dunia melalui Dewa Brahma sebagai Dewa Pencipta
kepada para Maha Resi untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia di dunia.
Di dalam ajaran Tattwa di dalamnya diajarkan tentang “ Sradha “ atau
kepercayaan. Sradha dalam agama Hindu jumlahnya ada lima yang disebut“
Panca Sradha “.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Panca Sradha?
2. Sebut dan jelaskan apa saja bagian-bagian Panca Sradha?
3. Bagaimana Konsep Monotheisme Dalam Veda Agama Hindu?
4. Bagaimana Pandangan Tuhan Yang Maha Esa Menurut Filsafat Agama?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Panca Sradha
2. Untuk mengetahui bagian-bagian Panca Sradha
3. Dapat menjelaskan Konsep Monotheisme Dalam Veda Agama Hindu
4. Dapat mendeskripsikan Pandangan Tuhan Yang Maha Esa Menurut
Filsafat Agama

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Panca Sradha


Menurut Punyatmaja,(1967) Panca Sradha terdiri dari dua kata yaitu Panca
artinya lima dan Sradha artinya keyakinan, jadi Panca Sradha artinya lima
keyakinan yang dimiliki oleh umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut adalah
percaya dengan adanya Tuhan, percaya dengan adanya Atman, percaya dengan
adanya Karmaphala, percaya dengan adanya Punarbhawa dan percaya dengan
adanya Moksa.
"Craddhaya satyam apnopi, cradham satye prajapatih" yang artinya dengan
Sradha orang akan mencapai tuhan, Beliau menetapkan, dengan sradha menuju
satya. (Yajur Weda XIX.30).

2.2 Pokok-Pokok Dalam Panca Sradha


Artika menyebutkan di dalam ajaran Tattwa di diajarkan tentang “ Sradha
“ atau kepercayaan. Sradha dalam agama Hindu jumlahnya ada lima yang disebut
“ Panca Sradha “. Jadi Panca Sradha adalah Lima pokok-pokok kepercayaan yang
dimiliki oleh umat Hindu yang di wahyukan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa
diturunkan ke dunia melalui Dewa Brahma, kepada para Maha Resi, untuk
disebarkan kepada umat Hindu melalu bagian-bagianya sebagai berikut
Sukartha,(2005):
1. Widhi tattwa
Hyang Widhi Wasa adalah Tuhan Yang Maha Esa, maha tahu serta
mengatur alam semesta.Memiliki wujud hana tan hana yaitu wujud yang ada
namun tak nampak. Apabila kita memperhatikan wujud beliau yang maha gaib itu
memiliki filsafat atau tattwa maka kemahakuasaan beliau yang maha suksma itu
dapat digambarkan sebagai Asta Iswarya. Asta Iswarya adalah delapan
kemahakuasaan Sang Hyang Widhi.Asta Iswarya berasal dari bahasa sansekerta
dari kata asta artinya delapan, dan Iswarya artinya kemahakuasaan. Berikut
bagian bagiannya:
a. Anima, artinya Tuhan Maha kecil, lebih kecil dari atom.

2
b. Laghima,artinya Tuhan Maha ringan.
c. Mahima, artinya Tuhan Maha Besar
d. Prapti, artinya segala tempat terjangkau oleh beliau.
e. Prakamya, Artinya segala kehendak atau keinginannya akan terwujud.
f. Isitwa, artinya sifat Tuhan Maha Utama atau sangat Mulia.
g. Wasitwa, artinya sifat Tuhan Maha Kuasa
h. Yatra Kama Wasayitwa, artinya segala kehendakny akan terlaksana dan
tidak ada yang dapat menentang kodratnya.

2. Atma tattwa
Pengertian atma: atma adalah percikan kecil dari Sang Hyang Widhi yang
berada dalam tubuh manusia. Seperti diketahui tubuh manusia terdiri dari 3 lapis
badan yang disebut Tri sarira yang terdiri dari:
a. Sthula Sarira
yaitu badan kasar yang didapat di tingkatan alam terendah atau bhur loka
ini.Sthula sarira terjadi dari Panca Tan mantra dan Panca Maha Bhuta.
Bagian bagian Panca Tan Mantra:
1. Ganda Tan Mantra : sari suara
2. Rupa Tan Mantra : sari warna
3. Sparsa Tan Mantra : sari rabaan
4. Rasa Tan Mantra : sari rasa
5. Sabda tan mantra : sari suara
Kemudian Panca Tan mantra berubah menjadi Panca Maha Bhuta.
Bagian bagian Panca Maha Bhuta:
1. Pertiwi membentuk tulang
2. Teja membentuk suhu badan
3. Bayu membentuk nafas
4. Apah membentuk darah
5. Akasa membentuk rambut

3
b. Suksma Sarira
atau Linggha Sarira, badan halus didapat di tingkatan alam kedua dari
bawah yang dinamai Bwah loka. Suksma Sarira memiliki hubungan
dengan Panca Maya Kosa yaitu lima pembungkus dari badan halus yang
terdiri dari:
1. Anamaya kosa: badan dari sari makanan
2. Pranamaya kosa: badan dari sari nafas
3. Manomaya kosa: badan dari sari pikiran
4. Wijnanamaya kosa: badan dari sari pengetahuan
5. Anandamaya kosa: badan kebahagian

c. Antah Karana Sarira


Merupakan badan yang lebih halus yang didapat di tempat-tempat
sendiri di ruang alam tingkat ketiga dari bawah yaitu Swah loka.Antah
Karana Sarira berkaitan dengan Dasendriya yaitu 10 indra manusia yang
terdiri dari 2 bagian:
1. Panca Budhindriya yaitu lima indriya untuk mengetahui yang terdiri dari:
2. Srotendriya: indriya pada telinga
3. Tuakindriya: indriya pada kulit
4. Caksuindriya: inrdriya pada mata
5. Jihwendriya: indriya pada lidah
6. Granendriya: indriya pada hidung
7. Panca Karmendriya yaitu lima indriya pelaku yang terdiri dari:
1. Panindriya: indriya pada tangan
2. Padendriya: indriya pada kaki
3. Garbhendriya: indriya pada perut
4. Upasthendriya: indriya pada kelamin laki-laki
5. Bhagendriya: indriya pada kelamin wanita

3. Karma Phala tattwa


Pengertian Karma Phala : Segala perbuatan manusia dinamakan karma,
sedangkan akibat dari perbuatan tersebut disebut phala atau hasil. Bila dilihat dari

4
asal kata, perkataan karma berasal dari bahasa sansekerta yaitu kri yang berarti
berbuat, sedangkan phala juga berasal dari bahasa sansekerta yang berarti buah
atau hasil.
Jenis-jenis karma phala:
1. Sancita karmaphala adalah pahala perbuatan yang terdahulu belum habis
dinikmati dan masih merupakan benih untuk menentukan kehidupan
sekarang.
2. Prarabda karmaphala adalah karma yang dilakukan pada hidup sekarang
ini dan hasilnya telah habis pula dinikmati dalam perjalan hidup ini.
3. Kryamana karmaphala adalah karma yang hasilnya belum sempat
dinikmati dalam waktu berbuat dan akan dinikmaati kelak dalam
penjelmaan yang akan datang.

4. Punarbhawa tattwa
Pengertian Punarbhawa tattwa : Kata Punarbhawa berasal dari bahasa
sansekerta, terdiri dari 2 kata yaitu punar yang berarti lagi,kembali dan kata
Bhawa yang berarti menjelma. Jadi Punarbhawa berarti kelahiran yang berulang
ulang yang juga disebut penitisan atau samsara. Punarbhawa atau samsara ini
terjadi diakibatkan oleh adanya hukum karma , dimana karma yang jelek
menyebabkan atma menjelma kembali untuk memperbaiki perbuatannya itu atau
atma itu masih dipengaruhi oleh karma wesana (bekas bekas atau sisa sisa
perbuatan) atau kenikmatan duniawi sehingga tertarik untuk lahir ke dunia.

5. Moksa tattwa
Pengertian moksa tattwa : Kata moksa berasal dari bahasa sansekerta yaitu
dari akar kata muc yang berarti membebaskan atau melepaskan. Dengan
demikian, kata Moksa berarti kelepasan atau kebebasan. Dari segi istilah, moksa
disamakan dengan nirwana dan nisreyasa atau keparamarthan.
Tingkatan Moksa
Menurut Sumawa,(2000) Moksa dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu:
1. Samipya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang
semasa hidupnya di dunia ini. Hal ini dapat dilakukan oleh para Yogi dan

5
para Maharsi. Beliau dalam melakukan Yoga Samadhi telah dapat
melepaskan unsur unsur maya, sehingga beliau dapat mendengar wahyu
Tuhan. Dalam keadaan demikian, Atman berada sangat dekat sekali
dengan Tuhan. Setelah beliau selesai melakukan samadhi, maka keadaan
beliau kembali biasa.Emosi pikiran dan organ jasmani aktif kembali.

2. Sarupya (Sadharmya) adalah suatu kebebasan yang didapat seseorang di


dunia ini, karena kelahirannya. Kedudukan Atman merupakan pancaran
dari kemahakuasaan Tuhan, seperti halnya Sri Rama, Buddha Gautama,
dan Sri Kresna. Walaupun Atman telah mengambil suatu perwujuda
tertentu, namun ia tidak terikat oleh sesuatu yang ada di dunia ini.

3. Salokya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh atman, dimana
atman itu sendiri telah berada dalam posisi dan kesadaran yang sama
dengan Tuhan. Dalam keadaan seperti itu dapat dikatakan Atman telah
mencapai tingkatan Dewa yang merupakan manifestasi dari tuhan itu
sendiri.

4. Sayujya adalah suatu tingkatan kebebasan yang tertinggi dimana atman


telah bersatu dengan Brahman.

Istilah lain untuk mengklarifikasikan tingkat-tingkat moksa :

1. Jiwa Mukti adalah kebebasan yang dapat didapat seseorang dalam


hidup di dunia ini, dimana atma tidak terpengaruh oleh indriya dan
unsur-unsur maya. Dengan demikian Jiwa Mukti sama sifatnya
dengan Sasmipya dan Sarupya.

2. Wideha Mukti (Karma Mukti) adalah suatu kebebasan yang dapat


dicapai semasa hidup. Dimana atma telah meninggalkan badan
kasar. Dengan demikian maka Wideha Mukti dapat disamakan
dengan Salokya.

3. Purna mukti adalah kebebasan yang paling sempurna dan yang


tertinggi, dimana atman telah bersatu dengan Tuhan. Dengan
demikian Purna mukti dapaat disamakan dengan Sayujya.

6
Untuk mecapai Moksa kita mengenal empat jalan yang disebut
Catur Marga. Yang terdiri dari:

a. Bhakti Marga adalah cara penyatuan atman dengan brahman


melalui cara sujud bhakti berdasarkan cinta kasih.

b. Karma Marga adalah cara penyatuan atman dengan brahman


melalui jalan berbuat baik tanpa pamrih.

c. Jnana Marga adalah cara penyatuan atman dengan brahman


melalui ilmu pengetahuan.

d. Raja Marga Yoga adalah cara penyatuan atman dengan brahman


melalui tapa yoga semadhi.

2.3 Konsep Monotheisme Dalam Veda Agama Hindu


Paham Ketuhanan dala Agama Hindu sampai sekarang masih belum
dimengerti benar-benar oleh orang yang bukan agama Hindu. Nesawan,(1987)
Agama hindu sejak lama selalu menjadi bulan-bulanan, yang dituduhkan
sebaga agama yang Polytheisme yang artinya agama menyembah banyak Tuhan
(poly = banyak , theo = Tuhan) walaupun agama Hindu sesungguhnya bukan
meruoakan agama polytheis. Agama hindu sebagaimana halnya dengan agama
lain, adalah yang Monotheisme, artinya mono = satu, theo = Tuhan. Tuduhan
yang salah itu disebabkan karena penggambaran yang salah oleh para peneliti
agama serta tidak secara menyeluruh. Sebenarnya kesalahan itu dapat dihindari
kalau mereka-mereka itu menyadari bahwa melihat system ketuhanan Hindu harus
dilihat secara konseptual dan menyeluruh, dengan melihat keseluruhan sumber
informasi yang dipergunakan. Wardhana,(1999)
Agama Hindu adalah agama yang Monotheisme atau percaya akan adanya
satu Tuhan. Konsepsi tentang pengertian Keesaan Tuhan telah ada dalam Pustaka
Suci Veda. Semua orang beragama mufakat dalam mengartikan Tuhan sebagai
Yang Maha Tertinggi, tetapi arti dari Yang Maha Tinggi itu berbeda-beda
menurut keyakinan agama masing-masing.

7
Namun yang jelas menurut Konsepsi Monotheisme, Tuhan tidak boleh
dicampurkan dengan hal-hal dunia, karena Tuhan itu satu adanya, dan tidak dapat
dibagi-bagi kemuliaannya.
Menurut Veda, Tuhan adalah Esa, Maha Kuasa, Maha ada, dan menjadi
sumber dari segala yang ada dan tiada. Kepercayaan akan Keesaaan Tuhan dalam
Veda dapat dilihat dari rumusan-rumusan ayat atau mantera yang terdapat di
dalam Rg.Veda. dalam mantera-mantera tersebut sifat-sifat keesaan Tuhan
digambarkan dengan berbagai sebutan mula-mula Purusha (tak terbatas),
kemudian Hiranyagarbha (pencipta semua makhluk), Prajapati (asal mula semua
makhluk), Pita ( ayah dari semua yang ada).
Pemberian nama terhadap sifat-sifat Tuhan ini adalah suatu hal yang dapat
dielakkan, namun tidak mempengaruhi hakikat-Nya yang hakiki. Karena menurut
Veda yang absolute (Tuhan) itu adalah satu, hanya orang-orang bijaksana yang
menyebutnya dengan banyak nama. Hal ini tercantum dalam syair mantera Veda,
yaitu Rg.Veda mandala I.164-46 yang berbunyi :
“Ekam sat wipra bahuda wadanti”
Ini jelaasnya menunjukkan bahwa Tuhan itu adalah satu. Ia yang absolut, Ia
yang tunggal, Ia satu-satunya, hanya sifat-sifat-Nyalah yang digambarkan
berbeda-beda oleh orang-orang yang bijaksana. Hal ini disebabkan keterbatasan
jangkauan pikiran manusia. Ini menunjukkaan bahwa Konsepsi Keesaan Tuhan
jelas tercantumdalam Veda.
Sebagai bulti lain, yang menyatakan Keesaan Tuhan telah tercantum dalam
dalam ayat-ayat Rg.Veda mandaala 10. Dengan kemahakuasan-Nya yang tak
terbatas yang sukar dijangkau pikiran, maka pertama kali dalam Veda Tuhan
disebut “purusa” yang artinya tak terbatas. Hal ini jelas disebutkan dalam Purusa-
Sukta, Rg.Veda 10.90.1-2 yang berbunyi :
Saharsa sirsa purusah
Sahasraksah sahasrapat,
Sa bhumim vis ‘vato vrtva,
Tyatisthad das angulam
Purusa evedam sarvam,
Yabbbhutam yacca bhavyam.

8
Artinya :
Purusha mempunyai kepala, seribu mata dan seribu kaki (Purusa tak terbatas),
beliau meliputi alam semesta ini dari semua arah, tetapi diri_Nya sendiri
(Purusa) lebih dari alam semesta itu dengan ukuran 10 jari. Semua ini, semua
yang sudah jadi adalah sama dengan purusa atau Purusa sama dengan semua
ini, yaitu semua yang sudah jadi dan semua yang akan jadi.
Dalam syair Veda diatas Tuhan dikatakan “Purusa” atau sifat Tuhan tidak
terbatas. Karena Tuhan menurut Veda adalah absolute, tidak ada yang keduanya.
Hanya Tuhanlah yang penguasa alam semesta, karena kuasa Tuhan lebih dari
dunia ini, yang berarti Tuhan adalah Tunggal ada-Nya.

2.4 Pandangan Tuhan Yang Maha Esa Menurut Filsafat Agama


Nesa,(1985) menyebutkan Perkembangan pemahaman umat manusia
terhadap-Nya,lebih jauh bila dalam usaha memantapkan pemahaman kita tentang
Tuhan Yang Maha Esa, kiranya perlu kami ketengahkan pandangan filsafat
tentang ketuhanan.
Pandangan filsafat tentang Tuhan Yang Maha Esa dengan pandangan agama
tentang yang sama tentunya berbeda. Pandangan agama terhadap Tuhan Ynag
Maha Esa atau ajaran ketuhanan menurut ajaran agama disebut teologi, dab
sifatnya adalah sebagai keimanan dan imani atau diyakini oleh pemeluknya.
Linggih,(1995)
Filsafat Ketuhanan berdasarkan pendekatan piker (rasional) sesuai dengan
filsafat. Di dalam filsafat ketuhanan, pandangan tentang TuhanYang Maha Esa
dapat di jumpai beraneka macam, sebagai berikut: Nesa,(1985)
1. Animisme: keyakinan akan adanya roh bahwa segala sesuatu di alam
semesta ini dialami dan dikuasai oleh roh yang berbeda-beda pula.
2. Dinamisme: keyakinan terhadap adanya kekuatan-kekuatan alam.
Kekuatan ala mini dapat berupa makhluk (personal) ataupun tanpa wujud.
Tuhan yang disebut sebagai Super Natural Power (kekuatan alam yang
tertinggi).
3. Totemisme: keyakinan tentang adanya binatang keramat, yang sangat
dihormati. Binatang tersebut diyakini memiliki kesaktian. Umumnya

9
adalah binatang mitos, juga binatang tertentu di ala mini yang di anggap
keramat.
4. Polytheisme: keyakinan terhadap adanya banyak Tuhan. Wujud Tuhan
berbeda beda sesuai dengan keyakinan manusia.
5. Natural Pillytheisme: keyakinan terhadap adanya banyak Tuhan sebagai
penguasa berbagai aspek alam, misalnya: Tuhan, matahari, angina, bulan
dan sebagainya.
6. Henotheisme atau Khathenoisme: keyakinan atau teori kepercayaan ini di
ungkapkan oleh F.Max Muller ketika iya mempelajari kitab sucii Veda.
Sebelumnya, ia mengajukan teori Natural Polytheisme seperti tersebut
diatas. Yang dimaksud Henotheisme dan Kathenoisme adalah keyakinan
terhadap adanya Deva tertinggi yang pada suatu masa akan digantikan
oleh Deva yang lain sebagai Deva tertinggi. Hal ini dijumpai dalam
Rg.Veda pada suatu masa Deva Agni menempati kedudukan tertinggi,
tetapi pada masa berikutnya, deva itu digantikan oleh Deva Indra, Vayu
atau Surya. Dalam perkembangan selanjutnya, terutama pada kitab-kitab
Purana deva-deva tersebut diambilah fungsinya dan digantikan oleh deva-
deva Tri Mu.
Deva Agni digantikan oleh Brahma, Indra-Vayu digantikan oleh Visnu
dan Surya digantikan oleh Siva. Demikian pula Devi Sarasvati adalah
Devi Kebijaksanaan dan Devi Sungai dalam Veda kemudian menjadi sakti
Deva Brahma dalam kitab-kitab Itihasa dan Purana. Juga Deva Visnu
yang sangat besar dalam kitab-kitab Purana (Srimad Bhagavatam atau
Bhagavata Purana, Visnu Purana), dan lain-lain
7. Phanteisme: keyakinan bahwa dimana0mana serba Tuhan atau setiap
aspek alam digambarkan di kuasai oleh Tuhan. Menurut sejarawan Arnold
Toynbee dan Daisaku Ikeda, sikap sikap bangsa India dan Asia Timur
adalah: Phanteisme yang berbeda dengan monotheisme Yahudi. Dalam
pandangan Phanteisme, ihwal, ketuhanan termaktub (immanent) di alam
semesta. Dalam pandangan Monotheisme, ihwal Ketuhanan direnggut dari
alam semesta dan dibuat berada di luar pengertian dan pengalaman
manusia (transcendent).

10
8. Monotheisme: keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Tuhan Yang
Satu). Keyakinan ini dibedakan atas:
a. Monotheisme Transcendent: keyakinan yang memandang Tuhan Ynag
Maha Esa berada jauh diluar Ciptaan-Nya. Tuhan Yang Maha Esa
Maha Luhur, tidak terjangkau oleh akal dan pikiran manusia.
b. Monotheisme Immanent: keyakinan yang memandang bahwa Tuhan
Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta beserta isinya, tetapi
Tuhan Yang Maha Esa itu berada diluar dan sekaligus didalam
Ciptaan-Nya. Hal ini dapat diibaratkan dengan sebuah gelas yang
penuh berisi air, kemudian sebagian air tumpah, ternyata keadaan air
didalam gelas tidak berubah.
9. Monisme: keyakinan terhadap Keesaan Tuhan Yang Maha Esa merupakan
hakekat alam semesta. Sebuah kalimat Brhadaranyaka Upanisad
menyatakan:”Sarvam Khalvidam Brahman” (segalanya adalah Tuhan
Yang Maha Esa).

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Hyang Widhi Wasa adalah Tuhan Yang Maha Esa, maha tahu serta
mengatur alam semesta.Memiliki wujud hana tan hana yaitu wujud yang ada
namun tak nampak. Apabila kita memperhatikan wujud beliau yang maha gaib itu
memiliki filsafat atau tattwa . Panca Sraddha merupakan lima keyakinan agama
hindu, yang terdiri dari Widhi tattwa, Atma tattwa, Karma Phala tattwa,
punarbhawa tattwa, dan Moksa tattwa. Kemahakuasaan beliau yang maha suksma
itu dapat digambarkan sebagai Asta Iswarya. Asta Iswarya adalah delapan
kemahakuasaan Sang Hyang Widhi.Percikan kecil dari Sang Hyang Widhi yang
berada dalam tubuh manusia disebut atma. Segala perbuatan manusia dinamakan
karma, sedangkan akibat dari perbuatan tersebut disebut phala atau hasil.
Punarbhawa berarti kelahiran yang berulang ulang yang juga disebut penitisan
atau samsara. Punarbhawa atau samsara ini terjadi diakibatkan oleh adanya hukum
karma , dimana karma yang jelek menyebabkan atma menjelma kembali untuk
memperbaiki perbuatannya itu atau atma itu masih dipengaruhi oleh karma
wesana (bekas bekas atau sisa sisa perbuatan) atau kenikmatan duniawi sehingga
tertarik untuk lahir ke dunia. Dan moksa merupakan atman yang telah bersatu
dengan Tuhan dan mecapai kesempurnaan.

3.2 Saran
Semua yang ada di dunia ini adalah karena Kuasa Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, atas yajna Beliaulah dunia ini terciptakan dan kita adalah sebagian dari
yajna beliau. Maka kita sebagai satu-satunya ciptaan Tuhan yang di berikan akal
pikiran harus menjaga apa yang telah Beliau berikan. Dan harus berbuat sesuai
dengan ajaranya yaitu sesui Panca Sradha.

12
DAFTAR PUSTAKA

Punyatmaja,I B Oka.1976.Panca Sradha.Denpasar:Parisadha Hindu Dharma


Pusat.
Artika,I Made,dkk. Pendidikan Agama Hindu.Denpasar: PT Percetakan Bali Post.
Nesawan,I Nyoman.1987.Pendidikan Agama Hindu : untuk kelas
I.Bandung:Ganeca Exact.
Nesawan,I Nyoman.1987.Pendidikan Agama Hindu : untuk kelas
III.Bandung:Ganeca Exact.
Sumawa,I Wayan,dkk.2000.Wacana pendidikan dan Pengajaran Agama
Hindu.Denpasar:Rhika Dewata.
Sukartha,I Ketut.2005.Widya Dharma Agama Hindu : untuk SMP kelas
VIII.Bandung:Ganeca Exact.
Nesa, Mangku Wayan.1985.Rangkuman Materi Agama Hindu.Ubud.Khusus
untuk keperluan sendiri.
Linggih, I made,dkk.1995.Bahan pendidikan Agama Hindu.Denpasar:MGMP
Agama Hindu SMU Provinsi Bali.
Wardhana,Ida Bagus Rai.1999.Buku Pendidikan Agama hindu:untuk SMP kelas
II.Bandung:Lubuk Agung.

13

Вам также может понравиться