Вы находитесь на странице: 1из 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan akan asupan nutrisi merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia
untuk bertahan hidup. Nutrisi tersebut juga harus memiliki persyaratan kelengkapan gizi
untuk pemenuhan secara sempurna bagi seseorang dalam melengkapi kebutuhan
nutrisi.Namun terkadang kebutuhan akan nutrisi tersebut terhambat manakala terjadi
gangguan pada sistem tubuh. Gangguan tersebut utamanya adalah gangguan pada saluran
cerna.
Sistem saluran pencernaan adalah saluran yang berfungsi untuk mencerna makanan,
mengabsorpsi zat-zat gizi, dan mengekresi sisa-sisa pencernaan.Saluran cerna terdiri atas
mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Gangguan pencernaan dapat
terjadi pada proses menelan, mengosongkan lambung, absorpsi zat-zat gizi, dan proses buang
air besar (defekasi). Jika seseorang mengalami gangguan saluran cerna, maka harus ada
langkah rehabilitasi, salah satu caranya yaitu dengan melakukan diet saluran cerna.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja jenis diet yang diberikan pada pasien dengan berbagai gangguan fungsi tubuh dan
bagaimana hubungannya dengan penyakit ?
b. Bagaimana diet untuk pasien dengan gangguan gastrointestinal ?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa saja jenis diet yang diberikan pada pasien dengan berbagai gangguan
fungsi tubuh dan bagaimana hubungannya dengan penyakit.
b. Untuk mengetahui bagaimana diet untuk pasien dengan gangguan gastrointestinal.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Diet pada pasien dengan gangguan berbagai sistem tubuh.


Jenis-jenis diet dan hubungannya dengan penyakit

 Makanan biasa
Diberikan pada penderita yang tidak memerlukan makanan khusus berhubung dengan
penyakitnya. Susunan makanannya sama dengan makanan orang sehat, hanya tidak
diperbolehkan makanan yang merangsang atau yang dapat menimbulkan gangguan
pencernaan. Makanan ini cukup kalori/ protein dan zat-zat gizi lain.

 Makanan lunak
Makanan lunak diberikan pada penderita sesuadah operasi tertentu dan pada penyakit
infeksi dengan kenaikan suhu badan tidak terlalu tinggi.Menurut keadaan penyakitnya
makanan lunak dapat diberikan langsung kepada penderita atau merupakan perpindahan dari
makanan saring ke makanan biasa, makanan ini mudah dicerna, rendah serat dan tidak
mengandung bumbu yang merangsang.

 Makanan saring
Makanan saring diberikan kepada penderita sesudah mengalami operasi tertentu, pada
infeksi akut termasuk pada infeksi saluran pencernaanseperti gastroenteritis dan pada
kesukaran menelan.Dapat diberikan langsung atau merupakan perpindahan dari makanan cair
ke makanan lunak.Makanan ini diberikan untuk jangka waktu pendek karena tidak memenuhi
kebutuhan gizi.

 Makanan cair
Diberikan kepada penderita sebelum dan sesudah operasi tertentu dalam keadaan mual
dan muntah, dalam keadaan menurun, dengan suhu badan sangat tinggi atau infeksi
akut.Makanan ini diberikan berupa cairan jernih yang tidak merangsang dan tidak
meninggalkan sisa.Nilai gizinya sangat rendah sehingga pemberiannya dibatasi selama 1 – 2
hari saja.Jenis makan cair pada makanan cair jernih, makanan cair penuh dan makanan cair
kental.

 Diet untuk pemeriksaan kolonoskopi


Kolonoskopi adalah prosedur diagnostik untuk mengetahui kelainan pada kolon (usus
besar) dengan menggunakan alat endoskopi (kolonoskop). Ujung kolonoskop dimasukkan ke
dalam anus dan kemudian maju perlahan-lahan, di bawah kontrol visual, kedalam rektum dan
melalui usus biasanya sejauh sekum, yang merupakan bagian pertama dari usus besar.
Kolonoskopi dapat dilakukan untuk berbagai alasan. Paling sering hal itu dilakukan
untuk menyelidiki penyebab darah dalam tinja, nyeri perut, diare, perubahan kebiasaan buang
air besar, atau kelainan ditemukan pada kolon. Seberapa sering seharusnya menjalani
kolonoskopi tergantung pada tingkat risiko dan kelainan ditemukan di colonoscopies
sebelumnya. Telah direkomendasikan bahwa bahkan orang sehat berisiko normal untuk
kanker usus besar harus menjalani kolonoskopi pada usia 50 dan setiap 10 tahun sesudahnya,
untuk tujuan menghilangkan polip kolon sebelum mereka menjadi kanker.
Diet dalam kolonoskopi berfungsi sebagai pembersihan usus sebelum melakukan
pemeriksaan yang bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya yang meninggalkan
sisa minimal dalam usus

Syarat Diet :
 Energi dan protein sesuai kebutuhan atau sedikit diatas kebutuhan basal
 Rendah sisa agar kolon menjadi bersih
 Banyak minum untuk melancarkan defekasi
 Diberikan 2-3 hari sebelum tindakan kolonoskopi

 Diet untuk pemeriksaan keseimbangan lemak


Diet ini digunakan untuk mengetahui pengeluaran lemak dalam feses
(steatorea).Diagnosis steatorea dibuat apabila terdapat lebih dari 5 gram lemak dalam feses
sehari (15 gram/3 hari).
Pada diet pemeriksaan keseimbangan lemak, diberikan makanan yang mengandung
lemak selama 5 hari. Pada hari ketiga sampai hari kelima dilakukan pemeriksaan kandungan
lemak dalam feses.
a. Bahan makanan yang boleh diberikan
 Sumber Karbohidrat : beras dibuat nasi, atau bubur saring, kentang dipure, produk olahan
tepung-tepungan, seperti macaroni, roti putih, biskuit, mie, dan bihun.
 Sumber protein hewani : daging, ikan, telur, keju, susu full cream, dan yogurt
 Sumber protein nabati : tempe, tahu, dan kacang-kacangan
 Sumber lemak : margarin, mentega, minyak, krim dalam jumlah banyak.
 Sayuran : bebas (dimasak)
 Buah-buahan : semua jenis buah buahan
b. Bahan makanan yang tidak boleh diberikan
 Sumber protein hewani : susu rendah lemak, susu skim, sarden

2.2 Diet pada gangguan Gastrointestinal : lambung, usus halus/besar.


Diet pada penyakit saluran pencernaan

1. Diet Disfagia
Disfagia adalah kesulitan menelan karena adanya gangguan aliran makanan pada saluran
cerna. Hal ini dapat terjadi karena kelainan sistem saraf menelan, pascastoke dan adanya
massa atau tomor yang menutupi saluran cerna.
a. Tujuan diet disfagia adalah :
1. Menurunkan risiko aspirasi akibat masuknya makanan ke dalam saluran pernapasan.
2. Mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan.
b. Syarat-syarat diet disfagia adalah:
1. Cukup energi, protein dan zat gizi lainnya.
2. Mudah dicerna, porsi makanan kecil dan sering diberikan
3. Cukup cairan.
4. Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan,. Diberikan secara bertahap,dimulai
dari makanan cair penuh atau cair kental, makanan saring dan makanan lunak.
5. Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan tersedak atau aspirasi.
6. Cara pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa (selang) atau sonde.
Disfagia dapat terjadi pada lansia, adanya gangguan saraf menelan, tumor esofagus dan
pascastoke. Bentuk makanan bergantung pada cara pemberian. Bila diberikan melalui pipa,
makanan diberikan dalam bentuk makanan cair penuh, bila diberikan per oral maka makanan
diberikan dalam bentuk makanan cair kental, saring, atau lunak.

2. Diet Pasca-Hematemesis-Melena
Hematemesis-melena adalah keadaan muntah dan buang air besar berupa darah akibat
luka atau kerusakan pada saluran cerna.
Tujuan diet pasca-hematomesis-melena adalah:
1. Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada saluran cerna,
mengurangi risiko perdarahan tulang dan mencegah aspirai.
2. Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin.
Diet pasca-hematemesis-melena diberikan dalam bentuk makanan cair jernih, tiap 2-3
jam pasca perdarahan.Nilai gizi makanan ini sangat rendah, sehingga diberikan selama 1-2
hari saja.

3. Diet Penyakit Lambung


Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronis. Ulkus
peptikum, pasca-operasi lambung sering diikuti dengan “Dumping Sindrom” dan kanker
lambung. Gangguan gastrointestinal sering dihubungkan dengan emosi atau psikoneurosis
dan atau makanan terlalu cepat karena kurang dikunyah serta terlalu banyak merokok.
Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma dispepsia, yaitu kumpulan gejala
yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epigastrium, kembung, nafsu makan berkurang dan rasa
cepat kenyang.
Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makanan tidak memberatkan
lambung dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan
menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan.
Syarat-syarat diet penyakit lambung adalah:
1. Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan.
2. Energi dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya.
3. Lemak rendah, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan secara bertahap
hingga sesuai dengan kebutuhan.
4. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap.
5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis, mekanis,
maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima perorangan).
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak dianjurkan minum susu
terlalu banyak.
8. Makan secara perlahan di lingkungan yang tenang.
9. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk memberi
istirahat pada lambung.
Diet lambung diberikan pada pasien dengan gastritis, ulkus peptikum, tifus abdomenalis
dan pasca bedah saluran cerna atas.
a. Diet Lambung I
Diet lambung I diberikan pada pasien gastritis akut, ulkus peptikum, pasca pendarahan
dan tifus abdomenalis berat. Makanan diberikan dalam bentuk saring dan merupakan
perpindahan dari diet pasca-hematemesis-melena atau setelah fase akut teratasi. Makanan
diberikan setiap 3 jam selama 1-2 hari saja karena membosankan serta kurang energi, zat gizi,
tiamin dan vitamin C.
b. Diet lambung II
Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I, kepada pasien
dengan ulkus peptikum atau gastritis kronis dan tifus abdominalis ringan. Makanan berbentuk
lunak, porsi kecil serta diberikan berupa 3 kali makanan lengkap dan 2-3 kali makanan
selingan.

Bahan Makanan Sehari


Bahan Makanan Berat (g) Ukuran

Beras 90 31/2 gls bubur

Roti 40 2 iris

Maizena 20 4 sdm

Daging 100 2 ptg sdg

Telur ayam 100 Btr

Tempe 100 4 ptg sdg

Sayuran 250 21/2 gls

Buah 200 2 sdg ptg pepaya

Margarin 35 31/2 sdm

Gula pasir 65 61/2 sdm

Susu 300 11/2 gls

Nilai Gizi

Energi 1942 kkal Besi 28,5 mg

Protein 75 g Vitamin A 15369 RE

Lemak 79 g Tiamin 0,8 mg

Karbohidrat 241 g Vitamin C 205 mg


Kalsium 817 mg

Pembagian Bahan Makanan Sehari

Pagi Pukul 10.00

Beras 30 g = 11/2 gls bubur Maizena 20 g = 4 sdm

Telur ayam 50 g = 1 btr Gula pasir 25 gr =


21/2sdm

Sayuran 50 g = 1/ 2gls Susu 100 g =1 /2 gls

Gula pasir 1 sdm

1
Margarin / 2 sdm

Siang Pukul 16.00

Beras 30 g = 11 / 2 gls bubur Roti 40 g = 2 iris

Daging 50 g = 1 ptg sdg Margarin 10 g = 1 sdm

Tempe 50 g = 2 ptg sdg Telur 50 g = 1 btr

Sayuran 100 g = 1 gls Gula pasir 10 g = 1 sdm

Pepaya 100 g = 1 ptg sdg

Gula pasir 10 g = 1 sdm

Margarin 10 g = 1 sdm
Malam Pukul 20.00

Beras 30 g = 11/2 gls bubur Susu 200 g = 1 gls

Daging 50 g = 1 ptg sdg Gula pasir 10 g = 1 sdm

Tempe 50 g = 2 ptg sdg

Sayuran 100 g = 1 gls

Pepaya 100 g = 1 ptg sdg

Margarin 10 g = 1 sdm

Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan

Sumber Beras dibubur atau ditim, Beras ketan, beras tumbuk,


karbohidrat kentang dipure, makaroni roti whole wheat, jagung,
direbus, roti dipanggang, biscuit, singkong, tales, cake, dodol
mie, bihun, tepung-tepungan dan berbagai kue yang
dibuat bubur atau puding. terlalu manis dan berlemak
tinggi

Sumber protein Daging sapi empuk, hati, ikan, Daging, ikan, ayam yang
hewani ayam digiling/dicincang dan diawet, digoreng, daging
direbus, disemur, ditim, babi, telur diceplok atau
dipanggang, telur ayam direbus, digoreng.
susu.

Sumber protein Tahu, tempe, direbus, ditim, Tahu, tempe digoreng,


nabati ditumis, kacang hijau kacang tanah, kacang
direbus dan dihaluskan. merah, kacang tolo.

Sayuran Sayuran yang tidak banyak serat Sayuran mentah ; sayuran


dan tidak menimbulkan gas berserat tinggi dan
ketika dimasak : bayam, bit, menimbulkan gas seperti
labu siam, labu kuning, wortel, daun singkong, kacang
tomat direbus dan ditumis. panjang, kol, lobak, sawi
dan asparagus.

Buah-buahan Pepaya, pisang, jeruk manis, sari Buah yang tinggi serat atau
buah, pir dan peach dalam dapat menimbulkan gas
kaleng. seperti jambu biji, nanas,
apel, durian, nangka

Lemak Margarin dan mentega ; minyak Lemak hewan, santan


untuk menumis dan santan kental.
encer.

Minuman Sirup, teh. Minuman yang


mengandung soda dan
alkohol, kopi, ice cream.

Bumbu Gula, garam, vetsin, kunci, Lombok, bawang, merica,


kencur, jahe, kunyit, terasi, laos, cuka dan sebagainya yang
salam dan sereh. tajam.

c. Diet Lambung III


Diet lambung III diberikan sebagai perpindahan dari Diet Lambung II pada pasien
dengan ulkus peptikulum, gastritis kronik atau tifus abdominalis yang hampir
sembuh.Makanan berbentuk lunak atau biasa tergantung pada toleransi pasien.

Bahan Makanan Sehari


Bahan Makanan Berat Ukuran

Beras 200 4 gls tim

Maizena 15 3 sdt

Biskuit 20 2 buah

Daging 100 2 ptg sdg

Telur ayam 50 1 btr

Tempe 100 4 ptg sdg

Ssayuran 250 21 / 2 gls

Buah 200 2 ptg sdg pepaya

Minyak 25 21/2 sdm

Gula pasir 40 4 sdm

Susu 200 1 gls

Nilai Gizi

Energi 2054 kkal Besi 26 mg

Protein 70 g Vitamin A 29103 RE

Lemak 69 g Tiamin 0,8 mg

Karbohidrat 290 g Vitamin C 204 mg


Kalsium 653 mg

Pembagian Bahan Makanan Sehari

Pagi Pukul 10.00

Beras 50 g = 1 gls tim Maizena 15 g = 3 sdm

Telur ayam 50 g = 1 btr Gula pasir 20 g = 2 sdm

Sayuran 50 g =1 /2 gls

Gula pasir 10 g = 1 sdm

Minyak 5 g = 1 /2 sdm

Siang dan Malam Pukul 16.00

Beras 75 g = 11 / 2 gls Biskuit 20 g = 2 bln


tim

Daging 50 g = 1 ptg sdg Susu 200 g = 1


gls

Tempe 50 g = 2 ptg sdg Gula pasir 10 g = 1


sdm

Sayuran 100 g =m1 gls

Pepaya 100 g = 1 ptg sdg


Minyak 10 g = 1 sdm

Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan

Sumber Beras tim, nasi ; kentang Beras ketan, beras


karbohidrat direbus, dipure ; tumbuk, roti whole
makaroni, mie, bihun wheat, jagung ; ubi,
direbus ; roti, biskuit, singkong, teles, kentang
krekers ; tepung-tepungan digoreng, dodol dan
dibuat puding atau sebagainya.
dibubur.

Sumber protein Daging sapi empuk, hati, Daging, ikan, ayam yang
hewani ikan, ayam direbus, dikaleng, dikeringkan,
disemur, ditim, diasap, diberi bumbu-
dipanggang ; telur ayam bumbu tajam ;daging
direbus, ditim, didadar, babi, telur goreng.
diceplok air dan dicampur
dalam makanan ; susu.

Sumber protein Tahu, tempe direbus, Tahu, tempe goreng;


nabati ditim, ditumis ; kacang kacang tanah, kacang
hijau direbus. merah, kacang tolo.

Sayuran Sayuran yang tidak Sayuran dikeringkan.


banyak serat dan tidak
menimbulkan gas seperti :
bayam, buncis, kacang
panjang, labu siam,
wortel, tomat, labu
kuning, direbus, ditumis,
disetup dan diberi santan.

Buah-buahan Pepaya, pisang, sawo, Buah yang tinggi serat


jeruk manis, sari buah, dan atau dapat
buah dalam kaleng. menimbulkan gas seperti
jambu biji, nanas,
kedongdong, durian,
nangka dan buah yang
dikeringkan.

Lemak Margarin, minyak dan Lemak hewan dan santan


santan encer. kental.

Minuman Sirup, teh encer. Kopi, teh kental,


minuman yang
mengandung soda dan
alkohol, ice cream.

Bumbu Garam, gula, vetsin, dalam Lombok, merica, cuka


jumlah terbatas ; jahe, dan bumbu lainnya yang
kunyit, kunci, kencur, tajam.
laos, salam, sereh, terasi
dan sebagainya.

Contoh Menu Sehari

Pagi Siang Malam

Nasi tim / nasi Nasi tim / nasi Nasi tim / nasi

Telur dadar Semur ayam Ikan bumbu tomat


Setup wortel Tahu bumbu tomat, Tim tempe, Sayur lodeh,
Sayur bening bayam, Pisang
Pepaya

Pukul 10.00 Pukul 16.00

Puding maizena/ Bubur kacang hijau


agar-agar + Susu

4. Diet Penyakit Usus Inflamatorik (Inflammatory Bowel Disease)


Penyakit usus inflamatorik adalah peradangan terutama pada ileum dan usus besar
dengan gejala diare, disertai darah, lendir, nyeri abdomen, berat badan berkurang, demam dan
kemungkinan terjadi streatorea (adanya lemak dalam feses). Penyakit ini dapat berupa Kolitis
Ulseratif dan Chron’s Disease.
a. Tujuan diet penyakit inflamatorik adalah:
1. Memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Mengganti kehilangan zat gizi dan memperbaiki status gizi kurang.
3. Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut.
4. Mengistirahatkan usus pada masa akut.
b. Syarat-syarat diet penyakit usus inflamatorik adalah:
1. Pada feses akut dipuasakan dan diberi makanan secara parenteral saja.
2. Bila fase akut teratasi, pasien diberi makanan secara bertahap, mulai dari bentuk cair (peroral
maupun enteral), kemudian meningkat menjadi diet sisa rendah dan serat rendah.
3. Bila gejala hilang dapat diberikan makanan biasa.
4. Kebutuhan gizi, yaitu :
 Energi dan protein tinggi.
 Suplemen vitamin dan mineral antara lain vitamin A, C, D asm folat, vitamin B12, kalsium,
zat besi, magnesium dan seng.
5. Makanan enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asam lemak rantai sedang
(medium chain trygliceride = MTC) dapat diberikan karena sering terjadi intoleransi laktosa
dan malabsorpsi lemak.
6. Cukup cairan dan elektrolit.
7. Menghindari makanan yang mengandung gas.
8. Sisa rendah dan secara bertahap kembali ke makanan biasa

5. Diet Penyakit Divertikular


Penyakit divertikular terdiri atas penyakit Divertikulosis dan Divertikulitis. Penyakit
Divertikulosis yaitu adanya kantong-kantong kecil yang terbentuk pada dinding kolon yang
terjadi akibat tekanan intrakolon yang tinggi pada konstipasi kronik. Hal ini terutama terjadi
pada usia lanjut yang makanannya rendah serat. Penyakit Divertikulitis terjadi bila
penumpukan sisa makanan pada divertikular menyebabkan peradangan. Gejala-gejalanya
antara lain kram pada bagian kiri bawah perut, mual, kembung, muntah, konstipase atau
diare, menggigil dan demam.
1) Diet Divertikulosis
a. Tujuan Diet Penyakit Divertikulosis
1. Meningkatkan volume dan konsistensi fees.
2. Menurunkan tekanan intra luminal.
3. Mencegah infeksi
b. Syarat-syarat Diet Penyakit Divertikulosis
1. Kebutuhan energi dan zat-zat gizi normal.
2. Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter sehari.
3. Serat tinggi.
2) Diet Divertikulitis
a. Tujuan Diet Penyakit Divertikulitis
1. Mengistirahatkan usus untuk mencegah perforasi.
2. Mencegah akibat laksatif dari makanan berserat tinggi.
b. Syarat-syarat Diet Penyakit Divertikulitis
1. Mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai dengan batasan diet yang
ditetapkan.
2. Bila ada pendarahan, dimuali dengan makanan cair jernih.
3. Makanan diberikan secara bertahap dengan konsistensi yang sesuai.
4. Hindari makanan yang banyak mengandung biji-biji kecil, seperti tomat, jambu biji dan
stroberi yang dapat menumpuk dalam divertikular.
5. Bila perlu diberi makanan enteral rendah atau bebas laktosa.
6. Untuk mencegah konstipasi, minum minimal 8 gelas sehari.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diet pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan harus diperhatikan secara khusus,
sebab pasien yang menjalani diet ini tidak boleh sembarangan makan. Makanan yang
dimakan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan yaitu sesuai dengan jenis diet
dan hubungannya dengan penyakit yang sedang diderita.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier, S. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru Cetakan kedua. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Bagian Gizi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 1999.
Penuntun Diet Ed. 2. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Вам также может понравиться