Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Doa Pembukaan
Musik Prolog :……………………………………..
Prolog:
Lihatlah buah kelapa tua itu……….
dia jatuh…..terkubur dalam tanah…… masuk ke alam gelap nan basah…..
Namun….dari pengurbanan mati….lahirlah tunas kelapa muda……..
Bersedihlah untuk binatang yang kita buru itu…….
dagingnya, kita jadikan pesta….kegembiraan bagi perut yang lapar
karna perut kenyang barulah kita hidup tenang untuk berpikir dalam
Kehidupan lahir dari pengurbanan
Ada yang mati demi yang lain hidup
Yesus memang mati agar kita hidup
Ia melepaskan kemahakuasaan-Nya
tunduk dan hormat pada hukum alam: sengsara lalu mati
Jalannya memang jalan kesengsaraan dan kematian…….
Jalan yang memang diharapkan dan dikenakan kepada-Nya oleh Bapa di Surga
Karna itu Dia bangkit…….. bukti bahwa Dia memang benar dan Mahakuasa
ADEGAN PRA SENGSARA
Musik background 1
Yudas : “Apa yang hendak kau berikan kepadaku, jika aku menyerahkan Dia kepadamu?”
Imam Kepala melemparkan uang ke arah Yudas
Yudas : “Di Getsemani…………….orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia!”
*) Lagu pembuka :
- CITRA (Patricius)
Yesus sedang berbicara dengan murid-murid-Nya, tiba-tiba Yudas muncul bersama dengan serombongan
orang yang membawa pedang dan pentung yang disuruh oleh imam-imam kepala dan tua-tua bangsa
Yahudi.
Yesus : “Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kalian cari, biarkan mereka ini pergi”9
Yudas : (muncul bersama Imam) “Salam ya Rabi……….(maju memeluk Yesus) salam ya Rabi…..salam dari
murid yang rapuh……..(dinyanyikan) (lalu mencium Yesus)
Yesus : “ Hai teman, untuk itukah engkau datang……….untuk itukah engkau mencari Saya……hanya segitu
sajakah engkau mencintai Saya?” (dinyanyikan) (segera serombongan orang itu memegang Yesus dan
menangkap-Nya, tetapi seorang dari murid-Nya mengulurkan tangannya dan menghunus telinga salah
seorang dari hamba Imam Agung)
Yesus : “Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang,
akan binasa oleh pedang. Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia
segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan
digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?” (Yesus
berkata kepada murid yang menghunus telinga)
Yesus : “Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk
menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku duduk mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap
Aku. Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi.” (tiba-tiba
semua murid meninggalkan Yesus dan melarikan diri)
10 tahun pernikahan…….aku tidak membayangkan akan seperti apa, tapi aku hanya menjalaninya, karena
aku sangat percaya angka 10 itu angka kesempurnaan…..angka yang menunjuk kepada kebahagiaan yang
semakin utuh. Tetapi, tiba-tiba….suami yang selalu mencium keningku itu pergi tanpa tanda-tanda
pengkhiatan. Aku selalu yakin tanda cium kening itu tanda kesetiaan, tanggung jawab…….selama masih
dicium, selama itu hidup terasa nyaman dan selalu ada dalam dirinya. Tapi….tiba-tiba dia pergi di
pernikahan kami yang ke-10 tahun……tapi tiba-tiba muncul tanya tentang ciumnya selalu 9 tahun
padaku? Rasanya, aku ditipu…..dibuai bodoh dalam cintanya. Aku kuat karena aku menyadari bahwa
Tuhan sesungguhnya menciptakan aku untuk tangguh dalam menanggung beban hdup seberat
apapun……..untuk itu aku lahir di dunia: tanah asing yang harus aku diami dan cintai.
Bertahun-tahun, aku menanggung hidup kedua anakku…..hidupku jauh dari kemolekan, bahkan di hari
istimewa kelahiranku pun aku tidak berani membeli baju baru, demi anak-anakku agar bisa sekolah dan
sehat. Hidup yang selalu dibatasi oleh garis tanggung jawab yang ketat, hanya demi anak-anak. Kurelakan
kesempatan kesenanganku untuk menumbuhkan anak-anak dengan penuh cinta dan tanggung jawab.
Tidak aku sangka, ketika anak-anakku sudah besar, mereka gelisah pada pekerjaan dan
keluarganya…….entah kenapa tiba-tiba aku ditaruh di panti jompo? Tuhan kalau ini pilihan satu-satuya,
aku terima, seperti Putera-Mu yang harus meminum cawan itu. Kalau aku harus menderita agar suami
dan anak-anakku bahagia, aku terima dengan ikhlas hati. Kalau aku harus sendirian, ditinggal olah orang-
orang terdekat, demi semakin dekat dengan-Mu, aku rela hati……aku sulit mengerti peristiwa perjalanan
hidup ini, namun aku masih beriman kepada-Mu. Tuhan semoga dengan beriman, pada akhirnya aku
mengerti.
Adegan III: Yesus di hadapan Mahkamah Agama
Musik background 5
Gerombolan orang itu menangkap Yesus dan membawa-Nya menghadap Imam Besar: Kayafas. Di situ
telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan tua-tua.
Sementara Petrus mengikuti Yesus dari jauh sampai ke halaman Imam Besar, dan setelah masuk ke
dalam, ia duduk di antara pengawal-pengawal untuk melihat kesudahan perkara itu.
Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadapa Yesus, supaya
Ia dapat dihukum mati, tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi
akhirnya tampil dua orang yang mengatakan…..
Saksi dusta : “Orang ini berkata: Aku dapat merubah Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga
hari.”
Imam Besar : “Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?”
(Yesus tetap diam)
Imam Besar : “Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau
tidak.”
Yesus : “Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan
melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.”
Imam Besar : “Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-
Nya. (sambil mengoyakkan pakaiannya karena keterkejutanya)
Massa : “Ia harus dihukum mati, Ia harus mati, Ia harus mati, Ia tidak layak hidup karena diri-Nya telah
menghujat Allah yang Mahakuasa Pencipta Alam Semesta!” (dinyanyikan),(beberapa massa maju untuk
meludahi muka Yesus, meninju-Nya, memukul-Nya)
Massa : “Cobalah katakanlah kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?”
Doa :
Tuhan, Dikau pernah bersabda kepada kami bahwa kamu pernah mendengar jangan membunuh, tetapi
Aku berkata kepada-Mu: jangan marah. Dikau tidak memberi penjelasan mengapa tidak boleh marah?
Padahal dalam masyarakat kami ada nasihat: kalau marah ungkapkan saja, jangan ditahan-tahan nanti
bisa meledak dan membuat kita menjadi gila karena terus menahannya. Atau ada yang mengatakan:
sabar ada batasnya, karena kita masih manusia. Artinya, kalau sabar sudah pada batas akhir
kemampuan, kita boleh marah. Kami sebagai murid-murid-Mu merasa kebingungan tentang boleh
tidaknya kami marah, karena dalam keseharian, kami masih juga sering marah. Ketika rencana tidak
sesuai kenyataan: kami marah. Ketika pengurbanan kami tidak dihargai: kami marah. Ketika suara kami
tidak didengarkan: kami marah. Ketika tuntutan kami tidak dikabulkan: kami marah. Ketika keberadaan
kami diremehkan: kami marah. Marah mudah sekali muncul dalam diri kami, bahkan ia menguasai kami,
bukan kami menguasainya.
Setelah mengalami peristiwa Dikau diadili dengan penuh kemarahan dan kebencian, barulah kami
mengerti bahwa marah adalah akar dari kekerasan. Dari marah bisa melahirkan pembunuhan. Dikau
adalah korban dari kemarahan. Kemarahan yang disertai kebencian yang tidak terkontrol, sampai-sampai
mereka meludahi wajah-Mu, simbol dari meremehkan. Namun, Dikau dengan lapang hati menerima
kekerasan dan penghinaan itu. Dikau tidak hanya mengajarkan jangan marah, tetapi Dikau sendiri
melakukan tindakan jangan marah……….Tuhan, beranikan diri kami untuk meniru-Mu. Amin.
Adegan IV: Petrus Menyangkal Yesus
Sementara Petrus duduk di luar halaman, datanglah seorang hamba perempuan kepadanya.
Hamba: “ Kerap aku melihat bahwa engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu.”
(dinyanyikan)
Petrus : “ Anda salah menyangka bahwa aku tidak tahu, apa yang engkau maksud.” (dinyanyikan)
Segera Petrus pergi menuju pintu gerbang, tiba-tiba seorang hamba lain melihatnya dan berkata kepada
orang-orang banyak yang ada di situ.
Hamba : “Lihat dia, orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu.” (dinyanyikan)
Petrus : “Aku bersumpah, aku tidak mengenal Yesus, orang Nazaret itu.” (dinyanyikan)
Orang-orang : ”Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu tampak nyata dari bahasamu.”
(dinyanyikan bersama-sama)
Petrus : “Sungguh demi kebenaran, aku tidak mengenal Yesus, orang Nazaret itu.” (dinyanyikan)
(bersamaan dengan sumpahnya, berkokoklah ayam, sehingga Petrus teringat kata-kata Yesus bahwa
sebelum ayam berkokok, ia telah menyangkal Yesus tiga kali, lalu Petrus keluar dan menangis dengan
sedihnya)
Seta
Hari mulai siang, semua imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi berkumpul dan mengambil keputusan
untuk membunuh Yesus. Mereka membelenggu Yesus, lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya
kepada Pilatus: wali negeri itu.
Yudas yang menyerahkan Yesus, melihat bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, maka menyesallah
dia. Ia mengembalikan uang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua.
Yudas : “Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tidak bersalah.”
Imam-imam dan tua-tua : “Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!”
Yudas melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri. Imam-
imam kepala mengambil uang perak itu.
Imam-imam kepala : “Tidak diperbolehkan memasukkan uang ini ke dalam peti persembahan, sebab ini
uang darah.”
Narator : Imam-imam kepala berunding dan memutuskan bahwa uang perak itu dipakai untuk membeli
tanah, yang disebut Tanah Tukang Periuk, tanah untuk dijadikan tempat pekuburan orang
asing. Itulah sebabnya tanah itu sampai pada hari ini disebut Tanah Darah. Dengan demikian
genaplah firman yang disampaikan oleh Nabi Yeremia: “Mereka menerima tiga puluh uang
perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara
orang Israel dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang
dipesankan Tuhan kepadaku.”
Anak itu bernama Yusup, dia yang paling menonjol diantara 11 anak Yakub lainnya. Kakak-kakaknya
sangat iri dan tersinggung atas pikiran dan sikap adiknya: Yusup. Maka, kakak-kakaknya sepakat untuk
membunuh Yusup. Tidak mudah melakukan kekerasan terhadap saudara sendiri, maka diurungkanlah
pembunuhan itu, lalu Yusup dijual sebagai budak kepada saudagar dari Mesir. Niat buruk dari sang
kakak-kakak ini akhirnya menjadi buah untuk masa depan Sang ayah: Yakub dan anak-anaknya. Batu
yang dibuang karena kebencian dan iri hati itu telah menjadi batu penjuru untuk keluarga: Yusup
menyelamatkan keluarganya di kala masa kelaparan melanda negeri Israel.
Berbeda hasil dengan niat Yudas: maksud hati melepaskan satu anak panah untuk mendapatkan dua
kijang sekaligus: induk kijang yang sedang menyusui bayi kijang, namun anak panah itu meleset karena
detak jantungnya tidak tenang, penuh dengan nafsu kerakusan. Mendapatkan uang dan melepaskan
Yesus dari dakwaan ternyata tidak mudah. Bukankah Yesus akan dengan mudah berargumentasi yang
bisa melepaskan diri-Nya dari dakwaan? Bukankah Yesus akan mudah menaklukkan mereka, karena
Yesus penuh kuasa sakti untuk membuat mukjizat? Ternyata Yesus diam tidak bereaksi, penuh kesabaran
mendengarkan aneka dakwaan palsu. Tak disangka Yudas, bahkan para imam dan tua-tua malah hendak
membunuh Yesus dengan sangat yakin. Ah, karena sejak awal Yudas suka kekayaan dan uang, sampai
akhirnya kebiasaan buruknnya itu menuntunnya untuk menjual dan mengorbankan Gurunya sendiri.
Padahal sejak awal Sang Guru Yesus mengingatkan semua murid-Nya: tidak mungkin kamu mengabdi
kepada dua tuan, pilihlah salah satu tuan: Tuhan atau mamon. Yudas ingin memilih kedua-duanya. Suatu
langkah berpikir yang cerdas, karena tidak ingin kehilangan salah satunya. Entah itu namanya cerdas atau
kerakusan? Pada dasarnya pikiran ini bisa berpikir hanya pada satu objek. Dengan hanya berpikir satu
objek, maka seseorang bisa fokus. Itulah Yudas sebagai gambaran tipe dari kepribadian kita yang sering
mendua. Diri kita kerapkali pecah karena kemenduan. Yudas akhirnya kehilangan Guru Yesus dan uang
perak itu sendiri, karena kemenduannya.
Tuhan, janganlah sampai aku kehilangan-Mu. Engkaulah segala-galanya bagiku…………………Aku tidak ingin
kehilangan-Mu lagi…………….
Adegan VI : Yesus di hadapan Pilatus
Musik Background 7
Narator : Mereka membawa Yesus dari Imam Besar Kayafas ke gedung pengadilan. Hari masih pagi.
Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka
hendak makan Paskah.
Narator : Telah menjadi kebiasaan bagi wali negeri untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-
tiap hari raya itu atas pilihan orang banyak. Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang
terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabas.
(Pilatus merasa bahwa Yesus diserahkan kepadanya karena kedengkian imam-imam dan tua-tua……tidak
lama kemudian ketika Pilatus mulai duduk di kursi pengadilan sambil merenung-renung tentang
pengadilan Yesus, tiba-tiba istrinya datang dengan membawa pesan)
Narator : Pesan itu berbunyi, “ Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia,
aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam.” Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua,
orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati.
Pilatus : “Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah engkau tahu bahwa aku berkuasa untuk
membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?”
Yesus : “Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan
kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.”
Narator : Sejak mendengar penjelasan dari Yesus, Pilatus berusaha untuk membebaskan Yesus.
Rakyat : “Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang
menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar.”
Narator : Ketika Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke luar, dan ia duduk di
kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata. Hari itu ialah hari
persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas .
Narator : Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan,
ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak.
Pilatus : “Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya. Aku tidak
bersalah terhadap darah orang ini, itu urusan kamu sendiri!”
Narator : Lalu Pilatus membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya
untuk disalibkan
(Yesus dibawa ke kamar penyiksaan suara keluhan sakit-Nya terdengar sampai keluar, setelah disiksa,
Yesus dibawa keluar dengan bekas-bekas luka akibat penyiksaan)
Refleksi:
Pemimpin selalu hanya untuk satu orang saja. Kekuasaan selalu terbatas dan langka. Karenanya
pemimpin yang bekuasa digambarkan dengan pedang. Pedang yang baik dipakai untuk membuat
keadilan. Pedang yang buruk dipakai untuk memenggal kepala lawan-lawannya. Demikianlah dari waktu
ke waktu kekuasaan selalu bersahabat dengan kekerasan.
Yesus meski seorang pemimpin untuk dua belas orang murid-Nya. Ia mempraktekkan bahwa kekuasaan
itu dipakai untuk melayani. Hal itu, Ia praktekkan dengan membasuh kaki murid-murid-Nya. Namun, Ia
kini menghadapai kepemimpinan bukan sebagai pedang kebenaran untuk menegakkan keadilan. Pilatus
tidak berani mengambil kebenaran. Ia hanya mencari kekuasaan dari kepemimpinannya. Ia akhirnya
mencuci tangannya.
Dimana kita mencari keadilan akan kebenaran? Ketika kebanyakan orang seperti Pilatus. Apakah
kepemimpinan seperti yang dipraktekkan Yesus, hanya sebuah impian? Kalau itu impian, kitalah yang
harus mewujudkan impian itu. Kita adalah pewaris tindakan-tindakan yang perlu dipraktekkan, yang
telah dimulai Yesus semasa hidup-Nya. Semoga melalui Anda, wajah keadilan dan kebenaran menjadi
tampak lebih terang di keluarga kita, paroki kita, lingkungan sekitar kita.
Narator : Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu
memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus.
(Mereka menanggalkan jubah Yesus dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam
sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Yesus sebatang buluh di
tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-ngolok Dia)
Para serdadu : “Salam, salam, salam hai raja orang yahudi yang terhormat dan termasyur!” (dinyanyikan)
(mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulnya di kepala-Nya, sesudah mengolok-
olok Yesus, mereka menanggalkan jubah itu dari Yesus dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya.
Kemudian mereka membawa Yesus keluar untuk disalibkan)
Lagu : Balada
Pulih Kembali
Lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik,
Kita tanam kebaikan dengan pupuk yang terbaik, tetapi keburukan yang kita panen
Entah dari mana keburukan itu muncul, tiba-tiba saja di pagi hari dia sudah tumbuh
besar
Dia merampas harapan kita, dia melemparkan kita ke batas hidup yang paling
mengerikan
Sampai kita kehilangan cinta, muncul kemarahan, kebencian, keserakahan di antara kita
Anak melawan orang tua, istri membenci suaminya, teman berbalik menjadi lawan,
semua menjadi terbalik
Dulu yang kita agungkan, sekarang menjadi kehinaan yang paling rendah.
Para Imam Kepala : “Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku
adalah Raja orang Yahudi.”
(lalu Yesus mulai memanggul salib-Nya, sementara para serdadu membentak-bentak, mengolok-olok,
memukul, memecuti Yesus)
Narator : Yesus jatuh untuk pertama kalinya. Waktu yang panjang, sejak penangkapan hingga
persidangan membuat Yesus kecapekan dan kelelahan. Tidak ada bagi-Nya untuk mengistirahatkan
pikiran dan badan-Nya. Belum lagi luka-luka penyesahan yang Ia alami, tidak ada yang rela
mengobatinya. Yang paling berat akibat rasa ditolak oleh bangsa-Nya dan murid-Nya.
Refleksi:
Musik Background 13
Ditolak
Hal yang terberat dalam hukuman itu, bila ditolak keberadaan kita. Ketika ditolak, tidak ada lagi yang
melindungi diri kita: dari kejahatan, dari keselamatan, dari kesejahteraan. Kita diisolasi, jadi tontonan
penuh satir penghinaan. Kita akan dibiarkan mati tanpa doa dan upacara. Tuhan, sekarang, aku melihat
sendiri kenyataan yang paling pahit itu: pada diri-Mu. Tuhan, semoga aku tidak mudah menjadi orang
penghukum. Jadikan aku: orang pengampun.
Narator : Yesus bangkit kembali dari jatuh-Nya. Ia terus berjalan memanggul salib dalam kelelahan dan
sakit-Nya. Hingga, tidak disangka-sangka, Yesus berjumpa dengan ibu-Nya yang setia. (mereka hanya
saling pandang)
Lagu: Balada
Kasih Ibu-Anak
Bagaimana mungkin, seorang ibu lupa bayi yang pernah ia susui
Reff: salam, salam, salam damai Tuhan hanya melimpah pada orang yang saling mengasihi
Salam, salam, salam damai Tuhan, biarlah kemanapun engkau pergi, cintaku menyertaimu
Musik Background 14
Narator : Ketika mereka berjalan ke luar kota, mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene yang
bernama Simon –ayah Aleksander dan Rufus, yang baru saja datang dari luar kota. Orang itu mereka
paksa untuk memikul salib Yesus.
(Simon dengan raut wajah takut dan terpaksa membantu memanggul salib Yesus……Yesus berjalan di
depan Simon)
Refleksi……
Dulu….Dikau pernah bersabda, “jika aku hanya memberi kepada saudaraku sendiri, apa artinya? Karena
orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat baik kepada sesamanya. Maka, Dikau menyarankan
berbuatlah baik kepada orang asing yang tidak kaukenal karena ia tidak akan membalas kebaikanmu.”
Sekarang…..Dikau diitolong oleh orang asing. Simon dari Kirene sama sekali tidak mengenal siapa diri-
Mu, apa masalah-Mu? Namun dia menolong-Mu walaupun dengan keterpaksaan.
Aku semakin percaya jika kita menaburkan kebaikan, maka kita akan memanen kebaikan. Jika aku
berbuat yang baik kepada siapapun dan kepada alam semesta, maka mereka semua akan memelihara
aku. Karena aku adalah bagian dari kebaikan semesta ini. Tuhan tambahkan aku keberanian untuk
berbuat baik kepada siapapun dengan tulus ikhlas…………….karena aku rindu dan suka akan kebaikan.
Narator : perjalanan masih jauh, namun darah masih saja menetes dari luka-luka Yesus. Debu-debu
menerpa wajah Yesus yang berjalan dengan terseret-seret. Darah yang menetes dan debu yang
menempel wajah menghalangi pandangan Yesus. Tiba-tiba, dalam teriakan pengawal yang keji,
menerobos masuk seorang perempuan yang mengusapi wajah Yesus. Perempuan pemberani itu
bernama Veronika. Sebagai balasan Yesus akan cinta Veronika, kain pengusap itu bergambar wajah
Yesus.
Lagu : VERONIKA
Musik Background 15
Narator : Yesus jatuh kedua kalinya. Kekuatan Yesus melorot jauh, yang pada akhirnya Yesus jatuh lagi.
Yesus tidak bersuara mengaduh. Ia diam dalam kehabisan tenaga-Nya. Ia diam dalam sakit-Nya. Ia
menyatu dalam kelelahan dan sakit-Nya, lalu Dia bangkit kembali.
Refleksi…..
Tidak Mengeluh
Tuhan, ketika penderitaan menerpaku, aku menjerit kesakitan, aku mengaduh kemana-mana.
Dan penderitaan itu tidak berlalu, malah semakin sakit saja rasanya.
sampai akhirya penderitaan itu tidak terasa berat mencekam dan aku bisa melanjutkan perjalanan
kembali.
Aku sering kali jatuh, sudah berapa kali kata umpatan dan aduhan yang keluar.
Bahkan sering pula dalam penderitaan, aku menyalahkan orang lain dan keadaan di sekitarku.
Ternyata mengeluh dan mengaduh tidak menyudahi penderitaan, sekarang aku ingin mamanggulnya
bersama-Mu dalam kediaman yang aktif.
Narator : Sejumlah besar orang mengikuti Yesus; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan
meratapi Yesus.
Yesus : “Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu
sendiridan anak-anakmu!”
Musik Background 16
Refleksi:
Tulus Menanggung
Ada perasaan purba dari manusia, yang sampai di zaman modernpun masih ada, yaitu keterasingan dan
kecemasan. Kita kerapkali terasing dengan diri kita sendiri, terlebih jika penderitaan sedang menimpa
kita. Kita bisa kehilangan kendali diri. Ada banyak saudara kita menjadi gila atau bunuh diri ketika
penderitaan itu datang. Kita selalu cemas dengan hari esok, sampai-sampai kita melupakan kegembiraan
hari ini karena terlalu memikirkan hari esok. Tuhan Yesus memahami kita, karena itu Tuhan Yesus
menyadarkan kita. Dia tidak ingin menambah beban hidup kita karena penderitaan-Nya. Dia yang pernah
berkata, “Datanglah kepada-Ku karena aku lemah lembut dan rendah hati serta kuk yang Kupasang
tidaklah berat,” sekarang Dia memanggul sendiri penderitaan-Nya, karena Dia tidak ingin kita menderita
karena-Nya.
Ya Tuhan, baru kami sadari bahwa setiap orang punya penderitaan, betapa selama ini: kami sering
menambah penderitaan sesama. Betapa menjadi berat beban sesama karena kami. Anak-anak yang
sering mengeluh menjadi kasihan para orang tua? Para istri yang sering mengeluh menjadi kasihan para
suami yang harus bekerja keras? Tuhan, ajarilah kami untuk mandiri seperti-Mu.
Musik Background 17
Narator : Yesus jatuh ketiga kalinya. Kekuatan Yesus habis lagi, maka Yesus jatuh lagi. Yang tersisa rasa
tidak putus asa, karena Ia punya harapan. Sehingga Yesus mampu bangkit kembali untuk meneruskan
perjalanan salib-Nya.
Refleksi…..
Harapan
Harapan itu seperti sauh yang dilempar nelayan ke dalam laut, sehingga perahu tidak hilang dibawa
ombak.
Harapan itu salah satu keutamaan Kitab Suci, dari harapan inilah muncul iman.
Harapan itu seperti mata yang bisa memandang jauh, meski hal yang kita kejar masih jauh namun terasa
sudah ada di tangan kita.
Tuhan tambahkan harapan, agar kami tidak putus asa karena kesulitan-kesulitan hidup kami.
Musik Background 18 (seru)
Narator : Maka, sampailah Yesus dan mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat
Tengkorak.
(lalu mereka memberi Yesus minum anggur bercampur empedu. Setelah Yesus mengecapnya, Ia tidak
mau meminumnya)
(lalu Yesus disalib: suara palu terdengar keras, erangan sakit Yesus pun terdengar)
(kemudian para prajurit mengambil pakaian Yesus lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-
tiap prajurit satu bagian dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah
hanya satu tenunan saja)
Prajurit : “Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi
untuk menentukan siapa yang mendapatnya.”
Narator : Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: “Mereka
membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku.”
(lalu para prajurit duduk di situ menjaga Yesus. Di atas kepala Yesus terpasang tulisan yang menyebut
alasan mengapa Yesus dihukum: “Inilah Yesus Raja orang Yahudi.” Bersama dengan Yesus disalibkan dua
orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya)
Yesus : “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
Orang-orang : “Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga
hari, selamatkanlah diri-Mu, jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!”(sambil menggelengkan
kepala)
Para imam kepala : “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja
Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.”
Ahli Taurat : “Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah
berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah.”
Prajurit : “Inilah raja orang Yahudi.” (sambil mengunjukkan anggur asam kepada Yesus)
Penjahat yang lain : “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima
hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal
dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.”
Penjahat yang lain : “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.”
Yesus : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku
di dalam Firdaus.”
(dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, istri Klopas, dan Maria Magdalena)
Yesus : “Ibu, inilah anakmu!” (Ibu Maria dan Yohanes berdiri di samping Yesus)
Yesus : “Inilah ibumu!” (Yesus memandang murid-murid-Nya dan mengarahkan mereka ke ibu Maria)
Lagu:
Aku Untukmu
Reff: ingatlah setiap kejahatan kita selalu membuat orang lain sedih
(seorang dari orang banyak, ia mengambil bunga karang, mencelungkapnya ke dalam anggur asam, lalu
mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum, tetapi orang-orang lain
mencegahnya)
Orang-orang lain: “Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia.”
(orang tadi mengunjukkan ke mulut Yesus, lalu Yesus meminum anggur asam itu)
(seluruh orang yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu,
pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri)
Narator: Ketika Yesus wafat, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa
bumi, dan bukit-bukit terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah
meninggal bangkit. Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut
ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi.
(Perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Yesus: Maria Magdalena,
Maria ibu Yakobus dan Yusuf, ibu anak-anak Zebedeus, melihat dari jauh)
Narator: Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal
tergantung pada kayu salib, sebab Sabat itu adalah hari yang besar, maka datanglah orang-orang Yahudi
kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya
diturunkan.
(datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang
disalibkan bersama-sama Yesus, tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah
mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya)
(seorang dari antara prajurit menikan lambung Yesus dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah
dan air)
Lagu : MARIA
Musik Background 20
Narator: genaplah yang dinubuatkan kitab suci “Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan dan mereka
akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.”
Lagu:
Berani
(Nikodemus membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya)
(Yusuf dan Nikodemus menurunkan mayat Yesus, lalu posisi pieta: Mayat Yesus terbaring dalam
pangkuan Ibu Maria)
Puisi:
Kasih Ibu
Kutak mengerti juga ketika Dikau menghilang bersama kami dalam perjalanan pulang Bait Suci
Hingga akhirnya kutahu kalau Dikau diincar, dimusuhi oleh para pembesar negeri
Kubertanya-tanya dalam hati apa salah-Mu? Karena sejak kecil, kudidik Dikau dalam
kebenaran
Selamanya aku tidak mengerti, karena Dikau memang Anak Allah yang mengatasi pengetahuanku yang
terbatas
Cintaku kepada-Mu tetap bernyala, serasa hidup meski Dikau tak bergeming karena rupa jasad
Kan kuteruskan permintaan-Mu: menjadi ibu untuk murid-murid-Mu, Aku cinta pada-Mu, Anakku
(lalu mereka mengapaninya dengan kain lenan yang putih bersih dan membubuhinya dengan rempah-
rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat, lalu membaringkan-Nya di dalam
kuburnya yang baru, yang digali oleh Yusuf di dalam bukit baru, dan sesudah menggulingkanya sebuah
batu besar ke pintu kubur itu, pergilah ia)
(Maria Magdalena da Maria yang lain tinggal di situ duduk di depan kubur itu)
Lagu: Balada
Ketika masih kecil, ku tanya pada diriku sendiri : kelak jadi apa?
Begitu banyak tawaran, hingga aku bingung menentukan : kelak jadi apa?
Ketika mulai besar, ku mulai tahu betapa sulit wujudkan cita-cita
Hingga aku bertanya pada ibuku, lalu jawabnya : “ ikuti suara hatimu, anakku”
Dan kini aku tahu, cita-citaku haruslah bermakna : bahagiakan orang lain
Itu ku pelajari dari Tuhan Yesus Guru hidupku : yang penuh belas kasih
Bukan kaya yang utama, bukan pula populer yang utama, percuma tanpa kasih
Abdikan talentamu, untuk kehidupan yang lebih baik, bagi sesama umat manusia
Reff: Terimakasih Yesus, Dikau telah mengawali semuanya
Aku penerus-Mu untuk mewartakan karya-2-Mu sampai ujung bumi
Dengan kematian-Mu, Kauangkat hidup kami ke martabat yang lebih suci
Tidak akan pernah kusia-siakan hidup ini, karna ku percaya pada jalan salib-Mu