Вы находитесь на странице: 1из 16

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN OBAT TRADISIONAL

HASIL DISKUSI SIRUP TEMULAWAK

OLEH :

Nama : Ade safitri

NIM : F201501074

Kelas : D2 Farmasi

Kelompok : II

Aisten : Selpirahmawati Saranani, S.Farm.,M.Si

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MANDALA WALUYA KENDARI

RANCANGAN FORMULA

A. Master formula
Ekstrak temulawak 3%
Sodium sitrat 1%
Asam sitrat 1%
Sorbitol 30%
Sucrosa 40%
CMC Na 1,5%
Natrium benzoate 0,2%
Daun pandan 2lembar
Aqua destilata Sampai 100%

B. Rancangan formula
Tiap 1000ml mengandung :
No. Nama bahan Fungsi Konsentra
si
1. Ekstrak Penambah nafsu 3%
temulawak makan
2. sodium sitrat Pengatur pH 1%
3. Asam sitrat Pengatur pH 1%
4. Sorbitol Pemanis dan 30%
pencegah kristalisasi
5. Sukrosa Pemanis 40%
6. CMC Na Pengental 1%
7. Natrium Pengawet 0,2%
benzoat
8. Daun pandan Pengaroma 2 lembar
9. Aquadest Pelarut Ad 1000ml

C. Alasan penambahan
1. Untuk zat aktif
Ekstrak kental rimpang temulawak adalah ekstrak yang
dibuat dari rimpang Curcuma xanfhorrhiza Roxb., suku
Zingiberaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 4,60%
v/b dan kurkuminoid tidak kurang dari 14,20% dihitung sebagai
kurkumin.

Nama simplisia : Curcumae Xanthorrhizae Rhizomae


Extractum Spissum
Rendemen : Tidakkurangdari 18,0%
Pemerian ekstrak : Warna kuning kecokelatan; bau khas;
rasa pahit
Struktur kimia
senyawa

Kadar air : Tidak lebih dari 10 %

Temulawak berasal dari kawasan Indonesia dan telah


tersebar diseluruh nusantara. Banyak dimanfaatkan masyarakat
dalam bentuk jamu dan obat lainnya. Temulawak hanya bisa
tumbuh dan berproduksi dengan baik didaratan rendah sampai
pegunungan (daratan tinggi) yakni mulai 5–1200 m diatas
permukaan laut, tumbuh liar ditempat yang agak terlindung, seperti
dibawah naungan hutan jati. Juga cocok dibudidayakan di lahan
perkarangan dan dikebun. Tumbuhan ini hidup pada berbagai jenis
tanah seperti tanah liat, berpasir, tetapi untuk mendapatkan
rimpang yang berkualitas baik diperlukan tanah yang subur yang
mengandung banyak unsur hara (Rukmana,2006).

a. Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi tanaman temulawak adalah sebagai berikut:
(Rukmana, 2006)
Kingdom :Plantae
Divisi :Spermatophyta
Subdivisi :Angiospermae
Kelas :Monocotyledoneae
Ordo :Zingiberales
Famili :Zingiberaceae
Genus :Curcuma
Spesies :Curcuma xanthorrhiza Roxb.
b. Morfologi Tanaman
Temulawak merupakan tanaman tahunan, berbatang semu,
berwarna hijau dan cokelat gelap. Tinggi batangnya antara 1,5 cm
sampai 2 cm, paling tinggi dibanding kerabat-kerabat semarganya.
Batangnya tersusun atas upih-upih daun, seperti halnya upih-upih
daun yang ada dalam pisang tegak lurus dan berumpun. Daunnya
berbentuk seperti mata lembing jorong agak melonjong
(oblongelliptic). Telapak daunnya berwarna hijau tua, bergaris-garis
cokelat, lebarnya antara1 cm sampai 2,5 cm dan berbintik-bintik
jernih hijau muda (Ahmad, 2007).
Sebagai tanaman monokotil, temulawak tidak memiliki akar
tunggang. Akar yang dipunya adalah rimpang. Rimpang ialah
bagian batang yang terletak di bawah tanah. Rimpang disebut juga
umbi akar atau umbi batang. Rimpang temulawak berukuran paling
besar diantara semua rimpang genus Curcuma. Oleh karena itu,
walaupun nama daerah temulawak bermacam-macam, tetapi tetap
mengandung arti yang sama, yaitu temu yang besar (Ahmad,
2007).
Rimpang temulawak terdiri atas rimpang induk (empu) dan
rimpangan akan (cabang). Rimpang induknya berbentuk bulat
seperti telur dan berwarna kuning tua atau cokelat kemerahan.
Bagian dalamnya berwarna jingga kecokelatan. Dari rimpang induk
ini, keluar rimpang kedua yang lebih kecil. Arah pertumbuhannya
kesamping, berwarna lebih muda dengan bentuk bermacam-
macam dan jumlahnya sekitar 3-7 buah. Jika dibiarkan tumbuh
lebih dari satu tahun, akan tumbuh banyak rimpang lagi. Ujung
rimpang cabang membengkak menjadi umbi kecil. Rimpang ini
baunya harum dan rasanya agak pahit agak pedas (Ahmad, 2007).
Bunga temulawak pendek dan lebar, berkembang secara
teratur, berwarna putih kuning atau kuning muda bercampur warna
merah dipuncaknya. Bunga mekar satu persatu secara bergiliran
dari kantung-kantung daun pelindung yang memiliki 3-5 kuntum
bunga(Ahmad, 2007).

c. Kandungan Kimia
Kandungan kimia rimpang temulawak adalah sebagai berikut
yaitu zat warna kuning (kurkumin), serat, pati, kalsium oksalat,
minyak atsiri, pati, alkaloid, flavonoid, triterpenoid dan glikosida
lebih dominan dibanding tannin, saponin dan steroid (Hayani,
2006).

d. Manfaat Tanaman Temulawak


Konsumsi temulawak pada orang sehat juga sangat penting
untuk memelihara kesehatan fungsi hati dan menjaga stamina
tubuh. Usia antara 20-60 tahun merupakan usia produktif untuk
melakukan berbagai aktivitas yang berat dan melelahkan. Salah
satu penyebab menurunnya fungsi hati adalah faktor kelelahan
sehingga kerja hati menjadi bertambah berat. Hal ini menyebabkan
tubuh rentan untuk tertular virus hepatitis yang berbahaya karena
virus ini mampu bertahan dan menetap di dalam tubuh, bersifat
kronis serta dalam perjalanan selanjutnya berpotensi merusak hati,
ukurannya mengecil dan mengeras (sirosis hati) dan dapat berakhir
menjadi kanker hati (Suharjo, 2010).
1. Untuk Bahan Tambahan
Daun Pandan
a. Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
menurut Van Steenis (2008) adalah sebagai berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledonae
Ordo : Pandanales
Familia : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Species : Pandanus amaryllifolius, Roxb.

b. Morfologi Tanaman
Pandan wangi adalah jenis tanaman monokotil dari famili
Pandanaceae. Daunnya merupakan komponen penting dalam
tradisi masakan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara
lainnya. Di beberapa daerah, tanaman ini dikenal dengan berbagai
nama antara lain: Pandan Rampe, Pandan Wangi (Jawa); Seuke
Bangu, Pandan Jau, Pandan Bebau, Pandan Rempai (Sumatera);
Pondang, Pondan, Ponda, Pondago (Sulawesi); Kelamoni,
Haomoni, Kekermoni, Ormon Foni, Pondak, Pondaki, Pudaka
(Maluku); Pandan Arrum (Bali), Bonak (Nusa Tenggara). Pandanus
umumnya merupakan pohon atau semak yang tegak, tinggi 3–7
meter, bercabang, kadang-kadang batang berduri, dengan akar
tunjang sekitar pangkal batang. Daun umumnya besar, panjang 1–3
m, lebar 8–12cm; ujung daun segitiga lancip-lancip; 10 tepi daun
dan ibu tulang daun bagian bawah berduri, tekstur daun berlilin,
berwarna hijau muda–hijau tua. Buah letaknya terminal atau lateral,
soliter atau berbentuk bulir atau malai yang besar (Rahayu SE dan
S Handayani, 2008).

c. Kandungan Kimia
Kandungan yang dimiliki yaitu golongan senyawa flavonoid,
alkaloid, saponin, tanin, polifenol, dan zat warna berfungsi sebagai
antibakteri (Arisandi dan Andriani, 2008).
d. Manfaat Tanaman Temulawak
Khasiat yang dimiliki daun ini adalah memberikan warna hijau,
menyedapkan serta memberikan wangi pada makanan. Selain itu
memiliki manfaat untuk membuat rambut lebih hitam, dapat
membasmi ketombe, menyembuhkan rambut rontok (Dalimartha,
2002).

Sodium Sitrat
Sodium sitrat banyak digunakan dalam formulasi farmasi
yang berfungsi sebagai pendapar yang bersifat menstabilkan pH.
Warna dari senyawa kurkumin dipengaruhi pH sehingga untuk
mendapatkan warna yang stabil diperlukan larutan penyangga.
Konsentrasi yang digunakan dalam pengatur pH yaitu 0,3%-2,0%
(HPE,640).

Asam sitrat
Asam sitrat banyak digunakan dalam formulasi farmasi
terutama untuk mengatur pH larutan. Konsentrasi yang digunakan
dalam pengatur pH yaitu 1,0%-2,0% (HPE,181). Pendapar ini
digunakan agar warna sirup stabil dalam penyimpanan suhu tinggi.
Sorbitol
Sorbitol digunakan sebagai pemanis dalam formulasi dan
sebagai penstabil untuk obat. Konsentrasi yang digunakan dalam
sediaan syrup yaitu 15%-30%.

Sukrosa
Sukrosa digunakansebagaipemanis untuk menutupi rasa
pedas yang lembutdari kurkumin. Sukrosa juga dapat
meningkatkan viskositas dalam syrup. Konsentrasi yang digunakan
yaitu 50%-67%
CMC Na
Na.CMC digunakan Secara oral dalam formulasi farmasi
terutama untuk meningkatkan viskositas. Konsentrasi yang
digunakanyaitu 0,1%-1,0% (HPE,119). Viskositas sirup erat
kaitannya dengan konsentrasi CMCNa yang digunakan. Semakin
tinggi konsentrasi CMC Na semakin tinggi pula viskositas sirup
yang dihasilkan.
Natrium benzoate
Natrium benzoate digunakan terutama sebagai pengawet
dalam makanan, obat-obatan dan kosmetik. Digunakan konsentrasi
0,02%-0,5% untuk penggunaan oral (HPE,627). Dalam formulasi ini
digunakan pengawet agar sediaan dapat bertahan lama pada
penyimpanan.
Aquadest
Aquadest digunakan sebagai bahan pelarut.

III. Uraian Bahan


a. Sodium Sitrat ( FI edisi III, hal. 406 )
Nama resmi : NATRII CITRAS
Sinonim : NatriumSitrat

Rumus molekul : C6H5Na3O7.2H2O


BM : 294,10
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam
air mendidih, praktis tidak larut dalam etanol
(95%).
Incompatibilitas : Larutan encer adalah sedikit alkali dan akan
memberikan reaksi asam dengan zat kimia asam.
Asamgaram alkaloid
dapatdiendapkandarigaramalkaloidnyaataularuta
nhidroalkohol.
Garamkalsiumdanstronsiumakanmenyebabkanen
dapandarisifat yang cocokincompatibilitas yang
laintermasukdasar.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Pengatur pH

b. Asam Sitrat (FI III, 1979 : 50)


Nama resmi : ACIDUM CITRICUM
Sinonim : AsamSitrat

Rumusmolek : C6H807.H2O
ul
BM : 210.14
Pemerian : Hablurtidakberwarnaatauserbukputihtidakberbau.
Rasa sangatasam, agakhigroskopis,
merapuhdalamudarakeringdanpanas.
Kelarutan : Larutdalamkurangdari 1 bagian air dandalam
1,5bagianetanol (95%) P, sukarlarutdalameter.
Incompatibilit : Asamsitrat income dengan potassium tatrat, alkali
as dan alkali tanahkarbonatdanbikarbonat, asetatdan
sulfide income terhadappengoksida basis,
pereduksidannitratberpotensimeledakatauteruraijikad
ikombinasikandenganlogamnitrat. (EXP 1 hal.140).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terindung dari
cahaya
Kegunaan : Pengatur pH

c. Sukrosa (FI III, 1979 : 725)


Nama resmi : SAKAROSA
Sinonim : Sukrosa
Rumusmoleku : C12H22O11 / 342,20
l
Pemerian : Hablurtidakberwarnaataumassahabluratauserbukwar
naputih; tidakberbau; rasa manis
Kelarutan : Larutdalam 0,5bagian air dandalam 370
bagianetanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalamwadahtertutupbaik
Kegunaan : Pemanis

d. Sorbitol (Ditjen POM, 1979 : 567, HOPE : 679)


Nama resmi : SORBITOL
Sinonim : C*PharmSorbidex; E420; 1,2,3,4,5,6-
hexanehexol; Liponic 70- NC; Liponic 76-
NC; Meritol; Neosorb; Sorbitab; sorbite;
Dsorbitol; Sorbitol Instant; sorbitolum;
Sorbogem.
Rumusmolekul : C6H14O6 /182.17
Stabilitas : Sorbitol adalah kimiarelatif inert dan
kompatibel dengan sebagian besar eksipien .
Hal inistabil di udara karena tidak adanya
katalis dan dingin, encer asam dan basa.
Sorbitol tidak terurai pada suhu yang tinggi
atau dengan adanya amina. Hal
ininonflammable , noncorrosive, dan
nonvolatile. Meskipun sorbitol tahan
terhadap fermentasi oleh banyak
mikroorganisme , pengawet harus
ditambahkan kesolusi sorbitol .
Solusidapatdisimpandalamkaca ,plastik,
aluminium , dan stainless kontainerbaja .
Solusi untuk injeksi dapat disterilkan denga
nautoklaf. Bahan massal bersifat higroskopis
dan harus disimpan dalam wadah kedap
udara di tempat yang sejuk dan kering.
Pemerian : Butiran atau kepingan; putih; rasa manis;
higroskopik
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, sukar larut
dalam etanol (95%) P, dalam metanol P dan
dalam asam asetat P.
Incompatibilitas : Sorbitol akan membentuk kelat yang larut
dalam air dengan banyak divalendan ion
logamtrivalen dalam kondisi asam kuat dan
basa. Penambahan polietilenglikol cair
menjadi sorbitol solusi , dengan agitasi kuat,
menghasilkanlilin , larut dalam air gel dengan
titik 35-408C mencair . Solusi Sorbitol juga
bereaksi dengan zat besioksi damenjadi
berubah warna . Sorbitol meningkatkan
tingkat degradasipenisilin di netraldanlarutan
air.
Penyimpanan : Dalamwadahtertutuprapat
Kegunaan : Pemanis dan pencegah kristalisasi

e. Na. CMC (HOPE, 2006 : 118)


Nama Resmi : CARMELLOSUM NATRICUM
Nama Lain : Sukrosa, gula
Pemerian : Bubuk putih sampai hampir putih, tidak berbau,
granular.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%),
eter, dan toluena. Mudah tersebar di air pada
semua suhu, membentuk larutan koloid yang
jernih. Kelarutan berair bervariasi dengan
tingkat substitusi (DS).
Inkompabilitas : Karboksimetilselulosa natrium tidak sesuai
dengan larutan asam kuat dan dengan garam
terlarut dari besi dan beberapa logam lain,
seperti aluminium, merkuri, dan seng.
Pengendapan dapat terjadi pada pH <2, dan
juga ketika dicampur etanol (95%).
Stabilitas : Karboksimetilselulosa natrium stabil, meskipun
higroskopik. Di bawah kondisi kelembaban
tinggi, karboksimetilselulosa natrium dapat
menyerap air dalam jumlah besar (> 50%)
Penyimpanan : Harus disimpan dalam wadah tertutup di
tempat yang sejuk dan kering.

f. Natrium Benzoat (HOPE, 2009: 662)


Nama Resmi : NATRII BENZOAT
Nama Lain : Natrium Benzoat
Pemerian : Granular putih atau kristal, bubuk sedikit
higroskopis. Tidak berbau, atau dengan bau
samar benzoin dan memiliki rasa manis dan
asin yang tidak menyenangkan.
Kelarutan : Larut dalam 75 bagian etanol (95%), dalam 50
bagian etanol (90%), dan dalam 1,8 bagian air.
Inkompabilitas : Tidak kompatibel dengan senyawa kuaterner,
gelatin, garam besi, garam kalsium, dan garam
dari logam berat, termasuk perak, timbal, dan
merkuri. Aktivitas pengawet dapat dikurangi
dengan interaksi dengan kaolin atau surfaktan
nonionik.
Stabilitas : Larutan berair dapat disterilkan dengan
autoklaf atau penyaringan.
Penyimpanan : Harus disimpan dalam wadah tertutup di
tempat yang sejuk dan kering.

g. Aquadest (HOPE, 2006 : 802)


Nama Resmi : AQUA PURIFICATA
Nama Lain : Air, aquadest
Pemerian : Air adalah cairan yang jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, dan tidak berasa.
Kelarutan : Larut dengan sebagian besar pelarut polar.
Inkompabilitas : Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi
dengan obat dan eksipien lain yang rentan
terhadap hidrolisis (dekomposisi di hadapan air
atau kelembaban) di ambient dan suhu tinggi.
Air dapat bereaksi keras dengan logam alkali
dan cepat dengan logam alkali dan oksidanya,
seperti kalsium oksida dan magnesium oksida.
Air juga bereaksi dengan garam anhidrat ke
membentuk hidrat dari berbagai komposisi,
dan dengan pasti bahan organik dan kalsium
karbida.
Stabilitas : Air secara kimiawi stabil di semua keadaan
fisik (es, cair, dan uap air).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.

h. Talk (HOPE, 2006 : 767)


Nama Resmi : TALCUM
Nama Lain : Talk, magnesium hydrogen metasilicate
Pemerian : Bubuk putih yang sangat halus, putih keabu-
abuan, tidak berbau, tidak dapat dipalsukan,
bermanifestasi. Menempel dengan mudah ke
kulit dan lembut saat disentuh dan bebas dari
grittiness.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam asam encer dan alkali,
pelarut organik, dan air.
Inkompabilitas : Tidak kompatibel dengan senyawa amonium
kuaterner.
Stabilitas : Stabil dan dapat disterilkan dengan
pemanasan pada suhu 160 OC selama tidak
kurang dari 1 jam. Dapat disterilisasi dengan
paparan etilena oksida atau radiasi gamma.
Penyimpanan : Harus disimpan dalam wadah tertutup dengan
baik di tempat sejuk, tempat yang kering.

IV. PERHITUNGAN
3
Ekstrak temulawak = 100 𝑥 1000 ml = 30 gr

1
Sodium sitrat = 100 𝑥 1000 ml = 10 gr

1
Asam sitrat = 100 𝑥 1000 ml = 10 gr

30
Sorbitol = 100 𝑥 1000 ml = 300 gr

40
Sukrosa = 100 𝑥 1000 ml = 400 gr
1
Na. CMC = 100 𝑥 1000 ml = 10 gr

0,2
Na.Benzoat = 100 𝑥 1000 ml = 2 gr

Aquadest = 1000 ml – (30+10+10+150+670+10+2)

= 1000 ml – 882=118 ml

Daun pandan 2 lembar

VI. Prosedur kerja


a. Pembuatan ekstrak temulawak
1. Simplisia temulawak dibuat serbuk kemudian diayak dengan
ayakan mesh 60 dan ditimbang sebanyak 500 gram.
2. Serbuk dibagi 10 bagian, masing-masing bagian sebanyak 50
gram dilarutkan dengan ethanol 70% sebanyak 350 ml dalam
botol coklat 1000 ml kemudian ditutp.
3. dibiarkan selama 5 hari dan dilakukan pengadukan 3 kali setiap
harinya.
4. Selanjutnya disaring, ampas diremaserasi selama satu hari
supaya penarikan ekstraksi lebih sempurna.
5. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan pada vacuum
evaporator dan diuapkan di waterbath sehingga diperoleh ekstrak
kental.

b. Pembuatan Formula Sirup Temulawak

1. tahap pertama yang dilakukan yaitu tahap preformulasi sirup


dengan cara trial and eror
2. kemudian hasil yang terbaik dipilih sebagai formula sirup yang
diuji stabiltas fisiknya.
3. Sirup dibuat dengan bahan aktif ekstrak temulawak konsentrasi
3% b/b.
4. Sirup dibuat dengan melarutkan sucrosa dalam aquadest di
dalam beaker glass di atas magnetic stirrer dengan suhu 900C
dan kecepatan pengadukan 400 rpm.
5. Jika timbul busa, maka pengadukan bertujuan untuk
menghilangkan busa.
6. Larutan gula tersebut kemudian ditambahkan CMC Na sampai
larut dan bahan lain berturut-turut Sodium sitrat, Asam sitrat,
Sodium glukonat Natrium Benzoat, ekstrak temu lawak dan daun
pandan.

VII. Pengujian Stabilitas Fisik Sirup

Pengujian stabilitas sirup dilakukan berdasarkan percobaan yang dilakukan


Djajadisastra dkk., 2009 yaitu dengan cara menyimpan sirup yang dihasilkan
dalam Climatic chamber pada suhu 400C selama 8 minggu dimana
pengamatan terhadap perubahan fisik dilakukan setiap 2 minggu. Perubahan
fisik diamati dengan cara memperhatikan perubahaan tekstur, bau, rasa, pH
dan viscositas sirup:

a. Uji organoleptik 50 Tampilan fisik sediaan diuji secara organoleptik


dengan cara melakukan pengamatan terhadap tekstur, warna, baudan
rasa dari sediaan yang telah dibuat (Mappa, T., dkk, 2013)

b. Uji pH Tingkat keasaman atau pH diukur dengan menggunakan pH meter .


pH meter dikalibrasi dengan cara dicelupkan dalam larutan buffer pH 7,
kemudian dibilas dengan aquadest. pH meter dicelupkan dalam sampel
sirup, didiamkan beberapa saat dan hasilnya dapat dilihat dari angka yang
tertera di layarnya.

c. Uji Viskositas Pengukuran viskositas dilakukan dengan menempatkan


sampel dalam viscometer hingga spindel terendam. Diatur spindel
dengan kecepatan 50 rpm. Viscometer dijalankan, kemudian viskositas
dari sirup akan terbaca.
Achmad, S.A., Hakim, E.H., Makmur, L. Syah, Y. M., Juliawaty, L.D., Mujahidin D,
2009, Ilmu Kimia dan 53 Kegunaan Tumbuh-Tumbuhan Obat
Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 143.
Afifah, E, 2003, Khasiat dan Manfaat Temulawak Rimpang Penyembuhan Aneka
Penyakit, Agro Medica Pustaka, Jakarta
Anonim,2006, Temulawak.Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Deputi
Bidang Pengawasan Obat tradisional, Kosmetik Dan Asli Indonesia,
Jakarta.
Ditjen POM 2009. Farmakope Herbal. DEPKES RI : Jakarta

Ditjen POM 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. DEPKES RI : Jakarta

Mappa, T., H. J. Edy, dan N. Kojong, 2013, Formulasi Gel Ekstrak Daun Sasaladahan
(Peperomia pellucida (L.) H.B.K) dan Uji Efektivitasnya Terhadap Luka Bakar
pada Kelinci (Oryctolagus Cuniculus). Jurnal Ilmiah Farmasi;2(2).
Rowe C Roymond. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients Fifth
Edition. Pharmaceutical Press : London, UK
Rowe C Roymond. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Fifth
Edition. Pharmaceutical Press : London, UK

Вам также может понравиться