Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH :
Om, Swastyastu
Senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat ida
Sang Hyang Widi Wasa yang sampai saat ini masih
memberi kita nikmat iman dan kesehaatan, sehingga
saya diberi kesempatan untuk menyelesaikan
Komunikasi Bisnis ini tentang “ Pengaruh Keragaman
Terhadap Kehidupan Beragama, Bemasyarakat,
dalam Kehidupan Sosial ”
Adapun penulisan makalah ini adalah sebagai
pemenuhan tugas Ilmu Sosial dan Budaya. Penulis
sampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya
kepada setiap pihak yang sudah mendukung selama
berlangsungnya pembuatan makalah ini. Penulis
sekaligus juga berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi setiap pembaca.
Disertai keseluruhan rasa rendah hati, kritik dan
saran yang membangun amat kami nantikan dari
kalangan pembaca agar nantinya meningkatkan dan
merevisi kembali pembuatan makalah di tugas lainnya
dan di waktu berikutnya.
Om, Santhi, Santhi, Santhi, Om
Singaraja ,31 Desember 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB II
PENDAHULUAN
1
Di Indonesia, berbagai konflik antar suku bangsa, antar
penganut keyakinan keagamaan, ataupun antarkelompok
telah memakan korban jiwa dan raga serta harta benda,
seperti kasus Sambas, Ambon, Poso, dan kalimantan
Tengah. Masyarakat majemuk Indonesia belum
menghasilkan tatanan kehidupan yang egalitarian dan
demokratis.
Persoalan-persoalan tersebut sering muncul
akibat adanya dominasi sosial oleh suatu kelompok.
Adanya dominasi sosial didasarkan pada pengamatan
bahwa semua kelompok manusia ditunjukkan pada
struktur dalam sistem hirarki sosial pada suatu
kelompok. Didalamnya ditetapkan satu atau sejumlah
kecil dominasi dan hegemoni kelompok pada posisi
teratas dan satu atau sejumlah kelompok subordinat pada
posisi paling bawah. Diantara kelompok-kelompok yang
ada, kelompok dominan dicirikan dengan kepemilikan
yang lebih besar dalam pembagian nilai-nilai sosial yang
berlaku. Adanya dominasi sosial ini dapat mengakiba
tkan konflik sosial yang lebih tajam.
Semangat multikulturalisme dengan dasar
kebersamaan, toleransi, dan saling pengertian merupakan
proses terus menerus, bukan proses sekali jadi dan sudah
itu berhenti. Disinilah setiap komunitas masyarakat dan
kebudayaan dituntut untuk belajar terus menerus atau
belajar berkelanjutan. Proses pembelajaran semangat
multikulturalisme terus menerus dan berkesinambungan
perlu dilakukan. Untuk itu, penting bagi kita memiliki
dan mengembangkan kemampuan hidup bersama dalam
2
multikulturalisme masyarakat dan kebudayaan
Indonesia. Kemampuan belajar hidup bersama didalam
perbedaan inilah yang mempertahankan, bahkan
menyelamatkan semangat multikulturisme. Tanpa
kemampuan belajar hidup bersama yang memadahi dan
tinggi niscaya semangat multikulturalime akan meredup.
Sebaliknya, kemampuan belajar hidup bersama yang
memadai dan tinggi akan menghidupkan dan
mengfungsionalkan semangat multikulturalime. Proses
pembelajaran semangat multikulturalime atau
kemampuan belajar hidup bersama ditengah perbedaan
dapat dibentuk, dipupuk, atau dikembangkan dengan
kegiatan, keberanian melakukan perantauan budaya
(cultural passing over) pemahaman lintas budaya (cross
cultural understanding) dan pembelajaran lintas budaya
(learning a cross culture).
Hal inilah yang menjadi latar belakang kami
membuat makalah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar ini
agar menambah pengetahuan mengenai kemajemukan,
keragaman, dan kesetaraan dlam masyarakat supaya
tidak bertindak diskriminatif antar sesama sehingga
dengan makalah ini tercipta kehidupan yang harmonis
dan damai dalam masyarakat.
3
1. Apa itu Keragaman dan kesetaraan yang saling
berkaitan satu sama lain ?
2. Apa Keragaman dan kesetaraan dari manusia dan
bangsa Indonesia dan menjadikannya sebahai
bingkai dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia?
3. Bagaimana mengenali bagaimana masyarakat
Indonesia, mengenali dan mengeola keragaman
dan kesetaraan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara sesuai dengan semboyan “Bhineka
Tunggal Ika”?
4. Bagaimana Pengaruh keragaman dalam
kehidupan beragarmasyarakat, bernegara dan
kehidupan global?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
mengurangi potensi konflik, melainkan juga untuk
memungkinkan pelayanan (public) yang prima dan sesuai
dengan kebutuhan pengguna jasa. Bhineka tunggal ika dan
unity in diversity ditunjukkan untuk mengelolah keragaman
agama dan etnisitas semata.
Ada banyak cara megelola keragaman antara lain
dapat dilakukan dengan cara (Abdulkadir, 2008) berikut :
Untuk mendekonstruksi streotip dan prasangka
terhadap identitas lain.
Untuk nengenal dan berteman dengan sebanyak
mungkin orang dengan identitas yang
berbedabukan hanya sebatas kenal nama dan wajah
tetapi mengenali latar belakang, karakter, dan
ekspektasi.
Untuk mengembangkan ikatan-ikatan (pertemanan,
bisnis, organisasi, asosiasi, dll) yang bersifat
inklusif dan lintas identitas bukan bersifat
eksklusif.
Untuk mempelajari ritual dan falsafah identitas lain
Untuk mengembangkan empati terhadap identitas
yang berbeda Untuk menolak berpartisipasi dalam
prilaku-prilaku yang diskriminatif
6
Multikulturalisme adalah sebuah paham yang
mengakui adanya perbedaan dalam kesetaraan, biak secara
individual maupun secara kelompok dalam kerangka
kebudayaan. Heterogenitas kekayaan Negara Indonesia ini
terekatkan dalam bhineka tunggal ika. (Yunanto, 2008).
Dengan kata lain, kekayaan budaya dapat bertindak
sebvagai factor pemersatu, yang sifatnya majemuk dan
dinamis. Tidak ada kebudayaan Indonesia, bila bukan
terbentuk dari kebudayaan masyarakat yang lebih kecil.
Sebagai sebuah konsep, mutikulturalisme manjadi
dasar bagi tumbuhnya masyarakat sipil yang demokratis
demi terwujudnya keteraturan social. Sehingga, bisa
menjamin rasa aman bagi masyarakat dan kelancaran tata
kehidupan masyarakat.
Dalama Bukunya Yunanto, 2008, kemajemukan
Indonesia yang begitu luasnya terdiri dari sedikitnya 500
suku bangsa, maka mutikulturalisme hendaknya tidak
hanya sekedar retorika, tetapi harus diprjuangkan sebagai
landasan bagi tumbuh dan tegaknya proses demokrasi,
pengakuan hak asasi manusia, dan akhirnya bermuara pada
kesejahteraan masyarakat. Upaya itu harus dilakukan jika
melihat berbagai konflik yang terjadi di sejumlah daerah di
tanah air beberapa waktu lalu. Konflik itu mengindikasikan
belum tuntasnya penbentuka masyarakat mutikultural di
Indonesia. Munculnya konflik antar suku misalnya,
menunjukkan belum dipahaminya prinsip mutikulturalisme
yang mengakui perbedaan dalam kesetaraan. Pemahaman
nilai-nilai kesetaraan dalam perbedaan itulah yang
senantiasa dilakukan secara aktif baik oleh tokoh
masyarakat, tokoh partai, maupun lembaga swadaya
7
masyarakat. Dengan demikian, pemahaman bahwa bangsa
indinesia merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai
kebudayaan harus menjadi bagian tak terpisahkan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kesetaraan setiap warga masyarakat dan
dijaminnya hak masyarakat tradisional merupakan unsur
dasar dari prinsip demokrasi yang terkandung dalam
pengakuan terhadap kesetaraan dan toleransi perbedaan
dalam kemajemukkan.
8
kekuasaan satu kelompok terhadap kelompok yang lain.
Republic kita yang sudah berumur tua untuk ukuran
manusia, 65 tahun saja tidak ada keadilan dalam
kehidupan berbangsa. Keadaan adil dan makmur yang
menjadi idaman seluruh rakyat Indonesia tidak pernah
datang sampai sekarangdan kemungkinan besar di masa
yang akan dating nanti.
9
akan mucul dan berkembang dalam susunan masyarakat
yang didirikan diatas paham dominasi dan kekuasaan
satu kelompok terhadap kelompok yang lain. Kesetaraan
merupakan identitas nasional Indonesia.
10
1. Disharmonisasi, adalah tidak adanya penyesuaian atas
keragaman antara manusia dengan dunia
lingkungannya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ditengah arus reformasi dewasa ini, agar selamat
mencapai kehidupan sosial yang baik, maka yang harus
lebih diingat-ingat dan dijadikan landasan kebijakan
mestinya harus berbasis pada konsep bhineka tunggal
ika. Artinya, sekalipun berada dalam satu kesatuan tidak
boleh dilupakan, bahwa sesungguhnya bangsa ini
berbeda-beda dalam suatu keragaman.
Kesetaraan bisa diwujudkan dengan pemarataan di
dalam kehidupan sosial dan juga keadilan di dalam
bidang hukum ( bahwa semua sama di hadapan hukum).
Namun jangan sampai kita salah langkah, yang bisa
berakibat yang sebaliknya : sebuah konflik yang
berkepanjangan. Oleh karena itu keragaman dan
kesetaraan harus ditanamkan sejak dini kepada generasi
mudah penerus bangsa.
3.2 Saran
Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan
terkecil dalam suatu organisasi atau kelompok manusia
harus memiliki kesadaran diri terhadap realita yang
berkembang ditengah masyarakat sehingga dapat
menghindari masalah yang berpokok-pangkal dari
keragaman dan kesetaraan sebagai sifat dasar manusia.
12
DAFTAR PUSAKA
13
BIODATA DIRI
14