Вы находитесь на странице: 1из 25

LAPORAN PENDAHULUAN “ DEPARTEMENT MANAJEMEN”

RUANGAN BOUGENVIL

Oleh :

Melinda Fandasari ( 1414314201036)

Mukhammad Agus S (1414314201040)

Mustaufik (1414314201041)

Nelci Elvina. B (1414314201042)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES MAHARANI MALANG

2017
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

”Pengkajian Manajemen di ruang Bougenville RSUD MARDI

WALUYO BLITAR”

Mengetahui

Blitar, 19 Desember 2017

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING KLINIK

Ns. Risna Yekti M.,M.Kep Widyantoro, S.Kep,.Ns


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat. Pada saat ini rumah sakit keberadaannya sangat

penting bagi masyarakat. Dalam melakukan sebuah pelayanan rumah sakit

harus berdasarkan pada pendekatan kesehatan (promotiv, preventif, kuratif dan

rehabiltatif) dan dilaksanakan menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Rumah sakit juga dituntut untuk menjalankan tugas dan fungsinya

dengan baik. Sebuah kualitas rumah sakit dapat berpengaruh pada citra rumah

sakit tersebut.

Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya

orang lain. Menurut P. Siagian, manajemen berfungsi untuk melakukan semua

kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas-

batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie

mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan,

pengarahan, pengorganisasian dan pengontrol dari benda dan manusia untuk

mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Sedangkan manajemen

keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya

staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa

aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989). Kita ketahui

disini bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus

dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,


mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber –sumber yang ada,

baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan

keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyrakat.

Dalam sebuah rumah sakit perawat merupakan salah satu bagian yang

cukup penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dimana dalam

pelaksanaannya salah satu tujuan perawat untuk memberikan pelayanan

kesehatan yang optimal dan prima. Begitupun dengan Rumah Mardi Waluyo

Blitar dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien menerapkan

metode tim, dimana setiap ruangan dibagi menjadi beberapa tim dan setiap tim

terdiri dari beberapa perawat pelaksana, setiap perawat pelaksana mempunyai

tanggung jawab terhadap beberapa pasien. Dengan metode tersebut Rumah

Sakit Mardi Waluyo Blitar dapat memberikan pelayanan yang maksimal sesuai

dengan konsep manajemen keperawatan dalam rumah sakit.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana pengkajian manajemen keperawatan

yang berada di Ruang Bougenvil di RSUD Mardi Waluyo Blitar.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui fungsi kepala ruangan, tim perawat dan

perawat pelaksana di Ruang Bougenvil RSUD Mardi Waluyo

Blitar.

2. Untuk mengetahui gambaran umum Ruang Bougenvil di RSUD

Mardi Waluyo Blitar.


3. Untuk mengetahui proses manajemen keperawatan di Ruang

Bougenvil RSUD Mardi Waluyo Blitar.

1.3 Manfaat

1.3.1. Manfaat teoritis

1 Sebagai salah satu acuan analisis situasi dari sebuah manajemen

ruangan di rumah sakit, diharapkan dapat memberikan suatu

diskripsi baru mengenai studi Manajemen keperawatan.

2 Data ini diharapkan mampu memberi kontribusi untuk

mengembangkan ilmu keperawatan menambah referensi,

wawasan dan informasi

1.3.2. Manfaat praktis

1. Bagi Stikes Maharani Malang

Data ini dapat menambah digunakan sebagai sasaran acuan

dalam meningkatkan dan menambah wawasan tentang

manajemen keperawatan.

2. Bagi Masyarakat

Data ini dapat memberikan informasi penting bagi masyarakat

agar masyarakat mengetahui secara jelas bentuk pelayanan

keperawatan.
BAB 2

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

2.1 Gambaran Umum Rumah Sakit

Pelayanan Medis Pelayanan Penunjang

 Dokter Umum o Laboratorium Patologi Klinik

 Dokter Gigi o Radiologi

 Dokter Spesialis / Sub-Spesialis o ECG

o Anak o Phungsi

o Bedah o Konsultasi Gizi

o Bedah Syaraf o Farmasi

o Bedah Orthopedi
Fasilitas
o Kebidanan & Kandungan

o Penyakit Dalam o UGD 24 Jam

o Syaraf o Rawat Inap

o THT o Rawat Jalan

o Mata o Kamar Bedah

o Paru o ICU

o Kulit & Kelamin o Ruang Jenazah

o Radiologi o Ambulance

o Anaesthesi
MOTTO : Pelayanan Kami demi Kesehatan Anda

VISI : Menjadi rumah sakit pilihan utama masyarakat

MISI : 1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas,

terjangkau dan paripurna

2. Menbangun Citra pelayanan dengan memperlakukan

pengguna layanan sebagai pusat perhatian

3. Menjalin kerja sama dengan RS pemerintah, RS swasta

dan pihak ketiga

4. Meninggalkan pemberdayaan sumber daya manusia

5. Mengupayakan kesehatan karyawan


2.2 Gambaran Umum Ruangan

1. Struktur Organisasi Ruang Bougenvile


2. Denah Ruang Bougenvile

Keterangan

1 :Ners station

2 :Spool book

3 :Dapur

4 ,5 ,6 : Ruang perawatan kelas 1

7 : Ruang Perawatan kelas 3

8 : Ruang perawatan intermediet

11,12 : Ruang perawatan kelas 2

10 : Ruang perawatan intermediet

9 : Ruang perawatan kelas 3

13 :Ruang perawatan ekstra

14 :Ruang seminar
15 :Ruang keperawatan mata

BAB 3

PENGKAJIAN

3.1 Tenaga (M1-Man)

Man/Women merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh


organisasi. Dalam manajemen factor manusia adalah yang paling menetukan
Jumlah tenaga perawat keseluruhan (profesional lanjut, profesional pemula,
vokasional, lain-lain), jenis ketenagaan, kualifikasi ketenagaan atau pendidikan,
keterampilan khusus yang dimiliki oleh perawat yang didapat melalui kursus atau
pendidikan dan pelatihan. Tenaga profesional terkait lainnya meliputi : dokter, gizi,
dan laboratorium, serta tenaga administrasi dan petugas kebersihan.
a. Alat ukur
Alat ukur dibuat berdasarkan :
1) Rata-rata klien membutuhkan perawatan sehari (tingkat
ketergantungan pasien)
a. Menurut Gillies (1995) dan Waster (1990).
Self care : waktu kerja efektif rata-rata 1,5 jam/24 jam
Minimal care : waktu kerja efektif rata-rata 2 jam/24 jam
Moderate care : waktu kerja efektif rata-rata 3,5 jam/24 jam
Extensive care : waktu kerja efektif rata-rata 5-6 jam/24 jam
Intensive care : waktu kerja efektif rata-rata 7 jam/24 jam
Tingkat Ketergantungan
MINIMAL CARE PARTIAL CARE TOTAL CARE
1.Pasien mandiri/ hampir1.Pasien memerlukan1. Pasien membutuhkan
tidak memerlukan bantuan perawat bantuan perawat
bantuan/ mampu untuk : (sebagian) : sepenuhnya &
membutuhkan bantuan
perawat yang lebih lama
• Naik dan turun dari •Membutuhkan bantuan • Membutuhkan bantuan 2
tempat tidur satu orang perawat untuk orang perawat untuk
naik dan turun dari tempat mobilisasi dari tempat tidur
tidur ke kursi roda maupun ke
kereta dorong
• Ambulasi dan berjalan • Membutuhkan bantuan • Membutuhkan latihan
sendiri untuk ambulasi dan pasif
berjalan
• Makan dan minum • Membutuhkan bantuan • Kebutuhan nutrisi dan
sendiri untuk menyiapkan cairan dipenuhi melalui
makanan terapi intravena (infus) atau
NGT (sonde lambung)
• Mandi sendiri ataupun • Membutuhkan bantuan • Membutuhkan bantuan
dengan sedikit bantuan untuk makan (disuap) untuk kebersihan mulut
• membersihkan mulut • Membutuhkan bantuan • Membutuhkan bantuan
(sikat gigi sendiri) untuk kebersihan mulut penuh untuk berpakaian
dan berdandan
• BAB dan BAK dengan • Membutuhkan bantuan • Dimandikan perawat
sedikit bantuan untuk berpakaian dan
berdandan
2. Status psikologis stabil 2. Membutuhkan bantuan2. Dalam keadaan
BAB &BAK (di tempat inkontinensial,
tidur maupun di kamar menggunakan kateter 24
mandi) jam post operasi mayor
3. Pasien dirawat untuk3. Post-operasi minor 243. Pasien tidak sadar
prosedur diagnostic jam
4. Operasi ringan 4. Melewati fase akut dari4. Keadaan pasien tidak
post operasi mayor stabil
5. Fase awal dari5. Membutuhkan observasi
penyembuhan tanda-tanda vital setiap
kurang dari 1 jam
6. Membutuhkan observasi6. Perawatan kolostomi/luka
tanda-tanda vital setiap 4 bakar
jam
7. Gangguan emosional7. Pasien dengan alat bantu
ringan pernafasan (ventilator)
8. Pasien dengan WSD
9. Pasien dengan irigasi
kandung kemih secara terus
menerus
10. Pasien dengan traksi
(skeletal traksi)
11. Pasien dengan fraktur atau
pasca operasi tulang
belakang atau leher

Sumber : Nursalam, 2002 : 158)


2) Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat inap
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat inap

Jumlah Klasifikasi pasien


pasien Minimal Parsial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Sumnber : Nursalam, 2002 : 159)

3) Jumlah tempat tidur


Dengan memperhatikan kategori tingkat ketergantungan pasien ruangan
rawat inap tersebut, digunakan perhitungan tenaga ideal keperawatan dengan
formula :
a) Formula Gillies

Jmlh jam kprwt yg dibutuhkan klien/hari Xrata-rata klien/hari X jmlh hari/tahun


Jmlh hari/tahun – hari libur masing-masingperawat X jmlh jam kerja tiap prwt
Catatan :
Berdasarkanhasil workshop DEPKES di Ciloto ditetapkan

1. Hari kerja efektif dalam 1 tahun 365 hari


2. Rata-rata hari minggu/thn 53 hari
3. Cuti tahunan 18hari
4. Libur Nasional 12hari
5. Sakit/ izin 7hari
6. Jam kerja produktif/hari 7 jam

3.2 Sarana dan Prasarana (M2-Material)

Penerapan proses kegiatan managerial keperawatan mahasiwa program S1

Keperawatan Stikes Maharani Malang dilakukan di ruang Bougenvile RSD Mardi

Waluyo Blitar. Pengkajian data awal dilakukan pada tanggal 18 Desember 2017.

Fasilitas yang berada diruang Bougenvile RSUD Mardi Waluyo adalah sebagai

berikut:

1. Fasilitas pasien

a. Tempat tidur

b. Ruang ber AC untuk kelas 1

c. Kamar mandi

d. Bed site cabinet

e. Ruang tunggu keluarga

f. Televisi bagi kelas 1

g. Kursi

h. Selimut,bantal

i. Makanan
j. Westafel

Fasilitas yang disediakan bagi pasien baik kuantitas maupun kualitas sudah

baik dan memenuhi standart. Tetapi 11% pengaman TT tidak berfungsi dengan baik

dan 22% TT tidak mempunyai pengaman

2. Fasilitas Petugas Kesehatan

a. Kamar mandi

b. Televisi

c. Bed,bantal,selimut

d. Kulkas

e. Dapur mini

f. Loket petugas

g. Almari pakaian

h. Komputer

i. Printer

j. Telepon

k. Ruangan ber AC

l. Meja

m. Kursi. Fasilitas yang disediakan bagi petugas kesehatan baik kuantitas

maoun kualitas sudah baik dan memenuhi standart

3. Ruang Penunjang

Rumah sakit memiliki ruang penunjang untuk foto toraks, laboratorium,

USG, Radiologi, dan sterilisasi alat. Didalam ruang bougenvile memiliki beberapa

inventaris diantaranya sebagai berikut:

a. Inventaris dokumen
b. Inventaris alat-alat keperawatan

c. Inventaris alat-alat medis

d. Inventaris alat tenun

e. Inventaris rumah tangga

f. Inventaris obat dan cairan

3.3 Metode (M3-Methods)

1. Penerapan Pemberian Model Asuhan Keperawatan (MAKP)

Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi S1

Keperawatan Stikes Maharani paa praktek manajemen Keperawatan yang diketahui

bahwa model asuhan keperawatan professional (MAKP) yang dilakukan di Ruang

Bougenvile saat ini yaitu metode penugasan tim dan metode penugasan modular

yaitu merupakan gabungan dari metode penugasan tim dan metode primer

bertanggung jawab terhadap pasien di timnya tetapi tidak bertanggung jawab

sepenuhnya. Untuk siang dan sore akab diambil alih oleh perawat asosiate,tetapi

perawat asosiate tetap melaporkan perkembangan pasien kepada perawat primer.

Kelemahan pelaksana MAKP di ruang bougenvile adalah penempatan

struktur pengorganisasian kerja perawat tidak efektif (tidak terlihat oleh pasien dan

keluarga).Kesempatan yang dimiliki ruang bougenvile adalah adanya mahasiswa

keperawatan yang praktik manajemen, adanya kebijakan pemerintah tentang

profesionalisasi perawat, adanya kebijakan RS tentang pelaksana MAKP.


Ancaman yang dimiliki ruang bougenvile adanya tuntutan tinggi dari

masyarakat untuk pelayanan professional, makin tingginya kesadaran masyarakat

akan pentignya kesehatan,persaingan antar RS yang semakin kuat.

2. Sentraliasi Obat

Dari hasil observasi diruang bougenvile tersedianya sarana dan prasarana

sterilisasi obat,adanya buku injeksi dan obat oral, ada lembar pendokumentasikan

obat yang diterima di setiap status pasien. Kelemahannya adalah tidak ada panduan

untuk ejaan obat (Look like sound a like), Tidak ada lembar persetujuan injeksi

injeksi obat. Kesempatan yang dimiliki oleh ruang bogenvile adalah adanya

mahasiswa keperawatan yang praktik manajemen keperawatan, adanya kerjasama

antara perawat dan mahasiswa keperawatan yang praktik manajemen

Ancaman yang dimiliki oleh ruang bougenvile adalah adanya tuntutan pasien

untuk mendapatkan pelayanan yang professional, makin tinggi kesadaran

masyarakat akan hokum.

3. Timbang Terima

Untuk pelaksana tumbang terima diruang Bougenvile berdasarkan observasi

pada setiap timbang terima kekuatan yang diperoleh oleh kepala ruangan

memimpin timbang setiap pagi, timbang terima rutin dilakukan.Adanya buku

khusus untuk pelaporan timbang terima. Kelemahan timbang terima di Ruang

bougenvile yaitu tidak ada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan

RSUD Mardi Waluyo, Sdangkan untuk pelaksanaanya rutin dilakukan pada setiap

pergantian shift tetapi item-item didalamnya tidak sesuai SOP manajemen

keperawatan yang sudah ditetapkan dalam MAKP yaitu alamat,nomer


register,tingkat ketergantungan dikarenakan keterbatasan waktu dan kebiasaan.

Selain itu pelaksanaan Timbang terima yang ada diruangan Bougenvile tidak

dilakukan oleh seluruh perawat.

Kesempatan yang diperoleh oleh adanya mahasiwa keperawatan yang

praktik manajemen keperawatan, adanya kerja sama antara perawat dan mahasiswa

keperawatan yang praktik manajemen, adanya kebijakan Rumah Sakit tentang

timbang terima. Untuk ancaman yang mungkin diterima yaitu adanya tuntutan

pasien untuk mendapatkan pelayanan yang professional.Meningkatnya masyarakat

tentang tanggung jawab dan tanggung gugat perawat sebagai pemberi Asuhan

Keperawatan.

4. Ronde Keperawatan

Berdasarkan data yang dari kepala ruangan Bougenvile Bidang perawatan

dan ruangan mendukung adanya kegiatan ronde keperawatan. Banyak kasus yang

memerlukan perhatian khusus, SDM banyak mempunyai pengalaman dalam bidang

saraf, sertifikat perawat sesuai keahliannya.Tidak ada SOP ronde keperawatan dan

ronde keperawatan tidak pernah dilakukan. Selain itu Ronde Keperawatan adalah

kegiatan yang belum dilaksanakan secara teratur di Ruang Bougenvile.

Kesempatan yang dimiliki Ruang Bougenvile adalah adanya platihan dan

seminar tentang manajemen keperawatan, adanya kesempatan dari kepala ruangan

untuk mengadakan ronde keperawatan pada perawat dan mahasiswa

praktik.Ancaman yang dimiliki adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat

untuk mendapatkanAncaman yang dimiliki adanya tuntutan yang lebih tinggi dari
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang professional, Persaing antar ruang

saraf semakin kuat dalam melaukan pemberian pelayanan.

5. Pemberian Pasien Baru

Pemberian pasien baru berisi 3P

a. Penganalan kepada pasien,tenaga kesehatan lain

b. Peraturan rumah sakit

c. Penyakit, termasuk sterilisasi obat

Dari hasil observasi ruang Bougenvile ada SOP penerima pasien baru

tetapi pelaksanaannya tidak dilakukan atau tidak ada budaya orientasi pasien

baru dan keluarga.Sehingga Budaya cuci tangan pada pasien,penunggu,dan

pengunjung masih kurang sehingga beresikopasien,penunggu,dan pengunjung

masih kurang sehingga beresiko terjadi infeksi nosokomial.

6. Supervisi Keperawatan

Dari data yang didapatkan dari kepala ruangan Bougenvile telah ada

program supervise, Kepala ruangan mendukung dan melaksanakan supervise,

Hasil supervise terakhir 80%, perawat ruang Bougenvile telah melakukan

tindakan sesuai SOP. Kelemahan dari supervisi di Ruang Bougenvile yaitu tidak

ada Standar OPerasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan oleh RSUD Mardi

Waluyo

Kesempatan yang di miliki di ruang Bougenvile yaitu adanya mahasiswa

keperawatan yang praktik manajemen keperawatan, Adanya kerajasama antara

perawat dan mahasiswa keperawatan yang praktik manajemen. Ancaman yang


dimiliki di Ruang Bougenvile yaitu adanya tuntutan pasien untuk mendapatkan

pelayanan yang professional,makin tinggi kesaaran masyarakat akan hokum.

7. Discharge Planning

Dari hasil observasi diruang bougenvile ada format discharge

planning, Adanya kartu kontrol berobat,perawat memberikan pendidikan

kesehatan secara informal. Tetapi dari hasil hasil sulit dokumentasi pasien

yang sudah pulang pengisian Discharge planning tidak pernah dilakukan

oleh perawat Ruang Bougenvile. Kesempatan yang dimiliki di Ruang

Bougenvile yaitu adanya mahasiswa keperawatan yang praktik manajemen

keperawatan, adanya kerja sama antara perawat dan mahasiswa

keperawatan yang praktik manajemen. Ancaman yang dimiliki di Ruang

Bougenvile adalah makin tingginya tuntutan masyarakat untuk

mrndapatkan pelayanan yang professional, Makin tingginya masyarakat

akan pentingnya kesehatan,persaingan antara RS yang semakin kuat.

8. Dokumentasi

Dari hasil audit dokumentasi asuhan keperawatan diruang

Bougenvile pendokumentasian yang berlaku diruangan Bougenvile adalah

system SOR (Sources Oriented Record) dengan SBAR (Situation Baground

Assasment Recommendation) yaitu suatuyu system pendokumentasian

yang beriontasi pada ilmu komponen (Lembar penilaian berisi

biodata,lembar order dokter,lembar riwayat medis atau penyakit, catatan

perawat,catatan dan laporan), Tersedianya sarana prasarana dokumentasi

untuk tenaga kesehatan (sarana administrasi penunjang), format asuhan

keperawatan sudah ada. Adanya kesadaran perawat tentang tanggung jawab


dan tanggung gugat),perawat mengisi dokumentasi asuhan keperawatan

sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang telah ditetapkan ruang

Bougenvile, tetapi kepala ruang bougenvile jarang melakukan pengawasan

terhadap dokumentasi keperawatan

Kesempatan yang dimiliki ruang bougenvile adalah adanya program

pelatihan,adanya kesempatan untuk meningkatkan pendidikan

(pengembangan SDM), Mahasiswa S1 keperawatan praktik manajemen

untuk mengembangan system untuk mengembangan sistem untuk

mengembangan system dokumentasi PIE ( perencanaan, implementasi,

evaluasi), kerjasama yng baik antara mahasiswa dan perawat ,system MPKP

di terapkan mahasiswa S1 Keperawatan.

Ancaman yang dimiliki ruang Bougenvile adalah tingkat kesadaran

masyarakat (Pasien dan keluarga) akan bertanggung jawab dan tanggung

gugat, persaingan RS dalam memberikan pelayanan keperawatan.

3.4 Keuangan (M4-Money)

Keuangan pada sebuah managemen difokuskan pada berikut:

1. Pemasukan

2. RAB, yang meliputi dana untuk kegiatan berikut:

a. Operasional (kegiatan pelayanan)

b. Manajemen (pembayaran pegawai, listrik, air,telepon, dll )

c. Pengembangan(sarana prasarana dan sumber daya manusia)

Berdasarkan data yang didapat dari ruang bougenvile, didapatkan

bahwa tidak ada permasalah dengan sistem keuangan ruangan. Ada


pendapatan dari jasa medik untuk pasien dengan biaya ASTEK, ASKES,

JAMSOSTEK, yang dapat diklaim setelah perawatan, ada pendapatan dari

jasa pelayanan rumah sakit berupa remunerasi.

Kesempatan yang dimiliki ruang bougenvile adalah pengeluaran sebagian

besar dibiayai oleh institusi, ada kesempatan untuk menggunakan instrumen

medis dengan re-use sehingga menghemat pengeluaran. Ancaman yang

dimiliki ruang bougenvile adalah adanya tuntutan yang lebih tinggi dari

masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih profesional

sehingga membutuhkan pendanaan yang lebih besar untuk mendanai sarana

dan prasarana.

3.5 Mutu (M5-Market)

1.Pasien safety

Nursalam(2014:214) menyatakan bahwa indicator pasien safety ada 8

sasaran yaitu :

a. Medication Error

b. Flebitis

c. Dekubitus

d. Jatuh

e. Restrain

f. Injury

g. ILO (Infeksi Luka Operasi)

h. INOS (Infeksi Nosokomial)


Sedangkan sasaran pasien safety yang dikeluarkan oleh Standar

Akreditasi Rumah sakit edisi 1 (Kemenkes 2011)dan JCI

Acreditation,maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut berikut :

a. Sasaran 1: Ketetapan Identifikasi pasien

Diruang Bougenfile 100% menggunakan gelang identitas

b. Sasaran II : Peningkatan Komunikasi yang efektif

Pelaksana komunikasi di ruang Bougenvile sudah efektif (SBAR)

c. Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

(High Alert Medication )

d. Sasaran IV : Kepastian Tepat Lokasi,Tepat Prosedur,Tepat pasien

operasi

e. Sasaran V : Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

dari hasil sampling yang telah kita lakukan perawat Bougenvile dan

petugas belum melakukan 5 moment dengan baik,budaya cuci

tangan pada pasien,pengunjung,masih kurang

Selain itu pelaksana Verbed,bersih-bersih bersama lingkungan

pasien,serta dressing infuse pasien jarang dilakukan

f. Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh

1) 11 % pengaman TT tidak berfungsi dengan baik

2) 22 % TT tidak mempunyai pengaman

3) Berdasarkan sample identifikasi pasien resiko jatuh di ruang

Bougenvile berdasarkan penilaian skala morse didapatkan hasil

bahwa 20%

4) Medication error (KTD)


Dari data yang didaptkan dari kepala ruangan Bougenvile

selama ini tidak ada medication error yang terjadi

2. Kepuasan Pasien

Dari data tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat

diruang Bougenvile menyatakan bahwa 78% pasien puas terhadap

pelayanan perawat dan 72% keluarga pasien puas terhadap pelayanan

ruangan. Adanya variasi karakteristik dari pasien (BPJS, Umum,

ASKES, ASTEK).

3. ALOS (Averange Length of stay)

Lama rawat inap pasien diraung bougenvile mulai tanggal 04

Desember sampai tanggal 06 Desember 2017 rata-rata 3 hari sebanyak

30%,3-5 hari sebanyak 50% >6 hari sebanyak 20%. Kesempatam yang

dimiliki ruang Bougenvile adalah adanya Mahasiswa S1 Keparawatan

praktik manajemen,Kerjasama yang baik antara perawat dan

mahasiswa.Ancaman yang dimiliki ruang Bougenvile adanya

peningkatan standart masyarakat yng harus dipenuhi, persaingan RS

dalam memberikan pelayanan keperawatan


BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan data dan observasi dapat kami simpulkan bahwa RSUD Mardi

Waluyo Kota Blitar sudah memiliki fasilitas yang memadai dan managemen

keperawatan dengan katagori cukup baik. Tenaga perawat yang ada sudah

berpendidikan minimal SMK Keperawatan. Pembagian tugas dan tanggung jawab

masing-masing perawat sudah sangat jelas. Perawat memiliki sikap dan etika yang

baik. Pelaksanaan asuhan keperawatan sudah sesuai dengan prosedur dan metode

yang sudah ditetapkan dan berjalan dengan baik dan sudah memenuhi standar

klasifikasi rumah sakit sesuai peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

4.2 Saran

Berdasarkan data dan observasi kami, saran yang bisa kami sampaikan

adalah untuk lebih memperhatikan kemampuan perawat dengan mengikutkan


perawat dalam berbagai pelatihan sehingga kedepannya dapat memaksimalkan

dalam memberikan asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Sri, M. (2016). manajemen dan kepemimpinan dalam keperawatan. Jakarta.

Wicaksono Dwi, D. (2016). desiminasi akhir manajemen keperawatan diruang

bougenvile RSUD Mardi Waluyo Blitar.

Вам также может понравиться