Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
Pada waktu 2-4 hari pasca persalinan produksi ASI ibu mulai
diproduksi, namun masih kesulitan dalam menyusui Tidur ibu sering
terganggu karena malam hari terjaga normal pada bayi baru (McGuire E,
2013). Dalam masa postpartum tersebut perubahan dan adaptasi pada ibu
postpartum yaitu fisiologis dan dan psikologis. Adaptasi fisiologis dan
psikologis yang terjadi pada ibu postpartum, yaitu:
1. Adaptasi fisiologis
a. Uterus terjadi proses involusi dimana kembalinya uterus ke
keadaan normal setelah melahirkan, adanya kontraksi pada uterus,
nyeri.
b. Serviks akan terasa lunak setelah melahirkan
c. Vagina yang tadinya terdistensi dengan dinding yang halus
perlahan akan mengecil dan tonusnya akan kembali
d. Abdomen masih tampak menonjol seperti saat hamil, dan selama
dua minggu pertama akan berelaksasi. Butuh 6 minggu agar
didnding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil
e. Sistem pencernaan. Pada ibu postpartum akan merasa lapar setelah
melahirkan dan porsi makan meningkat. Defekasi spontan baru
akan terjadi 2-3 setelah postpartum karena berkurangnya tonus otot
diusus selama melahirkan, masa nifas, dehidrasi.
f. Payudara pada ibu post partum terjadi penurunan kadar kadar
hormone (estrogen, progesteron, hCG, prolactin, kortisol, dan
insulin). Selama 24 jam pertama pada terjadi perubahan jaringan
payudara. Keluar kolostrum, cairan kuning, dan jernih. Payudara
akan terasa penuh setelah dan berat saat kolostrum berubah
menjadi susu dalam 72-96 jam setelah melahirkan.
g. Perubahan pada volume darah ibu postpartum bergantung pada
beberapa faktor seperti hilangnya darah saat melahirkan dan
jumlah cairan ekstravaskular.
h. Peningkatan curah jantung pada postpartum akan tetap meningkat
minimal 48 jam pertama karena peningkatan volume sekuncup.
6
2. Adaptasi psikoligis
1. Fase taking In biasanya ditetapkan 1 hingga 2 hari setelah
melahirkan, waktu refleksi karena dalam jangka waktu 2 hingga 3
bersifat pasif atau hanya peduli pada diri sendiri. Untuk hari
pertama atau kedua setelah kelahiran, ibu baru membutuhkan
makanan tambahan dan istirahat. Ibu dengan bedah caesar bahkan
membutuhkan lebih banyak istirahat. Semua ibu baru juga perlu
"mengasuh" diri mereka agar mereka dapat berhasil melahirkan
bayi baru mereka. Para ayah baru juga mungkin mengalami
kesulitan menyesuaikan diri dengan menjadi orang tua.
2. Fase Taking Hold berlangsung mulai 3 sampai 10 hari setelah
melahirkan, waktu untuk melakukan tindakan sendiri dan membuat
keputusan tanpa bergantung pada orang lain. Selama fase ini, orang
tua fokus pada belajar merawat bayi baru mereka. Perubahan
suasana hati sementara dan perasaan rentan di pihak ibu baru tidak
jarang terjadi. Setiap pasangan mungkin merasa terabaikan karena
7
1. Infeksi HIV pada ibu dengan viral load yang tinggi (HIV dengan viral
load ibu yang rendah tidak selalu merupakan indikasi untuk operasi
caesar)
2. Pre-eclampsia
3. Penyakit menular seksual, seperti wabah herpes genital sebelum onset
persalinan (yang dapat menyebabkan infeksi pada bayi jika lahir
melalui vagina)
4. Seksio caesar sebelumnya (longitudinal)
5. Ruptur uterus sebelumnya
6. Masalah sebelumnya dengan penyembuhan perineum (dari persalinan
sebelumnya atau penyakit Crohn)
7. Nyeri Bicornuate
9
plasenta percreta. Skenario kritis ini dapat terjadi kapan saja selama kehamilan
dari trimester pertama yang penuh-kehamilan istilah dalam ketiadaan tenaga
kerja. (Jang dan Chen dalam Berkley and Abuhamad, 2013)
Tanda dan Gejala lain yang dapat di temukan pada pasien plasenta akreta
yaitu :
1. Plasenta gagal terlepas setelah 30 menit setelah bayi lahir
2. Perdarahan hebat bisa terjadi bergantung pada bagian plasenta yang
terkena
3. Histerektomi cesarian.
4. Ruptura uteri spontan pada trimester kedua dan ketiga,
5. Perdarahan intraperitoneal,yang bisa menimbulkan kematian.
6. Plasenta akreta derajat ringan dapat terjadi dandapat menimbulkan
perdarahan postpartum hebat, tetapi tidak membutuhkan manajemen yang
agresif yang diperlukan pada plasenta akreta derajat berat.
7. Perdarahan vagina selama trimester terakhir serta plasenta previa yang
telah didiagnosis melalui USG atau MRI adalah gejala yang menunjukkan
bahwa akreta plasenta juga mungkin. Kadang-kadang lebih histerektomi
juga diperlukan. Namun, gejala akreta plasenta mungkin tidak sebatas itu.
8. Untuk bayi, kelahiran prematur dan masalah menyusul adalah perhatian
yang paling penting bagi para ibu yang didiagnosis dengan plasenta akreta.
Pendarahan selama pengiriman dan memisahkan plasenta dari dinding
uterus adalah masalah mengancam kehidupan bagi ibu dengan plasenta
akreta dan kasus yang lebih rumit seperti plasenta inkreta dan percreta.
2.3.3 Patofisiologi
Plasenta akreta diketahui terjadi karena tidak terdapat lapisan
spongiosa dari desidua. Benurschke dan Kaufmann menjelaskan bahwa
kondisi ini adalah konsekuensi dari kegagalan rekonstruksi endometrium atau
desidua basalis setelah proses penyembuhan luka insisi SC. Secara histologis
biasanya tampak sebagai gambaran trofoblas yang menginvasi miometrium
12
tanpa keterlibatan desidua. Hal ini menjadi masalah saat proses persalinan
dimana plasenta tidak akan terlepas dan akan terjadi perdarahan masif.
Kriteria USG untuk plasenta akreta menurut RCOG Guideline antara lain
yakni:
Greyscale:
Hilangnya zona sonolucent retroplasenta
Zona sonolucent retroplasenta yang tidak teratur
Penipisan atau gangguan dari hyperechoic serosa-bladder interface
Kehadiran massa exophytic fokal yang menyerang kandung kemih
abnormal placenta lacunae
Doppler:
Difus atau fokal aliran lacunar
danau vaskular dengan aliran turbulen (peak cystolic velocity >15 cm
/detik)
Hipervaskularisasi serosa-bladder interface
markedly dilated vessels over peripheral subplacental zon
3D Power Doppler:
Banyak koheren pembuluh darah melibatkan seluruh pertemuan
antara serosa uterus dengan kandung kemih (basal viewl)
Hipervaskularisasi (lateral view)
18
3. Pemeriksaan laboratorium
Ada faktor risiko plasenta akreta yang dapat diperiksa dengan
skrining MSAFP seperti untuk cacat tabung saraf dan
aneuploidies.Hungdan temannya (1999) menganalisis lebih dari 9300
wanita diskrining untuk Down syndrome pada 14 sampai 22
minggu.Mereka melaporkan 54 kali lipat meningkat risiko untuk akreta
pada wanita dengan plasenta previa. Risikountuk akreta meningka 8x
lipat bila kadar MSAFP melebihi2,5 MoM; itu meningkat 4x lipat ketika
kadar free beta-hCG yang lebih besar dari 2,5 MoM; dan itu meningkat
tiga kali lipat saat usia ibu adalah 35 tahun atau lebih.
4. Patologi Anatomi
Penegakan diagnosis plasenta akreta secara pasti dibuat
berdasarkan hasil dari patologi anatomi yang diperoleh setelah dilakukan
histerektomi. Diagnosis definitif tergantung pada visualisasi dari villi
chorialis yang menginvasi atau tertanam pada miometrium dengan tidak
adanya desidua di lapisan antara mereka.
2.3.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan antara lain :
a. Mengindentifikasi plasenta akreta pada klien .petugas harus waspasa
terhadap status risiko klien.
b. Membantu dengan terapi dan intervensi yang cepat. Untuk itu siapkan
D&C (dilatasi dan Kuretasi)atau histerektomi.
c. Memberi dukungan fisik dan emosional
d. Memberi penyuluhan klien dan keluarga
Plasenta akreta idealnya diterapi dengan histerektomi total
perabdominal.Sebagai tambahan, sebagai konsensus universal beranggapan
bahwa plasenta sebaiknya dibiarkan pada tempatnya, usaha untuk melepaskan
plasenta sering mengakibatkan perdarahan masif.Akan tetapi, dokter harus
menyadari bahwa plasenta akreta yang bersifat fokal dapat terjadi dan tidak
membutuhkan terapi yang agresif.Operasi plasenta akreta lebih baik
dilakukan secara elektif dengan persiapan yang baik dibandingkan dengan
operasi darurat. Terminasi kehamilandirencanakan pada usia kehamilan 36-37
minggu, setalah dilakukan pemeriksaankematangan paru dengan
amniosintesis.
Jika amniosintesis gagal menunjukkan paru-paru telah matang, jika
pasienstabil bisa dilakukan persalinan pada usia kehamilan 38 minggu, atau
lebih cepat, jika pasien perdarahan atau sudah dalam proses
persalinan.Penelitian yang membandingkan histerektomi peripartum yang
emergensidan elektif menemukan bahwa wanita dengan histerektomi
emergensi memilikiangka perdarahan intraoperatif yang lebih tinggi, yang
menyebabkan terjadinyahipotensi intraoperatif, dan lebih
membutuhkan transfusi dibandingkan wanita yang melakukan histerektomi
obstetrik elektif. Pencegahan komplikasi idealnya membutuhkan pendekatan
22
2.4 Histerektomi
2.4.1 Definisi
Histerektomi dikenal dengan juga dengan operasi pengangkatan
rahim.Berasal dari kata histera berarti memotong atau mengangkat. Tindakan
ini hanya dilakukan berdasarkan alasan- alasan medis atau indikasi tertentu
(Anonim, 2009).
2.4.2 Indikasi
1. Adanya tumor jinak rahim, misalnya mioma. Meski jinak, tumor
dapat membesar sehingga dikhawatirkan menekan jaringan di
sekitarnya.
2. Bila terdapat gejala-gejala pra kanker atau hiperplasi selaput rahim
(endometrium) serta prakanker di leher rahim. Histerektomi untuk
prakanker, terutama dilakukan pada wanita yangs udah punya anak
cukup dan tingkat prakankernya tergolong berat, misalnya kanker
leher rahim yang disebut disaplasia berat sampai carcinoma insitu.
3. Kanker pada badan dan leher rahim stadium awal. Kalau itu yang
menjadi alasan akan dilakukan histerektomi radikal. Operasi ini
juga dilakukan pada wanita usia lanjut yang menderita kanker
indung telur dan saluran tuba.
4. Rupture uteri
5. Perdarahan hebat pasca persalinan meliputi:
1) Atoniauteri
2) Afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia pada plasenta
3) Plasenta inkreta dan perkreta
24
b. Tingkatan Histerektomi
Berdasarkan luas dan bagian rahim yang diangkat, tindakan
histerektomi dapat dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu:
1. Histerektomi total : pengangkatan rahim dan serviks, tanpa
ovarium dan tuba falopi
2. Histerektomi subtotal : pengangkatan rahim saja, serviks,
ovarium dan tuba falopi tetap dibiarkan.
3. Histerektomi total dan salpingo-oporektomi bilateral atau dikenal
dengan nama TOTAL ABDOMINAL HISTEREKTOMY AND
BILATERAL SALPHINGO OOPHORECTOMY (TAH-BSO)
: pengangkatan rahim, serviks, ovarium dan tuba falopi. TAH–
BSO merupakan suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat
uterus, serviks, kedua tuba falofii dan ovarium dengan melakukan
insisi pada dinding, perut pada malignant neoplasmatic desease,
leymyoma dan chronic endrometriosis. TAH-BSO adalah suatu
tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding perut
untuk mengangkat uterus, serviks, kedua tuba falopii dan ovarium
pada malignant neoplastic diseas, leymiomas dan chronic
endometriosis.
2.4.11 Pathway
PATHWAYS
FAKTOR RESIKO:
Nyeri akut
Desidua terkelupas
Kekurangan Pembuluh darah PLASENTA AKRETA
dan sisa di Hematoma pada
volume cairan plasenta
miometrium desidua basalis
Perdarahan
Kehilangan volume Kehilangan vaskular yang vagina
cairan aktif berlebihan
Ansietas Kurang pengetahuan Resiko infeksi
43