Вы находитесь на странице: 1из 25

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : ADHITIA SHANDY ALMADANI

NIM : P07120216049

JUDUL : LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN GANGGUAN PEMEBUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI
RUANG SYARAF

PEMBIMING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

Hj. Evy Risa Mariana, S.Pd, M.Pd Asih Dwi Mulyati, S.Kep. Ns
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN NUTRISI DI RUANG SYARAF

RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi aatau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan
atau bahan-ahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk
aktivitas penting dalam tubuh, serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan
sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi, dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi,
serta keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
Makanan yang kita makan tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh dalam bentuk energi
sebelum melalui proses pencernaan, absorpsi, dan metabolism. Tubuh memerlukan
energy untuk fungsi-fungsi fisiologis organ tubuh, pergerakan, mempertahankan
temperature, fungsi kelenjar, kerja hormon, pertumbuhan, dan peggantian sel-sel yang
rusak.

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan Manusia


a. Mulut
Makanan yang masuk ke mulut akan dicerna. Makanan akan dipotong-potong,
dibasahi dengan air liur, dan selanjutnya didorong masuk ke esophagus
(kerongkongan) oleh lidah. Sekresi ion pada saliva. Saliva terutama mengandung
sejumlah besar ion kalium dan ion bikaronat. Fungsi saliva yaitu untuk kebersihan
mulut. Saliva memantu mencegah proses kerusakan. Pengaturan sekresi saliva oleh
saraf. Kelenjar saliva di control oleh sinyal saraf parasimpatis dari nucleus salivatorius
dan inferior pada batang otak.
Pada mulut terjadi pencernaan secara mekanik dan kimiawi. Pencernaan kimiawi
yaitu bercampurnya makanan yang telah dikunyah dengan air liur yang mengandung
enzim ptyalin, enzim ini berfungsi mengubah amilum menjadi maltose.
b. Esofagus
Esofagus berfungsi sebagai saluran penghubung antara rongga mulut dan
lambung. Dinding esophagus dilapisi oleh jaringan epitel berlapis pipih. Sepertiga
bagian dari esofagus terdiri atas otot lurik, sedangkan dua pertiganya terdiri atas otot
polos.
Di dalam kerongkongan, makanan didorong kearah lambung dengan gerak
peristaltik, yaitu gerakan memijit dan mendorong ke satu arah. Proses Pencernaan
Makanan.Sekresi esofagus seluruhnya berkarakter mukoid, berfungsi sebagai
pelumasan untuk menelan. Mukus yang disekresi oleh kelenjar campuran pada
esophagus bagian atas, mencegah cedera mukosa.
c. Lambung
Lambung merupakan kantong yang terletak di dalam rongga perut sebelah kiri
atas. Dinding lambung bagian dalam dilapisi oleh mukus atau lender untuk
melindunginya dari asam lambung.
Dinding lambung tersusun dari tiga lapis otot, yaitu otot memanjang (bagian luar),
otot melingkar (bagian tengah), dan otot miring (bagian dalam).Otot-otot lambung
bergerak secara peristaltic mengaduk dan mencampur makanan dengan getah
lambung. Hasilnya, makanan menjadi berbentuk bubur yang disebut kimus. Kimus
bersuasana asam karena mengandung HCL.
d. Usus Halus
Usus halus berbentuk seperti tabung dan tersusun atas vili-vili, otot melingkar,
otot membujur lapisan mukosa, dan epitalum. Usus halus dibagi tiga yaitu usus dua
belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Usus dua belas jari merupakan muara pertemuan antara dua saluran yang berasal
dari kelenjar pancreas dan kantong empedu. Kantong empedu terletak menempel pada
hati.Kelenjar pancreas terletak di dekat usus dua belas jari dan menghasilkan beberapa
enzim.Sekresi getas pencernaan usus oleh Kripta Lieberkuhn, yang terletak dalam
seluruh permukaan usus halus.
e. Usus Besar
Makanan yang tidak diserap akan mengalami pembusukan oleh bakteri. Di usus
besar juga terjadi penyerapan air.Usus besar dapat dibagi menjadi enam segmen, yaitu
usus buntu (sekum), usus besar naik (kolon asenden), usus besar mendatar
(kolontransversum), usus besar turun (kolon desenden), kolon sigmoid, dan poros usus
(rektum). Dari usus besar, sisa-sisa makanan masuk ke rectum, kemudian dikeluarkan
melalui anus.
Sel epitel mengandung sel mukus yang banyak mensekresi mukus. Sekresi air dan
elektrolit sebagai respon terhadap iritasi.
f. Hati
Hati merupakan organ terbesar yang terdapat di dalam tubuh. Di sebelah dalam
organ hati terdapat kantong empedu (vesika felea) yang berisi cairan empedu. Cairan
empedu dihasilkan oleh hati dan dialirkan ke saluran pencernaan untuk membantu
pencernaan makanan.
Sari-sari makanan yang diserap oleh usus penyerapan akan melewati hati terlebih
dahulu. Di dalam hati, kelebihan glukosa akan disimpan dalam bentuk glikogen.
Kelebihan asam amino akan diubah menjadi ammonia. Lalu, ammonia akan diubah
menjadi urea. Urea masuk ke dalam sistem peredaran darah dan nantinya akan
dikeluarkan bersama dengan urine.

3. Proses Pencernaan Makanan


Pencernaan merupakan proses pemecahan makanan menjadi bagian lebih kecil, dari
kompleks menjadi sederhana agar dapat diabsorpsi. Proses pencernaan dilakukan secara
mekanik dan secara kimiawi.
a. Pencernaan secara Mekanik
Pencernaan makanan secara mekanik lebih banyak terjadi dalam rongga mulut,
yaitu melalui mekanisme pengunyahan (mastikasi). Makanan yang sudah berada di
rongga mulut bercampur dengan saliva, kemudian dengan peranan gigi dan lidah akan
dikunyah menjadi bagian yang lebih kecil. Makanan dikunyah rata-rata 20 sampai
dengan 25 kali, tetapi tergantung dari jenis makanan. Makanan yang sudah dikunyah
selanjutnya masuk ke esophagus melalui proses menelan (deglutition). Menelan
merupakan proses volunter, di mana makanan di dorong ke belakang, menuju faring.
Peristiwa ini mencentuskan serangkaian gelombang kontraksi involunter pada otot-
otot faring yang mendorong makanan ke dalam esofagus.
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan peran
organ yang harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan.
1. Tahap Oral atau Bukal
Pada fase oral, makanan dikumpulkan oleh gigi-geligi, lidah, palatum mole, otot-
otot pipi, dan saliva untuk menggiling serta membentuk bolus dengan konsistensi
dan ukuran yang siap untuk ditelan. Lidah akan menelan palatum durum dan
mendorong bolus kea rah faring. Palatum mole akan terangkat untuk mencegah
makanan masuk ke hidung. Proses ini berlangsung secara disadari.
2. Tahap Faringeal
Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus
palatoglosus) dan reflex menelan segera timbul. Laring akan tertarik ke atas dan
epiglottis melipat untuk mencegah makanan masuk ke trakea. Otot faring
mendorong makanan ke esofagus.
3. Tahap Esofageal
Pada tahap ini, terjadi gerakan peristaltic yang memawa bolus ke lambung.
4. Bolus memasuki lambung melalui gerakan perisraltik esofagus.

b. Pencernaan secara Kimiawi


Sejak berada dalam rongga mulut, makanan sudah dicerna secara kimiawi karena
sudah bercampur dengan saliva yang mengandung dua jenis enzim pencernaan, yaitu
lipase dan amylase. Pencernaan makanan secara kimia di lambung dilakukan melalui
pencampuran makanan dengan asam lambung, mukus, dan pepsin, kemudian
dihasilkan komponen karbohidrat, protein, dan lemak. Karbohidrat dicerna pada
bagian badan lambung menjadi bagian yang lebih sederhana, yaitu monosakarida
seperti glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Protein dipecah menjadi asam amino dan
lemak, selanjutnya akan diubah menjadi trigliserida yang tersusun atas tiga asam
lemak.
Proses pencernaan makanan tidak terlepas dari peran organ-organ aksesori sistem
pencernaan, diantaranya hati, kandung empedu, dan pankreas.

1. Hati
Hati memproduksi cairan empedu yang kemudian keluar melalui dua
saluran, yaitu duktus hepatikus kanan dan kiri, dan selanjutnya bergabung
menjadi common ductus hepatikus. Kemudian melalui common ductus bile
sebelum akhirnya masuk ampula duodenum.
Di samping fungsi sebagai regulasi hematologis dan fungsi-fungsi lain yang
jumlahnya lebih dari 200 fungsi, salah satu fungsi dari hati adalah regulasi
metabolik. Regulasi metabolic dari fungsi hati terjadi karena seluruh sirkulasi
darah dari saluran pencernaan yang mengasorpsi nutrisi akan masuk ke hati
melalui sistem vena porta hepatica. Sel hati akan mengekstrak nutrisi dan toksin
dari darah sebelum beredar ke sirkulasi sistemik. Hati akan memindahkan atau
menyimpan kelebihan nutrisi dan akan memecahkan simpanan makanan jika
terjadi kekurangan nutrisi. Beberapa fungsi hati diantaranya berperan dalam
pengaturan metabolism karbohidrat, lemak, asam amino, penyimpanan mineral,
dan vitamin.
2. Kandung Empedu
Fungsi utama dari kandung empedu adalah menyimpan cairan/garam
empedu yang dialihkan oleh sel hati sekitar 1 liter setiap hari. Empedu bersifat
alkalin dan mengandung garam empedu, kolesterol, bilirubin, elektrolit, dan air.
Produksi empedu dipengaruhi oleh adanya hormone kolesitokinin
(cholecystokinin-CKK) yang dihasilakan oleh usus halus. Adanya rangsnagan
saraf simpatis mengakibatkan terjadinya kontraksi kandung empedu yang
kemudian isisnya akan mengalir masuk ke duodenum. Garam empedu berfungsi
untuk mempercepat kerja enzim seperti amylase dan tripsin.
3. Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar yang mempunyai dua fungsi yaitu fungsi
endokrin dan fungsi eksokrin. Sel-sel endokrin adalah pulau-pulau Langerhans
yang menghasilkan hormone insulin dan glucagon yang berperan dalam
pengaturan kadar gula darah, sedangkan sel eksokrin pancreas adalah sel acinar
dan epitel yang menghasilkan cairan pancreas seperti enzim-enzim pencernaan,
air, dan ion-ion. Enzim-enzim pencernaan dari pancreas bekerja di usus halus
untuk memecahkan makanan menjadi bagian yang lebih sederhana sehingga dapat
diabsorpsi usus. Pankreas menghasilkan cairan sekitar 1 liter per hari. Sekresi
cairan dipengaruhi oleh hormon-hormon dari duodenum seperti sekretin dan
kolesistokinin. Pada saat kimus (makanan dalam bentuk setengah cair) berada di
duodenum, hormone sekretin dan kolesistokinin dilepaskan, kemudian
memengaruhi sekresi enzim-enzim pancreas. Sekresi enzim-enzim pancreas juga
distimulasi oleh nervus vagus.
a. Pankreatik alfa amilase
Enzi mini sama dengan enzim amylase saliva, berfungsi memecahkan pati
menjadi maltose yang selanjutnya akan diubah menjadi glukosa.
b. Lipase
Enzi mini akan diaktifkan oleh adanya empedu yang masuk ke duodenum,
berfungsi dalam pencernaan trigliserida, monogliserida, asam lemak bebas,
dan gliserol.
c. Enzim Proeolitik
Merupakan enzim yang terbanyak dihasilakn oleh pancreas sekitar 70%. Enzi
mini dalam bentuk tidak aktif, sampai setelah masuk ke usus halus misalnya
tripsinogen, kimotripsinogen, dan karboksipeptisode. Enzim-enzim tersebut
akan berubah menjadi tripsin, kimotripsin, dan karboksipeptidose. Fungsi dari
enzim tersebut mengubah protein menjadi dipeptide, tripeptida, dan asam
amino.

4. Absorpsi Gastrointestinal
Absorpsi merupakan pemindahan agen substrat seperti air, elektrolit, vitamin, dan
nutrisi melewati membrane epitalium digestif dan masuk ke cairan interstisial dari saluran
pencernaan. Setiap hari kira-kira 8-9 liter air dan 1 kg nutrisi melewati membrane dinding
usus dari lumen usus masuk ke aliran darah (Hinchliff, 1996).
Proses ini membutuhkan energy yang diperoleh dari oksidasi glukosa dan asam
lemak. Kebutuhan energi pada saluran pencernaan digunakan untuk sekresi, absorpsi, dan
pembentukan sel baru (mitosis dari sel epitel usus).
Usus halus sangat berperan dalam proses absorpsi. Bagian usus halus yang berperan
dalam proses absorpsi adalah vili yang tersusun atas vilus-vilus, mikrovili, dan lacteal.
Sejumlah besar vili menutupi seluruh permukaan dari usus halus. Sementara itu, setiap
vilus mengandung lapisan luar dari sel kolumnar dan pembuluh darah, serta pembuluh
limfe kecil yang disebut lakteal.

5. Metabolisme
Nutrisi yang sudah diabsorpsi dan masuk dalam sistem sirkulasi, selanjutnya akan
dimanfaatkan untuk energy tubuh melalui reaksi kimia yang disebut metabolism.
Metabolisme adalah jumlah keseluruhan reaksi kimia dan fisik pengubahan energy dalam
tubuh yang menopang serta mempertahankan kehidupan. (Sloane, 2004).
Besarnya energi yang diperlukan tubuh disebut laju metabolism (metabolism
rate). Untuk dapat terjadi metabolism, sel membutuhkan oksigen dan nutrisi termasuk air,
vitamin, ion mineral, substansi organik seperti enzim. Oksigen diabsorpsi dari paru-paru,
sedangkan sebstrat lain diabsorpsi di saluran pencernaan, selanjutnya akan masuk ke sel
dan jaringan. Di dalam mitokondria nutrisi organic dipecah menjadi energi yang
berfungsi untuk pertumbuhan sel, pembelahan, kontraksi, sekresi, dan fungsi-fungsi yang
lain. Reaksi kimia yang terjadi di dalam sel disebut metabolism seluler. Kebutuhan
energy tubuh minimal untuk fungsi-fungsi normal tubuh pada saat istirahat disebut laju
metabolism basal (basal metabolisme rate- BMR).
Laju metabolism basal adalah energy yang digunakan tubuh pada saat istirahat,
yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh seperti aktivitas jantung, pernapasan, peristaltic usus,
dan kegiatann kelenjar-kelenjar tubuh. Besarnya kebutuhan energi basal ini dipengaruhi
faktor-faktor berikut.
a. Usia
Pada usia 0-10 tahun, kebutuhan metabolism basal bertambah dengan cepat, hal ini
berhubungan dengan factor pertumbuhan dan perkemangan yang cepat pada usia
tersebut. Setelah usia 20 tahun energy basal relative konstan.
b. Jenis Kelamin
Kebutuhan metabolism basal pada laki-laki lebih besar dibandingkan wanita. Pada
laki-laki kebutuhan BMR 1,0 kkal/kgBB/jam dan pada wanita 0,9 kkal/kgBB/jam.
c. Tinggi Badan dan Berat Badan
Tinggi badan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan tubuh, semakin luas
permukaan tubun, maka semakin besar pengeluaran panas sehingga kebutuhan
metabolism basal tubuh juga menjadi lebih besar.
d. Kelainan Endokrin
Hormon tiroksin berpengaruh terhadap peningkatan metabolisme, misalnya pada
pasien dengan hipertiroid produksi tiroksin meningkat, maka akan terjadi peningkatan
basal metabolism dengan ditandai adanya peningkatan temperature tubuh. Demikian
sebaliknya, pada pasien dengan hipotiroid akan terjadi penurunan metabolisme.
e. Temperatur Lingkungan
Temperatur lingkungan yang lebih dingin akan meningkatkan metabolism tubuh untuk
menyesuaikan diri, di mana tubuh harus lebih banyak memproduksi panas.
f. Keadaan Sakit
Pada kondisi sakit atau infeksi terjadi peningkatan temperature tubuh akibat
peningkatan metabolisme. Reaksi-reaksi kimia atau lebih cepat terjadi sehingga
membutuhkan lebih banyak energy. Peningkatan temperature tubuh 1 derajat celcius
akan meningkatkan metabolisme basal sebanyak 14%.
g. Keadaan Hamil
Konsumsi oksigen pada wanita hamil meningkat untuk memenuhi kebutuhan energy
ibu dan pertumbuhan janin sehingga metabolism juga akan meningkat.
h. Keadaan Psikologis seperti Stres dan Ketegangan
Keadaan stress dan ketengangan akan merangsang produksi katekolamin yang
mempunyai efek peningkatan metabolisme.

6. Elemen-Elemen Nutrisi atau Zat Gizi


Tubuh membutuhkan nutrisi untuk kelangsungan fungsi-fungsi tubuh. Zat gizi
berfungsi sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, untuk pergerakan, serta kerja fisik.
Sebagian zat gizi berperan dalam pembentukan dan perbaikan jaringan tubuh serta
berperan sebagai pelindung dan pengatur.
Elemen nutrisi terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.

a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh. Karbohidrat akan terurai
dalam bentuk glukosa yang kemudian dimanfaatkan tubuh dan kelebihan glukosa
akan disimpan di hati dan jaringan otot dalam bentuk glikogen.
Fungsi karbohidrat bagi tubuh yaitu sumber energi yang murah, sumber energy
utama bagi otak dan saraf, cadangan untuk tenaga tubuh, pengaturan metabolism
lemak, efisiensi penggunaan protein, dan memberikan rasa kenyang.
Sumber karbohidrat berasal dari makanan pokok, umumnya berasal dari tumbuh-
tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong, dan lain-lain. Sementara
itu, karbohidrat pada hewani berbentuk glikogen.
Karbohidrat di dalam sel mengalami proses oksidasi yang menghasilkan panas
dan energi. Sampah hasil oksidadi karbohidrat dibuang melalui paru-paru berupa
H2O atau CO2, melalui kulit berupa kringat, dan melalui ginjal dalam bentuk urine.
Sedangkan apabila karbohidrat tidak digunakan, maka akan terjadi proses glikolisis.
Proses tersebut akan menghasilkan glikogen yang kemudian disimpan di hepar dan
otot. Kebutuhan tubuh terhadap karbohidrat sekitar 5,5 gr/kgbb/hari. Satu gram
karbohidrat menghasilkan 4 kalori.
b. Protein
Protein merupakan unsur gizi yang sangat berperan dalam penyusunan senyawa-
senyawa penting seperti enzim, hormone, dan antibodi.
Fungsi protein dalam tubuh yaitu sebagai pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan tubuh, pengaturan metabolism dalam bentuk enzim dan hormone, sumber
energi di samping karbohidrat dan lemak, dalam bentuk kromosom, protein berperan
sebagai tempat penyimpanan dan meneruskan sifat-sifat keturunan, dan dalam bentuk
albumin berperan dalam keseimbangan cairan, yaitu dengan mneingkatkan tekanan
osmotik koloid serta keseimbangan asam basa.
Sumber protein terdiri dari dua yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein
hewani yaitu protein yang berasal dari hewan seperti susu, daging, telur, hati,
undang, ayam, dan sebagainya. Sedangkan protein nabati yaitu protein yang berasal
dari tumbuhan seperti jagung, kedelai, kacang hijau, tepung terigu, dan sebagainya.

c. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang menghasilkan jumlah kalori
lebih besar daripada karbohidrat dan protein.
Lemak berfungsi sebagai sumber energi, memberikan kalori di mana dalam 1
gram lemak pada peristiwa oksidasi akan menghasilkan kalori sebanyak 9 kkal.
Lemak dalam tubuh juga berfungsi melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh
usus, untuk aktivitas enzim seperti fosfolipid, dan penyusunan hormone seperti
biosintesis hormone steroid.
Lemak berasal dari nabati dan hewani, lemak nabati mengandung lebih banyak
asam lemak tak jenuh, seperti pada kacang-kacangan, kelapa, dan lain-lain.
Sementara itu, lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai
panjang, seperti pada daging sapi, kambing, dan lain-lain.
d. Vitamin
Vitamin merupakan komponen organic yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah
kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh. Vitamin sangat berperan dalam proses
metabolism dalam fungsinya sebagai katalisator.
Vitamin dikelompokkan menjadi dua yaitu vitamin larut dalam air dan vitamin
yang tidak larut dalam air. Vitamin larut dalam air seperti vitamin B kompleks, B1
(tiamin), B2 (riboflavin), B3 (Niasin), B5 (asam pantotenat), B6 (Piridoksin), B12
(kobalamin), asam folat, dan vitamin C. Jenis vitamin ini dapat larut dalam air
sehingga kelebihannya akan dibuang melalui urine. Sedangkan vitamin yang tidak
larut dalam air yaitu vitamin A,D,E,K.
Vitamin B1 berfungsi mencegah terjadinya penyakit beri-beri, neuropati perifer,
gangguan konduksi sistem saraf, dan ensefalopati Wernicke. Makanan yang
mmengandung B1 yaitu kacang tanah, gandum, kacang hijau, roti,dan sereal.Vitamin
B2 berfungsi memperbaiki mata, kulit, serta mencegah terjadinya hiperbilirubinemia
pada bayi baru lahir yang mendapatkan fototerapi. Vitamin B2 banyak terdapat pada
ragi, hati, ginjal, susu, keju, kacang almond dan yogurt. Vitamin B3 banyak terdapat
berbagai jenis makanan seperti beras, sereal, dan kacang-kacangan. Vitamin ini
berfungsi menetralisir zat racun, berperan dalam sintesis lemak, memperbaiki kulit
dan saraf. Vitamin B5 berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia dalam pembentukan
antibodi, serta regenerasi sel darah merah. Vitamin B12 banyak terdapat pada daging,
ikan, kepiting, telur, susu, dan tempe. Fungsinya membantu pembentukan sel darah
merah, mencegah kerusakan sel saraf, dan membantu metabolism protein. Vitamin C
banyak pada sayuran dan buah, seperti jeruk, manga, tomat, stroberi, kol, dan susu.
Fungsinya membantu pembentukan tulang, otot, dan kulit, membantu
menyembuhkan luka, meningkatkan daya tahan tubuh, dan membantu penyerapan
zat besi. Vitamin D, suumber vitamin ini yaitu ikan, telur, daging, susu, keju, tahu,
dan tempe. Fungsinya meningkatkan penyerapan kalsium, fosfor untuk kekuatan
tulang dan gigi, dan pengaturan produksi hormon. Vitamin A banyak terdapat pada
ikan, telur, daging, dan hati yang berfungsi membangun sel-sel kulit, dan melindungi
sel-sel retina dari kerusakan.Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, penting dalam
metabolism selenium, membantu sel darah merah dipenuhi oksigen dan menguatkan
dinding pembuluh darah kapiler. Vitamin K berfungsi memantu dalam pembekuan
darah.
e. Mineral
Mineral adalah ion anorganik esensial untuk tubuh karena perananya sebagai
katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dan vitamin tidak menghasilkan energy, tetapi
merupakan elemen kimia yang berperan dalam mempertahankan proses tubuh.
f. Air
Merupakan media transport nutrisi dan sangat penting dalam kehidupan sel-sel
tubuh. Setiap hari, sekitar 2 liter air masuk ke tubuh kita melalui minum, sedangkan
cairan digestif yang diproduksi oleh berbagai organ saluran pencernaan sekitar 8-9
liter sehingga sekitar 10-11 liter cairan beredar dalam tubuh. Namun demikian, dari
10-11 liter cairan yang masuk, hanya 50-200 ml yang dikeluarkan melalui feses,
selebihnya direabsorpsi.
Absorpsi air terjadi pada usus halus dan usus besar (kolon) dan terjadi melalui
proses difusi.

7. Keseimbangan Energi
Energi dibutuhkan oleh tubuh untuk aktivitas dan fungsi fisiologis oragn tubuh. Agar
fungsi-fungsi tubuh berjalan normal, maka energy yang digunakan harus seimbang
dengan energy yang masuk. Dinamika keseimbangan nutrisi yaitu :
Keseimbangan energi = Pemasukan energi-Pengeluaran energi
a. Intake Energi
Energi yang masuk (intake energy) merupakan energi yang dihasilkan selama
oksidasi makanan. Makanan merupakan sumber utama energi manusia yang berupa
karbohidrat,protein, dan lemak. Besarnya energi yang dihasilkan diukur dengan satuan
kalori,
b. Output Energi
Pengeluaran (output) energi adalah energi yang digunakan oleh tubuh untuk
mendukung jaringan dan fungsi-fungsi organ tubuh. Keutuhan energy menghasilkan
panas 60%, digunakan untuk bekerja dan penyimpanan dalam bentuk lemak atau
glikogen.

8. Status Nutrisi
a. Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi badan.
BMI dihubungan dengan penimbunan total lemak dalam tubuh sehingga dapat dipakai
sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan dan obesitas.
Rumus BMI diperhitungkan dengan pembagian berat badan (kilogram) per meter
kuadrat atau berat badan dalam pons dikalikan konstanta 704,5 dibagi tinggi badan
dalam inci kuadrat.

BB (kg) BB (pon) x 704,5


TB (meter)2 atau TB (inci)2

b. Ideal Body Weight (IBW)


Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat. Berat
badan ideal adalah jumlah tinggi badan dalam sentimeter dikurangi 100 dan dikurangi
atau ditambah 10% dari jumlah tersebut.

Rumus IBW diperhitungkan : (TB-100) ± 10%

9. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ketidakseimbangan Nutrisi


a. Faktor fisiologis, merupakan factor yang terkait dengan proses pencernaan atau
intake makanan.
1. Intake Nutrisi
Masuknya nutrisi yang adekuat atau sesuai kebutuhan dipengaruhi oleh
kemampuan pemilihan bahan dan cara persiapan makanan, pengetahuan,
gangguan menelan, kenyamanan saat makan, anoreksia, mual dan muntah, atau
kelebihan intake kalori.
2. Kemampuan Pencernaan dan Absorpsi Makanan
Nutrien dapat digunakan untuk energy dan kebutuhan tubuh lain harus terleih
dahulu dicerna dan diabsorpsi. Kemampuan mencerna dan mengabsorpsi
makanan dipengaruhi oleh adekuatnya fungsi organ pencernaan. Adanya
peradangan saluran cerna atau organ pencernaan, seperti gastritis.
3. Kebutuhan Metabolik
Meningkatnya kebutuhan nutrisi tubuh pada kondisi tertentu dapat memengaruhi
status nutrisi pada masa pertumbuhan, meningkatnya metabolism, stress, dan
penyakit tertentu.
b. Gaya Hidup dan Kebiasaan
Kebiasaan makan seperti waktu makan pada jam tertentu, makan bersama, cara
penyajian makanan, jenis makanan pasien, jika mengalami perubahan, maka dapat
memengaruhi selera dan intake makan.
c. Budaya dan Keyakinan
Adanya budaya dan keyakinan yang salah dalam lingkungan masyarakat tertentu
dalam mengonsumsi makanan menimbulkan tidak adekuatnya status nutrisi.
d. Kemampuan Ekonomi atau Tersedianya Dana
Kemiskinan menimbulkan daya beli makanan menjadi berkurang dengan demikian
intake makanan juga berkurang.
e. Penggunaan Obat-Obat Tertentu
Penggunaan obat-obatan dalam jangka lama menimbulkan komplikasi yang dapat
menghambat intake makanan maupun absorpsi nutrient.

f. Jenis kelamin
Kebutuhan nutrisi laki-laki dengan perempuan berbeda. Hal ini berkaitan dengan
mengingkatnya aktivitas, BMR, maupun besarnya massa otot.
g. Pembedahan
Keadaan luka dan proses penyembuhan luka, membutuhkan lebih banyak nutrien .
Demikian juga pada pembedahan saluran pencernaan juga berpotensi tidak
adekuatnya intake makanan.
h. Kanker dan Pengobatan Kanker
Pembedahan sel yang cepat membutuhkan energy yang banyak sehingga
metabolism meningkat. Pengobatan kanker dengan kemoterapi mempunyai efek
mual sehingga dapat mengurangi intake nutrisi.
i. Penggunaan Alkohol
Alkohol mempunyai efek tidak nafsu makan sehingga kebutuhan nutrisi akan
berkurang.
j. Status Psikologis
Respons stress pada individu bereda, ada individu yang mengalami stress akan
meningkatkan nafsu makan, namun ada juga sebaliknya tidak nafsu makan.

10. Masalah-Masalah yang Berkaitan dengan Ketidakseimbangan Nutrisi


a. Kelebihan Berat Badan atau overweight
Overweight merupakan kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan
idel. Untuk pementukan status overweight dipakai dengan ukuran Indeks Massa
Tubuh (BMI atau IMT), serta dengan membandingkan perhitungan berat badan idel
b. Obesitas
Merupakan kondisi di mana terjadi penimbunan lemak tubuh dalam jumlah yang
berlebihan dalam tubuh sehingga berat badan jauh melebihi dari normal.
c. Berat Badan Kurang (underweight)
Under weight merupakan kondisi di mana berat badan kurang dari normal, yaitu
kurang dari 10% dari berat badan ideal atau BMI kurang dari 18,5. Kondisi yang
menyebabkan berat badan kurang adalah asupan nutrisi yang kurang seperti
pembatasan makanan, ketidakmampuan menyediakan makanan.
11. Patofisiologi
Kondisi fisiologis yang mempengaruhi status nutrisi termasuk tingkat aktivitas,
keadaan penyakit, kemampuan daya beli dan menyiapkan makanan serta prosedur dan
pengobatan yang dilakukan. Bergantung pada tingkat aktivitas akan meningkat atau
menurun. Sementara, status penyakit dan prosedur atau pengobatan yang dilakukan
mempunyai dampak pada asupan makanan, pencernaan, absorpsi, metabolism, dan
ekskresi.
Beberapa kondisi fisiologis dapat menyebabkan menurunnya zat makanan
tertentu, dan suatu saat akan meningkat. Penyakit ginjal dapat menurunkan kebutuhan
protein oleh karena protein di ekskresi oleh ginjal. Penyakit-penyakit fisik biasanya
meningkatkan kebutuhan zat makanan. Biasanya terjadi pada penyakit-penyakit
saluran cerna.
Gangguan fisik dapat terjadi di sepanjang saluran pencernaan yang menyebabkan
menurunnya asupan nutrisi. Gangguan absorbsi, gangguan transportasi, atau
penggunaan yang tidak sepantasnya. Luka pada mulut dapat menyebabkan
menurunnya asupan nutrisi akibat nyeri saat makan. Diare dapat menurunkan absorbs
nutrisi karena didorong lebih cepat. Terhadap penyakit pada kandung empedu, di mana
kandung empedu tidak berfungsi secara wajar, empedu yang berfungsi untuk
mencerna lemak menjadi tidak efektif.
12. Pathway

Penyakit saluran Status kesehatan Gaya hidup dan Kebutuhan metabolism


pencernaan menurun kebiasaan untuk pertumbuahan

Erosi mukosa Kelemahan otot Kebiasaan mengkonsumsi Peningkatan intake


lambung menelan makanan yang tidak sehat nutrisi

Menurunnya tonus Gangguan menelan Kelebihan zat didalam Kebutuhan energi


dan peristaltik makanan tubuh yang tidak meningkat
lambung dibutuhkan

Refluks duodenum Asupan nutrisi tidak Penyerapan dalam Mudah lapar


ke lambung terpenuhi tubuh tidak sempurna

Penurunan berat Nafsu makan


Mual
badan meningkat

Sering makan
Muntah
Resiko ketidakseimbangan
nutrisi : lebih dari kebutuhan
tubuh Peningkatan berat
badan
Ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh Ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan
tubuh

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan dan Diet
1. Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan.
2. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
3. Apakah ada penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode
waktunya?
4. Apakah ada status fisik pasien yang dapat mengakibatkan diet seperti luka bakar
atau demam ?
5. Apakah ada toleransi makan atau minuman tertentu?
b. Faktor yang Memengaruhi Diet
1. Status kesehatan.
2. Kultur dan kepercayaan.
3. Status sosial ekonomi .
4. Faktor psikologis.
5. Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.
c. Keluhan Utama
1. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
2. Makan hanya sedikit atau kurang dari porsi yang disediakan.
3. Kelemahan fisik.
4. Penurunan berat badan.
5. Kesulitan menelan.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan fisik : apatis, lesu.
2. Berat badan : obesitas, kurus (underweight)
3. Otot : flaksia atau lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja.
4. Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, paresthesia, refleks menurun.
5. Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi, pembesaran liver
atau limpa.
6. Kardiovaskular : denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama abnormal, tekanan
darah rendah atau tinggi.
7. Rambut : kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah atau patah-patah.
8. Kulit : kering, pucat, iritasi, ptekie, lemak di subkutan tidak ada.
9. Bibir : kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membrane mukosa pucat.
10. Gusi : pendarahan, peradangan.
11. Lidah : edema, hiperemis.
12. Gigi : karies, nyeri, kotor.
13. Mata : konjungtiva pucat, kering, eksoftalmus, tanda-tanda infeksi.
14. Kuku : mudah patah.
15. Pengukuran antropometri :
a) Berat badan ideal : (TB-100) ±10%
b) Lingkar pergelangan tangan;
c) Lingkar lengan atas (MAC) :
(nilai normal)
Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
d) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF):
(nilai normal)
Wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,5
e. Laboraturium
1. Albumin (nilai normal 4-5,5 mg/100 ml).
2. Transferin (nilai normal : 170-25 mg/100 ml)
3. Hb (nilai normal : 12 mg%)
4. BUN (nilai normal 10-20 mg/100 ml)
5. Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (nilai normal: laki-laki : 0,6-1,3 mg/100 ml,
wanita : 0,5-1,0 mg/100 ml).

2. Diangnosis Keperawatan dan Intervensi


a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (actual/risiko) (NANDA,
2012-2014)
Definisi : keadaan di mana intake nutrisi kurang dari kebutuhan metabolism tubuh
(NANDA, 2012).
Kemungkinan berhubungan dengan :
1. Efek dari pengobatan
2. Mual atau muntah
3. Gangguan intake makanan
4. Radiasi atau kemoterapi
5. Penyakit kronis
6. Diet dan pembatasan makanan
7. Ketidakmampuan menelan

Kemungkinan data yang ditemukan :

1. Berat badan menurun


2. Kelemahan
3. Kesulitan makan
4. Nafsu makan berkurang
5. Hipotensi
6. Ketidakseimangan elektrolit
7. Kulit kering, turgor kurang
8. Penurunan kesadaran
9. Sklera ikterik, konjungtiva anemis
10. Tonus otot kurang
11. Pantangan makan tertentu
12. Pemasangan alat nosagatric tube (NGT)
13. Hemoglobin, albumin kurang dari normal

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :

1. Anoreksia nervosa
2. AIDS
3. Pembedahan
4. Kehamilan
5. Kanker
6. Anemia
7. Marasmus
8. Penyakit hati kronis

Tujuan yang diharapkan sebagai berikut.

1. Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu


2. Peningkatan status nutrisi
3. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Intervensi Rasional
1. Kaji faktor yang mungkin menjadi 1. Banyak faktor yang memengaruhi
penyebab kekurangan nutrisi kekurangan nutrisi sehingga
identifikasi faktor penyebab menjadi
penting sebagai bahan intervensi.
2. Tanyakan kebiasaan makan, pantangan 2. Data untuk perencanaan makan pasien
makan, alergi dan jenis makanan yang
disukai.
3. Lakukan pemeriksaan fisik seperti sklera, 3. Menentukan status nutrisi pasien
konjungtiva, kulit, dan tonus otot.
4. Timbang berat badan setiap hari jika 4. Berat badan merupakan salah satu
memungkinkan indikator status nutrisi
5. Kaji intake makan pasien yang disediakan 5. Ketidakseimbangan nutrisi penyebab
utama adalah kurangnya asupan
makanan
6. Kaji bising usus pasien, catat kekuatan 6. Bising usus ditimbulkan karena
dan frekuensi adanya peristaltik usus. Pencernaan
makanan dalam usus akan normal jika
beperistaltik normal
7. Lakukan mobilisasi aktif atau pasif sesuai 7. Latihan dan mobilisasi dapat
kemampuan pasien meningkatkan peristaltic usus dan
mencegah terjadinya konstipasi
8. Jaga kebersihan lingkungan pasien 8. Lingkungan yang bersih dan nyaman
meningkatkan selera makan
9. Tempatkan benda-benda yang dapat 9. Penempatan urinal, pispot di
mengurangi selera makan pada tempat lingkungan tempat tidur mengurangi
yang sesuai seperti urinal, pispot, dan nafsu makan
lain-lain
10. Jaga keersihan badan dan mulut pasien 10. Meningkatkan selera makan
11. Anjurkan pasien makan dengan porsi 11. Mengurangi rasa mual dan
kecil tetapi sering sesuai dengan diet yang meningkatkan asupan nutrisi
diberikan
12. Sajikan makanan dalam keadaan hangat 12. Meningkatkan selera makan
dan kemasan yang menarik
13. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 13. Merencanakan jenis, jumlah kalori
menentukan diet yang sesuai dan diet yang sesuai kebutuhan pasien
14. Kolaborasi dengan tim medis dalam 14. Mengurangi mual dan muntah dan
pemberian antiemetic, pemasangan NGT, memenuhi kebutuhan nutrisi
dan parenteral nutrisi
15. Bantu pasien makan jika tidak dapat 15. Bantuan dibutuhkan jika pasien tidak
makan sendiri mampu melakukannya sendiri
16. Selingi makan dengan minum 16. Memudahkan makan masuk ke
lambung
17. Hindari makan dan minuman yang 17. Akumulasi gas dalam lambung
banyak mengandung gas seperti kol, apel, menimbulkan mual dan rasa tidak
dan minuman soda nyaman
18. Berikan umpan balik yang positif 18. Meningkatkan kepercayaan dan
terhadap peningkatan asupan makanan optimism terhadap kebersihan pasien
dan peningkatan berat badan
19. Jika makanan diberikan dalam sekali 19. Kemampuan yang ideal kapasitas
pemberian tidak lebih dari 400 cc lambung, mengurangi muntah dan
aspirasi
20. Atur posisi pasien semifowler pada saat 20. Menghindari aspirasi dan mengurangi
memberikan makan distensi abdomen
21. Jaga kepatenan NGT 21. Masalah yang sering terjadi pada
pemberian makanan dengan NGT
adalah masih adanya sisa makanan
dalam NGT sehingga dapat
menimbulkan sumbatan dan makanan
menjadi basi.

b. Ketidakseimangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh (NANDA, 2012-2014)


Definisi : pasien dengan risiko atau actual mengonsumsi makanan melebihi dari
kebutuhan metabolism tubuh (NANDA, 2012)
Kemungkinan berhubungan dengan :
1. Kelebihan intake
2. Gaya hidup yang tidak sehat
3. Perubahan kultur
4. Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori

Kemungkinan data yang ditemukan :

1. Berat badan : 20% lebih berat dari badan ideal


2. Pola makan yang berlebihan

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :

1. Obesitas
2. Hipotiroidisme
3. Pasien dengan pemakaian kortikosteroid
4. Imobilisasi yang lama
5. Sindrom Cushings
6. Bulimia

Tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut.

1. Teridentifikasinya kebutuhan nutrisi dan berat badan yang terkontrol


2. Perencanaan control erat badan untuk yang akan datang
3. Tidak terjadinya penurunan berat badan yang berlebihan

Intervensi Rasional
1. Identifikasi faktor penyebab kelebihan 1. Informasi awal dan dasar dalam
nutrisi merencanakan intervensi
2. Diskusikan dengan pasien tentang 2. Memfasilitasi pasien untuk menentukan
kelebihan makanan faktor penyebab kelebihan nutrisi dan
menyelesaikan masalah atas kehendak
sendiri
3. Lakukan pengukuran BMI 3. Menentukan derajat kelebihan nutrisi
4. Lakukan pengukuran berat badan 4. Berat badan merupakan salah satu
setiap tiga hari jika memungkinkan indicator status nutrisi pasien
5. Kolaborasi dengan tim gizi dalam 5. Gizi yang sesuai dengan kondisi pasien
menentukan program diet yang sesuai sangat menentukan status nutrisi pasien
6. Ukur asupan makanan dalam 24 jam 6. Menentukan keseimbangan intake dengan
kebutuhan nutrisi pasien
7. Buat program latihan dan olahraga 7. Aktivitas dan olahraga meningkatkan
kebutuhan energy sehingga diharapkan
terjadi keseimangan negative
8. Hindari makanan yang banyak 8. Makanan berlemak banyak menghasilkan
mengandung lemak energi sehingga menambah keleihan berat
badan
9. Berikan pendidikan kesehatan tentang 9. Meningkatkan pengetahuan, memberikan
program diet yang enar dan akibat informasi, dan mengurangi komplikasi
yang mungkin timbul bila kelebihan
berat badan

DAFTAR PUSTAKA

Tarwanto & Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika

Lesmana, Ronny, dkk. 2017. Fisiologi Dasar. Yogyakarta : Deepublish

Вам также может понравиться