Вы находитесь на странице: 1из 17

Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Nilai Ujian

Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar

OLEH :

NAMA : MADE KARMAYASA


NIM : 1815071013
KELAS :A

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


FAKULTAS TEHNIK DAN KEJURUAN
PENDIDIKAN TEHNIK MESIN
TAHUN AJARAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Om, Swastyastu
Senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat ida
Sang Hyang Widi Wasa yang sampai saat ini masih
memberi kita nikmat iman dan kesehaatan, sehingga
saya diberi kesempatan untuk menyelesaikan
Komunikasi Bisnis ini tentang “ Pengaruh Keragaman
Terhadap Kehidupan Beragama, Bemasyarakat,
dalam Kehidupan Sosial ”
Adapun penulisan makalah ini adalah sebagai
pemenuhan tugas Ilmu Sosial dan Budaya. Penulis
sampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya
kepada setiap pihak yang sudah mendukung selama
berlangsungnya pembuatan makalah ini. Penulis
sekaligus juga berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi setiap pembaca.
Disertai keseluruhan rasa rendah hati, kritik dan
saran yang membangun amat kami nantikan dari
kalangan pembaca agar nantinya meningkatkan dan
merevisi kembali pembuatan makalah di tugas lainnya
dan di waktu berikutnya.
Om, Santhi, Santhi, Santhi, Om
Singaraja ,31 Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................... ii
BAB II............................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................... 4
BAB II............................................................................. 5
PEMBAHASAN ............................................................. 5
2.1 Mengenal dan Mengelola Keragaman Masyarakat... 5
2.2 Memahami Masyarakat Multikultural ...................... 6
2.3 Kesetaraan dalam Kehidupan Bermasyarakat .......... 8
2.4 Pengaruh Keragaman Terhadap Kehidupan
Beragama, Bemasyarakat, Bernegara, dalam Kehidupan
Sosial ........................................................................ 10
BAB III ......................................................................... 12
PENUTUP..................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ............................................................. 12
3.2 Saran ....................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB II
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan
sekaligus keniscayaan dalam kehidupan dimasyarakat.
Keragaman merupakan salah satu realitas utama yang
dialami masyarakat dan kebudayaan dimasa silam, kini
dan diwaktu-waktu mendatan(Hartono,2001). Sebagai
fakta, keragaman sering disikapi secara berbeda. Disatu
sisi diterima sebagai fakta yang dapat memperkaya
kehidupan bersama, tetapi disisi lain dianggap sebagai
faktor penyulit. Kemajemukan bisa mendatangkan
manfaat yang besar, namun juga bisa menjadi pemicu
konflik yang dapat merugikan masyarakat sendiri jika
tidak dikelola dengan baik.
Menurut, Abdulkadir, (2008). Setiap manusia
dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman identitas
yang disandang. Kesetaraan merupakan hal yang
inherent yang dimiliki manusia sejak lahir. Setiap
individu memiliki hak-hak dasar yang sama yang
melekat pada dirinya sejak dilahirkan atau yang disebut
dengan hak asasi manusia. Kesetaraan derajat individu
melihat individu sebagai manusia yang berderajat sama
dengan meniadakan hierarki atau jenjang sosial yang
menempel pada dirinya berdasarkan atas asal rasial, suku
bangsa, kebangsawanan ataupun kekayaan dan
kekuasaan.

1
Di Indonesia, berbagai konflik antar suku bangsa, antar
penganut keyakinan keagamaan, ataupun antarkelompok
telah memakan korban jiwa dan raga serta harta benda,
seperti kasus Sambas, Ambon, Poso, dan kalimantan
Tengah. Masyarakat majemuk Indonesia belum
menghasilkan tatanan kehidupan yang egalitarian dan
demokratis.
Persoalan-persoalan tersebut sering muncul
akibat adanya dominasi sosial oleh suatu kelompok.
Adanya dominasi sosial didasarkan pada pengamatan
bahwa semua kelompok manusia ditunjukkan pada
struktur dalam sistem hirarki sosial pada suatu
kelompok. Didalamnya ditetapkan satu atau sejumlah
kecil dominasi dan hegemoni kelompok pada posisi
teratas dan satu atau sejumlah kelompok subordinat pada
posisi paling bawah. Diantara kelompok-kelompok yang
ada, kelompok dominan dicirikan dengan kepemilikan
yang lebih besar dalam pembagian nilai-nilai sosial yang
berlaku. Adanya dominasi sosial ini dapat mengakiba
tkan konflik sosial yang lebih tajam.
Semangat multikulturalisme dengan dasar
kebersamaan, toleransi, dan saling pengertian merupakan
proses terus menerus, bukan proses sekali jadi dan sudah
itu berhenti. Disinilah setiap komunitas masyarakat dan
kebudayaan dituntut untuk belajar terus menerus atau
belajar berkelanjutan. Proses pembelajaran semangat
multikulturalisme terus menerus dan berkesinambungan
perlu dilakukan. Untuk itu, penting bagi kita memiliki
dan mengembangkan kemampuan hidup bersama dalam

2
multikulturalisme masyarakat dan kebudayaan
Indonesia. Kemampuan belajar hidup bersama didalam
perbedaan inilah yang mempertahankan, bahkan
menyelamatkan semangat multikulturisme. Tanpa
kemampuan belajar hidup bersama yang memadahi dan
tinggi niscaya semangat multikulturalime akan meredup.
Sebaliknya, kemampuan belajar hidup bersama yang
memadai dan tinggi akan menghidupkan dan
mengfungsionalkan semangat multikulturalime. Proses
pembelajaran semangat multikulturalime atau
kemampuan belajar hidup bersama ditengah perbedaan
dapat dibentuk, dipupuk, atau dikembangkan dengan
kegiatan, keberanian melakukan perantauan budaya
(cultural passing over) pemahaman lintas budaya (cross
cultural understanding) dan pembelajaran lintas budaya
(learning a cross culture).
Hal inilah yang menjadi latar belakang kami
membuat makalah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar ini
agar menambah pengetahuan mengenai kemajemukan,
keragaman, dan kesetaraan dlam masyarakat supaya
tidak bertindak diskriminatif antar sesama sehingga
dengan makalah ini tercipta kehidupan yang harmonis
dan damai dalam masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan
diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:

3
1. Apa itu Keragaman dan kesetaraan yang saling
berkaitan satu sama lain ?
2. Apa Keragaman dan kesetaraan dari manusia dan
bangsa Indonesia dan menjadikannya sebahai
bingkai dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia?
3. Bagaimana mengenali bagaimana masyarakat
Indonesia, mengenali dan mengeola keragaman
dan kesetaraan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara sesuai dengan semboyan “Bhineka
Tunggal Ika”?
4. Bagaimana Pengaruh keragaman dalam
kehidupan beragarmasyarakat, bernegara dan
kehidupan global?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk


menambah pengetahuan di Bidang Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar dan menambah pengetahuan tentang
kemajemukan, kesetaraan dan keragaman manusia yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mengenal dan Mengelola Keragaman Masyarakat


Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu
berkaitan dengan konsep kesetaraan dan keragaman.
Konsep kesetaraan (equity) bisa dikaji dengan
pendekatan formal dan pendekatan substantif. Pada
pendekatan formal kita mengkaji kesetaraan berdasarkan
peraturan-peraturan yang berlaku, baik berupa undang-
undang, maupun norna, sedangkan pendekatan substantif
mengkaji konsep kesetaraan berdasarkan keluaran atau
output, maupun proses terjadinya kesetaraan.
(Abdulkadir, 2008).
Menurut, Mulyana, 2006.. Identitas dapat
diartikan sebagai ciri yang melekat atau dilekatkan pada
seseorang atau sekelompok orang, beberapa identitas,
misalnya ras dan usia cenderung bersifat given. Beberapa
lainnya lebih merupakan pilihan, agama, ideology dan
profesi. Disamping itu, adapula identitas yang terkait
pencapaian, seperti pemenang atau pecundang, kaya atau
miskin, pintar atau bodoh.
Adakalanya sebuah identitas terkesan sangat
mencolok atau berarti disbanding yang lainnya. Identitas
agama dan etnisitas biasanya mendapatkan perhatian lebih,
bisa jadi, ini karena kedaunya sudan dianggap lebih rawan
konflik dibandingkan identitas lainnya. (Husodo, 2009)
Padahal, keragaman status social, kondisi fisik, fungsi dan
profesi, jenis kelamin, usia, ideology, gaya hidup, dan lain
sebagainya juga perlu dikelola. Hal ini bukan semata untuk

5
mengurangi potensi konflik, melainkan juga untuk
memungkinkan pelayanan (public) yang prima dan sesuai
dengan kebutuhan pengguna jasa. Bhineka tunggal ika dan
unity in diversity ditunjukkan untuk mengelolah keragaman
agama dan etnisitas semata.
Ada banyak cara megelola keragaman antara lain
dapat dilakukan dengan cara (Abdulkadir, 2008) berikut :
 Untuk mendekonstruksi streotip dan prasangka
terhadap identitas lain.
 Untuk nengenal dan berteman dengan sebanyak
mungkin orang dengan identitas yang
berbedabukan hanya sebatas kenal nama dan wajah
tetapi mengenali latar belakang, karakter, dan
ekspektasi.
 Untuk mengembangkan ikatan-ikatan (pertemanan,
bisnis, organisasi, asosiasi, dll) yang bersifat
inklusif dan lintas identitas bukan bersifat
eksklusif.
 Untuk mempelajari ritual dan falsafah identitas lain
 Untuk mengembangkan empati terhadap identitas
yang berbeda Untuk menolak berpartisipasi dalam
prilaku-prilaku yang diskriminatif

2.2 Memahami Masyarakat Multikultural


Menururt, Yunanto, 2008. Multikultural sendiri
sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari pengrtian
kebudayaan. Karena kata kebudayaan itulah, yang menjadi
kunci pemahaman konsep multikulturalisme. Kebudayaa
merupakan sekumpulan nilai moral untuk meningkatkan
derajat manusia dan kemanusiaan.

6
Multikulturalisme adalah sebuah paham yang
mengakui adanya perbedaan dalam kesetaraan, biak secara
individual maupun secara kelompok dalam kerangka
kebudayaan. Heterogenitas kekayaan Negara Indonesia ini
terekatkan dalam bhineka tunggal ika. (Yunanto, 2008).
Dengan kata lain, kekayaan budaya dapat bertindak
sebvagai factor pemersatu, yang sifatnya majemuk dan
dinamis. Tidak ada kebudayaan Indonesia, bila bukan
terbentuk dari kebudayaan masyarakat yang lebih kecil.
Sebagai sebuah konsep, mutikulturalisme manjadi
dasar bagi tumbuhnya masyarakat sipil yang demokratis
demi terwujudnya keteraturan social. Sehingga, bisa
menjamin rasa aman bagi masyarakat dan kelancaran tata
kehidupan masyarakat.
Dalama Bukunya Yunanto, 2008, kemajemukan
Indonesia yang begitu luasnya terdiri dari sedikitnya 500
suku bangsa, maka mutikulturalisme hendaknya tidak
hanya sekedar retorika, tetapi harus diprjuangkan sebagai
landasan bagi tumbuh dan tegaknya proses demokrasi,
pengakuan hak asasi manusia, dan akhirnya bermuara pada
kesejahteraan masyarakat. Upaya itu harus dilakukan jika
melihat berbagai konflik yang terjadi di sejumlah daerah di
tanah air beberapa waktu lalu. Konflik itu mengindikasikan
belum tuntasnya penbentuka masyarakat mutikultural di
Indonesia. Munculnya konflik antar suku misalnya,
menunjukkan belum dipahaminya prinsip mutikulturalisme
yang mengakui perbedaan dalam kesetaraan. Pemahaman
nilai-nilai kesetaraan dalam perbedaan itulah yang
senantiasa dilakukan secara aktif baik oleh tokoh
masyarakat, tokoh partai, maupun lembaga swadaya

7
masyarakat. Dengan demikian, pemahaman bahwa bangsa
indinesia merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai
kebudayaan harus menjadi bagian tak terpisahkan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kesetaraan setiap warga masyarakat dan
dijaminnya hak masyarakat tradisional merupakan unsur
dasar dari prinsip demokrasi yang terkandung dalam
pengakuan terhadap kesetaraan dan toleransi perbedaan
dalam kemajemukkan.

2.3 Kesetaraan dalam Kehidupan Bermasyarakat


Mulyana, 2006 menyebutkan Kesetaraan mungkin
belum beberapa abad terakhir ini dimulai oleh manusia.
Tentunya seruan dengan suara kecil malah yang hamper
tidak terdengar, pada ribuan tahun yang lalu suda ada.
Tingkatanya rakyat jelata, tetapi berkeinginnan agar
menjadi seapadan dengan para bangsawan, dengan para
orang kayaserta berkuasa bahkan memjadi anggota
kalangan sang bagianda raja. Menurutnya kalau kita mau
memikirkan matang-matang keinginanuntuk setara itu,
biasanya dan selalu dating dari pihak yang kurang
beruntung untuk menyamai kaum yang sedang atau
sudah beruntung.
Menururtnya kesetaraan mungkin sekali adalah
karena jurang yang memisahkan kaum yang merasa
dirinya tidak setara dengan kaum yang ingin disetarai,
semakin suram dan semakin lebar saja. Kesetaraan ini
tidak akan muncul dan berkembang dalam susunan
masyarakat yang didirikan diatas paham dominasi dan

8
kekuasaan satu kelompok terhadap kelompok yang lain.
Republic kita yang sudah berumur tua untuk ukuran
manusia, 65 tahun saja tidak ada keadilan dalam
kehidupan berbangsa. Keadaan adil dan makmur yang
menjadi idaman seluruh rakyat Indonesia tidak pernah
datang sampai sekarangdan kemungkinan besar di masa
yang akan dating nanti.

Untuk mencapai kesetaraan itu sebaiknya dengan


cara menaikkan derajat, peringkat, kondisi serta
kemampuan setiap perorangan ketingkat yang
diingininya dengan upaya sendiri-sendiri untuk tahap
awal. Ini adalah satu-satunya jalan. Jangan mengajak
teman sejawat terlebih dahulu hanya untuk membentuk
mass-mass forming. mass forming sepereti ini akan
menjadi solid-utuh kalau para pemebentuknya memang
memiliki peringkat yang setara. Kalau isi para
pembentuknya tidak sama kemampuannya, visinya dan
tugasnya maka masa yang dibentuknya akan tidak utruh
serta mudah tercerai-berai. Yang memilukan adalah
bahwa setiap orang yang menpunyai ambisi untuk
menggerakkan massa untuk mencapai kesetaraan, kurang
mengamati sekelilingnya sendiri.( Mulyana, 2006)
Dengan identitas pluralis dan multikulturalis itu
bangunan interaksi dan relasi antara manusia Indonesia
akan bersifat setara. Paham kesetaraan akan menandai
cara berfikir dan perilaku bangsa Indonesia, apabila setip
orang Indonesia berdiri di atas realitas bangsanya yang
plural dan multicultural itu. Identitas kesetaraan ini tidak

9
akan mucul dan berkembang dalam susunan masyarakat
yang didirikan diatas paham dominasi dan kekuasaan
satu kelompok terhadap kelompok yang lain. Kesetaraan
merupakan identitas nasional Indonesia.

2.4 Pengaruh Keragaman Terhadap Kehidupan


Beragama, Bemasyarakat, Bernegara, dalam
Kehidupan Sosial

Menurut, Abdulkadir, 2008, Pengaruh keragaman


diantaranya tehadap kehidupan sosial adalah
a. Terjadinya segmentasi kedalam kelompok-kelompok
yang seringkali memiliki kebudayaan yang berbeda.
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam
lembaga-lembaga yang bersifat non komplemeter.
c. Kurang mengembangkan konsesus diantara para
anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang
bersifat dasar.
d. Secara relatif sering kali terjadi konflik diantara
kelompok yang satu dengan yang lainnya.
e. Secara relatif intergrasi sosial tumbuh diatas paksaan
dan saling ketergantungan didalam bidang ekonomi.
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok
terhadap kelompok yang lain.

Sedangkan Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap


dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta masalah-
masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa.
(Wahyudi, 2009) seperti

10
1. Disharmonisasi, adalah tidak adanya penyesuaian atas
keragaman antara manusia dengan dunia
lingkungannya.

2. Perilaku diskriminatif terhadap etnis atau kelompok


masyarakat tertentu akan memunculkan masalah yang
lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang
tentu saja tidak menguntungkan bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara.

3. Eksklusivisme, rasialis, bersumber dari


superioritas diri, alasannya dapat bermacam-
macam, antara lain keyakinan bahwa secara
kodrati ras/sukunya kelompoknya lebih tinggi
dari ras/suku/kelompok lain.
Menururt, Abdulkadir, 2008, Ada beberapa hal yang
dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan
oleh pengaruh negative dari keragaman, yaitu :
1. Semangat Religius
2. Semangat Nasionalisme
3. Semangat Fluralisme
4. Dialog antar umat beragama
5. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi
maupun konfigurasi hubungan antar agama, media,
masa, dan harmonisasinya.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ditengah arus reformasi dewasa ini, agar selamat
mencapai kehidupan sosial yang baik, maka yang harus
lebih diingat-ingat dan dijadikan landasan kebijakan
mestinya harus berbasis pada konsep bhineka tunggal
ika. Artinya, sekalipun berada dalam satu kesatuan tidak
boleh dilupakan, bahwa sesungguhnya bangsa ini
berbeda-beda dalam suatu keragaman.
Kesetaraan bisa diwujudkan dengan pemarataan di
dalam kehidupan sosial dan juga keadilan di dalam
bidang hukum ( bahwa semua sama di hadapan hukum).
Namun jangan sampai kita salah langkah, yang bisa
berakibat yang sebaliknya : sebuah konflik yang
berkepanjangan. Oleh karena itu keragaman dan
kesetaraan harus ditanamkan sejak dini kepada generasi
mudah penerus bangsa.

3.2 Saran
Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan
terkecil dalam suatu organisasi atau kelompok manusia
harus memiliki kesadaran diri terhadap realita yang
berkembang ditengah masyarakat sehingga dapat
menghindari masalah yang berpokok-pangkal dari
keragaman dan kesetaraan sebagai sifat dasar manusia.

12
DAFTAR PUSAKA

Hartono, Yudi. 2001. Ilmu Sosial Budaya Dasar


Bandung: Pt Citra Aditya Bakti
Husodo, siwono yudo. 2009. Pancasila dan
Keberlanjutan
Mulyana, Agung. 2006. Memahami
MasyarakatMultikultural, Suara Karya.
Wahyudi, M Zaid. 2009. Jadikan Toleransi sebagai
Modal.
Yunanto, Ignatius. 2008. Martikulturalisme sebuah
perjuangan panjang bangsa Indonesia
Abdulkadir, M. (2008). Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Bandung: Pt Citra Aditya Bakt

13
BIODATA DIRI

Nama : Made Karmayasa,


Tempat Tanggal Lahir: Buleleng 26 Oktober 1998
Alamat Tinggal : Jalan Gempol Gang Kakaktua
Banyuning Singaraja
Nim :1815071013,
Jurusan : Pendidikan Teknik Mesin,
Fakultas :Teknik Dan Kejuruan,
Semester :Satu, Jumlah Saudara: 2,
Nama Ibu Kandung :Wayan Suarmini,
Nama Ayah Kandung :Gede Dharma,
Nama Kakak Kandung :Ni Luh Putu Kantini

14

Вам также может понравиться