Вы находитесь на странице: 1из 8

BAB I

DEFENISI

A. Pendahuluan
Penerapan budaya keselamatan pasien yang adekuat akan menghasilkan
pelayanan keperawatan yang bermutu. Pelayanan kesehatan yang bermutu tidak
cukup dinilai dari kelengkapan teknologi, sarana prasarana yang canggih dan
petuugas kesehatan yang profesional, namun juga ditinjau dari proses dan hasil
pelayanan yang diberikan (Ilyas, 2009). XXXYYYMMM harus bisa memastikan
penerima pelayanan kesehatan terbebas dari resiko pada proses pemberian layanan
kesehatan (Cahyono, 2008; Fleming & Wentzel, 2008). Penerapan keselamatan
pasien di XXXYYYMMM dapat mendeteksi resiko yang akan terjadi dan
meminimalkan dampaknya terhadap pasien dan petugas kesehatan khususnya
perawat

Budaya keselamatan dibangun oleh berbagai faktor (dimensi), dan berbagai


peneliti mencoba mengidentifikasi dimensi-dimensi tersebut. Dimulai dari
penelitian oleh Zohar (tahun 1980) dengan 8 dimensi, di antaranya sikap
manajemen terhadap keselamatan, dampak praktek-praktek keselamatan kerja
terhadap promosi, dst. Kemudian berkembang secara luas khususnya di layanan
kesehatan. Penelitian Gershon et al. (2000) menghasilkan 6 faktor/dimensi
diantaranya adalah dukungan manajemen, umpan balik/pelatihan, minimal
konflik/komunikasi yang baik, dst. Survey tentang budaya keselamatan pasien
yang sering digunakan sebagai acuan di berbagai negara karena mempunyai sifat
psikometris yang terbaik dan dirancang untuk seluruh pekerja di RS adalah yang
dilakukan oleh Sorra & Nieva (2004), yaitu Hospital Survey on Patient Safety
Culture (HSOPSC), yang mempunyai 12 dimensi budaya keselamatan dan 2
dimensi outcome.

1
Dalam proses membangun budaya keselamatan memerlukan upaya keterlibatan
pasien, memiliki 3 area :
a) AREA 1: keterlibatan apsien dan masyarakat dalam mengembangkan
pelayanan yang lebih aman
usaha usaha yang dapat dilakukan XXXYYYMMM dalam budaya
keselamatan area 1 antara lain dengan :
 keiktsertaan masyarakat dalam workshop budaya keselamatan
pasien;
 perwakilan masyaraat dalam sistem pelaporan masalah
keselamatan pasien;
 masyarakat/pasien dapat dilibatkan dalam memberi saran saran
guna mandapatkan solusi atas masalah keselamatan pasien.

b) AREA 2 : keterlibatan pasien dalam proses perawatan dan pengobatan


dirinya sendiri.
Kemitraan antara pasien dan professional pemberi pelayanan dapat
dilakukan untuk budaya keselamatan dalam area 2 ini, yaitu:
 kemitraan dalam menentukan diagnose yang tepat
 memutuskan pengobatan yang benar
 mendiskusikan risiko
 memastikan kembali obat yang diberi benar

c) AREA 3 : keterlibatan pasien dalam komunikasi dua arah dengan


tenaga kesehatan (apabila terjasi sesuatu yang tidak diharapkan).
Upaya untuk memperoleh keterbukaan dalam komunikasi dapat
diupayakan dengan :
 keterbukaan untuk menggali insiden yang terjasi
 sebagai petugas memberi informasi pada pasien dan keluarga
tentang fakta yang terjadi

2
 permohonan maaf dan empati dibutuhkan dalam insiden yang
terjadi
BAB II
RUANG LINKUP
Dalam perkembangan budaya keselamatan juga memiliki salah satu dimensi yaitu
minimal konflik / komunikasi yang baik, cakupan dimensi ini memuat juga
tentang keterbukaan.
Kejadian/ insiden yang tidak mendukung budaya keselamatan, anatara lain:
 perilaku yang tidak layak
 perilaku yang mengganggu
 perilaku yang melecehkan
Dalam hal ini unsur keterbukaan sangat diperlukan guna meminimalisir insiden
yang merusak budaya keselamatan pasien. Yang dimaksud dalam budaya
keselamatan terkait keterbukaan, antara lain:
1. Penyampaian maaf dan penjelasan
 Jika insiden terjadi dan terdapat penyampaian keluhan dari pihak
pasien/keluarga pasien, maka dengan sigap dan penuh hormat pemberi
pelayanan dalam hal ini XXXYYYMMM perlu melakukan upaya
permohonan maaf.
 Insiden yang terjadi juga memerlukan penjelasan dengan penuh empati
dan logis serta mudah dipahami kepada pasien

2. Investigasi yang teliti setelah terjadi insiden


 Proses investigasi yang teliti dalam insiden yang terjadi sangat
diperlukan sehingga tidak menimbulkan kesalah persepsi dan kedua
belah pihak dapat mempelajari serta memahami insiden yang terjadi
guna kedepannya mengambil tindakan pencegahan yang lebih terukur
dan efektif.
 Pada proses ini 7 langkah menuju keselamatan pasien yang memuat
tentang:

3
1) membangun budaya keselamatan pasien
2) kepemimpinan
3) manajemen risiko terintegrasi
4) pelaporan IKP
5) keterbukaan dan komunikasi
6) belajar dari IKP (RCA)
7) Mencegah IKP Dengan Implementasi Sistem (FMEA)
perlu dilakukan dengan baik guna mendapat hasil investigasi yang akurat,
pemahaman budaya keselamatan; kepemimpinan yang baik dan
bertanggungjawab; manajemen risiko yang disosialisasi dan dimonitor; sistem
pelaporan IKP yang dipahami; komunikasi yang baik dan terpercaya antar petugas
dengan pasien; pembelajaran dan investigasi sederhana; proses FMEA dari aspek
risiko.
Kesemua hal tersebut membatu proses investigasi dan pembelajaran atas insiden
dengan lebih baik.

3. Dukungan dalam mengatasi dampak fisik dan psikologis akibat kejadian


tersebut
 Dalam insiden yang terjadi maka dampak fisik dan psikologis pada
pasien dan serta keluarga pasien perlu diperhitungkan dan dipahami
 Pemberian dukungan untuk mengatasi dampak dampak yang timbul
perlu diberikan oleh XXXYYYMMM dengan memperhatikan seluruh
aspek terkait dan atas persetujuan kedua belah pihak.

4
BAB III
TATA LAKSANA

A. TATA LAKSANA KETERBUKAAN DAN KOMUNIKASI


1) Penyampaian maaf dan penjelasan
melalui bentuk bentuk komunikasi yang baik, maka tata laksana dalam
proses penyampaian maaf dan penjelasan, disusun sebagai berikut:
a) penjelasan dan permohonan maaf dilakukan oleh staff terkait
yang menemukan / mendengar/ mengetahui insdien
b) insiden segera dilaporkan pada atasan langsung, atasan langsung
juga memberi penjelasan dan permohonan maaf pada
pasien/keluarga pasien.
c) insiden terlapor dan tercatat serta diketahui direktutur dan
wadir; dalam hal ini keputusan dan sikap hormat para pimpinan
dalam memberi penjelasan dan permohonan maaf akan memberi
rasa dihargai kepada pasien/keluarga.
d) Penyampaian maaf dilakukan dengan :
a. rasa empati mendalam
b. pandangan terfokus dan tidak menghakimi
c. sikap hormat dan respek dalam komunikasi dua arah
e) Penjelasan diberikan dengan:
a. Memahami insiden yang terjadi
b. Sesuai dengan fakta dari hasil investigasi
c. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
pasien/keluarga
d. Diberikan hingga pasien/keluarga pasien merasa telah
memperoleh jawaban yang puas dan tepat

5
2) Investigasi yang teliti setelah terjadi insiden
Proses investigasi yang teliti juga dilaksanakan sebagai berikut:
a) dilakukan oleh PIC (staff) yang telah ditunjuk sebagai
penanggung jawab investigasi insiden budaya keselamatan
pasien.
b) Staff terkait (PIC Investigasi) adalah sataff terlatih dengan
kemampuan komunikasi yang baik
c) Investigasi dilakukan dengan melibatkan pasien/keluarga pasie
d) Lakukan pencatatan dan pelaporan
e) Lakukan investigasi dengan cara paling sederhana
f) Lakukan proses investigasi dengan komunikasi yang terpercaya
antara kedua belah pihak (sehingga diperoleh kebenaran atas
insiden)

3) Dukungan dalam mengatasi dampak fisik dan psikologis akibat


kejadian tersebut
Dari insiden yang terjadi, maka dampak yang timbul hasrus segera
ditangani dengan baik, dengan tata laksana berikut:
a) Lakukan komunikasi terbuka dan terpercaya
b) Tanyakan dan ukur dampak yang timbul dari insiden terhadap
pasien/keluarga pasien
c) Konsultasikan dan koordinasikan dengan orang yang
berkompeten dalam memberi dukungan /mengukur dampak
insiden.
d) Pastikan melakukan upaya terbaik guna meminimalisir dampak
baik fisik maupun psikis
e) Keputusan diambil dan diskusikan antar Wadir dan Direktur
f) Jika memerlukan kebijakan dan keputusan lebih tinggi, kasus
dikoordinasikan dengan Governing Board.

6
g) Lakukan dan berikan dukungan yang sesuai atas kejadian
insiden yang timbul
h) Lakukan pencegahan sehingga tidak timbul kasus lain yang
serupa

Proses permohonan maaf, investigasi dan pemberian dukungan juga harus diatur
dan dijaga, agar :
a) pelaporan dan investigasi dapat tetap menjaga nama baik dan kerhasiaan
identitas pasien
b) menyusun prosedur untuk mencegah kerugian atau dampak yang lebih
besar atas insiden yang timbul
c) menyusun sistem pelaporan yang :
a. menjamin kerahasian,
b. mudah dipahami
c. mudah diakses
d. dapat diketahui hanya oleh pihak yang memiliki kewenangan

7
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi dilakukan melalui pencatatan dan pelaporan yang terdiri atas :


1) Dokumentasi hasil identifikasi permasalahan dalam budaya
keselamatan
2) Dokumentasi proses penyelesaian permasalahan atau insiden
3) Dokumentasi upaya perbaikan atas insiden
4) Laporan Evaluasi atas insiden budaya keselamatan pasien

Вам также может понравиться