Bermain peran adalah pendekatan lain untuk mengajar dan belajar.
Ini telah dirancang khusus
untuk menganalisis nilai-nilai dan perilaku individu, membangun solusi untuk masalah interpersonal (dan pribadi), dan mengembangkan empati dengan orang lain. Dalam pendidikan kedokteran, bermain peran dapat menjadi praktik bagi pelajar untuk berkomunikasi dengan pasien, menemukan emosi yang terlibat dalam berbagai perilaku, dan mempraktikkan perilaku dan sikap baru dalam situasi yang aman yang menyerupai kondisi nyata (18,19). Bermain peran membantu para siswa untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang perasaan mereka sendiri dan orang lain, mengembangkan perilaku baru, dan meningkatkan keterampilan pemecahan masalah mereka. Namun, karena sifat permainan peran yang menakjubkan, terkadang hal itu dapat diabaikan sebagai konteks untuk mengembangkan konten pendidikan. Manfaat bermain peran tergantung pada kualitas praktiknya dan yang lebih penting pada analisisnya. Lebih tepatnya, alih-alih menjadi tujuan, bermain peran adalah sarana untuk membantu siswa menunjukkan nilai, perasaan, sikap, dan solusi dan akhirnya mendengarkan evaluasi guru mereka (18). Bermain peran adalah strategi pengajaran inovatif yang terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa keperawatan. Secara khusus, permainan peran meningkatkan retensi pengetahuan, mempromosikan pembelajaran berbasis masalah, dan memotivasi siswa keperawatan untuk menjadi lebih terlibat dalam pembelajaran mereka. Literatur juga menunjukkan bahwa penggunaan permainan peran selama pendidikan keperawatan mempromosikan pembelajaran aktif, mendorong pemikiran kritis, membuat pembelajaran lebih menarik, dan dapat mereplikasi skenario reallife. Bermain peran sebagai strategi pengajaran menawarkan beberapa keuntungan bagi guru dan siswa. Pertama, minat siswa pada topik meningkat Siswa berbagi pengalaman mereka bahwa ketika guru tidak melibatkan siswa kelas menjadi membosankan tetapi jika siswa terlibat dalam kegiatan seperti bermain peran mereka menjadi jauh lebih tertarik pada materi tidak peduli jika materi sangat kering. Kedua, ada peningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran bermain peran. Siswa bukan penerima pasif pengetahuan instruktur. Sebaliknya, mereka mengambil bagian aktif Diamati ketika bermain peran digunakan ada lebih banyak keterlibatan siswa dan dengan demikian lebih banyak pembelajaran terjadi. Menurut (Poorman, 2002) menggunakan permainan peran sebagai strategi pengajaran adalah bahwa ia mengajarkan empati dan pemahaman dari berbagai perspektif. Kegiatan bermain peran yang khas akan membuat siswa mengambil peran sebagai karakter, belajar dan bertindak seperti yang dilakukan individu itu dalam lingkungan yang khas. Salah satu kemungkinan penggunaan permainan peran mungkin untuk memperkenalkan suatu topik, menggunakan latar belakang pengetahuan siswa (skema) untuk memperkenalkan dan menarik mereka dalam unit studi baru (Lloyd, 1998). Tetapi mungkin lebih sering, bermain peran digunakan sebagai sebuah strategi di mana siswa menggunakan latar belakang pengetahuan mereka di samping memperoleh informasi baru tentang karakter agar dapat memainkan peran dengan lebih baik (Lloyd, 1998). Para guru yang terampil umumnya menggunakan sandiwara, drama, siaran berita, dan bentuk drama lainnya untuk memotivasi siswa ketika informasi baru diperkenalkan.